GERIATRI
Disusun Oleh :
Dyan Nitarahayu
NIM. P07220215017
B. BATASAN LANSIA
WHO (1999) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia kronologis/ biologis
menjadi 4 kelompok yaitu :
1. usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59
2. lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan 74 tahun
3. lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun
4. usia sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.
Sedangkan penggolongan lansia menurut Depkes RI dibagi menjadi tiga
kelompok yakni :
1. Kelompok lansia dini (55 – 64 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas).
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
C. ETIOLOGI GERIATRIC SYNDROME
Aging merupakan proses alamiah yang terjadi terus menerus dan dimulai
sejak manusia dilahirkan. Terdapat banyak definisi proses menua, namun
teori yang paling banyak dianut saat ini adalah teori radikal bebas dan teori
telomer.
1. Teori radikal bebas menyatakan proses menua terjadi akibat akumulasi
radikal bebas yang merusak DNA, protein, lipid, glikasi non-enzimatik,
dan turn over protein. Kerusakan di tingkat selular akhirnya menurunkan
fungsi jaringan dan organ.
2. Teori telomer menyatakan hilangnya telomer secara progresif
menyebabkan proses menua. Telomer merupakan sekuens DNA yang
terletak di ujung kromosom yang berfungsi mencegah pemendekan
kromosom selama replikasi DNA. Telomer akan memendek setiap kali sel
membelah. Bila telomer terlalu pendek maka sel berhenti membelah dan
menyebabkan replicative senescence.
Masalah umum pada proses menua adalah penurunan fungsi fisiologis
dan kognitif yang bersifat progresif serta peningkatan kerentanan usia lanjut
pada kondisi sakit. Laju dan dampak proses menua berbeda pada setiap
individu karena dipengaruhi faktor genetik serta lingkungan.
Proses menua mengakibatkan penurunan fungsi sistem organ seperti
sistem sensorik, saraf pusat, pencernaan, kardiovaskular, dan sistem respirasi.
Selain itu terjadi pula perubahan komposisi tubuh, yaitu penurunan massa
otot, peningkatan massa dan sentralisasi lemak, serta peningkatan lemak
intramuskular. Perlu diingat bahwa perubahan fisik yang berhubungan
dengan proses menua normal bukanlah penyakit. Individu yang
menunjukkan karakteristik menua dikatakan mengalami usual aging,
sedangkan individu yang tidak atau memiliki sedikit karakteristik menua
disebut successful aging (SA).
SA merupakan konsep multidimensi yang berkaitan dengan kondisi
fisik, psikologis, dan fungsi sosial. Dimensi operasional SA yang paling
sering dipakai adalah menurut Rowe dan Kahn yang meliputi tiga aspek,
yaitu bebas dari penyakit dan hendaya, fungsi kognitif yang baik, dan tetap
aktif di dalam kehidupan. SA berarti memerpanjang usia dan mengupayakan
agar penyakit terkait usia terjadi di usia setua dan sedekat mungkin dengan
kematian. Pemeliharaan fungsi fisik yang baik tercermin pada kemampuan
untuk melakukan aktivitas harian, mulai dari hal sederhana seperti makan,
berpakaian, dan naik tangga sampai kegiatan yang lebih kompleks seperti
belanja dan menggunakan alat transportasi. Model SA biologis dapat dicapai
dengan pencegahan primer seperti berhenti merokok, latihan jasmani,
penggunaan vaksin yang tepat, dan penurunan kolesterol.
Aspek SA yang kedua adalah aspek psikologis yang menekankan pada
pentingnya kepuasan subjektif usia lanjut terhadap kehidupannya. Perspektif
subjektif tersebut mempunyai nilai yang sama penting dengan penilaian
objektif mengenai kesehatan. Rasa puas akan dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu
kebebasan untuk bertindak, rasa kompeten, dan rasa keterikatan dengan
sesama. Model SA psikologis akan tercapai jika terdapat mekanisme
kompensasi yang baik terhadap keterbatasan akibat usia dan optimalisasi
kemampuan yang tersisa, sehingga usia lanjut, bahkan dengan multipatologi,
dapat mengalami SA.
Aspek sosial menekankan pada kemampuan usia lanjut untuk
berinteraksi positif dengan sesama dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Fungsi sosial yang baik ditunjukkan dengan mempunyai pekerjaan yang
mendapat penghasilan, menghadiri kegiatan keagamaan, dan aktif pada
kegiatan amal. Aspek sosial juga dapat menjadi faktor protektif terhadap
kejadian mistreatment pada usia lanjut.
1. Perubahan Fisik
a. Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
b. Sistem Intergumen: Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis
kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan
berbercak. Kekeringan kulit disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula
sudoritera, timbul pigmen berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver
spot.
c. Sistem Muskuloskeletal :
1) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang
terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada
persendiaan menjadi rentan terhadap gesekan.
2) Tulang: berkurangnya kepadatan tualng setelah di obserfasi adalah bagian
dari penuaan fisiologi akan mengakibatkan osteoporosis lebih lanjut
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
3) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
4) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan
fasia mengalami penuaan elastisitas.
d. Sistem kardiovaskuler : Massa jantung bertambah, vertikel kiri mengalami
hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan
pada jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa node dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.
e. Sistem respirasi : Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,
kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk
mengompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru
berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan
gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.
f. Pencernaan dan Metabolisme : Perubahan yang terjadi pada sistem
pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang
nyata : Kehilangan gigi, Indra pengecap menurun, Rasa lapar menurun
(sensitifitas lapar menurun), Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya
tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
g. Sistem perkemihan : Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang
signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju
filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
h. Sistem saraf : Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi
yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan
koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
i. Sistem reproduksi : Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan
menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis
masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
2. Perubahan Kognitif
a. Memory (Daya ingat, Ingatan)
b. IQ (Intellegent Quocient)
c. Kemampuan Belajar (Learning)
d. Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
e. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
f. Pengambilan Keputusan (Decission Making)
g. Kebijaksanaan (Wisdom)
h. Kinerja (Performance)
i. Motivasi
3. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (hereditas)
e. Lingkungan
f. Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
h. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
famili.
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
4. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow,
1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
5. Kesehatan Psikososial
a. Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika
lansia mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik
berat, gangguan mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2. Pencegahan (Preventif)
a. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat,
terdapat faktor risiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan. Jenis
pelayanan pencegahan primer adalah: program imunisasi, konseling,
berhenti merokok dan minum beralkohol, dukungan nutrisi, keamanan
di dalam dan sekitar rumah, manajemen stres, penggunaan medikasi
yang tepat.
b. Melakukan pencegahan sekunder, meliputi pemeriksaan terhadap
penderita tanpa gejala dari awal penyakit hingga terjadi gejala penyakit
belum tampak secara klinis dan mengindap faktor risiko. Jenis pelayan
pencegahan sekunder antara lain adalah sebagai berikut: kontrol
hipertensi, deteksi dan pengobatan kangker, screening: pemeriksaan
rektal, papsmear, gigi mulut dan lain-lain.
c. Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sebelum terdapat gejala
penyakit dan cacat, mecegah cacat bertambah dan ketergantungan,
serta perawatan dengan perawatan di rumah sakit, rehabilisasi pasien
rawat jalan dan perawatan jangka panjang.
3. Diagnosis dini dan Pengobatan
a. Diagnosis dini dapat dilakukan oleh lansia sendiri atau petugas
profesional dan petugas institusi. Oleh lansia sendiri dengan melakukan
tes dini, skrining kesehatan, memanfaatkan Kartu Menuju Sehat
(KMS) Lansia, memanfaatkan Buku Kesehatan Pribadi (BKP), serta
penandatangan kontrak kesehatan.
b. Pengobatan: Pengobatan terhadap gangguan sistem dan gejala yang
terjadi meliputi sistem muskuloskeletal, kardiovaskular, pernapasan,
pencernaan, urogenital, hormonal, saraf dan integumen.
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Dini. 2013. Sindrom Geriatri. Alamat web:
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/viewFile/121/1
19. Diakses pada tanggal 9 April 2018, pukul 11.00 WITA.
Setiati S, Harimurti K, Dewiasty E, Istanti R, Sari W, Verdinawati T. 2013.
Comprehensive prevention & management for the elderly:
interprofessional geriatric care. Jakarta: Perhimpunan Gerontologi Medik
Indonesia.
Setiati S, Rizka A. 2011. Chronic degenerative disease in elderly: update in
diagnostic & management. Jakarta; Perhimpunan Gerontologi Medik
Indonesia.
Sullivan DH, Johnson LE. 2009. Nutrition and aging. In: Halter JB, Ouslander
JG. Tinetti ME. . Hazzard’s geriatric medicine and gerontology. 6th ed.
New York: Mc Graw Hill
Waters DL, Baumgartner RN, Garry PJ, Vellas B. 2010. Advantages of dietary,
exercise-related, and therapeutic interventions to prevent and treat
sarkopenia in adult patients: an update. Clinical Interventions in Aging.