“TB”
Oleh :
Putri Sakinah
NIM. 180070300111033
1. TB Paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput
paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi dalam Tuberkulosis
Paru BTA positif dan BTA negatif.
2. TB ekstra paru
Yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang persendian, kulit,
usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi berdasarkan
tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
a. TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura,
tulang(kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal; dan
b. TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang
belakang, TB saluran kencing dan alat kelamin. (Resha ardianto : 2010)
Menurut Slamet Suyono (2011), Tuberculosis dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Secara patologis
a. Tuberculosis primer (childhood tuberculosis)
Penularan tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersihkan
keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi dapat menetap dalam
udara bebas selama 1-2 jam. Tergantung ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
yang buruk dan kelembaban. Partikel masuk ke alveolar dengan ukuran partikel <
5 mikrometer.
b. Tuberculosis post primer (adult tuberculosis)
Tuberculosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi
endogen menjadi tuberculosis dewasa (tuberculosis post primer : TB sekunder).
Mayoritas terinfeksi TB usia tua (elderly tuberculosis).
2. Secara aktiifitas radiologis
a. Tuberculosis paru aktif
b. Tuberculosis paru non aktif
c. Quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh)
3. Secara radiologis (luas lesi)
a. Tuberculosis minimal
Yaitu terdapatnya sebagian kecil infiltrat non kapitas pada satu paru maupun kedua
paru, tapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
b. Moderately advanced tuberculosis
Yaitu adanya kapitas dengan diameter tidak lebih dari 4 cm, jumlah infiltrat
bayangan halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak
lebih dari satu pertiga bagian satu paru.
c. Far advanced tuberculosis
Yaitu terdapatnya infiltrat dan kapitas yang melebihi keadaan pada moderateli
advanced tuberculosis
Jenis tuberculosis
1. Avian tuberculosis: jenis tuberculosis yang menyerangburung yang disebabkanoleh
mycobacterium avium, dapatditularkanpadahewan lain danmanusia.
2. Bovine tuberculosis jenis tuberculosis yang menyerangsapi yang disebabkanpoleh
mycobacterium bovis, dapatditularkankepadamanusiadanhewan
Klasifikasi berdasarkan pengobatan sebelumnya:
a. Kasus Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan
OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus Kambuh (Relaps)
Adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan
telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan
BTA positif (apusan atau kultur).
c. Kasus Putus Berobat (Default/Drop Out/DO)
Adalah pasien TB yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
d. Kasus Gagal (Failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
e. Kasus pindahan
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatannya.
f. Kasus lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok ini
termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA positif
setelah selesai pengobatan ulangan. (Retno, 2009)
3. Etiologi
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen , tettapi
hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil tuberkel ini
berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel darah merah
dengan ukuran panjang 1-4 /um dan tebal 0,3 – 0,6/um.
. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuatkuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap
gangguan kimia dan fisik.Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam
keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena
kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant inikuman dapat bangkit
kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman
adalaha e r o b . Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandunganoksigennya. Dalam
hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada
b a g i a n l a i n n y a , sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis
Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama
Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka
bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBCpada paru-paru pun
dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).
Yang tergolong kuman mycobakterium tuberkulosis kompleks adalah:
Mycobakterium tuberculosis
Varian asian
Varian african I
Varian asfrican II
Mycobakterium bovis
Kelompok kuman mycobakterium tuberkulosis dan mycobakterial othetan Tb (mott,
atipyeal) adalah :
Mycobacterium cansasli
Mycobacterium avium
Mycobacterium intra celulase
Mycobacterium scrofulaceum
Mycobacterium malma cerse
Mycobacterium xenopi
4. Faktor Resiko
1. Faktor Umur.
Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di
Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu
15-50 tahun.
2. Faktor Jenis Kelamin.
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996
jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah
penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita.
Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak
2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih
banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian
besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan
pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka
seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat. Selain
itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.
4. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap individu.
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang
akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi
makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap
kepemilikan rumah (kontruksi rumah).
5. Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk
mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan
kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB
paru sebanyak 2,2 kali.
6. Kepadatan hunian kamar tidur
Kamar tidur sebaiknya tidak dihuni lebih dari dua orang, kecuali untuk suami istri dan
anak di bawah 2 tahun. Untuk menjamin volume udara yang cukup, di syaratkan juga
langit-langit minimum tingginya 2,75 m.
7. Pencahayaan
Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam
rumah, misalnya basil TB, karena itu rumah yang sehat harus mempunyai jalan
masuk cahaya yang cukup. Intensitas pencahayaan minimum yang diperlukan 10
kali lilin atau kurang lebih 60 lux. Semua jenis cahaya dapat mematikan kuman
hanya berbeda dari segi lamanya proses mematikan kuman untuk setiap jenisnya.
Penularan kuman TB Paru relatif tidak tahan pada sinar matahari. Bila sinar matahari
dapat masuk dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar
penghuni akan sangat berkurang.
8. Ventilasi
Ventilasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga agar
aliran udara didalam rumah tersebut tetap segar. Fungsi kedua dari ventilasi itu
adalah untuk membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri
patogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Fungsi lainnya
adalah untuk menjaga agar ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam kelembaban
(humiditiy) yang optimum. Umumnya temperatur kamar 22° – 30°C dari kelembaban
udara optimum kurang lebih 60%.
9. Kondisi rumah
Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC. Atap,
dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman.Lantai dan
dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan
dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknya kuman Mycrobacterium
tuberculosis.
10. Kelembaban udara
Kelembaban udara dalam ruangan untuk memperoleh kenyamanan, dimana
kelembaban yang optimum berkisar 60% dengan temperatur kamar 22° – 30°C.
Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
11. Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang mempunyai
resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan orang yang
status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh
terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.
12. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi
lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan
dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi
makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk
maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan
terkena infeksi TB Paru.
13. Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita
TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan
berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat
menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.
5. Epidemiologi
Pada tahun 2014, rata-rata kasus TB di Amerika Serikat lebih banyak dialami
oleh etnik tertentu seperti Hispanik, kulit hitam, dan Asia yang tinggal di Amerika
Serikat dan 20 kali lebih tinggi frekuensi terinfeksinya dibandingkan kulit putih
(Elizabeth J. Corwin, 2015).
Menurut Departemen Kesehatan RI (2011) penderita TB paru 95% berada di
negara berkembang dan 75% penderita TB paru adalah kelompok usia produktif (15
– 50 tahun) dengan tingkat sosial ekonomi rendah. Di Indonesia TB paru erupakan
penyebab kematian utama ketiga setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan
(Depkes RI dalam Rusnoto, dkk, 2016).
6. Patofisiologi
Individu terinfeksi
Reaksi inflamasi
Kalsifikasi
Membentuk skarkolagenosa
Bakteri dorman
Tuberkelghon memecah
7. Manifestasi klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat.
Gejala sistemik/umum, antara lain sebagai berikut: ( Mansjoer , 2009) Demam
ringan dengan suhu tubuh bisa mencapai 40 - 41° C, berkeringat waktu malam.
a) Sakit kepala
b) Takikardi
c) Anoreksia
d) Penurunan berat badan
e) Malaise
f) Keletihan
g) Nyeri otot, nyeri dada, sesak nafas
h) Batuk: pada awal non produktif, > 1 bulan atau adanya batuk kronis.
i) Sputum bercampur darah
j) Sputum mukopurulen
k) Krekels/rales di atas apeks paru
l) Keadaan postur tubuh klien yang tampak etrangkat kedua bahunya.
8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik
b. Bila ada infiltrat yang luas akan didapatkan perkusi yang redup dan auskultasi
nafas bronkhial didapatkan ronchi basar kasar dan nyaring/rales.
c. Pada tuberkulosa lanjut dan fibrosis luas ditemukan atrofi dan retraksi otot
interkosta.
d. Apabila tuberkulosa mengenai pleura akan terjadi efusion paru, paru-paru
yang sakit akan terasa sulit untuk bernafas, dengan perkusi akan
menimbulkan suara pekak dan dengan auskultasi nafas melemah sampai
tidak terdengar.
e. Pemeriksaan fungsi pada paru ; penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang
mati, peningkatan rasio udara resido dan kapasitas paru total dan penurunan
saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkhim / fibrosis, kehilangan
jaringan paru dan penyakit pleural (TB paru kronis luas).
2 Pemeriksaan radiologis
Gambaran foto thoraks yang menunjang diagnostik tuberculosis, yaitu:
- Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apikal lobus
bawah
- Bayangan berawan (pachy) atau bercak (nodular)
- Adanya kavitas, tunggal atau ganda
- Kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru
- Adanya klasifikasi
- Adanya bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
- Bayang milliard
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah
- Jumlah leukosit yang meninggi
- LED meninggi
b. Sputum BTA
- Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3
batang kuman BTA pada satu sediaan
- Diperlukan 5.000 kuman dalam 1 ml sputum
c. Tes Mantoux / Tuberkulin
Uji Tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat untuk
menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan sering
digunakan dalam “Screening TBC”. Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC
dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Lokasi penyuntikan uji mantoux
umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan
intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah
penyuntikan dan diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:
1. Pembengkakan (Indurasi) : 0–4mm, uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2. Pembengkakan (Indurasi) : 5–9mm, uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan
Mycobacterium atypikal atau pasca vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.
(Retno, 2009)
d. Tes PAP (Peroksidase Anti Peraoksidase)
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen
imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap
basil TB
e. Tekhnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam berbagai tahap
sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1 mikroorganisme dalam
specimen. Juga mendeteksi adanya retensi.
f. Becton Dickinson Diagnostik Instrument System
Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh M. Tuberculosis.
g. Enzyme Linked Immunosorbent Assay
Deteksi respon humoral, berupa respon antigen-antibodi yang terjadi.
Pelaksanaannya rumit dan antibody dapat menetap dalam waktu lama
sehingga menimbulkan masalah.
h. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang direkatkan pada
suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam dalam
serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik dalam jumlah memadai maka
warna sisir akan berubah.
9. Penatalaksanaan
Agens
yang Dosis
Efek samping yang
umum hariand Interaksi obat keterangan
paling umum
digunak ewasa
an
Isoniazi 300mg Neuritis perifer, Fenitoin-sinergik Bakterisid Piridoksin sebagai
d (INH) hepatitis, Antabuse profilaktik terhadap neuritis.
hipersensitifitas Alcohol Pantau SGOT (AST)dan
DGPT (ALT)
Rifampi 600mg Hepatitis Rifampisin Bakterisid, urin dan sekresi
n (RIF) reaksifebris, meningkatkan tubuh lainnya akan berwarna
purpura (jarang), metabolism orange, perubahan warna
mual, muntah kontraseptif oral. pada lensa kontak. Pantau
Quinidine, SGOT (AST) dan SGPT
kortikosteroid, obat- (ALT)
obat koumarin dan
metadon, digoksin
hipoglikemik oral;
PAS dapat
mengganggu
penyerapan
Rifampisin
Strepto 15mg/k Kerusakan saraf Agen penyekat Bakterisid dalamph alkali
misin(S g(maks kranial 8 (dapat neuromuscular- (basa). Gunakan dengan
M) 1 mg) mengarah pada dapat menguatkan hati-hati pada lansia dan
ketulian) sehingga mereka yang mempunyai
nefrotoksisitas) menyebabkan penyakit ginjal. Pantau fungsi
paralisis vestibular audiogram,
berkempanjangan BUN/kreatinin
Pirasin 25mg/k Hiperurisemia, Bakterisid. Pantau asam urat
amid g hepatotoksisitas, SGOT (AST) dan SGPT
(PZA) (maksi ruam kulit, (ALT)
mum arthralgia, distress
2,5 GI
gram)
Etambu 15 Neuritis optic Bakteriostatik, gunkan
tol mg/kg (dapat mengarah dengan hati-hati pada
(EMB) (maks pada penderita penyakit ginjal atau
2,5g) kebutaan,sangat bila pemeriksaan mata tidak
jarang pada memungkinkan. Pantau
15mg/kg), ruam ketajaman penglihatan,
kulit diskriminasi warna
Kategori II :
Paduan obat 2HRZES/HRZE/5H3R3E3
Obat ini diberikan untuk : penderita kambuh (relaps), pendrita gagal (failure) dan
penderita dengan pengobatan setelah lalai ( after default)
Tahap Lama (H)@300 R@450 Z@500 E@ 250 E@500 Strep.Injek JumlahHari
Mg mg Mg mg si X
mg Minum Obat
Intensif 2 11 11 33 33 – 0,5 % 6030
bulan1
bulan
Lanjutan 5 bulan 2 1 3 2 - 66
Kategori III :
Paduan obat 2HRZ/4H3R3
Obat ini diberikan untuk penderita BTA negatif fan roentgen positif sakit ringan,
penderita ekstra paru ringan yaitu TB Kelenjar Limfe (limfadenitis), pleuritis eksudativa
uiteral, TB Kulit, TB tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal
Tahap Lama H @ 300 mg R@450mg P@500mg Hari X Minum Obat
Intensif 2 bulan 1 1 3 60
Lanjutan3 x 4 bulan 2 1 1 54
week
10. Komplikasi
1. Meningitis
Inflamasi meningen akibat infeksi oleh mycrobacterium tuberkulosis.
2. Spondilitis
Inflamasi vertebrata atau penyakit rematik yang ditandai oleh vertebrata yang kaku
akibat osifikasi ligamen dan sendi.
3. Pleuritis
Inflamasi pleura, bisa kering dan fibrinus ( subtansi tidak dapat larut yang terbentuk
oleh kerja trombin pada fibrinogen ) disertai dengan purulen disertai pus.
4. Bronchopneumoni
Inflamasi akut bronkious dari jaringan paru.
5. Atelektasis
a. Ekspansi paru yag tidak sempurna pada bayi yang baru lahir.
b. Pengempisan/atrofi jaringan paru sehingga terjadi penurunan pertukaran gas.
11. Pencegahan
A. Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan.
1. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan
membuang dahak tidak disembarangan tempat.
2. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap
bayi harus harus diberikan vaksinasi BCG.
3. Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit
TB yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.
4. Isolasi, pemeriksaan kepada orang-orang yang terinfeksi, pengobatan khusus
TBC. Pengobatan mondok dirumah sakit hanya bagi penderita yang kategori
berat yang memerlukan pengembangan program pengobatannya yang
karena alasan-alasan sosial ekonomi dan medis untuk tidak dikehendaki
pengobatan jalan.
5. Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur,
pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.
6. Imunisasi orang-orang kontak. Tindakan pencegahan bagi orang-orang
sangat dekat(keluarga, perawat, dokter, petugas kesehatan lain) dan lainnya
yang terindikasi dengan vaksin BCG dan tindak lanjut bagi yang positif
tertular.
7. Penyelidikan orang-orang kontak. Tuberculin-test bagi seluruh anggota
keluarga dengan foto rontgen yang bereaksi positif, apabila cara-cara ini
negatif, perlu diulang pemeriksaan tiap bulan selama 3 bulan, perlu
penyelidikan intensif.
8. Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang
tepat. Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum
dengan tekun dan teratur, waktu yang lama ( 6 atau 12 bulan). Diwaspadai
adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh
dokter.
B. Tindakan Pencegahan.
1. Status sosial ekonomi rendah yang merupakan faktor menjadi sakit, seperti
kepadatan hunian, dengan meningkatkan pendidikan kesehatan.
2. Tersedia sarana-sarana kedokteran, pemeriksaan penderita, kontak atau
suspect gambas, sering dilaporkan, pemeriksaan dan pengobatan dini bagi
penderita, kontak, suspect, perawatan.
3. Pengobatan preventif, diartikan sebagai tindakan keperawatan terhadap
penyakit inaktif dengan pemberian pengobatan INH sebagai pencegahan.
4. BCG, vaksinasi, diberikan pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan
bagi ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun kemudian pada 12 tahun
ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan.
5. Memberantas penyakti TBC pada pemerah air susu dan tukang potong sapi,
dan pasteurisasi air susu sapi.
6. Tindakan mencegah bahaya penyakit paru kronis karean menghirup udara
yang tercemar debu para pekerja tambang, pekerja semen dan sebagainya.
7. Pemeriksaan bakteriologis dahak pada orang dengan gejala tbc paru.
8. Pemeriksaan screening dengan tubercullin test pada kelompok beresiko
tinggi, seperti para emigrant, orang-orang kontak dengan penderita, petugas
dirumah sakit, petugas/guru disekolah, petugas foto rontgen.
9. Pemeriksaan foto rontgen pada orang-orang yang positif dari hasil
pemeriksaan tuberculin test. (Hiswani : 2010)
Pencegahan lain:
1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin
2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air
sabun)
3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
4. Menghindari udara dingin
5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam
tempat tidur
6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari
7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya
dan tidak boleh digunakan oleh orang lain
8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein
Penularan
1. Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif.
2. Saat batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak.
3. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara sinar
matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
4. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut.
5. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan oleh
konsentrasi percikan dalam udara, daya tahan tubuh yang bersangkutan, dan
lamanya menghirup udara tersebut.
12. Asuhan Keperawatan