BAB I : PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Menurut HL Blum ( 1974 ) derajat kesehatan itu dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan medis dan keturunan. Pengaruh paling besar untuk
memenuhi persyaratan kesehatan adalah dari faktor lingkungan dan perilaku masyarakat
itu sendiri yang dapat merugikan kesehatan. Masyarakat terdiri atas masyarakat pedesaan
Lingkungan terdiri dari dua unsur pokok yang berkaitan erat mempengaruhi status
dalam skala kecil, hal ini tidak dapat diabaikan karena merupakan fokus permasalahan
didalam lingkungan yang lebih luas. Pemukiman dapat menjadi reservoir penyakit bagi
pemukiman pada dasarnya disebabkan karena orang belum sependapat tentang fungsi
suatu rumah. Menurut Winslow (1994) dikutip dari Sumirat, (1994) bahwa rumah sehat
itu harus menuhi kriteria yaitu memenuhi kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis dan
menghindari terjadinya kecelakaan. Kondisi rumah yang tidak sesuai dengan kesehatan
seperti rumah yang sempit memudahkan terjadinya penularan penyakit seperti penyakit
TB Paru.
Penyakit TB Paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TBC (Mycobacterium tuberculosis). Kuman ini biasanya masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara pernafasan ke dalam paru (Dep. Kes, 2002). Penularan TB Paru terutama
adalah melalui udara, pada kondisi rumah yang pengap dan lembab akibat kurangnya
ventilasi dan pencahayaan. Sumber penularan pada saat batuk dan bersin. Pada penderita
TB Paru BTA positif pada saat batuk dan bersin menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di
udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi TB Paru apabila
droplet tadi terhirup dan masuk kedalam saluran pernafasan. Kemampuan dan daya
penularan dari seorang penderita TB Paru BTA positif ditentukan oleh banyaknya kuman
Usaha penanggulangan penyakit TB Paru yang dapat dilakukan tidak lagi berkisar
pada menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularannya. Tapi tindakan yang
dirasakan paling efektif adalah memutuskan mata rantai penularannya, sehingga penyakit
Berdasarkan fakta diatas, maka penulis merumuskan suatu masalah sebagai berikut ;
3. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
II
4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Dinas Kesehatan, hasil penelitian ini memberikan informasi untuk mengambil
kondisi masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Tuberculosis
1. Definisi
Mycobacterium tuberculosis. Organ tubuh yang paling sering terserang oleh kuman
ini adalah paru-paru, karena itu penyakit ini biasa disebut TB Paru. Tetapi tidak
berarti tidak ada organ lain yang bebas dari serangan nodus limfe, selaput otak dan
tulang peritoneum adalah organ lain selain paru-paru yang dapat terserang, terkadang
2. Etiologi
Bovis, M. Kansasi Dan M. Avinum. Kesemua jenis ini dapat menyerang kepada
manusia.
kimiawi, sehingga masih tetap dapat bertahan hidup terhadap kondisi asam lambung
3. Perjalanan Penyakit
Sebagian besar orang yang terinfeksi dengan kuman Mycobacterium (80 – 90%)
belum tentu menjadi tuberculosisrmant. Untuk sementara waktu kuman yang ada
didalam tubuh berada dalam kondisi dormant (tidur). Dan keberadaan kuman yang
Dalam jangka waktu 3 – 6 bulan setelah terinfeksi oleh kuman, biasanya barulah
seseorang yang terinfeksi dan tidak menjadi sakit, sepanjang hidupnya memiliki
Kuman tuberculosis yang masuk kedalam paru dapat menyebar kebagian tubuh
Penyakit ini dapat terjadi pada semua kelompok umur, mulai dari balita sampai
berbentuk batang dan memiliki sifat istimewa yaitu tahan terhadap penghilangan
warna dengan asam dan alkohol. Kuman ini akan kelihatan dibawah mikroskop
apabila jumlah kuman paling sedikit ada 5.000 batang dalam 1 ml dahak. Dahak
yang baik untuk diperiksa adalah dahak yang mukopurulent, berwarna hijau
kekuningan dan jumlahnya harus 3-5 ml tiap pengambilan (Dep. Kes RI, 1999).
b. Tuberculosis pasca primer yaitu bila penyakit timbul setelah beberapa waktu
balita hingga usia lanjut. Penyakit TB lebih banyak menyerang masyarakat kurang
a. Faktor Umur
orang tersebut. Pada patogenesis TB Paru pada penderita umur tua berasal dari
reaktifitas fokus dormant yang telah terjadi berpuluh-puluh tahun lamanya. Hal
ini akan dipengaruhi lagi dengan keadaan sosial yang buruk, kekebalan tubuh
yang menurun karena ketuaan sehingga kondisi tubuh yang sudah lemah
bermakna sesuai dengan umur. Pada umur lebih dari lima puluh tahun angka
infeksi 72,3% sedangkan pada umur 18-30 tahun angka infeksi hanya mencapai
terhadap turunnya daya tahan tubuh seseorang sehingga beresiko untuk terjadinya
besar penyakit ini menyerang pada usia produktif yaitu 15-50 tahun (Dep.Kes RI,
2001). Hal ini disebabkan di Indonesia, pada usia 15-50 tahun merupakan pencari
kasar, sehingga sering kontak dengan penyebab timbulnya penyakit seperti debu.
Juga keadaan sosial ekonomi yang rendah dan kebiasaan merokok makin
tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat
dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,23% pada laki-laki
c. Tingkat Pendidikan
rumah sehat yang memenuhi syarat kesehatan juga kondisi rumah yang beresiko
yang baik seseorang juga akan mau melaksanakan PHBS (Perilaku Hidup Bersih
Paru. Selain itu tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis
pekerjaan seseorang. Apabila seseorang memiliki pekerjaan yang tidak tetap akan
sulit sekali untuk memenuhi kecukupan gizi dan pangan sehingga akan terjadi
kurang gizi. Kurang gizi akan mempengaruhi daya tahan tubuh, daya tahan tubuh
d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan akan memberikan faktor resiko terhadap setiap individu.
Seseorang yang bekerja pada lingkungan yang berdebu akan mudah terpapar
pernafasan. Ware, J.H (1981) dikutip dari Ahmad Dahlan (2001), menyatakan
rumah dalam hal ini pada kontruksi rumah. Kepala keluarga dengan penghasilan
dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang rendah
sehingga berakibat pada kurangnya status gizi, hal ini mempermudah terjadinya
juga tidak dapat membuat kontruksi rumah yang sesuai dengan syarat kesehatan
e. Kebiasaan Merokok
resiko terkena kanker paru-paru, penyakit jantung koroner bronchitis kronik dan
kanker kandung kemih, Rasyid (1992) dikutip dari Imam Jaya (2000).
Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50%
(WHO TRS, 1979) dikutip dari Imam Jaya (2000). Adanya kebiasaan merokok
akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru (Dep. Kes RI, 2001).
racun yang terdapat pada asap rokok. Hal ini memudahkan terjadinya infeksi TB
Paru, apalagi ditambah dengan kondisi tubuh yang lemah dan status gizi yang
kurang.
Luas lantai bangunan rumah yang sehat harus sesuai dengan jumlah
yang kedua apabila ada salah satu anggota keluarga ada yang mengalami penyakit
infeksi mudah menularkan pada anggota keluarga yang lain. Luas minimum
perorangan tergantung pada kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia, untuk
mencegah penularan penyakit pernafasan, jarak antara tepi tempat tidur yang satu
dengan yang lainnya adalah 90 cm. Kamar tidur sebaiknya dihuni tidak lebih dari
2 orang, kecuali suami istri dan seorang anak usia dibawah 5 tahun. Untuk
udara lebih leluasa. Udara bukanlah lingkungan yang baik bagi perkembangan
mikro beberapa waktu didalamnya. Lingkungan udara yang tidak bebas lebih
faktor udara seperti kecepatan angin. Apabila tinggi langit-langit kurang dari
yang disyaratkan, kemungkinan agent dapat memasuki host akan lebih besar.
Kelompok agent yang dapat disebarkan oleh udara bebas didalam rumah
g. Pencahayaan
Untuk memperoleh cahaya yang cukup pada siang hari diperlukan jendela
kaca minimum 20% luas lantai. Jika peletakan jendela kurang baik atau kurang
leluasa dapat digunakan genteng kaca. Cahaya sangat penting karena dapat
cahaya minimum yang dibutuhkan adalah 10 lilin atau kurang lebih 60 lux,
kecuali untuk kamar tidur diperlukan cahaya yang elbih redup. Semua jenis
cahaya dapat mematikan kuman, Cuma berbeda pada jenisnya. Cahaya yang sama
apabila dipancarkan melalui kaca tidak berwarna dapat membunuh kuman lebih
Penularan kuman TB Paru umasuk serta sirkulasi udara diatur maka resiko
penularan antar penghuni rumah akan sangat berkurang (Dep. Kes RI, 1999).
h. Ventilasi
dalam rumah dan keluarnya udara kotor secara alamiah maupun buatan. Ventilasi
mempunyai banyak fungsi. Pertama untuk menjaga aliran udara didalam rumah
didalam ruangan naik karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit dan
tetap optimal (Notoatmojo, 1997). Untuk sirkulasi yang baik diperlukan paling
sedikit luas lubang ventilasi sebesar 10% dari luas lantai (Dep. Kes RI, 1999).
i. Jenis atap
Atap selain dari genteng seperti susunan elepah kelama mudah bagi debu-
debu untuk menempel, cepat lapuk dan lembab. Atap dari seng membuat suhu
mycobacterium tuberculosis.
j. Jenis lantai
Jenis lantai tanah tidak baik untuk kesehatan karena dapat mempengaruhi
bahan yang mudah dibersihkan. Sedangkan apabila dari tanah lantai menjadi
lembab, yang merupakan media yang baik untuk tempat berkembang biaknya
k. Jenis dinding
Di Indonesia kita temui jenis dinding yang terbuat dari anyaman bambu,
papan, pasangan bata sampai kepada pasangan betn. Anyaman bambu masih
banyak kita temukan di pedesaan, dimana jenis dinding seperti ini masih dapat
ditembusi oleh udara juga sulit. Untuk dibersihkan dari tempelan debu-debu.
Dinding sebaiknya dibuat dari dinding permanen daari bahan yang mudah
dinding yang terbuat dari bahan yang tidak permanen merupakan tempat
menempel debu-debu, sulit untuk dibersihkan sehingga merupakan media untuk
l. Kelembaban udara
22 - 30ºC. Kuman TB akan mati apabila terkena matahari langsung, tapi dalam
kondisi tempat yang lembab dan gelap kuman TB dapat bertahan hidup selama
m. Status gizi
TB Paru. Hasil penelitian menunjukan bahwa seseorang dengan status gizi yang
kurang mempunyai resiko 3,7 kali untuk terserang penyakit TB Paru berat
Seseorang dengan ststus gizi yang kurang berdampak kepada kurangnya daya
n. Riwayat kontak
kontak dengan anggota keluarga yang lain. Kontak dengan sumber penular
merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya penyakit TB Paru. Salah satu
Paru BTA positif yang dapat menularkan kepada orang yang ada disekelilingnya
terutama kontak erat ( Dep. Kes RI, 2000). Ada beberapa upaya agar dapat
mengurangi kontak diantaranya yaitu penderita tuberculosis yaitu agar tidur
sendiri (tempat tidur sendiri) serta alat makan/minum yang khusus bagi penderita
ini akan mempengaruhi kepada konsumsi makanan, ini akan berdampak terhadap
status gizi seseorang. Kurang gizi buruk akan menurunkan daya kekebalan tubuh,
p. Perilaku
bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilakunya
sebagai seseorang yang sedang sakit, hal ini menyebabkan ia dapat menjadi
5. Pengertian Rumah
tumbuh dan berkembang biak secara jasmani dan rohani. Menurut Permenkes No.
829/1999 rumah sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk
bererlindung dari gangguan iklim dan mahluk hidup lainnya, serta tempat
Pengertian rumah sehat menurut Permenkes No. 829/1999 adalah kondisi fisik,
kimia dan biologik didalam rumah, dilingkungan rumah dan perumahan, sehingga
kebutuhan sandang dan pangan. Rumah berfungsi pula sebagai tempat tinggal serta
digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan makluk hidup lainnya. Selain
anggota keluarga untuk menghabiskan sebagian besar waktunya. Bahkan bayi, anak-
anak, orang tua, dan orang sakit menghabiskan waktunya dirumah. Rumah sehat dan
Rumah yang sehat dan layak huni tidak harus berwujud rumah mewah dan besar
namun dari rumah yang sehat dan sederhana pun dibentuk menjadi rumah sehat dan
layak huni (Dep. Kes RI, 1995). Karena itu, bagian rumah yang mempengaruhi
a. Sirkulasi udara
pencemaran.
e. Lantai dan dinding tidak lembab dan tidak terpengaruh oleh pencemaran seperti
a. Bahan bangunan
1) Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat
2) Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya
mikrooganisme pathogen.
berikut :
2). Dinding
a). Diruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk
b). Dikamar mandi dan tempat cuci tangan harus kedap air dan mudah
dibersihkan.
4). Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi, dan ruang
bermain anak.
c. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi
a. Kualitas udara
e. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanent minimal 10% dari luas
lantai.
2). Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum
i. Limbah
1). Limbah cair berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak
2). Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak
Luas ruang tidur 8m², dan tidak dianjurkan untuk digunakan lebih dari dua
orang kecuali dengan anak dibawah umur 5 tahun. sudah sewajarnya seluruh
lapisan masyarakat menempati rumah sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup
hanya sebagai tempat tinggal dan berlindung dari panas cuaca dan hujan. Rumah
sebagai berikut :
c. Luas lantai untuk kediaman minimal 6m²/orang dengan lebar min 2m² dan
4. Harus ada pintu masuk pagal halaman yang cukup kuat dan terkunci
6. Sistem pembuangan air kotor tidak menimbulkan pencemaran terhadap tanah, air
dan udara
manusia agar merupakan media yang baik untuk terwujudnya kesehatan yang
Keadaan perumahan adalah suatu faktor yang menentukan keadaan hygiene dan
sanitasi lingkungan. Seperti yang dikemukakan oleh WHO bahwa perumahan yang
tidak cukup dan terlalu sempit mengakibatkan pula tingginya kejadian penyakit
b. Sekolah
c. Tempat kerja
d. Pasar
penularan TB yaitu :
a. Menghindari percikan ludah atau percikan dahak melalui ventilasi yang efektif
dikendaraan umum, ruang tempat umum (sekolah, tempat ibadah, ruang kerja),
rumah/ruang mematikan kuman TB karena sinar ultra violet atau panas sinar
matahari, mencegah kelembaban dalam ruang, antara lain dengan ventilasi yang
efektif.
dalam rumah memungkinkan kontak efektif untuk terjadinya infeksi baru pada
penghuni rumah.
yaitu :
1. Sedapat mungkin hindari kerumunan orang banyak yang terlalu padat (sekaligus
dapat juga mengurangi pernafasan lain yang dapat menular, seperti pneumoni
pada bayi)
penghuni, disamping itu harus diperhatikan juga keadaan rumah yang sempit agar
penghuni rumah.
b. Fasilitas dalam rumah untuk tiap orang akan berkurang, misalnya penggunaan air
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Tingkat pendidikan
4. Jenis pekerjaan
5. Riwayat kontak serumah
C. Kerangka Konsep
memberantas penyakit ini banyak kendala yang dihadapi, banyak faktor-faktor yang
Keterangan :
Tuberkulosis
D. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara ventilasi rumah dengan kejadian TB Paru di Wilayah UPT
Puskesmas Cimanggu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan
metode survey dan pendekatan case control. Studi analitik ini adalah riset epidemiologi
yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang hubungan kondisi rumah dengan
kejadian penyakit TB Paru. Pendekatan kasus kontrol yaitu suatu penelitian dimana
penderita TB Paru yang beresiko adalah sebanyak 37, dan ventilasi rumah penderita TB
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita TB Paru yang telah
diperiksa BTA, dengan hasil pemeriksaan BTA positif dari bulan Januari –
Kabupaten Cilacap sebanyak jumlah penduduk per 1000 (37 orang) dan bukan
TB Paru.
2. Sampel
penelitian. Kontrol adalah orang yang berada di sekeliling penderita BTA positif
dengan individu yang hampir sama dengan kasus. Dalam penelitian ini sampel
Kriteria Inklusi :
C. Instrumen Penelitian
D. Prosedur Penelitian
Survei awal dilakukan mulai dari penentuan subjek penelitian, yaitu penderita TB
Paru yang datanya diambil dari buku TB 03 Tahun 2009 yang ada di UPT Puskesmas
dan mengobservasi serta mengukur aspek-aspek yang diteliti. Data yang diperoleh
computer) menggunakan metode SPSS for windows V.11.5. Setelah diperoleh hasil
analisis, data tersebut disajikan secara naratif dalam bentuk tabel, dan grafik.
Data primer diperoleh dari kuisioner melalui kegiatan observasi dan wawancara
langsung ke setiap rumah resonden. Sedangkan data sekunder diperoleh dari arsip
laporan DKK, laporan bulanan program P2TB Paru, laporan tahunan dan profil
jawaban yang tersedia. Untuk data tentang hasil pemeriksaan dahak diperoleh
Data tentang kepadatan hunian, kontak dengan penderita dan lain-lain diperoleh
dari jawaban responden yang didapatkan dengan mengisi lembar kuisioner. Data
tentang luas ventilasi, dan pencahayaan didapatkan dengan cara wawancara dan
1. Pengolahan Data
Data karakteristik responden dan kondisi fisik rumah diolah untuk dilihat
a. Editing
Data yang sudah terkumpul diperiksa mengenai kelengkapan dan
b. Coding
c. Entry Data
d. Cleaning Data
dilakukan cleaning data dengan maksud untuk melihat apakah data tersebut
sudah benar sesuai dengan kuesioner atau tidak dan apakah data tersebut
sudah lengkap atau tidak. Setelah data dikoreksi dan diperbaiki semuanya,
2. Analisis Data
Tahapan berikutnya setelah pengolahan data adalah analisis data. Kegiatan ini
diteliti dan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara variabel dependen dan
a. Analisis Univariat
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilaksanakan melalui uji chisquare, uji ini dipilih
G. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini faktor lingkungan fisik rumah sub variabelnya adalah :
a. Ventilasi rumah
Kejadian penyakit TB Paru BTA (+) di UPT Puskesmas Cimanggu II pada tahun
H. Definisi Operasional
Definisi
No Variabel Cara ukur Alat ukur Kategori skala
operasional
1. Ventilasi Semua Mengukur luas Meteran 1=kurang baik Nominal
rumah jendela/lubang ventilasi rumah bila luas
angin yang dan ventilasi < 10%
dapat membandingka luas lantai
dijadikan n dengan luas 2=baik bila
pertukaran lantai rumah luas ventilasi >
udara 10% luas lantai
2. Kejadian Ada tidaknya Px dahak Px Lab 1=positif bila Nominal
TB Paru sampel BTA hasil
(+) pemeriksaan
positif
terjangkit TB
2=negatif bila
hasil
pemeriksaan
negatif
terjangkit TB