fajarmulya228@gmail.com 087841036022
ABSTRAK
Coronavirus Disease atau biasa dikenal dengan sebutan Covid-19 adalah
keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan,
mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute
Respiratory Syndrome (SARS). Tuberkulosis paru (TB) adalah infeksi umum di
seluruh dunia dan masalah medis dan sosial yang menyebabkan mortalitas dan
morbiditas yang tinggi, terutama di negara berkembang. ujuan studi kasus ini
adalah untuk mengetahu evaluasi dan mengidentifikasi DRPs pemantauan
terapi obat pada pasien Covid 19 yang disertai tuberculosis. Metode yang
dilakukan secara univariat dengan cara analisa profil pengobatan pasien sesuai
dengan DRPs. Dari hasil studi kasus diperoleh kesimpulan bahwa terapi
pengobatan yang diterima oleh pasien sudah sesuai terapi.
Kata Kunci: Covid 19, DRP, tuberculosis
PENDAHULUAN
Pemantauan terapi obat (PTO) ialah suatu proses yang mencakup kegiatan untuk
memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Kegiatan tersebut mencakup:
pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, reaksi obat yang tidak
dikehendaki (ROTD),) dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Pemantauan terapi obat
harus dilakukan secara berkesinambungan dan dievaluasi secara teratur pada periode tertentu agar
keberhasilan ataupun kegagalan terapi dapat diketahui
Covid-19 adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan.
Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga
penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernafasan
Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).Gejala-gejala COVID-19 yang paling umum
adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah. Gejala lainnya yang lebih jarang dan mungkin dialami
beberapa pasien meliputi rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit
tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam pada kulit, atau perubahan warna
jari tangan atau kaki. Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara
bertahap. Beberapa orang menjadi terinfeksi tetapi hanya memiliki gejala ringan.
Sebagian besar (sekitar 80%) orang yang terinfeksi berhasil pulih tanpa perlu perawatan khusus.
Sekitar 1 dari 5 orang yang terinfeksi COVID-19 menderita sakit parah dan kesulitan bernapas.
Orang-orang lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan kondisi medis penyerta seperti tekanan
darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan lebih
besar mengalami sakit lebih serius. Namun, siapa pun dapat terinfeksi COVID-19 dan mengalami
sakit yang serius. Orang dari segala usia yang mengalami demam dan/atau batuk disertai dengan
kesulitan bernapas/sesak napas, nyeri/tekanan dada, atau kehilangan kemampuan berbicara atau
bergerak harus segera mencari pertolongan medis.
TBC terjadi di setiap bagian dunia. Pada tahun 2019, jumlah kasus TB baru terbesar terjadi di
wilayah WHO Asia Tenggara, dengan 44% kasus baru, diikuti oleh wilayah Afrika WHO dengan 25%
kasus baru dan WHO Pasifik Barat sebesar 18%. Pada tahun 2019, 87% kasus TB baru terjadi di 30
negara dengan beban TB tinggi. Delapan negara menyumbang dua pertiga dari kasus TB baru: India,
Indonesia, Cina, Filipina, Pakistan, Nigeria, Bangladesh dan Afrika Selatan.
1
Kasus terbanyak terjadi di Asia Tenggara dan Afrika. Pasien dengan TB paru aktif mungkin
asimtomatik, kering ringan atau progresif batuk, atau hadir dengan beberapa gejala, termasuk
demam, kelelahan, penurunan berat badan, malam hariberkeringat, dan batuk yang mengeluarkan
darah dahak. Jika TB terdeteksi dini dan tuntas diobati, orang dengan penyakit ini dengan cepat
menjadi tidak menular dan akhirnya sembuh. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan evaluasi
penggunaan obatnya dengan tujuan untuk melihat obat yang memiliki efek terapi yang baik sesuai
dengan pedoman pengobatan pada pasien.
METODE
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit “X” pada bulan Oktober 2021. Penelitian ini
menggunakan metode studi deskriptif non-analitik, pada penelitian ini data di ambil secara
Purposive Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan dengan metode purposive sampling
dari data rekam medik. Dianalisis secara univariat dengan cara analisa profil pengobatan pasien
sesuai dengan DRPs, dimana data yang diperoleh, disajikan dan dilaporkan dalam bentuk
presentase yang memuat tabel, angka dan narasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi
penggunaan pemantauan terapi obat pada pasien Covid 19 yang disertai tuberculosis.
Tanggal
DATA KLINIK RUJUKAN
28/10 29/10
HEMOGLOBIN 13,0-18,0g/dL 12.1 12.0
HEMATOKRIT 40-52% 35 35
MCV 80-96 fL 74 75
MCH 27-32 pg 25 26
2
Social Clinical Pharmacy Indonesia Journal
Paraset 3X1 v v V v v V v
amol (k/p)
500mg
Curcum 3X1 v v V v v V v
a
Seloxy 2X1 - - - - v V v
AA
Avigan 2x8 - V
H-1 tab
200 mg
Avigan 2X3 - - V v v V v
H2-7 tab
4FDC 1X 4 V V v v v v v
tab
Vit B6 1X1 V V v v v v v
Pengobatan yang telah dberikan rumah sakit telah sesuai pedoman tatalaksana Covid-19.
Farmakologis yang tercantum pedoman tatalaksana Covid-19 memliputi pemberian
antibiotik,antivirus,dan terapi supportif lainnya.
Dalam pengobatan pada pasien ini dokter sudah memberikan antibiotik levofloxacin 750mg
yang berguna sebagai senyawa antimikroba yang mempunyai efek menekan atau menghentikan
suatu proses biokimia suatu infeksi oleh bakteri pada pasien tersebut. Lalu antivirus yang diberikan
adalah favipiravir atau yang dikenal dengan nama avigan dosis yang diberikan pada hari pertama
adalah 2x1600mg dan hari selanjutnya adalah 2x 600 mg 2-7 hari sudah sesuai buku pedoman
tatalaksana covid,terapi supportif yang diberikan dokter kepada pasien adalah curcuma yang
bertujuan sebagai penambah nafsu makan untuk pasien dan seloxy AA yang berguna sebagai
penunjang pengobatan pasien,dan terapi simtomatis yang diberikan adalah parasetamol karena
pasien mengeluhkan demam dan obat diminum jika perlu dan untuk pengobatan tuberculosis tetap
dilanjutkan.
KESIMPULAN
Dari hasil analisa yang dilakukan terhadap pemantauan terapi obat pada pasien yang
didiagnosa penyakit Covid-19 disertai Tuberculosis maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa terapi
pengobatan yang diterima oleh pasien sudah sesuai buku pedoman tatalaksana dan tidak ditemukan
adanya interaksi obat satu sama lain pada saat dilapangan.
DAFTAR PUSTAKA
World Health Organization. Clinical management of severe acute respiratory infection (SARI) when
COVID-19 disease is suspected.Interim Guidance, 13 March 2020..
World Health Organization. Fact sheet no. 104. Tuberculosis. Revised March 2007. Accessed oktober 21, 2021