Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TB (TUBERKULOSIS) DI


RUANG RAUZAH 3

RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN

Oleh:

Afdhilla Mauliza,
S.Kep
2112501010086

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR


BAGIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM
STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
TAHUN 2022
Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycrobacterium

tuberculosis yang menyerang paru-paru dan bronkus. TBC paru tergolong penyakit air borne

infection, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan ke dalam paru-paru.

Kemudian kuman menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran

darah, sistem saluran limfe, melalui bronkus atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya

(Widyanto & Triwibowo, 2013)

Tuberculosis (TBC) adalah infeksius kronik yang biasanya mengenai paru-paru yang disebabkan

oleh Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri ini ditularkan oleh droplet nucleus, droplet yang

ditularkan melalui udara dihasilkan ketika orang terinfeksi batuk, bersin, berbicara atau

bernyanyi (Priscilla, 2012). Mycobacterium memiliki beberapa spesies , antara lain: M.

tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan

Asam (BTA). Kelompok bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa

menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than

Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TBC

(WHO, 2017).

WHO, 2017. Global Tuberculosis Report 2017, Jenewa.

b. Klasifikasi Penyakit Tuberkulosis

Klasifikasi penyakit tuberkulosis paru berdasarkan pemeriksaan dahak menurut Depkes RI

(2014), dibagi dalam:


1) Tuberkulosis paru BTA positif.

a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) hasilnya BTA

positif.

b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada menunjukkan gambaran

tuberkulosis.

c) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman Tuberkulosis positif.

d) 1 atau lebih spesimen dahak hasinya positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan

sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non

OAT.

2) Tuberkulosis paru BTA negatif.

Kasus yang tidak memenuhi definisi pada Tuberkulosis paru BTA positif. Kriteria diagnostik

Tuberkulosis paru BTA negatif harus meliputi:

a) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya negatif.

b) Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran Tuberkulosis.

c) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.

d) Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya menurut Depkes RI (2011) dibagi

menjadi beberapa tipe pasien, yaitu:


1) Kasus baru

Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari

satu bulan (4 minggu).

2) Kasus kambuh (Relaps)

Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah

dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan

atau kultur).

3) Kasus setelah putus berobat (Default )

Pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.

4) Kasus setelah gagal (Failure)

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan

kelima atau lebih selama pengobatan.

5) Kasus pindahan (Transfer In)

Pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan

pengobatannya.

6) Kasus lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam kelompok ini termasuk kasus

kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA (+) setelah selesai pengobatan

ulangan.

Etiologi Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium

tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan berukuran panjang 1-

4/mm dan tebal 0,3-0,6/mm.

Mycrobacterium tuberculosis termasuk familie Mycrobacteriaceace yang mempunyai berbagai

genus, satu diantaranya adalah Mycrobacterium, yang salah satunya speciesnya adalah

Mycrobacterium tuberculosis. Basil TBC mempunyai dinding sel lipoid sehingga tahan asam,

sifat ini dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk mewarnainya secara khusus. Oleh karena itu,

kuman ini disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). Basil TBC sangat rentan terhadap sinar

matahari, sehingga dalam beberapa menit saja akan mati. Ternyata kerentanan ini terutama

terhadap gelombang cahaya ultraviolet. Basil TBC juga rentan terhadap panas-basah, sehingga

dalam 2 menit saja basil TBC yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena

air bersuhu 100°C. Basil TBC juga akan terbunuh dalam beberapa menit bila terkena alkohol

70% atau lisol 5% (Danusantoso,2013).

Kuman ini tahan pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-

tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman pada saat itu berada dalam sifat dormant.

Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit dari tidurnya dan menjadikan tuberculosis aktif

kembali. Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi pada saluran pernapasan. Basil
mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran nafas (droplet infection)

sampai alveoli, maka terjadilah infeksi selanjutnya menyerang kelenjar getah bening setempat

dan terbentuklah primer kompleks, keduanya ini dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam

perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan. Tuberculosis paru primer,

peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil

mikobakterium. Tuberculosis yang kebanyakan didapatkan pada usia 1-3 tahun. Sedangkan

yang disebut tuberculosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh

karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik

terhadap basil tersebut (Wahid Abd, 2013).

Manifestasi klinis

Tanda dan gejala tuberkulosis menurut Wong (2008) adalah sebagai berikut:

1) Demam terjadi lebih dari satu bulan, biasanya pada pagi hari.

2) Malaise ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan

keringat di waktu di malam hari

3) Anoreksia

4) Penurunan berat badan

5) Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu-minggu sampai

berbulan-bulan)
6) Peningkatan frekuensi pernapasan

7) Ekspansi buruk pada tempat yang sakit

8) Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi

9) Demam persisten

10) Manifestasi gejala yang umum: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat badan

Gejala klinis pasien tuberkulosis paru menurut Depkes RI (2008), adalah:

1) Batuk berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.

2) Dahak bercampur darah.

3) Batuk berdarah.

4) Sesak napas terjadi bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru

5) Badan lemas.

6) Nafsu makan menurun.

7) Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik.

8) Demam meriang lebih dari satu bulan.

Patofisiologi Tuberkulosis
Penatalaksanaan TB

Untuk pengobatannya menurut Kemenkes RI (2015), obat tuberkulosis dibagi menjadi dua

tahap yaitu:

1) Tahap awal: obat diberikan setiap hari, hal ini bertujuan untuk secara efektif menurunkan

jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir kuman yang sudah resisten

sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan. Pengobatan awal ini pada semua pasien baru
harus diberikan selama 2 bulan, pada umumnya apabila dengan pengobatan teratur akan

sangat menurutkan resiko penularan setelah pengobatan 2 minggu.

2) Tahap lanjutan: pengobatan tahap lanjutan adalah tahap yang penting untuk membunuh

sisa-sisah kuman sehingga pasien dapat sembuh dan tidak terjadi kekambuhan. Sementara itu

ada beberapa kategori untuk paduan obat tuberkulosis, yaitu sebagai berikut (Depkes RI, 2014):

1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.

2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3

3) Obat sisipan : (HRZE)

4) Kategori Anak: 2HRZ/4HR

5) Obat untuk pasien TB resistan: OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin, Levofloksasin,

Ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol

6) Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat

kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat

dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam

satu paket untuk satu pasien.

Untuk pemantauan hasil pengobatan pada pasien dewasa dilakukan pemeriksaan ulang dahak

secara mikroskopis, pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan

cara radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan. Untuk memantau kemajuan

pengobatan dilakukan pemeriksaan dua contoh uji dahak (sewaktu dan pagi). Hasil
pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 contoh uji dahak tersebut negatif. Bila salah satu

contoh uji positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak tersebut dinyatakan

positif (Kemenkes RI, 2015).

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan. Proses ini meliputi

pengumpulan data secara sistematis, verifikasi data, organisasi data, interpretasi data dan

pendokumentasian data (Debora Oda, 2013).

a. Data Pasien

Penyakit tuberkulosis dapat menyerang manusia mulai dari anak sampai dewasa dengan

perbandingan yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak

ditemukan pada pasien yang tinggal di daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga

masuknya cahaya matahari ke dalam rumah sangat minim. Tuberkulosis pada anak dapat

terjadi diusia berapapun, namun usia paling umum adalah 1-4 tahun. Anak-anak lebih sering

mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary) dibanding TB paru-paru dengan perbandingan

3:1. Tuberkulosis luar paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia <3 tahun.

Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian

meningkat setelah usia remaja dimana TB paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa

(sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).

b. Riwayat Kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain :

1) Deman : subfebris, febris (40-410C) hilang timbul.

2) Batuk : terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk

membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk kering sampai dengan

batuk purulent (menghasilkan sputum).

3) Sesak nafas : bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-paru.

4) Nyeri dada : jarang ditemukan, nyeri akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura

sehinga menimbulkan pleuritis.

5) Malaise : ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit

kepala, nyeri otot, dan keringat malam.

6) Sianosis, sesak nafas, kolaps : merupakan gejala atelektasis. Bagian dada pasien tidak

bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada fototoraks, pada sisi

yang sakit tampak bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.

7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tingal, karena biasanya penyakit ini muncul bukan

karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

c. Riwayat Kesehatan Sebelumnya

1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.

2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh.


3) Pernah berobat tetapi tidak teratur.

4) Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.

5) Daya tahan tubuh yang menurun.

6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

d. Riwayat Pengobatan Sebelumnya :

1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.

2) Jenis, warna, dosis obat yang diminum.

3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.

4) Kapan pasien mendapatakan pengobatan terakhir.

e. Riwayat sosial ekonomi

1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.

2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi dengan bebas, menarik diri,

biasanya pada keluarga yang kurang mampu, masalah berhungan dengan kondisi ekonomi,

untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa

depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.

f. Faktor pendukung :

1) Riwayat lingkungan
2) Pola hidup: Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan

diri.

3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien pada keluarga tentang penyakit, pencegahan,

pengobatan dan perawatannya.

g. Pemeriksaan Diagnostik:

1) Kultur sputum : Mikrobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.

2) Tes tuberkulin : Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam).

3) Poto torak : Infiltnasi lesi awal pada area paru atas. Pada tahap ini tampak gambaran bercak-

bercak seperti awan dengan batas tidak jelas. Pada kavitas bayangan, berupa cincin. Pada

kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

4) Bronchografi : untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena tuberkulosis

paru

5) Darah : peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED)

6) Spirometri : penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

h. Pemeriksaan fisik.

1) Pada tahap dini sulit diketahui

2) Ronchi bsah, kasar dan nyaring


3) Hipersonor/tympani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberikan suara

umforik

4) Pada keadaan lanjut terjadi atropi, retraksi interkostal, dan fibrosis.

5) Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak).

i. Pola kebiasaan sehari-hari

1) Pola aktivitas dan istirahat

Subyektif : Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. Sesak (nafas pendek), sulit tidur,

demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.

Obyektif : Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut: infiltrasi radang

sampai setengah paru), demam subfebris (40-410C) hilang timbul.

2) Pola nutrisi

Subyektif : Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.

Obyektif : Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

3) Respirasi

Subyektif : Batuk produktif/non produktif sesak nafas sakit dada

Obyektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid atau bercak

darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah,kasar di daerah apeks paru,

takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak nafas, pengembangan
pernafasan tidak simetris (effusi pleura), perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural),

deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).

4) Rasa nyaman/nyeri

Subyektif : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang

Obyektif : Berhati-hati pada aera yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa timbul bila

infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.

5) Integritas ego

Subyektif : Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.

Obyektif : Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap

masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual

maupun pontensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien

individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja

SDKI DPP PPNI, 2017). Pada pasien dengan tuberkulosis terdapat beberapa diagnose

keperawatan yang mungkin muncul (PPNI, 2017) yaitu :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

b. Gangguan pertukaran gas


d. Deficit nutrisi

e. Deficit Pengetahuan

f. Risiko infeksi

g. Keidakpatuhan Program Pengobatan

Anda mungkin juga menyukai