Anda di halaman 1dari 10

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS

CASE REPORT

Seorang Pria 35 Tahun dengan TB Paru Milier yang Terkonfirmasi dengan


Pemeriksaan Mikrobiologi TCM (+) infeksi sekunder dan B20

PENYUSUN

Yulaikha Puspaningrum, S.Ked J510195046


Putri Rahmawati, S.Ked J510195092
Muhammad Adrian Syah Putra, S.Ked J510195110
PEMBIMBING
dr. Musdalifah, Sp.P, M.Kes
NIP. 197607272006042018

PRODI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
Juni 2019

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS


CASE REPORT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Seorang Pria 35 Tahun dengan TB Paru Milier yang


Terkonfirmasi
dengan Pemeriksaan Mikrobiologi TCM (+) infeksi sekunder dan
B20
Penyusun : Yulaikha Puspaningrum, S.Ked J510195046
Putri Rahmawati, S.Ked J510195092
Muhammad Adrian Syah Putra, S.Ked J510195110
Pembimbing : dr. Musdalifah, Sp.P, M.Kes NIP. 197607272006042018

Surakarta, 2019
Penyusun, Penyusun, Penyusun,

Yulaikha Puspaningrum Putri Rahmawati Muhammad Adrian Syah Putra

Menyetujui,

Pembimbing

dr.Musdalifah, Sp.P, M.Kes

Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Iin Novita N.M., Sp.PD, M.Sc


Seorang Pria 35 Tahun dengan TB Paru Milier yang Terkonfirmasi dengan
Pemeriksaan Mikrobiologi TCM (+) infeksi sekunder dan B20
Yulaikha Puspaningrum *, Putri Rahmawati *, Muhammad Adrian S.P. *, Musdalifah **

* Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta

2
** Bagian Penyakit Paru, RSUD Kabupaten Karangayar

Abstrak

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium


tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus. Gejala utama pasien TB
paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Tuberkulosis milier merupakan kelainan
patologis berupa granuloma berukuran 12 mm, yang disebarkan secara hematogen dan
limfogen di organ paru atau ekstraparu. Pada tuberkulosis milier lebih sering terjadi pada
pasien dengan HIV positif, karena terjadi penurunan sel limfosit T CD4+ yang
menyebabkan penurunan produksi IFN-γ dan IL-2. Pada kasus ini kami melaporkan pasien
laki-laki usia 35 tahun yang didiagnosis dengan Tb paru milier yang mana pasien datang
dengan keluhan sakit perut, sesak dan nyeri dada seperti ditusuk. Pasien mendapatkan
terapi obat antituberkulosis oral selama dirawat. Kesimpulan kasus ini menggambarkan
pasien tuberkulosis paru yang menunjukkan respon klinis dengan terapi antituberkulosis
oral.

3
Pendahuluan tuberkulosis adalah penyebab kematian
Tuberkulosis adalah penyakit yang pertama pada golongan penyakit infeksi.
disebabkan oleh infeksi Mycobacterium Sementara itu dari hasil laporan yang
tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah masuk ke subdit TB P2MPL Departemen
tuberkulosis yang menyerang jaringan Kesehatan tahun ,2001 terdapat 50.443
(parenkim) paru tidak termasuk pleura penderita BTA positif yang diobati (23%
(selaput paru) dan kelenjar pada hilus. dari jumlah perkiraan penderita BTA
Tuberkulosis milier merupakan kelainan positif ). Tiga perempat dari kasus TB ini
patologis berupa granuloma berukuran 12 berusia 15 – 49 tahun. Saat ini Indonesia
mm, yang disebarkan secara hematogen masih menduduki urutan ke 3 di dunia
dan limfogen di organ paru atau untuk jumlah kasus TB setelah India dan
ekstraparu. Pada tuberkulosis milier lebih China. Gejala klinik tuberkulosis dapat
sering terjadi pada pasien dengan HIV dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala
positif, karena terjadi penurunan sel respiratorik (atau gejala organ yang
limfosit T CD4+ yang menyebabkan terlibat) dan gejala sistemik. Gejala
penurunan produksi IFN-γ dan IL-2. respiratorik adalah batuk ≥ 3 minggu,
batuk darah, sesak napas , nyeri dada.
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah
Gejala sistemik adalah demam, malaise,
kesehatan masyarakat yang penting di
keringat malam, anoreksia, berat badan
dunia ini. Pada tahun 1992 World Health
menurun. Faktor risiko tuberkulosis dibagi
Organization (WHO) telah mencanangkan
menjadi 2 yaitu faktor lingkungan dan
tuberkulosis sebagai «Global Emergency».
faktor perilaku untuk faktor lingkungan
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan
meliputi ventilasi, kepadatan hunian, suhu,
bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru
pencahayaan dan kelembaban. Faktor
tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9
perilaku meliputi kebiasaan merokok,
juta adalah kasus BTA (Basil Tahan Asam)
meludah atau membuang dahak di
positif. Di Indonesia berdasarkan Survei
sembarang tempat, batuk atau bersin tidak
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
menutup mulut dan kebiasaan tidak
2001 didapatkan bahwa penyakit pada
membuka jendela. Selain itu dapat
sistem pernapasan merupakan penyebab
dipengaruhi oleh faktor lain yaitu daya
kematian kedua setelah sistem sirkulasi.
tahan tubuh yang rendah, diantaranya
Pada SKRT 2001 menyebutkan bahwa
infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi juga mengeluh lemas. Pasien mengeluh
buruk). Diagnosis tuberkulosis dapat pandangan kabur (-), penurunan kesadaran
ditegakkan berdasarkan gejala klinik, (-), batuk (+), makan/ minum tersedak (-),
pemeriksaan fisik/jasmani, pemeriksaan gangguan pendengaran (-), keringat dingin
bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan (-), batuk lama (-), mual (+), muntah (-),
penunjang lainnya. Pengobatan nafsu makan menurun (+), riwayat
tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu penggunaan obat (-), trauma kepala (-),
fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan 4 BAB (+), BAK (+).
atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan Pasien makan dan minum tidak
terdiri dari paduan obat utama dan pilih-pilih, makan dan minum apa saja
tambahan. Jenis obat utama (lini 1) yang yang disediakan. Pasien rajin minum air
digunakan adalah: Rifampisin, INH, putih dan banyak makan sayur. Sehari-hari
Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol. pasien bekerja sebagai pelayan disalah satu
Kombinasi dosis tetap (Fixed dose tempat makan. Pasien berangkat bekerja
combination) kombinasi dosis tetap ini setelah subuh dan pulang ke rumah sekitar
terdiri dari : Empat obat antituberkulosis pukul 21.00. diakui (sudah 3 bulan ini tidak
dalam satu tablet, yaitu rifampisin 150 mg, merokok lagi) pasien tidak pernah
isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan berolahraga dan mengaku pernah
etambutol 275 mg dan tiga obat mengonsumsi “antimo” mengikuti ajakan
antituberkulosis dalam satu tablet, yaitu temannya.
rifampisin 150 mg, isoniazid 75 mg dan Pasien memiliki berat badan 55
pirazinamid. 400 mg. Jenis obat tambahan kg, dan tinggi badan 170 cm dengan IMT
lainnya (lini 2) yang digunakan adalah: 17.95 kg/m2. Keadaan umum pasien
kanamisin, kuinolon. tampak sakit, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 106x,
Laporan Kasus
respiratory rate 24x, suhu 36.30 c dan
Pasien an Tn. S usia 35 tahun
SpO2 : 95%.Pada pemeriksaan fisik kepala
datang ke IGD RSUD Karanganyar dengan
kesan normal, pada mata konjungtiva
keluhan nyeri perut, sesak dan nyeri dada
anemis, leher tidak ada pembesaran getah
seperti ditusuk. Keluhan lain yang
bening dan tidak ada peningkatan JVP,
dirasakan adalah batuk, nyeri tenggorokan,
paru kesan normal, jantung kesan normal,
dan kaki sulit digerakkan. Selain itu pasien

5
abdomen didapatkan nyeri tekan, dan tidak Hari kedua observasi, pasien
terdapat edem pada kedua extremitas. mengeluh nyeri perut, nyeri dada seperti
Pemeriksaan penunjang darah ditusuk sesak nafas batuk nyeri tenggorok
rutin menunjukkan Hb: (11.1 g/dl), MCV: dan kedua kaki sulit digerakan. Keadaan
(79.3 fl), hematokrit (33.2%), lekosit : umum pasien tampak sakit, kesadaran
(4,84 x 103/uL), trombosit (368 x 103/uL), kompos mentis tekanan darah 110/80, nadi
Neutrofil%: (82,3) Limfosit: (12,7%). 106 x, respirasi 24x, suhu 36.4 0c, spo2
Pada pemeriksaan Rontgen Thorax 95%. Pemeriksaan fisik mata konjungtiva
menunjukkan cor bentuk dan letak jantung anemis, abdomen nyeri tekan dan lain lain
normal, Paru: corakan paru vaskuler dalam batas normal. Terapi masih
meningkat tampak bercak retikulomoduler dilanjutkan seperti hari pertama,.
pada lapangan paru kanan dan kiri lancip Hari ketiga observasi, pasien
bentuk dan struktur tulang normal kesan mengeluh nyeri perut,nyeri dada seperti
cordalam batas normal dan cenderung ditusuk, sesak nafas dan batuk. Keadaan
gambaran tb milier pemeriksaan umum sedang, kesadaran compos mentis,
mikrobiologi TCM sputum (+)dan pada tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92x,
pemeriksaan serologi didapatkan hiv (+). respirasi, 24x, suhu 36,80c, Spo2 99%.
Berdasarkan gejala, pemeriksaan Pemeriksaan fisik mata konjungtiva
fisik dan penunjang pasien didiagnosis anemis dan abdomen nyeri tekan lain lain
dengan TB paru milier yang terkonfirmasi dalam batas normal. Terapi ditambahkan
dengan pemeriksaan mikrobiologi TCM dengan Antasid Syrup 3x 1 untuk
(+) infeksi sekunder dan B20. Pasien diberi menetralkan asam lambung dan dirawat
terapi oksigen 3 lpm via nasal kanul, infus bersama dengan interna.
aminofusin hepar/24jam,infus tutofusin Hari keempat observasi, pasien
Ops/24 jam, Ceftriaxone iv 2x1, Solvinex mengeluh nyeri perut kanan dan kiri, sesak
3 x 1, omeprazole iv 2 x 1, Dosivec 2 x 300 nafas ,batuk dan tidak bias bab selama 4
mg, Paracetamol 3 x 500 mg, Proliver 3 x hari. Keadaan umum sedang, kesadaran
1, ,Rifampisin 450mg 1x1, Isoniazid 350 compos mentis, tekanan darah 130/90
1x1,Pirazinamid 500mg 1x2, Etambutol mmHg, nadi 108x, respirasi, 24x, suhu
500mg 1x2 36,50c, Spo2 94%. Pemeriksaan fisik mata
konjungtiva anemis dan abdomen nyeri

6
tekan lain lain dalam batas normal. Terapi Hari kedelapan observasi, pasien
ditambahkan dengan Ondansetron 3x 1 mengeluh sesak,batuk nafsu makan
untuk mual dan muntah dan Laksadin berkurang dan nyeri perut kanan dan kiri,
syrup 3xCII untuk mengatasi konstipasi . Keadaan umum tampak lemas, kesadaran
Hari kelima observasi, pasien compos mentis, tekanan darah 100/60
mengeluh batuk dan sesak Keadaan umum mmHg, nadi 150x, respirasi, 23x, suhu
sedang, kesadaran compos mentis, tekanan 36,60c, Spo2 95%. Pemeriksaan fisik mata
darah 130/90 mmHg, nadi 118x, respirasi, konjungtiva anemis dan abdomen nyeri
0
24x, suhu 37,2 c, Spo2 96%. Pemeriksaan tekan lain lain dalam batas normal. Terapi
fisik mata konjungtiva anemis dan masih dilanjutkan.
abdomen nyeri tekan lain lain dalam batas Hari kesembilan observasi, pasien
normal. Terapi masih dilanjutkan . mengeluh sesak,batuk nafsu makan
Hari keenam observasi, pasien berkurang dan nyeri perut kanan dan kiri
mengeluh batuk ,sesak,nafsu makan dan pusing, kesadaran compos mentis,
berkurang dan nyeri perut kanan dan kiri, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 113x,
Keadaan umum tampak lemas, kesadaran respirasi, 21x, suhu 37,80c, Spo2 92%.
compos mentis, tekanan darah 100/90 Pemeriksaan fisik mata konjungtiva
mmHg, nadi 150x, respirasi, 23x, suhu anemis dan abdomen nyeri tekan lain lain
36,60c, Spo2 95%. Pemeriksaan fisik mata dalam batas normal. Terapi masih
konjungtiva anemis dan abdomen nyeri dilanjutkan
tekan lain lain dalam batas normal. Terapi Hari kesepuluh observasi, pasien
masih dilanjutkan. mengeluh sesak,batuk nafsu makan
Hari ketujuh observasi, pasien berkurang,mual,muntah, nyeri perut kanan
mengeluh batuk ,mual, muntah dan pusing, dan kiri dan pusing, kesadaran compos
Keadaan umum tampak lemas, kesadaran mentis, tekanan darah 130/100 mmHg,
compos mentis, tekanan darah 130/100 nadi 105x, respirasi, 23x, suhu 36,30c,
mmHg, nadi 105x, respirasi, 23x, suhu Spo2 95%. Pemeriksaan fisik mata
0
36,3 c, Spo2 95%. Pemeriksaan fisik mata konjungtiva anemis dan abdomen nyeri
konjungtiva anemis dan abdomen nyeri tekan lain lain dalam batas normal. Terapi
tekan lain lain dalam batas normal. Terapi masih dilanjutkan
masih dilanjutkan

7
Hari kesebelas observasi pasien Pada tahun 1700, John Jacob
jam 05.00 pasien ditemukan akral dingin Manget menciptakan istilah ‘TB milier’
(berasal dari kata Latin 'miliarius' yang
dengan kondisi nadi sudah tidak ada dan berarti terkait dengan biji millet), untuk
sudah tidak bernafas lalu keluarga pasien menggambarkan permukaan paru yang
tertutup dengan nodul putih kecil yang
meminta untuk dilakukan pemeriksaan
tegas. Mandell, Douglas, dan Bennet buku
jantung lalu dilakukan ekg hasil ekg pasien teks ‘Prinsip dan Praktek Penyakit
flat dan pasien sudah tidak tertolong Menular’ dengan tepat menggambarkan
patogenesis TB miliaria sebagai
diperikan pasien sudah tidak tertolong 'diseminasi hematogen progresif' M.
sejak malam hari dan pada saat keluarga tuberculosis dari paru atau fokus luar paru
dan embolisasi ke tempat tidur vascular
tertidur.
dari hati, limpa, sumsum tulang, paru-paru
dan meninges (JE, et al., 2015)
Pembahasan Gejala klinis yang tidak spesifik
Telah dirawat seorang laki-laki dan presentasi atipikal, diagnosis TB
usia 35 tahun di bangsal Teratai 3 RSUD miliaria menjadi tantangan bagi dokter.
Kabupaten Karanganyar dengan diagnosis Dengan munculnya imunosupresan dan
Tuberkulosis Paru Milier yang obat-obatan biologis, meningkatkan
terkonfirmasi dengan pemeriksaan kejadian organ transplantasi dan pandemi
mikrobiologi TCM (+) infeksi sekunder global HIV, epidemiologi TB miliaria telah
dan HIV-AIDS. Diagnosis pada pasien ini berubah. Pada 2017, jumlah global dari
ditegakkan berdasarkan anamnesis, kasus TB baru dan yang kambuh yang
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diberitahukan dan tingkat pemberitahuan
penunjang. Pada anamnesis didapatkan per 100.000 penduduk telah meningkat
keluhan pasien berupa batuk, sakit perut, sejak 2013, setelah 4 tahun (2009-2012) di
sesak, lemas dan nyeri dada yang seperti mana 5,7-5,8 juta kasus baru diberitahukan
ditusuk, serta pasien merasakan nyeri pada setiap tahun. Peningkatan ini sebagian
tenggorokan dan kaki yang sulit besar dijelaskan oleh peningkatan
digerakkan. Pemeriksaan fisik yang notifikasi di India (+ 44% antara 2013 dan
dilakukan pada pasien didapatkan berat 2017) dan Indonesia (+ 21% antara 2016
badan yang kurang, kondisi fisik terlihat dan 2017). Jumlah kasus TB HIV-positif
lemah, dan konjungtiva anemis. Pada yang diberitahukan hanya 51% dari
pemeriksaan abdomen didapatkan suara perkiraan 920.000 kasus TB baru di
peristaltik dan palpasi supel. Hasil dari antaranya orang yang hidup dengan HIV
pemeriksaan darah rutin 3 diff didapatkan (WHO, 2018)
eritrosit 4,47 (menurun) dan trombosit 368
Penyebaran hematogenik
(meningkat), serta pemeriksaan
generalisata akut (acute generalized
mikrobiologi TCM didapatkan MTB
hematogenic spread) menyebabkan
detected low. Pemeriksaan laboratorium
timbulnya manifestasi klinis penyakit TB
antiHIV didapatkan positif.
secara akut, yang disebut TB diseminata.

8
Timbulnya penyakit bergantung pada negatif. Kelompok 3, TB non-reaktif, hadir
jumlah dan virulensi kuman TB yang dengan gambaran klinis sepsis dan bintik-
beredar serta frekuensi berulangnya bintik yang tidak jelas pada radiografi
penyebaran. Tuberkulosis diseminata dada. Spesimen patologi kasar termasuk
terjadi karena tidak adekuatnya system abses lunak yang melibatkan hati dan
imun pejamu (host) dalam mengatasi limpa.
infeksi TB. Tuberkulosis milier merupakan
Sensitivitas dan spesifisitas foto
hasil dari acute generalized hematogenic
spread dengan jumlah kuman yang besar. thorax dalam mendiagnosis Tuberkulosis
Semua tuberkel yang dihasilkan melalui yaitu 86% dan 83%. Hasil foto polos
cara ini akan mempunyai ukuran yang
lebih kurang sama. Istilah milier berasal thoraks yang didapatkan pada kasus ini
dari gambaran lesi diseminata yang memperlihatkan adanya gambaran bercak
menyerupai butur padi-padian/jewawut
milier pada kedua lapangan paru.
(millet seed). Secara patologi anatomik,
lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 Kehadiran TCM merupakan revolusi baru
mm, yang secara histologi merupakan dalam diagnosis TBC yang berkontribusi
granuloma. (WERDHANI, 2016)
terhadap diagnosis cepat kasus TBC dan
Mandells ‘Prinsip dan Praktik
TB-MDR dalam waktu 2 jam
Penyakit Menular’ dengan tepat
menggambarkan TB miliaria dalam tiga dibandingkan dengan pemeriksaan biakan
kelompok. Kelompok 1, TB milier akut, dan uji kepekaan dengan metode
dikaitkan dengan reaksi jaringan yang
cepat dan khas secara histologis. Ini konvensional yang membutuhkan waktu 3-
muncul dengan gejala yang tidak spesifik, 4 bulan. Pada pasien kasus ini telah
termasuk demam, penurunan berat badan
dilakukan pemeriksaan TCM didapatkan
dan sakit kepala. Temuan laboratorium,
termasuk jumlah sel darah putih normal, hasil positif.
hiponatremia dan hemoglobin rendah,
dapat dicatat. Gangguan difusi paru
kapasitas difusi paru dapat ditunjukkan dan Kesimpulan
TB miliara fulminan dapat dikaitkan Kasus ini menggambarkan pasien
dengan ARDS dan disebarluaskan tuberculosis paru milier yang terkonfrmasi
koagulasi intravaskular. Infiltrat militer dengan pemeriksaan TCM (+) dan B20.
pada radiografi dada adalah yang utama Dibutuhkan observasi jangka panjang
alasan TB miliaria dicurigai. Kelompok 2, untuk penyakit utama maupun penyerta
dikenal sebagai kriptik TB miliaria, pada pasien ini.
biasanya menggambarkan pasien yang
lebih tua dengan TB miliaria yang Daftar Pustaka
diagnosisnya tidak jelas karena gambaran Dr. R. Darmanto Djojodibroto, Sp. P,
klinis demam yang tidak diketahui asalnya, FCCP, 2009. RESPIROLOGI (Respiratory
rontgen dada normal dan tes tuberkulin medicine). Jakarta: EGC.

9
Gayatri, N. I., Firmansyah, S., S, H. S. & Saputra, O. & Anam, K., 2016. Gaya
Rudiktyo, E., 2016. Prediktor Mortalitas Hidup sebagai Faktor Risiko Hipertensi
Dalam-Rumah-Sakit Pasien Infark pada Masyarakat Pesisir Pantai. Majority
Miokard ST elevation (STEMI) akut di Vol. 5 No. 3.
RSUD dr. Drajat Prawiranegara Serang,
Satoto, H. H., 2014. Patofisiologi
Indonesia. CDK, Volume 43.
Penyakit Jantung Koroner. Jurnal
Hans Wincen W, Z. A. F., 2018. Anestesiologi Indonesia, Volume 6.
Tuberkulosis Milier dan HIV-AIDS
Tuberkulosis, 2015. Infodatin. [Online]
dengan Drug-induced. Jurnal Kesehatan
Available at:
Andalas, Volume 7, pp. 92-95.
http://www.depkes.go.id/resources/downl
Herwati & Sartika, W., 2014. oad/pusdatin/infodatin/infodatin_tb.pdf
Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita [Diakses 12 July 2019].
Hipertensi Berdasarkan Pola Diet dan
WERDHANI, R. A., 2016. Patofisiologi,
Kebiasaan Olahraga di Padang Tahun
Diagnosis, dan Klasifikasi Tuberkulosa.
2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat,
Jakarta: FKUI.
Volume 8, p. 9.
WHO, 2018. Global Tuberculosis Reports
JE, B., R, D., MJ, B. & Mandell, 2015.
2018. Global Tuberculosis Reports, pp. 1-
Douglas and Bennett's Principles and
265.
Practice of Infectious Diseases. 8th
penyunt. s.l.:s.n.
PERKI, 2018. Pedoman Tatalaksana
Sindrom koroner akut. 4 penyunt. s.l.:s.n.
Putra, S., Elfi, E. F. & A., 2017.
Gambaran Faktor Risiko dan Manajemen
Reperfusi Pasien IMA-EST di Bangsal
Jantung RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas, Volume 6.

10

Anda mungkin juga menyukai