Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEPERAWATAN TB (Laporan kasus ny.

yuni)

Disusun oleh :

Nama : BILLYMAN LAOLI


Kelas : 2C DIII Keperawatan
Nim : P07520119110
Dosen : Agustina br.gultom S.kep,M.kep

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat
menyebar dari satu orang ke orang lain melalui transmisi udara (droplet dahak
pasien tuberkulosis). Pasien yang terinfeksi Tuberkulosis akan memproduksi droplet
yang mengandung sejumlah basil kuman TB ketika mereka batuk, bersin, atau
berbicara. Orang yang menghirup basil kuman TB tersebut dapat menjadi terinfeksi
Tuberkulosis.
Tuberkulosis menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen
global dalam MDG’s (Kemenkes, 2015). Penyakit Tuberkulosis masih menjadi
masalah kesehatan utama di dunia. Hal tersebut menyebabkan gangguan
kesehatan jutaan orang pertahun penyebab utama kematian penyakit menular di
dunia . Pada tahun 2014, diperkirakan 9,6 juta kasus TB baru yaitu 5,4 juta adalah
laki-laki, 3,2 juta di kalangan perempuan dan 1,0 juta anak-anak. Penyebab
kematian akibat TB Paru pada tahun 2014 sangat tinggi yaitu 1,5 juta kematian ,
dimana sekitar 890.000 adalah laki-laki, 480.000 adalah perempuan dan 140.000
anak-anak (WHO, 2015).
Indikator yang digunakan dalam penanggulangan TB salah satunya Case Detection
Rate CDR), yaitu jumlah proporsi pasien baru BTA positif yang ditemukan dan
pengobatan terhadap jumlah pasien baru BTA positif, yang diperkirakan dalam
wilayah tersebut (Kemenkes, 2015). Pencapaian CDR (Case Detection Rate-Angka
Penemuan Kasus) TB di Indonesia tiga tahun terakhir mengalami penurunan yaitu
tahun 2012 sebesar 61 %, tahun 2013 sebesar 60 %, dan tahun 2014 menjadi 46 %
(Kemenkes RI, 2015).

Pengertian Tuberkulosis Paru


Menurut Tabrani (2010) Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di
paru atau diberbagai organ tubuh yang lainnya yang mempunyai tekanan parsial
oksigen yang tinggi. Kuman ini juga mempunyai kandungan lemak yang tinggi pada
membran selnya sehingga menyebabkan bakteri ini menjadi tahan terhadap asam
dan pertumbuhan dari kumannya berlangsung dengan lambat. Bakteri ini tidak tahan
terhadap ultraviolet, karena itu penularannya terutama terjadi pada malam hari.
Tuberkulosis Paru atau TB adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi
kuman Mycobacterium Tuberculosis. Tuberkulosis Paru adalah suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh basil mikrobacterium tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami proses yang
dikenal sebagai focus primer dari ghon. (Andra S.F & Yessie M.P, 2013).
Penularan tuberkulosis yaitu pasien TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui
percik renik dahak yang dikeluarkan nya. TB dengan BTA negatif juga masih
memiliki kemungkinan menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan
yang kecil (kemenkes RI,2015).
Etiologi
Menurut Wim de Jong et al 2005 (Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015), Penyebab
Tuberculosis adalah Mycobacterium Tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga
mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua
macam mikobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil tipe bovin
berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberculosis usus. Basil tipe human
bisa berada di bercak ludah (droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC
terbuka dan orang yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.
Perjalanan TBC setelah infeksi melalui udara.

Manifestasi
Menurut Zulkifli Amin & Asril Bahar (2009), keluhan yang dirasakan pasien
tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah banyak ditemukan pasien TB Paru
tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan. Keluhan yang terbanyak
adalah :
1) Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza, tetapi kadang-kadang panas
badan dapat mencapai 40-41oC. serangan demam pertama dapat sembuh sebentar
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya hilang timbulnya demam
influenza ini, sehingga pasien merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam
influenza. keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat
ringannya infeksi tuberkulosis yang masuk.
2) Batuk/batuk berdahak
Batuk ini terjadi karena ada iritasi pada bronkus. batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar, karena terlibatnya bronkus pada setiap
penyakit tidak sama. Mungkin saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang
dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan
peradangan bermula. Sifat batuk ini dimulai dari batuk kering (non-produktif)
kemudian setelah timbulnya peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum).
keadaan yang lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah
yang pecah. Kebanyakan batuk darah tuberkulosis pada kavitas, tetapi dapat juga
terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3) Sesak Napas
Pada penyakit ringan (baru kambuh) belum dirasaka sesak napas. Sesak napas
akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut yang infiltrasinya sudah meliputi
sebagian paru-paru
4) Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura
sewaktu pasien menarik melepaskan napasnya.
5) Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise sering
ditemukan berupa anoreksia, tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keluar keringat malam, dll. Gejala
malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

Patofisiologi
Port de entry kuman Mycobacterium tuberculosis adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi terjadi melalui
udara, (air bone), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman
basil tuberkel yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mencapai alveolus dan diinhalasi
biasanya terdiri atas satu sampai tiga gumpalan.
Basil yang lebih besar cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkus, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang
alveolus, kuman akan mulai mengakibatkan peradangan. Leukosit polimorfonuklear
tampak memfagosit bakteri di tempat ini, namun tidak membunuh organisme
tersebut.
Sesudah hari pertama, maka leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang
akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia selular
ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal atau
proses dapat berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di
dalam sel.
Basil juga menyebar melalui getah bening menuju getah bening regional. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu, sehingga
membentuk sel tuberkel epitoloit yang dikelilingi oleh foist. Reaksi ini biasanya
membutuhkan waktu 10-20 jam (Ardiansyah, 2012).

Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan Tuberculosis ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan
cepat dan mencegah kambuh. Obat yang digunakan untuk Tuberculosisdigolongkan
atas dua kelompok yaitu :
a. Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,
sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
b. Obat sekunder : Exionamid, Paraminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin
dan Kanamisin (Depkes RI, 2011).

Komplikasi
Pada anak dengan tuberculosis biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut
Wallgren, ada 3 komplikasi dasar Tuberculosis paru pada anak, yaitu
penyebaranlimfohematogen, Tuberculosis endobronkial, dan Tuberculosis paru
kronik. Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi Tuberculosis
milier atau meningitis Tuberculosis, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi
primer.Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran
kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan).
Terjadinya Tuberculosis paru kronik sangat bervariasi, Tuberculosis paru kronik
biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi
sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak, tetapi sering pada remaja dan
dewasa muda.
Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi
Tuberculosis. Tuberculosis tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang
terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi dapat juga 2-3 tahun
kemudian. Tuberculosis ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer
(Ardiansyah, 2012

TINJAUAN KASUS PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC)

1.Pengkajian

A. Identitas Pasien

Nama : Yuni Sabrina


Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : LK III JL KH Dahlan Lubuk Pakam
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk RS : 24 April 2021
Status perkawinan : Sudah menikah
Suku : Jawa/Indonesia
Diagnosa medis : Tuberkulosis (TBC)

B. Penanggung jawab

Nama : Rini
Umur : 37 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : LK III JL KH Dahlan Lubuk Pakam
Hubungan dengan klien : kakak pasien
- Alasan masuk
Bapak Tn.Y Mengatakan sudah 3 minggu mengalami batuk, setiap kali
batuk mengeluarkan dahak kental berwarna kehijauan, Bapak Tn.Y juga
mengatakan susah bernapas, tidak nafsu makan dan sering terbangun
malam karena berkeringat.

- Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Tn.Y mengatakanm batuk berdahak selama 3 minggu, jika batuk
nyeri terasa pada dada sebelah kanan

2. Riwayat kesehatan Sekarang


Tn. Y mengatakan sejak 3 minggu terakhir klien mengatakan
batuk berdahak, dahak susah untuk dikeluarkan, mengeluh batuk
berdahak, sesak napas, demam, nafsu makan menurun, klien terlihat
lemas tampak meringis kesakitan, Tekanan darah : 120/80 mmHg,
Suhu : 38, RR : 24 x/menit, Nadi : 76 x/menit, HB : 11,5, BB : 52 Kg
(sekarang), BB : 55 Kg (sebelum sakit), TB : 165 Cm

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Tn. Y mengatakan sejak 3 minggu terakhir klien mengalami batuk
berdahak, sesak napas, demam, nafsu makan menurun, Tn. Y juga
mengatakan sudah sering mengalami batuk berminggi – minggunamun
sembuh dengan membeli obat di warung, pasien tidak memiliki
penyakit lain selain batuk dan tidak pernah masuk Rumah Sakit
sebelumnya.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit menular,
keluarga juga menyatakan bahwa tidak ada anggota keluarga yang
menderita penyakit seperti DM, dan Hipertensi

- Pemeriksaan Fisik
a) TTV
Keadaan umum (KU) : Baik
Kesadaran : Composmentis
TD : 120/80 mmHg
Suhu : 38
Nadi : 76 x/menit
Pernafasan : 24 x/menit
HB : 11,5
BB sekarang : 52 kg
BB sebelum sakit : 55 kg
TB :165 cm
b) Kepala
Rambut : rambut merata, berwarna hitam, tidak ada benjolan
Ekspresi wajah : pucat
Mata : skelera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : tidak ada sekret, pernapasan cepat
Telinga : tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik
Mulut : bibir kering, tidak ada gigi palsu
Leher : tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid
c) Tangan
Tidak ada luka, jari tangan lengkap
d) Kaki
Tidak ada luka, jari kaki lengkap
e) Abdomen (perut)
Inspeksi : Simetris, tidak ada benjolan
Auskultasi : bising usus normal
Perkusi : tidak ada nyeri tekan
Palpasi : Timpani

- Data Fokus
 Data Subjektif
 Bapak Tn. Y mengatakan mengalami batuk sejak 3 minngu
terakhir
 Bapak Tn. Y juga mengatakan setiap kali batuk mengeluarkan
dahak kental berwarna kehijauan
 Bapak Tn. Y juga mengatakan susah bernafas
 Bapak Tn. Y mengatakan tidak nafsu makan
 Bapak Tn. Y mengatakan sering terbangun malam karena
berkeringat.
 Bapak Tn. Y mengatakan berat badan menurun
 Tn. Y dan keluarga mengatakan tidak tahu dengan penyakit
yang diderita Tn. Y
 Data Objektif
 Pernafasan cepat (RR = 24 x/menit)
 Saat batuk bapak Tn. Y terlihat sesak pada malam hari
 Bapak Tn. Y tampak sesak nafas
 Nafsu makan berkurang
 Tn. Y tampak kurus
 Suhu 38
 Batuk berdahak
 BB sekarang= 52Kg, BB sebelum sakit = 55 kg, TB =165 Cm
 Nadi : 76 x/menit

ANALISA DATA

N Data Masalah Etiologi


o
1 Ds : Bersihan jalan Pembentukan
nafas tidak efektif tuberkelosis
- Pasien mengatakan sudah 3 peradangan
minggu mengalami batuk
Mengeluarkan dahak kental
berwarna kehijauan

- Pasien juga mengatakan


susah bernapas

Do :
- Klien tampak sesak nafas
- Batuk yangb tidak berhenti
secara terus – menerus
- Dahak pasien berwarna
kehijauan
- Pernapasan pasien cepat
(RR = 24 x/menit)
- Denyut nadi pasien (HR = 76
x/menit

2 Ds : kebutuhan nutrisi Masalah


Mual, muntah kebutuhan nutrisi,
- Pasien mengatakan tidak perubahan
nafsu makan nutrisikurang dari
kebutuhan tubuh
Do :

- Porsi makan tidak dihabiskan


- BB : 52 kg
- TB : 165 cm

3 Ds : Masalah Sering berkeringat


gangguan istirahat dimalam hari
- Pasien mengatakan sering dan tidur
terbangun malam karena
berkeringat

Do :

- Pasien nampak berkeringat


- HB : 11,5
- Bapak S susah tidur

- Diagnosa Keperawatan

Problem Etiologi Simptom


Ketidak efektifan bersihan Allergen (cuaca dingin) Data Subjektif :
jalan napas berhubungan - Tn. Y mengatakan
dengan Batuk berdahak sesak napas dan
Antigen yang terikat batuk berdahak
- Tn. Y mengatakan
Waktu timbulnya
Pemiabilitas kapiler serangan sesak
meningkat sering terjadi tiba
-tiba dan terjadi
- dimalam hari
Edema mukosa, sekresi - Tn. Y juga
produktif, kontriksi otot mengatakan ketika
meningkat batuk sulit untuk
mengeluarkan dahak

Batuk berdahak Data Objektif :


berwarna kehijauan dan - Nampak sesak
Sesak nafas - Terdapat bunyi suara
napas Ronchi
- Irama napas, cepat
Ketidak efektifan jalan - Nampak batuk
napas berdahak dengan
konsistensi kental
dan berwarna
kehijauan
- Pernapasan 24
x/menit
- TD : 120/mmHg
- RR : 24 x/menit
- Nadi : 76 x/menit
- Suhu : 38

Dari pengkajian di atas didapatkan diagnosa keperawatan :


1. Ketidak efektifan jalan napas berhubungan dengan adanya penumpukan
sekret
2. Gangguan nafsu makan berhubungan dengan batuk yang terjadi secara terus
menerus
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan sering berkeringat dimalam hari
4. Batuk yang tidak berhenti secara terus - menerus

- Intervensi (Perencanaan) Keperawata

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil

1 Tidak Tujuan :  Memonitor  Tanda-


efektifnya - bersihan frekuensi, tanda
bersihan jalan jalan nafas irama viital
nafas efektif kedalaman merupaka
dan upaya n acuhan
Kriteria Hasil : napas mengetah
- Mempertah  Posisi Semi ui kadar
ankan jalan Fowler umum
nafas  Auskultasi pasien
dengan suara napas  Dengan
bunyi nafas  Kaji pasien posisi
bersih untuk posisi semi
yang nyaman fowler
misal, duduk dapat
pada meningkat
sandaran kan upaya
tempat tidur napas
 Berikan obat lebih
sesuai dalam
indikasi dan lebih
kuat
 Batuk
efektif
diberikan
dapat
menghem
at energi
segingga
tidak
mudah
lelah dan
dapat
mengelua
rkan
dahak
secara
maksimal
2 Kerusakan Tujuan :  Kaji frekuensi
pertukaran gas - Pertukaran kedalaman
gas efektif pernafasan,
catat nafas
Kriteria hasil : bibir, ketidak
- Menunjukka mampuan
n perbaikan berbicara
vertilasi dan  Tinggikan
Oksigen kepala
dalam tempat tidur,
rentang pasien untuk
normal memilih
posisi yang
mudah untuk
bernafas
 Auskultasi
bunyi nafas
 Awasi tingkat
kesadaran

3 Perubahan Tujuan :  Memonitor


nutrisi kurang - Kebutuhan asupan
dari kebutuhan nutrisi makan
tubuh terpenuhi  Anjurkan
pasien untuk
Kriteria hasil : menghabiska
- Adanya n porsi
peningkatan makan
BB Sesuai  Dorong
dengan priode
tujuan istirahat, 1
jam sebelum
dan sesudah
makan,
berikan
makan porsi
kecil tapi
sering
 Timbang BB
sesuai
indikasi
 Kaji
pemeriksaan
laboratorium

4 Kurang Tujuan :  Jelaskan


pengetahuan - Pengetahua proses
n meningkat penyakit
individu dan
Kriteria hasil : keluarga
- Menyatakan  Anjurkan
pemahama untukl latihan
n kondisi nafas dan
- Melakukan  batuk efektif
perubahan  Diskusikan
pola hidup tentang obat
dan yang
berpartisipa digunakan,ef
si dalam ek samping
program  Beritahu efek
pengobatan bahaya
merokok

 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl/ Diagnosa Implementasi Evaluasi


Jam
Kamis 11 Ketidak 1.Mengidentifikasi kemampuan S :
Maret/ efektifan jalan batuk Tn Y Mengatakan
Jam nafas 2.jelaskan tujuan dan prosedur masih merasa sesak,
09:30 berhubungan batuk efektif Tn Y mengatakan
dengan adanya 3.monitor asupan makan masih batuk dan sulit
penumpukkan 4.Memonitort TTV untuk mengeluarkan
dan batuk yang dahak
terus menerus Hasil :
 TD : 11O / 80 mmHg O:
 RR : 28 x/menit Keadaan umum
 Nadi : 88 x/menit lemah, Tn Y nampak
 Suhu : 37,5 sesak, Tn Y nampak
batuk berdahak
TD : 110/ 80 mmHg
RR : 28 x/menit
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 37,5

A:
masalsh Tn Y belum
teratasi

P:
intervensi
dilanjuttkan
memonitor TTV,
melatih batukl efektif,
memberikan posisi
yang nyaman,
kolaborasi
pemberian obat
instalasi, pantau
batuk efektif,
frekuensi nafas,
irama nafas, dan
bunyi nafas

Jam 5.Memberikan Tn. Y posisi


09:45 senyaman mungkin

Hasil :
Pasien lebih nyaman dengan
posisi Semi Fowler

Jam 6.Mengkolaborasikan
09:55 pemberian obat Nebulizer
sesuai program terapi

Hasil :
Ranitidine inj. 25 ml 2x1 (amp)
1 ampul obat combivet dosis
yang diberi 2,5 ml,3 sampai 4
x/hari diberikian.

Jam : 7.Ajarkan Tn. Y tentang


10:05 penyakitnya dengan cara
menghindari faktor pencetus

Hasil :
Menjelaskan pengertian Asma
Bronkial, tanda dan gejala
Asma Bronkial, faktor pencetus
Asma Bronkial, Perawatan
Asma Bronkial dirumah, cara
pencegahan kekambuhan
Asma Bronkial, cara
pernapasan yang benar.

Jumat, 1.Mengidentifikasi kemampuan S:


12 Maret batuk Tn. Y mengatakan
2021/ 2.jelaskan tujuan dan prosedur sudah tidak sesak,
09:30 batuk efektif Tn. Y mengatakan
3.Memonitor asupan makan masih batuk
4.Memonitor TTV berdahak

Hasil : O:
TD : 100/70 mmHg keadaan umum
RR : 24 x/menit mulai membaik
Nadi : 84 x/menit nampak \\batuk
Suhu : 36,5 berdahak, nampak
tidak sesak
TD : 100/70 mmHg
RR : 24 x/menit
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5
terdapat bunyi suara
napas tambahan
(ronchi)

A:
Masalah teratasi
sebagian

P:
Intervensi
dilanjutkan, kaji TTV,
berikan posisi
senyaman mungkin,
latih batuk efektif,
kolaborasi
pemberian obat
Nebulizer, pantau
batuk efektif,
frekuensi nafas,
irama nafas, dan
bunyi nafas

Jam 5.Memberikan Tn. Y posisi


09;45 senyaman mungkin

Hasil :
Tn. Y lebih nyaman dengan
posisi Semi Fowler

Jam 6.Mengkolaborasikan
09: 55 Pemberian obat Nebulizer
sesuai program terapi

Hasil :
Ranitidine inj. 25 ml 2x1 (amp)
1 ampul obat Combivent dosis
yang diberi 2,5 ML, 3 sampai
4x/hari

Jam 7.Melatih Tn. Y batuk efektif


10 :05
Hasil :
Tn. Y tampak bisa melakukan
batuk efektif namun masih
dibantu oleh perawat melatih
batuk efektif hari ke 2
dilakukan 3 x dalam sehari

Senin,15 Ketidak 1.Mengidentifikasi kemampuan S:


Maret/ja efektifan jalan batuk Tn. Y mengatakan
m 09:30 nafas 2.jelaskan tujuan dan prosedur sudah tidak sesak,
berhubungan batuk efektif Tn. Y mengatakan
dengan adanya 3.Posisikan Semi Fowler sudah tidak batuk
penumpukkan 4.Memonitor TTV dan dahak sudah
dan batuk yang tidak ada
terusmenerus Hasil :
TD : 100/70 mmHg O:
RR : 16 x/menit Keadaan umum,
Nadi : 80 x/menit nampak baik
Suhu : 36 TD : 100/70 mmHg
RR : 16 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36
Nampak tidak sesak,
nampak tidak batuk,
tidak terdapat bunyi
tambahan napas

A:
Masalah Tn. Y
teratasi

P:
Intervensi dihentikan

Jam 2.memberikan Tn. Y posisi


09 : 45 senyaman mungkin

Hasil :
Tn. Y lebih nyaman dengan
posisi Semi Fowler

Jam 3.mengkolaborasikan
09 : 55 pemberian obat Nebulizer
sesuai program terapi

Hasil :
Ranitidine inj. 25 ml 2x1 (amp)
1 ampul obat Combivent dosis
yang diberi 2.5 ML, 3 sampai
4x/hari diberikan

Jam 4.Melatih Tn. Y batuk efektif


10:05
Hasil :
Tn. Y nampak bisa melakukan
batuk efektif tanpa bantuan
intruksi perawat, melatih batuk
efektif dilakukan 3 x dalam
sehari

 Evaluasi Keperawatan
 Bersihkan jalan napas
 Berikan oksigen
 Pantau selama 3 jam sekali dengan rasa nyeri bersekala 1 - 10

Anda mungkin juga menyukai