Anda di halaman 1dari 9

FARMAKOTERAPI INFEKSI DAN MALIGNASI

“NIRMATRELVIL”

TEORI 1
KELOMPOK 7

1. Juan Bayu Erlangga (25195688A)


2. Sevia Agustin (25195722A)
3. Alya Rizki Putri Prtama (25195736A)
4. Indah Purnama Sari (25195744A)
5. Sherly Anindia Putri (25195745A)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022
DAFTAR ISI

COVER Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................3
B. Rumusan Masalah...................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
A. Indikasi dan Dosis...................................................................................5
B. Farmakologi.............................................................................................5
C. Kontraindikasi.........................................................................................6
D. Interaksi...................................................................................................6
E. Efek samping...........................................................................................7
BAB III PENUTUP.................................................................................................8
A.Kesimpulan...............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada akhir tahun 2019, muncul varian virus corona baru yaitu Coronavirus
Disease 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 (SARS CoV-2). SARS CoV-2 termasuk dalam family
Coronaviridae, yang termasuk dalam ordo Nidovirales, genus Betacoronavirus dan
subgenus Sarbecovirus. Virus ini juga termasuk ke dalam virus zoonosis yaitu dapat
menular dari hewan ke manusia dan juga antara manusia melalui aerosol di udara.
Saat ini, sebagian besar obat yang digunakan untuk pasien yang positif COVID-
19 merupakan drug repurposing. Drug repurposing adalah sebuah strategi penemuan
obat dengan menggunakan obat-obatan yang sudah ada dan telah diuji aman pada
manusia yang digunakan kembali untuk indikasi lain. Kandidat obat untuk kegiatan
repurposing telah memiliki profil keamanan dan toksisitas.
Manfaat strategi drug repurposing adalah dapat mengurangi waktu dan investasi
keuangan untuk pengembangan, memiliki risiko kegagalan yang lebih rendah, dan
mempercepat penyaluran obat kepada pasien yang membutuhkan. Diantara contoh obat
repurposing yang digunakan untuk terapi COVID-19 antara lain favipiravir, remdesivir,
molnupiravir, dan ritonavir. Sedangkan nirmatrelvir merupakan obat baru yang
dikembangkan untuk infeksi SARS CoV-2.
Favipiravir, remdesivir, molnupiravir, dan kombinasi nirmatrelvir/ritonavir adalah
antivirus yang direkomendasikan untuk pasien COVID-19 berdasarkan Buku Pedoman
Tatalaksana COVID-19 edisi 4 tahun 2022. Penggunaan favipiravir, molnupiravir, dan
kombinasi nirmatrelvir/ritonavir diberikan pada pasien dewasa dengan derajat gejala
ringan hingga berat atau kritis. Penggunaan remdesivir diberikan pada pasien dewasa
dengan derajat gejala sedang hingga berat atau kritis. Sedangkan pada pasien anak,
remaja, dan neonates pemberian antivirus diberikan dengan derajat gejala sedang, berat
hingga MIS-C (Multisystem Inflammatory Syndrome-Children).
Favipiravir adalah antivirus yang digunakan untuk indikasi infeksi virus
influenza, dan sejak tahun 2014 telah digunakan untuk pengobatan infeksi virus ebola.
Adapun mekanisme kerja favipiravir adalah menghambat secara selektif enzim RNA-
dependent RNA-polymerase (RdRp), yang merupakan enzim untuk transkripsi dan
replikasi virus. Remdesivir adalah antivirus yang digunakan untuk indikasi infeksi virus
ebola, namun karena telah terbukti memiliki aktivitas spektrum antivirus luas, maka
digunakan untuk melawan virus MERS dan SARS CoV-2. Adapun mekanisme kerja
remdesivir adalah menghambat kerja enzim RdRp, yang merupakan enzim untuk
transkripsi dan replikasi virus. Status penggunaan favipiravir dan remdesivir untuk
COVID-19 adalah Emergency Use Authorization/EUA atau otoritas penggunaan
darurat.
Molnupiravir adalah antivirus yang digunakan untuk indikasi infeksi virus
influenza dan alphavirus ensefalitis yang menyebabkan penyakit Venezuelan, Eastern,
and Western equine encephalitic. Target obat ini adalah menghambat kerja RdRp

3
sehingga mengganggu proses replikasi virus. Status penggunaan molnupiravir untuk
COVID-19 adalah Emergency Use Authorization/EUA atau otoritas penggunaan
darurat. Ritonavir merupakan antivirus yang digunakan untuk indikasi infeksi HIV
dengan mekanisme kerja sebagai inhibitor protease HIV-1. Selain itu ritonavir juga
diketahui memiliki efek penghambatan pada protease SARS CoV-2. Kombinasi
Nirmatrelvir/Ritonavir diberikan dengan tujuan untuk memperpanjang durasi kerja
nirmatrelvir. Mekanisme kerja nirmatrelvir adalah menghambat SARS CoV-2 main
protease (MPro) untuk menghentikan replikasi virus, sedangkan mekanisme kerja
ritonavir adalah memperlambat metabolisme nirmatrelvir oleh enzim sitokrom untuk
mempertahankan konsentrasi nirmatrelvir tetap tinggi di dalam darah. Status
penggunaan kombinasi nirmatrelvir/ritonavir untuk COVID-19 adalah Emergency Use
Authorization/EUA atau otoritas penggunaan darurat.
Emergency Use Authorization (EUA) atau otoritas penggunaan darurat adalah
izin yang dikeluarkan untuk penggunaan produk medis tertentu. Izin ini digunakan
dalam keadaan darurat untuk mendiagnosis, mengobati atau mencegah penyakit/kondisi
serius atau mengancam jiwa yang disebabkan oleh ancaman kimia, biologi, radiologi,
dan nuklir. Penerapan EUA ini didasarkan pada beberapa langkah kebijakan, pertama
yaitu telah ditetapkan keadaan kedaruratan kesehatan masyarakat oleh pemerintah.
Kedua yaitu terdapat cukup bukti ilmiah terkait aspek keamanan dan khasiat dari obat
untuk mendiagnosis, mengobati atau mencegah penyakit/keadaan yang serius dan
mengancam jiwa berdasarkan data non-klinis, klinis, dan pedoman penatalaksanaan
penyakit terkait. Ketiga yaitu obat memiliki mutu yang memenuhi standar yang berlaku
serta dan cara pembuatan obat yang baik, memiliki manfaat yang lebih besar
dibandingkan risiko berdasarkan pada kajian data non-klinis, dan klinis obat untuk
indikasi yang diajukan, dan terakhir adalah belum ada alternatif pengobatan yang
memadai dan disetujui untuk diagnosis, pencegahan atau pengobatan penyakit
penyebab kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat.
Sebagai upaya evaluasi terhadap penggunaan favipiravir, remdesivir,
molnupiravir, dan kombinasi nirmatrelvir/ritonavir pada terapi COVID-19 di Indonesia,
dibutuhkan kajian pustaka terhadap data-data uji klinis yang telah dilakukan.
Berdasarkan hal tersebut, penulis melakukan kajian pustaka untuk mengevaluasi efikasi
favipiravir, remdesivir, molnupiravir, dan kombinasi nirmatrelvir/ritonavir pada pasien
COVID-19 berdasarkan data uji klinis.

B. Rumusan Masalah
Apakah indikasi, dosis, efek farmakologi, kontraindikasi, interaksi obat, dan efek
samping penggunaan antivirus nirmatlevir
C. Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui indikasi dan dosis, efek farmakologi, kontraindikasi, interasi
obat, dan efek samping penggunaan antivirus Nirmatrelvir

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Indikasi dan Dosis


Indikasi
Nirmatrelvir atau antivirus PF-07321332 bekerja dengan menghambat enzim yang
dibutuhkan virus Corona untuk menggandakan diri. Dengan begitu, sistem kekebalan
tubuh dapat bekerja dengan lebih optimal untuk melawan virus ini.
Dosis
Pada dewasa dan anak usia 12 tahun atau lebih dengan berat badan minimal 40 kg
adalah 300 mg (2 tablet 150 mg) nirmatrelvir. Nirmatrelvir tidak disetujui
penggunaannya untuk pasien berusia kurang dari 12 tahun atau berat badan kurang
dari 40 kg karena keamanan dan efektivitasnya belum diketahui.

B. Farmakologi
Farmakodinamik :
Nirmatrelvir merupakan suatu penghambat residu sistein pada protease (3CLPRO)
SARS-CoV-2. Sistein bertanggung jawab dalam aktivitas 3CLPRO SARS-CoV-2 dan
famili coronavirus lain. Tanpa aktivitas 3CLPRO, virus tidak dapat menghasilkan
protein non struktural, sehingga replikasinya terhambat.
Nirmatrelvir diberikan bersama ritonavir, penghambat CYP3A4 yang poten, untuk
menghambat metabolisme nirmatrelvir dan meningkatkan konsentrasinya di plasma.
Namun, penggunaan ritonavir dapat meningkatkan risiko interaksi obat, karena potensi
penghambatan CYP3A4 yang dimilikinya.

Farmakokinetik :
Nirmatrelvir berikatan dengan protein plasma sekitar 69%, sedangkan ritonavir
berikatan dengan protein plasma sekitar 98-99%. Nirmatrelvir merupakan substrat
CYP3A4 dan mengalami metabolisme minimal saat diberikan bersama ritonavir. Rute
eliminasi utama nirmatrelvir ketika diberikan bersama ritonavir adalah melalui ginjal.
- Absorbsi : Setelah pemberian nirmatrelvir dosis tunggal, median waktu untuk
mencapai konsentrasi maksimum adalah 3 jam. Rata-rata waktu paruh eliminasi adalah
6,1 jam. Pemberian obat ini bersama makanan tinggi lemak dapat meningkatkan
paparan nirmatrelvir, karena kadarnya di darah meningkat, dibandingkan pemberian
saat puasa.
- Distribusi : Nirmatrelvir berikatan dengan protein plasma sekitar 69%. Sementara itu
ikatan ritonavir dengan protein plasma sekitar 98-99%. Rata-rata volume distribusi
nirmatrelvir saat diberikan bersama ritonavir adalah 104,7 liter.
- Metabolisme : Nirmatrelvir merupakan substrat CYP3A4 yang mengalami
metabolisme minimal saat diberikan bersama ritonavir. Pemberian nirmatrelvir dengan
ritonavir dapat menghambat metabolisme nirmatrelvir. Nirmatrelvir bukan penginduksi
atau substrat enzim CYP yang lain.

5
- Eliminasi : Rute eliminasi utama nirmatrelvir ketika diberikan bersama ritonavir
adalah melalui ginjal. Sekitar 49,6% dari dosis nirmatrelvir 300 mg ditemukan di urin,
sementara 35,3% ditemukan di feses. Ritonavir secara umum dieliminasi pada feses.
Sekitar 86% ritonavir ditemukan di feses dalam bentuk ritonavir yang tidak terabsorpsi.

C. Kontraindikasi
Paxlovid dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat reaksi hipersensitivitas
terhadap zat aktif (nirmatrelvir atau ritonavir) atau komponen lain obat ini. Paxlovid
juga dikontraindikasikan pemberiannya bersamaan dengan obat lain yang klirensnya
tergantung CYP3A, seperti simvastatin, amlodipine, dan amiodarone, dronedarone,
dan kolkisin. Peningkatan konsentrasi obat-obatan tersebut berhubungan dengan
reaksi yang serius dan mengancam nyawa.
Selain itu, Paxlovid dikontraindikasikan penggunaannya bersamaan dengan obat
lain yang menginduksi CYP3A, seperti carbamazepine, fenitoin, dan rifampisin.
Pemberian bersamaan dapat mengurangi konsentrasi nirmatrelvir atau ritonavir secara
signifikan dan mengakibatkan berkurangnya respon virologis dan munculnya
resistensi.

D. Interaksi
Table 1. Daftar obat yang tidak boleh digunakan bersamaan Nirmatrelvir

No Jenis Obat Nama


1 Antikanker Neratinib
Venetoclax
2 Antiaritmia Amiodarone, bepridil,
dronedarone, encainide,
flecanide, propafenone,
quinidine
3 Antibiotik Asam fusidat
4 Anti-gout Kolkisin
5 Antihistamin Astemizole, terfenadine
6 Antipsikotik/neuroleptik Lurasidone
Clozapine, pimozide
Quetiapine
7 Derivat Ergot Dihydroergotamine,
ergonovine, ergotamine,
methylergonovine
8 Lipid-modifying agents Lovastatin, simvastatin
- HMG Co-A Reductase Lomitapide
Inhibitors
- Microsomal
triglyceride transfer
protein (MTTP)
inhibitor

6
9 PDE5 inhibitors Avanafil
Sildenafil
Vardenafil
10 Sedatif/hipnotik Clorazepate, diazepam,
estazolam, flurazepam, oral
midazolam and triazolam
11 Antikejang Karbamazepin
12 Antiinfeksi Rifampisin

E. Efek Samping

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

8
DAFTAR PUSTAKA

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman BHD dan BHJL pada
COVID-1.Availableat:http://www.inaheart.org/news_and_events/news/2020/4/13/
pedoman_bhd_dan_bhjl_pada_covid_19
Roberts, J. A., Duncan, A., & Cairns, K. A. (2022). Pandora’s Box: Paxlovid, Prescribing,
Pharmacists and Pandemic. Journal of Pharmacy Practice and Research, 52(1), pp. 1–4.
Wen, W., et al. (2022). Efficacy and Safety of Three New Oral Antiviral Treatment
(Molnupiravir, Fluvoxamine and Paxlovid) for COVID-19: A Meta-analysis. Annals of
Medicine, 54(1), pp. 516–523.
European Medicines Agency (2022). Paxlovid.
Government of Canada (2022). COVID-19 Vaccines and Treatments Portal. Paxlovid.
National Health Service UK (2022). Medicines A to Z. Paxlovid.

Anda mungkin juga menyukai