Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PENATALAKSANAAN PASIEN DENGAN ARV

DAN PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATAN ADHERENCE

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. MUSPI EDWIN MAULANA

2. MUHAMMAD SUKRON HADI

3. FITRIANINGSIH

4. NURASIAH JAMIL

5. IZZUDDIN BUBUKHARI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) HAMZAR

LOMBOK TIMUR

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena hanya dengan rahmat serta

ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawantan HIV/AIDS

dengan judul “Askep Penatalaksanaan Pasien Dengan ARV dan Peran Perawat dalam

Meningkatan Adherence”.

Penulis menyadari bahwa Tugas Mata Kuliah Keperawantan HIV/AIDS masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena, itu segala kritik dan saran yang bersifat

membangun senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan tugas ini.

Semoga tugas mata kuliah  ini dapat berguna khususnya bagi mahasiswa Prodi

S1 Alih Jenjang STIKES HAMZAR LOMBOK TIMUR.

Lombok Timur, 22 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN TEORI .......................................................................................... 3

A. Askep penatalaksaan Pasien ARV ..................................................................... 3

B. Tujuan pemberian ARV ..................................................................................... 3

C. Jenis obat-obatan ARV ...................................................................................... 3

D. Efek samping ARV ............................................................................................ 5

E. Peran perawat dalam meningkatkan adherence ................................................ 6

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau faktor prediksi kepatuhan ................... 8

G. Kesiapan Pasien Sebelum Memulai Terapi ARV ..............................................11

H. Unsur Konseling untuk Kepatuhan Berobat ......................................................12

I. Monitoring .........................................................................................................13
BAB III Asuhan keperawatan pada pasien ARV ...........................................................15

A. Pengkajian ...................................................................................................15

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan .......................................................16


BAB IV PENUTUP .......................................................................................................20

A. Kesimpulan ........................................................................................................20

B. Saran ...................................................................................................................20

Daftar pustaka ................................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan global yang mengancam

dunia termasuk Indonesia. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit

HIV/AIDS adalalah angka kejadian dan kematian yang masih tinggi. Saat ini tidak

ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. Meskipun telah dicapai berbagai kemajuan

dibidang kedokteran dan farmasi, serta telah dilakukan berbagai upaya pencegahan

primer maupun sekunder, tetapi angka kesakitan dan kematina tetap tinggi

(Nasronudin, 2014).

Upaya pemerintah yang telah dilakukan untuk menurunkan angka penderita

HIV/AIDS yaitu melalui terapi antiretrovival. Terpai tersebut merupakan terapi yang

dijalankan pasien dengan mengkonsumsi obat seumur hidup mereka. Untuk menekan

penggandaan (replikasi) virus didalam darah, tingkat obat antiretrovival harus elalu

diatas tingkat tertentu. Pemberian terapi ARV tidak serta merta diberikan begitu saja

pada penderita yang dicurigai tetapi perlu mempertimbangkan berbagai faktor dari

segi pengentahuan, kemampuan, kesanggupan pengobatan jangka panjang, resistensi

obat, efek samping, jangkauan memperoleh obat, serta saat yang tepat untuk

memulai terapi. Dengan semakin dekat dan mudahnya antiretrovival (ARV)

dijangkau masyarakat, maka langkah mantap dari pemerintah tersebut merupakan

payung peneduh bagi ODHA dan keluarga (Nasronudin, 2007).

Kepatuhan adalah perilaku atau kualitas untuk tetap pada jalur, perilaku

untuk tetap berkelanjutan, dan untuk tetap pada pilihan. Terdapat dua hal dasar

tentang kepatuhan yang harus dipertimbangkan oleh konselor ARV. Pertama

1
pencapaian kepatuhan adalah hasil dari proses interaksi antara konselor dan pasien.

Saat pasien tidak memenuhi aturan dalam terapi ARV, berarti terdapat permasalahan

yang komplek (Sangworn & Sombat, 2006).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penatalaksanaan pasien ARV ?

2. Bagaimana peran perawat dalam meningkatkan adherence ?

C. Tujuan

1. Untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap ARV .

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Askep penatalaksaan Pasien ARV

HIV menyebabkan terjadinya penurunan kekebalan tubuh sehingga pasien

rentan terhadap serangan infeksi oportunistik. Antiretroviral (ARV) bisa diberikan

pada pasien untuk menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan

mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan

menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa

memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita

HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas golongan seperti nukleoside reverse transcripetase

inhibitor, non-nucleotide reverse transciptase inhibitor dan protease.

B. Tujuan pemberian ARV

ARV diberikan pada pasien HIV/AIDS dengan tujuan untuk :

1. Menghentikan replikasi HIV.

2. Memulihkan sistem imun dan mengurangi terjadi infeksi oportunistik.

3. Memperbaiki kualitas hidup.

4. Menurunkan morbiditas dan mortalitas karena infeksi HIV.

C. Jenis obat-obatan ARV

Obat ARV terdiri atas beberapa golongan antara lain nucleoside reverse

transcriptase inhibitor, non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor, protease

inhibitor dan fussion inhibitor.

3
1. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)

Obat ini dikenal sebagai analog nukleosida yang menghambat proses

perubahan RNA virus menjadi DNA (proses ini dikenal oleh virus HIV agar bisa

bereplikasi. Contoh dari obat ARV yang termasuk dalam golongan ini terdapat

pada tabel di bawah ini.

Nama Generik Nama Dagang Nama Lain

Zidovudine Retrovir AZT,ZCV

Didanosine Videx ddi

Zalzitabine Hivid ddC, dideokxycytidine

Stavudine Zerit d4t

Lamivudine Epivir 3TC

Zidovudine/lamivudine Combivir Kombinasi AZT dan

3TC

Abacavir Ziagen ABC

Zidovu Trizivir Kombinasi AZT, 3TC

dine/lamivudine/abacavir dan abacavir

tenofavir viread Bis-poc PMPA

2. Nucleotide reverse transcriptase inhibitor (NtRTI), yang termasuk golongan ini

adalah tenofovir (TDF).

3. non- nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Golongan ini juga

bekerja dengan menghambat proses perubahan RNA menajdi DNA dengan cara

mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi.

4
4. Protease inhibitor (PI, menghalangi kerja enzim protesa yang berfungsi memotong

DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk memproduksi

virus baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir (APV), dan nelvinavir

(NFV), squinavir (SQV), ritonavir (RTV), amprenavir (APV) dan

loponavir/ritonavir (LPV/r).

5. Fusion inhibitor. Yang termasuk golongan ini adalah enfuvirtide (T-20).

D. Efek samping ARV

Pasien yang sedang mendapatkan HAART umumnya menderita efek

samping. Sebagai akibatnya, pengobatan infeksi HIV dan risiko toksisitas yang

kompleks antara menyeimbangkan keuntungan supresi HIV dan risiko toksisitas

obat. Sekitar 25% penderita tidak meminum dosis yang dianjurkan karena takut akan

efek samping yang ditimbulkan oleh ARV (Arminio Monforte, Chesney, Eron, 2000,

dan Ammassari, 2001 dalam kapser et al, 2006). Obat-obat ARV mempunyai efek

samping tertentu.

Jenis obat ARV Efek Samping

NRTI Zidovudine Anemia, neutropenia, intoleransi gastrointestinal, sakit kepala,

sulit tidur, miopati, asidosis laktat dengan steatosis hepatitis

(jarang)

Lamivudine Sedikit toksisitas, asidosis laktat dengan steatosis hepatitis

(jarang)

Stavudine
Neuropati perifer, pankreatitis, lifodistrofi (efek samping

jangka panjang), asidosis laktat dengan steatosis hepatitis

(jarang)

Didanosine Pankreatitis, neurofati perifer, lipoatrofi, asidosis laktat

5
dengan steatosis hepatitis (jarang)

NNRTI NVP  Ruam kulit berat

 Hepatitis

EFV  SSP

 Teratagenik (jangan diberikan pada usia muda dalam

usia reproduksi tanpa metode KB yang aman

PI Nelfinavir (NFV) Diare, Hiperglikemia, perpindahan lemak (Lipodistrofi),

kelainan lipid.

Sumber : Depkes RI, 2003

E. Peran perawat dalam meningkatkan adherence

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain

terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam system, dimana dapat

dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawatn maupun dari luar profesi

keperawatan yang bersifat konstan.

Adherence atau patuh adalah kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku

pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesiaonal kesehatan (Niven,

N, 2002). Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan dimana

pasien mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya karena

mematuhi perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih

meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan harus selalu

dipantau dan dievaluasi secara teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan terapi ARV

sering diakibatkan oleh ketidak-patuhan pasien mengkonsumsi ARV.

Untuk mencapai supresi virologis yang baik diperlukan tingkat kepatuhan

terapi ARV yang sangat tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai

6
tingkat supresi virus yang optimal, setidaknya 95% dari semua dosis tidak boleh

terlupakan. Resiko kegagalan terapi timbul jika pasien sering lupa minum obat.

Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta komunikasi dan

suasana pengobatan yang konstruktif akan membantu pasien untuk patuh minum

obat.

Kepatuhan adalah istilah yang digunakan utnuk menggambarkan perilaku

pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya.

Supaya patuh, pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum obat atau tidak.

Kepatuhan ini amat penting dalam penatalaksaan ART, karena:

1. Bila obat tidak mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan

memungkinkan berkembangnya resistensi.

2. Minum dosis obat tepat waktu dan meminumnya secara benar.

3. Derajat kepatuhan sangat berkolerasi dengan keberhasilan dalam

mempertahankan supresi virus.

Terdapat kolerasi positif antara kepatuhan dengan keberhasilan, dan

HAART sangat efektif bila diminum sesuai aturan. Hal ini berkaitan dengan.

1. Resistensi obat.

Semua obat antiretroviral diberikan dalam bentuk kombinasi, di samping

meningkatkan efektivitas juga penting dalam mencegah resistensi. Kepatuhan

terhadap aturan pemakaian obat juga sangat membantu mencegah terjadinya

resitensi. Virus yang resisten terhadap obat akan berkembang cepat dan

berakibat bertambah buruknya perjalanan penyakit.

2. Menekan virus secara terus menerus.

7
Obat-obatan ARV harus diminum seumur hidup secara teratur,

berkelanjutan, dan tepat waktu. Cara terbaik untuk menekan virus secara terus

menerus adalah dengan meminum obat secara tepat waktu dan mengikuti

petunjuk minum obat dengan benar serta di anjurkan untuk mengkonsumsi

makanan yang bergizi.

3. Kiat penting untuk mengingat minum obat.

a) Minumlah obat pada waktu yang sama setiap hari.

b) Harus selalu tersedia obat di mana pun biasanya penderita berada, misalnya

dikantor, di rumah, dan lain-lain.

c) Bawa obat kemanapun pergi.

d) Gunakan alarm untuk mengingatkan waktu minum obat.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau faktor prediksi kepatuhan:

Fasilitas layanan kesehatan. Sistem layanan yang berbelit, sistem

pembiayaan kesehatan yang mahal, tidak jelas dan birokratik adalah penghambat

yang berperan sangat signifikan terhadap kepatuhan, karena hal tersebut

menyebabkan pasien tidak dapat mengakses layanan kesehatan dengan mudah.

Termasuk diantaranya ruangan yang nyaman, jaminan kerahasiaan dan penjadwalan

yang baik, petugas yang ramah dan membantu pasien.

1) Karakteristik Pasien. Meliputi faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin, ras /

etnis, penghasilan, pendidikan, buta/melek huruf, asuransi kesehatan, dan asal

kelompok dalam masyarakat misal waria atau pekerja seks komersial) dan

faktor psikososial (kesehatan jiwa, penggunaan napza, lingkungan dan dukungan

sosial, pengetahuan dan perilaku terhadap HIV dan terapinya).

2) Paduan terapi ARV. Meliputi jenis obat yang digunakan dalam paduan, bentuk

8
paduan (FDC atau bukan FDC), jumlah pil yang harus diminum, kompleksnya

paduan (frekuensi minum dan pengaruh dengan makanan), karakteristik obat dan

efek samping dan mudah tidaknya akses untuk mendapatkan ARV.

3) Karakteristik penyakit penyerta. Meliputi stadium klinis dan lamanya sejak

terdiagnosis HIV, jenis infeksi oportunistik penyerta, dan gejala yang

berhubungan dengan HIV. Adanya infeksi oportunistik atau penyakit lain

menyebabkan penambahan jumlah obat yang harus diminum.

4) Hubungan pasien-tenaga kesehatan. Karakteristik hubungan pasien- tenaga

kesehatan yang dapat mempengaruhi kepatuhan meliputi: kepuasan dan

kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan dan staf klinik, pandangan pasien

terhadap kompetensi tenaga kesehatan, komunikasi yang melibatkan pasien

dalam proses penentuan keputusan, nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat,

terbuka, kooperatif, dll) dan kesesuaian kemampuan dan kapasitas tempat

layanan dengan kebutuhan pasien

Sebelum memulai terapi, pasien harus memahami program terapi ARV

beserta konsekuensinya. Proses pemberian informasi, konseling dan dukungan

kepatuhan harus dilakukan oleh petugas (konselor dan/atau pendukung

sebaya/ODHA). Tiga langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan

antara lain:

Langkah 1: Memberikan informasi

Klien diberi informasi dasar tentang pengobatan ARV, rencana terapi,

kemungkinan timbulnya efek samping dan konsekuensi ketidakpatuhan. Perlu

diberikan informasi yang mengutamakan aspek positif dari pengobatan sehingga

dapat membangkitkan komitmen kepatuhan berobat

9
Langkah 2: Konseling perorangan

Petugas kesehatan perlu membantu klien untuk mengeksplorasi kesiapan

pengobatannya. Sebagian klien sudah jenuh dengan beban keluarga atau rumah

tangga, pekerjaan dan tidak dapat menjamin kepatuhan berobat.

Sebagian klien tidak siap untuk membuka status nya kepada orang lain.

Hal ini sering mengganggu kepatuhan minum ARV, sehingga sering menjadi

hambatan dalam menjaga kepatuhan. Ketidak siapan pasien bukan merupakan dasar

untuk tidak memberikan ARV, untuk itu klien perlu didukung agar mampu

menghadapi kenyataan dan menentukan siapa yang perlu mengetahui statusnya.

Langkah 3: Mencari penyelesaian masalah praktis dan membuat rencana

terapi.

Setelah memahami keadaan dan masalah klien, perlu dilanjutkan dengan

diskusi untuk mencari penyelesaian masalah tersebut secara bersama dan membuat

perencanaan praktis. Hal-hal praktis yang perlu didiskusikan antara lain:

1) Di mana obat ARV akan disimpan?

2) Pada jam berapa akan diminum?

3) Siapa yang akan mengingatkan setiap hari untuk minum obat?

4) Apa yang akan diperbuat bila terjadi penyimpangan kebiasaan sehari-

hari?

Harus direncanakan mekanisme untuk mengingatkan klien berkunjung dan

mengambil obat secara teratur sesuai dengan kondisi pasien.

Perlu dibangun hubungan yang saling percaya antara klien dan petugas

kesehatan. Perjanjian berkala dan kunjungan ulang menjadi kunci kesinambungan

perawatan dan pengobatan pasien. Sikap petugas yang mendukung dan peduli,

10
tidak mengadili dan menyalahkan pasien, akan mendorong klien untuk bersikap

jujur tentang kepatuhan makan obatnya.

G. Kesiapan Pasien Sebelum Memulai Terapi ARV

Menelaah kesiapan pasien untuk terapi ARV. Mempersiapan pasien untuk memulai

terapi ARV dapat dilakukan dengan cara:

1. Mengutamakan manfaat minum obat daripada membuat pasien takut

minum obat dengan semua kemunginan efek samping dan kegagalan

pengobatan.

2. Membantu pasien agar mampu memenuhi janji berkunjung ke klinik

3. Mampu minum obat profilaksis IO secara teratur dan tidak terlewatkan

4. Mampu menyelesaikan terapi TB dengan sempurna.

5. Mengingatkan pasien bahwa terapi harus dijalani seumur hidupnya.

6. Jelaskan bahwa waktu makan obat adalah sangat penting, yaitu kalau

dikatakan dua kali sehari berarti harus ditelan setiap 12 jam.

7. Membantu pasien mengenai cara minum obat dengan menyesuaikan kondisi

pasien baik kultur, ekonomi, kebiasaan hidup (contohnya jika perlu disertai

dengan banyak minum wajib menanyakan sumber air, dll).

8. Membantu pasien mengerti efek samping dari setiap obat tanpa membuat pasien

takut terhadap pasien, ingatkan bahwa semua obatmempunyai efek samping

untuk menetralkan ketakutan terhadap ARV.

9. Tekankan bahwa meskipun sudah menjalani terapi ARV harus tetap

menggunakan kondom ketika melakukan aktifitas seksual atau menggunakan

alat suntik steril bagi para penasun.

10. Sampaikan bahwa obat tradisional (herbal) dapat berinteraksi dengan obat

11
ARV yang diminumnya. Pasien perlu diingatkan untuk komunikasi dengan

dokter untuk diskusi dengan dokter tentang obat- obat yang boleh terus

dikonsumsi dan tidak.

11. Menanyakan cara yang terbaik untuk menghubungi pasien agar dapat

memenuhi janji/jadwal berkunjung.

12. Membantu pasien dalam menemukan solusi penyebab ketidak patuhan tanpa

menyalahkan pasien atau memarahi pasien jika lupa minum obat.

13. Mengevaluasi sistem internal rumah sakit dan etika petugas dan aspek lain

diluar pasien sebagai bagian dari prosedur tetap untuk evaluasi ketidak patuhan

pasien.

H. Unsur Konseling untuk Kepatuhan Berobat

1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien

2. Memberikan informasi yang benar dan mengutamakan manfaat postif dari

ARV

3. Mendorong keterlibatan kelompok dukungan sebaya dan membantu

menemukan seseorang sebagai pendukung berobat

4. Mengembangkan rencana terapi secara individual yang sesuai dengan gaya

hidup sehari-hari pasien dan temukan cara yang dapat digunakan sebagai

pengingat minum obat

5. Paduan obat ARV harus disederhanakan untuk mengurangi jumlah pil yang

harus diminum dan frekuensinya (dosis sekali sehari atau dua kali sehari), dan

meminimalkan efek samping obat.

6. Penyelesaian masalah kepatuhan yang tidak optimum adalah tergantung dari

faktor penyebabnya.

12
Kepatuhan dapat dinilai dari laporan pasien sendiri, dengan menghitung sisa

obat yang ada dan laporan dari keluarga atau pendamping yang membantu

pengobatan. Konseling kepatuhan dilakukan pada setiap kunjungan dan

dilakukan secara terus menerus dan berulang kali dan perlu dilakukan tanpa

membuat pasien merasa bosan.

I. Monitoring

Selain adanya kesadaran pasien untuk mematuhi peraturan ART, doperlukan

juga adanya monitoring yang dilakukan oleh pihak yang berwenag (perawat,

konselor dan dokter) atau pihak yang berhubungan dnegan ODHA lainnya. Upaya

monitoring terdiri atas :

1. Monitoring berkala. Monitoring ini terbagi menjadi tiga jenis yaitu :

a. Monitoring kepatuhan (adherence) yang harus didiskusikan pada setiap

kunjungan.

b. Monitoring efek samping ART, yang terdiri atas pertanyaan langsung,

pemeriksaan klinis dan tes laboratorium.

c. Monitoring keberhasilan ART. Monitoring ini berupa indikastor klinis,

misalnya berat badan yang meningkat, jumlah CD4 dan viral load.

2. Monitoring klinis. Monitoring klinis dilakukan agar didapatkan riwayat penyakit

yang jelas dan dilakukan pemeriksaan klinis yang teratur. Berikut ini adalah

kegiatan yang dilakukan setiap kali dilakukannya pemeriksaan klinis.

a. Follow up pertama setelah satu atau dua minggu. Lebih awal jika terjadi efek

samping.

b. Kunjungan bulanan sesudahnya, atau lebih bila doperlukan.

13
c. Tiap kunjungan tanyakan tentang gejal, kepatuhan, maslah yang berhubungan

dnegan HIV dan non HIV, dan kualitas hidup.

d. Pemeriksaan, berat badan, dan suhu.

3. Pemeriksaan laboratorium dasar

a. Hitung darah dan hitung jenis (Hb, leukosit, dan TLC-total limfosit count tiap 3

bulan dan pada awlah pemakaian ARV).

b. SGOT dan SGPT.

c. Hitung CD4, dilakukan pada awal terapi dan tiap 6 bulan.

4. Monitoring efektivitas

ARV dinilai efektif bila :

a. Menurunnya/menghilangnya gejala.

b. Meningkatkan berat badan.

c. Menurunnya lesi kaposi.

d. Meningkatkan TLC.

e. Meningkatnya hitungan CD4.

f. Supresi VL yang bertahan lama.

14
BAB III

Asuhan keperawatan pada pasien ARV

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Meliputi nama lengkap, umur, jenis kelamin, agama, suku/bangsa, alamat, no

regestrasi dan diagnosa medis.

2. Status Kesehatan

a. Alasan MRS

b. Keluhan Utama :

Pasien mengeluhkan badan terasa lemas, sakit kepala, susah tidur, diare dll.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

e. Riwayat Penyakit Keluarga

3. Pemeriksaan fisik

a. Inspeksi

b. Palpasi

c. Perkusi

d. Aukultasi

4. Aktivitas / istirahat

Mengatakan susah tidur (pola tidur terganggu).

5. Gejala: Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, progresi

kelelahan / malaise, Perubahan pola tidur

6. Psikososial

Takut menghadapi kematian karena penyakitnya.

15
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

Berikut adalah diagnosa keperawatan yang didapatkan berdasarkan efek

samping dari pemberian ARV sebagai berikut :

1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (diare)

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Kekurangan volume cairan  Keseimbangan  Pantau warna, jumlah dan

Definisi : Kekurangan jumlah elektrolit dan asam frekuensi kehilangan

cairan yang ada di dalam basa; keseimbangan cairan

tubuh elektrolit dan non  Observasi khususnya

elektrolit dalam terhadap kehilangan cairan

Batasan Karakteristik : kompartemen intrasel yang tinggi elektrolit

Subjektif: Haus dan ekstrasel tubuh  Pantau perdarahan

 Hidrasi; keadekuatan  Identifikasi factor

Objektif cairan yang adekuat pengaruh terhadap

 Perubahan status mental dalam kompartemen bertambah buruknya

intrasel dan ekstrasel dehidrasi


 Penurunan turgor kulit
tubuh  Kaji adanya vertigo atau
dan lidah
 Status nutrisi: asupan hipotensi postural
 Penurunan haluaran urin
makanan dan cairan;  Kaji orientasi terhadap
 Penurunan pengisian vena
jumlah makanan dan orang, tempat dan waktu
 Kulit dan membrane
cairan yang masuk  Pantau status hidrasi
mukosa kering
kedalam tubuh selama  Timbang berat badan
 Kematokrit meningkat
periode 24 jam setiap hari dan pantau
 Suhu tubuh meningkat
kecenderungannya
 Peningkatan frekuensi
 Pertaruhkan keakuratan
nadi, penurunan TD,
catatan asupan dan
penurunan volume dan
haluaran
tekanan nadi

 Konsentrasi urin

16
meningkat

 Penurunan berat badan

yang tiba-tiba

 Kelemahan

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual muntah

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Ketidakseimbangan nutrisi  Selera makan; keinginan  Tentukan motivasi pasien

kurang dari kebutuhan tubuh untuk makan ketika dalam untuk mengubah

keadaan sakit atau sedang kebiasaan makan

Batasan karakteristik : menjalani pengubatan  Pantau nilai laboratotium,

 Berat badan kurang dari  Perawatan diri: makan; khususnya transferin,

20% atau lebih dibawah kemampuan untuk albumin, dan elektrolit

berat badan ideal untuk mempersiapkan dan  Manajemen nutrisi:

tinggi badan dan rangka mengingesti makanan dan  Ketahui makanan

tubuh cairan secara mandiri kesukaan pasien

 Kehilangan berat baan dengan atau tanpa alat  Tentukan kemampuan

dengan asupan makanan bantu pasien untuk memenuhi

yang adekuat  Berat badan: masa tubuh; kebutuhan nutrisi

 Melaporkan kurangnya tingkat kesesuaian berat  Pantau kandungan nutrisi

makanan badan, otot, dan lemak dan kalori pada catatan

 Diare atau steatore dengan tinggi badan, asupan

rangka tubuh, jenis  Timbang pasien pada


kelamin dan usia. interval yang tepat

17
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan efek samping obat

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi

Hasil

Gangguan pola tidur NOC NIC

Definisi : Gangguan kualitas  Anxiety reduction Sleep Enhancement

dan kuantitas waktu tidur  Comfort level  Determinasi efek-efek

akibat faktor eksternal  Pain level medikasi terhadap pola tidur

 Rest : Extent and  Jelaskan pentingnya tidur

Batasan Karakteristik : Pattern yang adekuat

 Perubahan pola tidur  Sleep : Extent an  Fasilitas untuk

normal Pattern mempertahankan aktivitas

 Penurunan kemampuan Kriteria Hasil : sebelum tidur (membaca)

berfungsi  Jumlah jam tidur  Ciptakan lingkungan yang

 Ketidakpuasan tidur dalam batas normal nyaman

 Menyatakan sering terjaga 6-8 jam/hari  Kolaborasikan pemberian

 Meyatakan tidak  Pola tidur, kualitas obat tidur

mengalami kesulitan tidur dalam batas normal  Diskusikan dengan pasien

 Menyatakan tidak merasa  Perasaan segar dan keluarga tentang teknik

cukup istirahat sesudah tidur atau tidur pasien

Faktor Yang Berhubungan : istirahat  Instruksikan untuk

 Kelembaban lingkungan  Mampu memonitor tidur pasien

sekitar mengidentifikasikan  Monitor waktu makan dan

 Suhu lingkungan sekitar hal-hal yang minum dengan waktu tidur

 Tanggung jawab memberi meningkatkan tidur  Monitor/catat kebutuhan

asuhan tidur pasien setiap hari dan

jam
 Perubahan pejanan

terhadap cahaya gelap

 Gangguan(mis.,untuk

18
tujuan terapeutik,

pemantauan, pemeriksaan

laboratorium)

 Kurang kontrol tidur

 Kurang privasi,

Pencahayaan

4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi

Hasil

Ansietas berhubungan  Klien mampu  Gunakan pendekatan yang

dengan ancaman kematian mengindentifikasi dan menenangkan.

mengungkapkan  Beritahu pada pasien

gejala cemas segala sesuatu yang

 Menunjukkan teknik membuat pasien cemas

untuk mengontrol  Jelaskan prosedur kegiatan

cemas semua

 TTV dalm batas  Bantu pasien untuk

normal mengenal situasi yang

 Postur tubuh, mimik menimbulkan cemas.

dan tingkat aktivitas  Ajarkan nafas dalam pada

menunjukkan cemas pasien untuk mengurangi

berkurang. cemas dan membuat lebih

relaksasi

19
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Antiretroviral (ARV) adalah obat yang diberikan untuk pasien HIV/AIDS

dengan tujuan menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan

mengurangi terjadinya infeksi oportunistik, memperbaiki kualitas hidup, dan

menurunkan kecacatan. ARV tidak menyembuhkan pasien HIV, namun bisa

memperbaiki kualitas hidup dan memperpanjang usia harapan hidup penderita

HIV/AIDS. Peran perawat dalam menigkatkan kepatuhan minum obat pasien sangat

penting yaitu dengan cara memberikan informasi seputar pengobatan ARV,

konseling perorangan untuk mengeksplorasi kesiapan pengobatan pasien dan

membuat rencana terapi pasien.

B. Saran

Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dan tindakan keperawatan

kepada pasien dengan HIV harus berhati-hati dan sesuai dengan SOP agar keamanan

pasien dan keamanan perawat terjaga. Selain masalah fisiologis pada pasien, perawat

juga harus mampu melakukan asuhan keperawatan terhadap masalah psikologis dan

social dari pasien. Oleh sebab itu, perlu di bangun hubungan saling percaya antara

klien dan petugas kesehatan. Kunjungan ulang menjadi kunci kesinambungan

perawatan dan pengobatan pasien.

20
Daftar pustaka

Arif Mansjoer. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapiuus.

DEPKES RI (2011). Pedoman nasional Tatalaksana klinis infeksi HIV dan teravi

antirotroviral. Kemetrian kesehatan republik indonesia.

DEPKES RI. 2003. Pedoman nasional perawatan, dukungan, dan pengobatan bagi

ODHA. Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya. Jakarta:

Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan

lingkungan Depkes RI.

IMAI. 2003. Perawatan kronis HIV dan pengobatan ARV. Surabaya; Integrated

Management of Adolescent and Adult ilness, WHO, Unair, RsU Dr. Soetomo

Surabaya.

Nurarif, Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

dan NANDA. Media Action Publishing: Yogyakarta

Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDSJakarta :

Salemba Medika

Stewart G. 1997, Managing HIV. Sydney: MJA Published.

Nurarif, Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

dan NANDA. Media Action Publishing: Yogyakarta

21

Anda mungkin juga menyukai