DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. FITRIANINGSIH
2. NURASIAH JAMIL
3. MUHAMMAD SUKRON HADI
4. MUSPI EDWIN MAULANA
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Obat tuberkulosis harus diminum oleh penderita secara rutin selama enam
bulan berturut-turut tanpa henti.
Untuk kedisiplinan pasien dalam menjalankan pengobatan juga perlu
diawasi oleh anggota keluarga terdekat yang tinggal serumah, yang setiap
saat dapat mengingatkan penderita untuk minum obat. Apabila pengobatan
terputus tidak sampai enam bulan, penderita sewaktu-waktu akan kambuh
kembali penyakitnya dan kuman tuberkulosis menjadi resisten sehingga
membutuhkan biaya besar untuk pengobatannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latarbelakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa definisi TBC ?
2. Apa saja tanda dan gejala TBC ?
3. Apa saja metode diagnostik TBC ?
4. Bagaimana cara penularan penyakit TBC ?
5. Bagaimana cara pencegahan penyakit TBC ?
6. Bagaimana cara pengobatan penyakit TBC ?
7. Bagaimana Peran Perawat dalam promosi kesehatan mengenai
kasus TBC ?
8. Apa saja proses keperawatan dalam promosi kesehatan mengenai
kasus TBC ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui promosi kesehatan pada pasien TBC.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui definisi TBC
2. Mahasiswa mampu mengetahui tanda dan gejala TBC
3. Mahasiswa mampu mengetahui metode diagnostik TBC
4. Mahasiswa mampu mengetahui cara penularan penyakit TBC
5. Mahasiswa mampu mengetahui cara pencegahan penyakit TBC
6. Mahasiswa mampu mengetahui cara pengobatan penyakit TBC
7. Mahasiswa mampu mengetahui peran perawat dalam promosi
kesehatan mengenai kasus TBC
8. Mahasiswa mampu mengetahui proses keperawatan dalam
promosi kesehatan mengenai kasus TBC
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Gejala klasik infeksi TB aktif yaitu batuk kronis dengan bercak darah
sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan
turun. (dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang
terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.) Infeksi pada organ
lain menimbulkan gejala yang bermacam-macam. Diagnosis TB aktif
bergantung pada hasil radiologi (biasanya melalui sinar-X dada) serta
pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh.
Sementara itu, diagnosis TB laten bergantung pada tes tuberkulin
kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan
dan memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu
lama. Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes
penapisan dan diobati bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah
yang bertambah besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-obat (TB
MDR). Untuk mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penapisan
penyakit tersebut dan mendapatkan vaksinasi basil Calmette–Guérin.
Para ahli percaya bahwa sepertiga populasi dunia telah terinfeksi oleh
M. tuberculosis, dan infeksi baru terjadi dengan kecepatan satu orang per
satu detik. Pada tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis yang
aktif di tingkat global. Pada tahun 2010, diperkirakan terjadi pertambahan
kasus baru sebanyak 8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas
terjadi di negara berkembang. Angka mutlak kasus Tuberkulosis mulai
menurun semenjak tahun 2006, sementara kasus baru mulai menurun sejak
tahun 2002. Tuberkulosis tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Dari
populasi di berbagai negara di Asia dan Afrika yang melakukan tes
tuberkulin, 80%-nya menunjukkan hasil positif, sementara di Amerika
Serikat, hanya 5–10% saja yang menunjukkan hasil positif. Masyarakat di
dunia berkembang semakin banyak yang menderita Tuberkulosis karena
kekebalan tubuh mereka yang lemah. Biasanya, mereka mengidap
Tuberkulosis akibat terinfeksi virus HIV dan berkembang menjadi AIDS.
Pada tahun 1990-an Indonesia berada pada peringkat-3 dunia penderita TB,
tetapi keadaan telah membaik dan pada tahun 2013 menjadi peringkat-5
dunia.
Kuman TBC tidak melalui ASI sehingga bayi boleh menyusu ibu. Ibu
perlu diobati secara adekuat dan diajarkan pencegahan penularan ke bayi
dengan menggunakan masker.Bayi tidak langsung diberi BCG oleh karena
efek proteksinya tidak langsung terbentuk. Walaupun sebagian obat anti-
TBC melaluiASI, kadarnya tidak cukup sehingga bayi tetap
diberikan profilaksis dengan INH dosis penuh.
Pengobatan TBC pada ibu memerlukan waktu paling kurang dari 6
bulan. Setelah 3 bulan pengobatan secara adekuat, biasanya ibu sudah tidak
menularkan lagi, dan pada bayi dilakukan uji Mantoux. Bila hasilnya
negative, terapi INH di dalam darah sudah sangat rendah.
Reaksi positif palsu terhadap uji kulit tuberculin dapat terjadi pada
klien yang memiliki infeksi mikobakterial lain atau yang telah
mendapatkan vaksin vacille calmette Guerin (BCG). Reaksi negative palsu
juga dapat terjadi, terutama pada orang yang mengalami supresi imun atau
anergi (gangguan kemampuan untuk bereaksi terhadap antigen). Pada klien
tersebut, dan untuk siapa pun yang memiliki uji kulit positif, pemeriksaan
apusan sputum AFB dan rontgen dada dapat digunakan untuk
mengidentifikasi penyakit aktif. Penting untuk memulai isolasi respiratoris
untuk klien tersebut hingga hasil sputum AFB diketahui.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus TBC di Indonesia
Beban TBC di Indonesia masih sangat tinggi, khususnya mengenai
angka kesembuhan yang ada akibat dari proses pengobatan yang berjalan
dalam jangka waktu yang lama yakni selama minimal 6 bulan dan resiko
terjadinya resistensi obat.
3.6 Intervensi
3.7 Implementasi
3.8 Evaluasi
PENUTUP
4.1 Kesimpulan