DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
3. FITRIANINGSIH
4. NURASIAH JAMIL
5. IZZUDDIN BUBUKHARI
LOMBOK TIMUR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, karena hanya dengan rahmat serta
dengan judul “Askep Penatalaksanaan Pasien Dengan ARV dan Peran Perawat dalam
Meningkatan Adherence”.
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena, itu segala kritik dan saran yang bersifat
Penyusun
i
DAFTAR ISI
I. Monitoring .........................................................................................................13
BAB III Asuhan keperawatan pada pasien ARV ...........................................................15
A. Pengkajian ...................................................................................................15
A. Kesimpulan ........................................................................................................20
B. Saran ...................................................................................................................20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
HIV/AIDS adalalah angka kejadian dan kematian yang masih tinggi. Saat ini tidak
ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. Meskipun telah dicapai berbagai kemajuan
dibidang kedokteran dan farmasi, serta telah dilakukan berbagai upaya pencegahan
primer maupun sekunder, tetapi angka kesakitan dan kematina tetap tinggi
(Nasronudin, 2014).
HIV/AIDS yaitu melalui terapi antiretrovival. Terpai tersebut merupakan terapi yang
dijalankan pasien dengan mengkonsumsi obat seumur hidup mereka. Untuk menekan
penggandaan (replikasi) virus didalam darah, tingkat obat antiretrovival harus elalu
diatas tingkat tertentu. Pemberian terapi ARV tidak serta merta diberikan begitu saja
pada penderita yang dicurigai tetapi perlu mempertimbangkan berbagai faktor dari
obat, efek samping, jangkauan memperoleh obat, serta saat yang tepat untuk
Kepatuhan adalah perilaku atau kualitas untuk tetap pada jalur, perilaku
untuk tetap berkelanjutan, dan untuk tetap pada pilihan. Terdapat dua hal dasar
1
pencapaian kepatuhan adalah hasil dari proses interaksi antara konselor dan pasien.
Saat pasien tidak memenuhi aturan dalam terapi ARV, berarti terdapat permasalahan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
pada pasien untuk menghentikana aktivitas virus, memulihkan sitem imun dan
HIV/AIDS. Obat ARV terdiri atas golongan seperti nukleoside reverse transcripetase
Obat ARV terdiri atas beberapa golongan antara lain nucleoside reverse
3
1. Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
perubahan RNA virus menjadi DNA (proses ini dikenal oleh virus HIV agar bisa
bereplikasi. Contoh dari obat ARV yang termasuk dalam golongan ini terdapat
3TC
bekerja dengan menghambat proses perubahan RNA menajdi DNA dengan cara
4
4. Protease inhibitor (PI, menghalangi kerja enzim protesa yang berfungsi memotong
DNA yang dibentuk oleh virus dengan ukuran yang benar untuk memproduksi
virus baru, contoh obat golongan ini adalah indinavir (APV), dan nelvinavir
loponavir/ritonavir (LPV/r).
samping. Sebagai akibatnya, pengobatan infeksi HIV dan risiko toksisitas yang
obat. Sekitar 25% penderita tidak meminum dosis yang dianjurkan karena takut akan
efek samping yang ditimbulkan oleh ARV (Arminio Monforte, Chesney, Eron, 2000,
dan Ammassari, 2001 dalam kapser et al, 2006). Obat-obat ARV mempunyai efek
samping tertentu.
(jarang)
(jarang)
Stavudine
Neuropati perifer, pankreatitis, lifodistrofi (efek samping
(jarang)
5
dengan steatosis hepatitis (jarang)
Hepatitis
EFV SSP
kelainan lipid.
Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawatn maupun dari luar profesi
Adherence atau patuh adalah kepatuhan pasien sebagai sejauh mana perilaku
pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesiaonal kesehatan (Niven,
N, 2002). Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah sesuatu keadaan dimana
pasien mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran sendiri, bukan hanya karena
mematuhi perintah dokter. Hal ini penting karena diharapkan akan lebih
meningkatkan tingkat kepatuhan minum obat. Adherence atau kepatuhan harus selalu
dipantau dan dievaluasi secara teratur pada setiap kunjungan. Kegagalan terapi ARV
terapi ARV yang sangat tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa untuk mencapai
6
tingkat supresi virus yang optimal, setidaknya 95% dari semua dosis tidak boleh
terlupakan. Resiko kegagalan terapi timbul jika pasien sering lupa minum obat.
Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta komunikasi dan
suasana pengobatan yang konstruktif akan membantu pasien untuk patuh minum
obat.
pasien dalam minum obat secara benar tentang dosis, frekuensi dan waktunya.
Supaya patuh, pasien dilibatkan dalam memutuskan apakah minum obat atau tidak.
1. Bila obat tidak mencapai konsentrasi optimal dalam darah maka akan
HAART sangat efektif bila diminum sesuai aturan. Hal ini berkaitan dengan.
1. Resistensi obat.
resitensi. Virus yang resisten terhadap obat akan berkembang cepat dan
7
Obat-obatan ARV harus diminum seumur hidup secara teratur,
berkelanjutan, dan tepat waktu. Cara terbaik untuk menekan virus secara terus
menerus adalah dengan meminum obat secara tepat waktu dan mengikuti
b) Harus selalu tersedia obat di mana pun biasanya penderita berada, misalnya
pembiayaan kesehatan yang mahal, tidak jelas dan birokratik adalah penghambat
kelompok dalam masyarakat misal waria atau pekerja seks komersial) dan
2) Paduan terapi ARV. Meliputi jenis obat yang digunakan dalam paduan, bentuk
8
paduan (FDC atau bukan FDC), jumlah pil yang harus diminum, kompleksnya
paduan (frekuensi minum dan pengaruh dengan makanan), karakteristik obat dan
kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan dan staf klinik, pandangan pasien
dalam proses penentuan keputusan, nada afeksi dari hubungan tersebut (hangat,
antara lain:
9
Langkah 2: Konseling perorangan
pengobatannya. Sebagian klien sudah jenuh dengan beban keluarga atau rumah
Sebagian klien tidak siap untuk membuka status nya kepada orang lain.
Hal ini sering mengganggu kepatuhan minum ARV, sehingga sering menjadi
hambatan dalam menjaga kepatuhan. Ketidak siapan pasien bukan merupakan dasar
untuk tidak memberikan ARV, untuk itu klien perlu didukung agar mampu
terapi.
diskusi untuk mencari penyelesaian masalah tersebut secara bersama dan membuat
hari?
Perlu dibangun hubungan yang saling percaya antara klien dan petugas
perawatan dan pengobatan pasien. Sikap petugas yang mendukung dan peduli,
10
tidak mengadili dan menyalahkan pasien, akan mendorong klien untuk bersikap
Menelaah kesiapan pasien untuk terapi ARV. Mempersiapan pasien untuk memulai
pengobatan.
6. Jelaskan bahwa waktu makan obat adalah sangat penting, yaitu kalau
pasien baik kultur, ekonomi, kebiasaan hidup (contohnya jika perlu disertai
8. Membantu pasien mengerti efek samping dari setiap obat tanpa membuat pasien
10. Sampaikan bahwa obat tradisional (herbal) dapat berinteraksi dengan obat
11
ARV yang diminumnya. Pasien perlu diingatkan untuk komunikasi dengan
dokter untuk diskusi dengan dokter tentang obat- obat yang boleh terus
11. Menanyakan cara yang terbaik untuk menghubungi pasien agar dapat
12. Membantu pasien dalam menemukan solusi penyebab ketidak patuhan tanpa
13. Mengevaluasi sistem internal rumah sakit dan etika petugas dan aspek lain
diluar pasien sebagai bagian dari prosedur tetap untuk evaluasi ketidak patuhan
pasien.
ARV
hidup sehari-hari pasien dan temukan cara yang dapat digunakan sebagai
5. Paduan obat ARV harus disederhanakan untuk mengurangi jumlah pil yang
harus diminum dan frekuensinya (dosis sekali sehari atau dua kali sehari), dan
faktor penyebabnya.
12
Kepatuhan dapat dinilai dari laporan pasien sendiri, dengan menghitung sisa
obat yang ada dan laporan dari keluarga atau pendamping yang membantu
dilakukan secara terus menerus dan berulang kali dan perlu dilakukan tanpa
I. Monitoring
juga adanya monitoring yang dilakukan oleh pihak yang berwenag (perawat,
konselor dan dokter) atau pihak yang berhubungan dnegan ODHA lainnya. Upaya
kunjungan.
misalnya berat badan yang meningkat, jumlah CD4 dan viral load.
yang jelas dan dilakukan pemeriksaan klinis yang teratur. Berikut ini adalah
a. Follow up pertama setelah satu atau dua minggu. Lebih awal jika terjadi efek
samping.
13
c. Tiap kunjungan tanyakan tentang gejal, kepatuhan, maslah yang berhubungan
a. Hitung darah dan hitung jenis (Hb, leukosit, dan TLC-total limfosit count tiap 3
4. Monitoring efektivitas
a. Menurunnya/menghilangnya gejala.
d. Meningkatkan TLC.
14
BAB III
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Status Kesehatan
a. Alasan MRS
b. Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan badan terasa lemas, sakit kepala, susah tidur, diare dll.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Aukultasi
4. Aktivitas / istirahat
6. Psikososial
15
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Konsentrasi urin
16
meningkat
yang tiba-tiba
Kelemahan
kurang dari kebutuhan tubuh untuk makan ketika dalam untuk mengubah
17
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan efek samping obat
Hasil
jam
Perubahan pejanan
Gangguan(mis.,untuk
18
tujuan terapeutik,
pemantauan, pemeriksaan
laboratorium)
Kurang privasi,
Pencahayaan
Hasil
cemas semua
relaksasi
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
HIV/AIDS. Peran perawat dalam menigkatkan kepatuhan minum obat pasien sangat
B. Saran
kepada pasien dengan HIV harus berhati-hati dan sesuai dengan SOP agar keamanan
pasien dan keamanan perawat terjaga. Selain masalah fisiologis pada pasien, perawat
juga harus mampu melakukan asuhan keperawatan terhadap masalah psikologis dan
social dari pasien. Oleh sebab itu, perlu di bangun hubungan saling percaya antara
20
Daftar pustaka
DEPKES RI (2011). Pedoman nasional Tatalaksana klinis infeksi HIV dan teravi
DEPKES RI. 2003. Pedoman nasional perawatan, dukungan, dan pengobatan bagi
ODHA. Buku pedoman untuk petugas kesehatan dan petugas lainnya. Jakarta:
IMAI. 2003. Perawatan kronis HIV dan pengobatan ARV. Surabaya; Integrated
Management of Adolescent and Adult ilness, WHO, Unair, RsU Dr. Soetomo
Surabaya.
Salemba Medika
21