Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KIMIA MEDISINAL 2

TUBERKULOSIS (TBC)
OBAT PIRAZINAMID

DISUSUN OLEH :
Dandi Satia D1A220103
Sherly Agristi D1A220058
Lutfia Vera Dita D1A220038
Irpan Permana Sidik D1A220010
Raida Afifatul Haq D1A220091
Muhammad Luthfi Taufik D1A220079
Sri Rahayu D1A220201

Konversi sore 2022


UNIVERSITAS AL-GHIFARI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang disebabkan karena infeksi dari bakteri
Mycobacterium tuberculosis (Chuluq, 2004). Saat ini, kasus tuberkulosis di Indonesia
menempati urutan ketiga setelah India dan Cina sehingga tuberkulosis menjadi prioritas
kesehatan bagi dunia (WHO, 2010). Tuberkulosis juga merupakan infeksi oportunistik yang
paling sering terjadi pada pasien HIV di seluruh dunia sehingga insiden tuberkulosis meningkat
di negara yang prevalensi infeksi HIV nya meningkat (WHO, 2010).
Obat antituberkulosis (OAT) dibedakan atas obat utama dan obat cadangan. Obat utama
antituberkulosis adalah isoniazid (INH), pirazinamida (PZA), etambutol (ETA), rifampisin (RIF)
dan streptomisin, sedangkan yang termasuk obat cadangan yaitu asam p-aminosalisilat,
sikloserin, kapreomisin, kanamisin dan tetrasiklin (Suarni, E., 2006). WHO merekomendasikan
regimen pengobatan didasarkan atas keparahan serta riwayat dari pengobatan tuberkulosis
sebelumnya. Pengobatan tuberkulosis biasanya menggunakan obat kombinasi. Terapi kombinasi
digunakan karena cepatnya kuman resisten terhadap masing-masing OAT serta supaya semua
kuman termasuk yang dorman dapat dibunuh. Selain itu efek sampingnya lebih ringan karena
digunakan dosis kecil (Suarni, E., 2006). Kombinasi dari beberapa macam OAT disebut fixed
dose combination (FDC). Tablet FDC ada yang terdiri dari 2 maupun 4 zat aktif. Tablet 4FDC
terdiri dari rifampisin, isoniazid, pirazinamid, dan etambutol HCl
Sebagian besar obat antituberkulosis dapat diterima dalam terapi namun semuanya
mempunyai efek toksik potensial, terlebih pada pasien usia lanjut dan orang dewasa bertubuh
kecil (Istiantoro & Setiabudy, 2007). Karena itu pemantauan (therapeutic drug monitoring) obat
dalam darah diperlukan untuk mengoptimasi terapi tuberkulosis (Peloquin, C.A., 2008). Pada
beberapa kasus, TDM diperlukan pada pasien dengan gangguan hepar dan ginjal karena
dikhawatirkan bahaya toksisitasnya, dan pada pasien AIDS karena obat sering kali mengalami
gangguan absorbsi sehingga pengobatan tidak efektif (Peloquin, C.A., 2008). Untuk memonitor
kadar obat dibutuhkan metode analisis yang valid dan metode uji tersebut harus divalidasi sesuai
aturan yang ditetapkan yang mengacu pada Food and Drug Administration (FDA).
A. . Kuman Tuberkulosis Mycobacterium tubercolusis (basil tuberkel) merupakan salah satu
diantara lebih dari 30 anggota genus Mycobacterium yang telah diketahui sifatnya
dengan baik.Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomanan.Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap
asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan kuman ini juga
lebih tahan terhadap gangguan kimia dan lisis (Soeparman dan Waspadji, 2003). Kuman
ini berbentuk batang dengan ukuran 1-4/µm dan tebal 0,3-0,6/µm yang mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Sifat lain kuman ini adalah aerob sifat
ini menunjukkan bahwa kuman ini lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya. Tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain,
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat utama penyakit tuberkulosis. Kuman ini
dapat bertahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan
bertahun-tahun dalam lemari es).Hal ini dapat terjadi karena kuman berada dalam sifat
dorman. Dari sifat dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis
aktif lagi (Soeparman dan Waspadji, 2003).

B. Cara Penularan Mycobacterium tuberculosis ditularkan dari orang ke orang melalui jalan
pernapasan. Pada waktu batuk dan bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup
dalam saluran pernafasan. Setelah kuman tuberkulosis (TB) masuk ke dalam tubuh
manusia melalui pernafasan, kuman tuberkulosis tersebut dapat menyebar ke bagian
tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran pernafasan
atau menyebar langsung ke bagian- 4 bagian tubuh lainnya. Daya penularan dari seorang
pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang ditularkan dari parunya, makin tinggi
derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. Hasil
pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman) maka pasien tersebut dianggap tidak
menular (DepKes RIa , 2008)
C. Klasifikasi Penyakit
a) Tuberkulosis paru Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Pelaksanaan pengumpulan dahak SPS
(Sewaktu, Pagi, Sewaktu)
b) Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya: pleura, selaput otak, selaput jantung, dan lain-lain.
D. Epidemiologi
1) Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah menelan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
2) Kasus Kambuh (Relaps) Adalah pasien yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali
dengan BTA positif.
3) Kasus Pindahan (Transfer in) Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya.
4) Kasus Setelah gagal (Failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap
positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
5) Kasus setelah putus berobat (Default) Adalah pasien yang telah berobat dan putus
berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif (DepKes RIa , 2008)

Gejala klinis pasien TB Gejala utama TB Paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih.Batuk dapat diikuti gejala tambahan yaitu batuk darah, sesak napas, badan
lemas, nafsu makan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa aktifitas fisik,
demam meriang lebih dari satu bulan. g. Pasien Tuberkulosis (TB) Pasien tuberkulosis
pada orang dewasa Penemuan pasien tuberkulosis dilakukan secara pasif, artinya
penjaringan tersangka pasien dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit
pelayanan kesehatan.Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara
aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan cakupan
penemuan pasien tuberkulosis. Selain itu, semua kontak pasien tuberkulosis paru BTA
positif dengan gejala sama, harus diperiksa dahaknya(DepKes RIa , 2008). h.Diagnosis
Tuberkulosis Diagnosis Tuberkulosis (TB) paling tepat adalah dengan ditemukannya
kuman tuberkulosis dari bahan yang diambil dari pasien, misal: dahak, bilasan lambung,
biopsi, dan lain-lain. Diagnosis tuberkulosis paru pada orang dewasa dapat ditegakkan
dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis.Hasil
pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya
positif(DepKes RIa , 2008).
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Pirazinamid

Rumus molekul : C5H5N3O


Berat molekul : 123,1 g/mol
Sinonim : Pyrazinamidum; Pyrazinoic Acid Amide
Fungsi : Antituberkulosis
Organoleptis : Putih, tidak berbau, bubuk kristal
Kelarutan : Larut dalam 67 bagian air, dalam 175 alkohol absolut,dan 135 dalam kloroform
Pirazinamid ditemukan pada tahun 1936, tetapi baru pada tahun 1972 pirazinamid
digunakan secara luas.Obat ini termasuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan
Dunia. Pirazinamid tersedia dalam bentuk generic  Biaya pengobatan dengan pirazinamid negara
berkembang  sebesar 2,76 USD per bulan.Di Amerika Serikat, biaya pengobatan sebesar 100
hingga 200 USD per bulan. Di Indonesia, pengobatan untuk tuberkulosis ditanggung oleh
pemerintah sepenuhnya dan pasien dapat berobat secara gratis.
Pirazinamid menunjukkan aktivitas bakterisid setelah diubah oleh enzim pirazinamidase
menjadi asam pirazinoat dalam intraseluler (Wolff, M. E., 1994). Secara in vitro, dibutuhkan
kadar 5-20 μg/mL pada pH 5,5 untuk melawan Mycobacterium tuberculosis (Wolff, M. E.,
1994). Adanya asam pirazinoat dalam makrofag akan menurunkan pH menjadi level pH toksik
bagi tuberkel bacili (Martindale 35, 2007). Efek nonterapi dari pirazinamid yang paling umum
dan serius adalah kelainan hati dan hiperurisemia. Pada dosis 3 g per hari, gejala penyakit hati
muncul kira-kira 15%, dengan ikterus pada 2-3% penderita dan kematian akibat nekrosis hati
pada beberapa kasus (Istiantoro & Setiabudy, 2007). Efek samping lainnya adalah artralgia,
anoreksia, mual dan muntah
Indikasi
Pirazinamid harus digunakan dengan kombinasi obat lain seperti isoniazid, rifampisin, dan
etambutol dalam pengobatan Mycobacterium tuberculosis. Pirazinamid tidak diindikasikan untuk
infeksi mycobacterium lainnya seperti Mycobacterium kansasii karena organisme tersebut
resisten terhadap pirazinamidPirazinamid digunakan dalam 2 bulan pertama pengobatan
tuberkulosis untuk mengurangi durasi pengobatan menjadi 6 bulan. Pengobatan tuberkulosis
tanpa pirazinamid memerlukan waktu pengobatan 9 bulan atau lebih. Pirazinamid adalah obat
penghambat ekskresi asam urat yang kuat sehingga sering digunakan untuk diagnosis penyebab
hipourikemia dan hiperurikosuria walau tidak resmi masuk dalam indikasi (off-label) obat ini
bekerja pada transporter urat.

Efek samping
Efek samping pirazinamid yang umum terjadi (kira-kira 1% dari keseluruhan pemakaian)
adalah nyeri sendi (artralgia). Namun efek samping int tidak bersifat parah dan pengobatan tidak
perlu dihentikanPirazinamid dapat memicu peningkatan kadar asam urat dengan mengurangi
ekskresi asam urat di ginjal, Efek samping paling berbahaya dari pirazinamid adalah
hepatotoksisitas. Kemungkinan terjadinya efek samping ini akan meningkat seiring
meningkatnya jumlah dosis pirazinamid yang diberikan. Dalam kombinasi standar pengobatan
tuberkulosis (isoniazid, rifampisin, pirazinamid, etambutol), pirazinamid adalah penyebab utama
terjadinya hepatitis akibat penggunaan obat.
Pirazinamid diabsorbsi secara baik di saluran pencernaan. Pirazinamid dapat menembus
meninges yang mengalami peradangan, sehingga dapat digunakan pada meningitis yang
disebabkan Mycobacterium tuberculosis. Pirazinamid dimetabolisme oleh hati dan hasil
metabolisme diekskresikan oleh ginjal melalui urin. Pirazinamid sering digunakan pada pasien
hamil di seluruh dunia; WHO merekomendasikan penggunaan pirazinamid pada pasien hamil;
dan berdasarkan penggunaan terdahulu secara luas menunjukkan profil keamanan yang baik. Di
AS, pirazinamid tidak digunakan pada pasien hamil dengan alasan tidak memiliki bukti
keamanan yang cukup. Pirazinamid dapat dihilangkan dengan hemodialisis, jadi pirazinamid
harus selalu diberikan di akhir dialysis
Farmakokinetika
Pirazinamid diabsorbsi secara cepat dari saluran pencernaan dan dosis untuk dewasa
adalah 15-30 mg/kg secara oral dalam 3 atau 4 dosis terbagi, dan dosis maksimum adalah 3 g per
hari (Goodman & Gillman, 1996). Pada pemberian 25 mg/kg per hari akan memberikan
konsentrasi 30-50 μg/mL dalam plasma setelah 1-2 jam (Katzung, 2005). Pirazinamid
didistribusikan secara luas ke berbagai jaringan tubuh dan cairan termasuk hati, paru-paru, serta
cairan serebrospinal. Pirazinamid terikat 10% ke plasma protein (Martindale 35, 2007). Waktu
paruh dari pirazinamid pada pasien dengan fungsi ginjal dan hati yang normal adalah 8- 11 jam
(Katzung, 2005) dan dapat meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati
(Martindale 35, 2007). Pirazinamid dimetabolisme di hati menjadi metabolit aktifnya, asam
pirazinoat. Asam pirazinoat dihidroksilasi menjadi produk metabolit utama yaitu asam 5-
hidroksipirazinoat. Dalam 24 jam, 70% dari dosis oral pirazinamid.

Anda mungkin juga menyukai