Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

The Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome


(HIV/AIDS) merupakan salah satu ancaman serius dunia. HIV/AIDS adalah salah satu
dari sepuluh penyakit penyebab kematian tertinggi di dunia (WHO, 2011). Orang yang
mengidap HIV/AIDS di Indonesia disebut dengan ODHA (Orang dengan HIV/AIDS).
AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah salah satu penyakit yang
termasuk kategori kronis, yang muncul sehubung dengan adanya infeksi yang
disebabkan oleh masuknya virus yang disebut HIV (human immunodeficiency virus).
HIV menyerang dan menurunkan fungsi kekebalan tubuh manusia, dapat masuk ke
dalam tubuh manusia melalui pertukaran cairan tubuh saat melakukan hubungan seksual,
melalui darah, melalui air susu ibu yang terpapar HIV, serta melalui penggunaan jarum
suntik secara bersamaan dengan individu yang terpapar HIV.
HIV telah menjadi penyakit kronis, sehingga ketersediaan terapi Antiretroviral (ART)
dan peningkatan sistem perawatan primer telah dianggap mampu memperpanjang usia
People Living with HIV (PLH) orang yang hidup dengan HIV. Penggunaan obat
Antiretroviral (ARV) kombinasi pada tahun 1996 mendorong revolusi dalam pengobatan
orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) seluruh dunia. Meskipun belum mampu
menyembuhkan HIV secara menyeluruh dan menambah tantangan dalam hal efek
samping serta resistansi kronis terhadap obat, namun secara dramatis terapi ARV
menurunkan angka kematian dan kesakitan, meningkatkan kualitas hidup ODHA, dan
meningkatkan harapan masyarakat, sehingga pada saat ini HIV dan AIDS telah diterima
sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang
menakutkan. (Kemenkes RI, 2015)
Sejak tahun 1987 di dunia, respon terhadap penyakit HIV/AIDS seperti ketakutan,
penolakan, stigma, dan diskriminasi telah muncul bersamaan dengan terjadinya
epidemik. Stigma dan diskriminasi telah tersebar secara cepat, menyebabkan terjadinya
kecemasan dan prasangka terhadap orang dengan HIV/AIDS (ODHA). Stigma
merupakan hambatan utama dalam pencegahan, perawatan, pengobatan, dan dukungan
HIV. Ketakutan akan stigma membuat orang cenderung kurang ingin melakukan
pemeriksaan HIV dan kurang ingin atau menunda mengungkapkan status HIV kepada

1
pasangan. Stigma juga berhubungan dengan penundaan atau penolakan perawatan dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan HIV. stigma masyarakat terhadap ODHA memiliki
dampak yang besar bagi program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS termasuk
kualitas hidup ODHA. ODHA akan merasa takut melakukan tes HIV karena bila
hasilnya terungkap maka mereka akan dikucilkan. Hal ini menyebabkan mereka
menunda untuk berobat apabila menderita sakit, yang akan berdampak pada semakin
menurunnya kesehatan mereka. (Situmeanga. Dkk, 2017)
Penyandang HIV dan AIDS (ODHA) yang mengetahui statusnya, berpeluang untuk
mendapatkan pendampingan dari lembaga-lembaga swadaya masyarakat peduli AIDS
dalam rangka memberikan dukungan, baik itu dukungan psikis ataupun dukungan
lainnya, jadi penyandang HIV dan AIDS tidak hanya butuh dukungan dari dalam yaitu
keluarga tetapi juga butuh dukungan dari luar yaitu pendamping ODHA.Pendamping
ODHA merupakan orang yang mengesampingkan resiko vonis dari masyarakat umum
dan hidup mendampingi serta memberikan dukungan bagi para ODHA.Bukan
hanyapendamping ODHA dan faktor-faktor yang bisa menularkan HIV/AIDS saja yang
menjadi pertimbangan tetapi faktor kesiapan keluarga menerima kenyataan bahwa
pendamping ODHA harus berinteraksi dengan penyandang ODHA dan mungkin lebih
banyak menghabiskan waktu bersama dengan ODHA.
Makalah ini dibuat dengan latar belakang bahwa seseorang yang mengidap virus HIV
atau penyakit AIDS memerlukan orang lain untuk mendampinginya serta dukungan dari
keluarga berdasarkan teori Abraham Maslow dan Karen Horney.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah
psikologi keperibadian dan untuk mengetahui aplikasi teori psikologi pada pasien
HIV/AIDS dalam sebuah praktik keperawatan.

C. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan teori kepribadian dengan pasien HIV/AIDS?
2. Jelaskan analisa teori kepribadian pada pasien HIV/AIDS?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KASUS

Hasil laporan Rahman Indar, CNN Indonesia – Ditemukan bahwa Ayu Oktariani
adalah salah seorang yang terinfeksi HIV, berbagi cerita. Ia mengatakan penderita HIV
bisa beraktivitas normal dan mematahkan stigma buruk mengenai HIV itu sendiri. Ia
mengetahui dirinya mengidap HIV ketika seorang teman menyarankan agar suaminya
menjalani tes HIV karena ada sejarah penggunaan narkoba. Namun, kala itu Ayu dan
suami masih dalam masa penolakan dan memakan waktu lama sebelum akhirnya
melakukan pemeriksaan.Sesuai dengan Standard Operation Procedure (SOP) layanan
kesehatan, jika seseorang terinfeksi maka istri, anak, atau suami harus menjalani
pemeriksaan. Ayu melakukan pemeriksaan dan saat itu pula ia mengetahui dirinya
positif HIV. Adapun karena kondisi yang sudah buruk, suami Ayu meninggal pada 2009
silam. Ia kembali menikah kepada seseorang yang negatif HIV pada 2014. Ayu
menambahkan bahwa dukungan dari orang terdekat menjadi salah satu cara untuk pulih.
Ia kemudian melanjutkan dengan bercerita bahwa ia memiliki support system dari
keluarga yang baik. Baginya dukungan orang terdekat dan keluarga dibarengi dengan
kebiasaan rutin mengonsumsi obat serta menjalani terapi ARV ialah jalan untuk
pemulihan yang lebih cepat.
Perilaku diskriminatif dari masyarakat juga pernah dialaminya.Ia takut untuk bertemu
bahkan bercerita kepada orang. Ia kemudian menyadari bahwa stigma dan perilaku
diskriminatif tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman. Ayu akhirnya memutuskan
untuk berbicara.Meskipun begitu, permasalahan tidak berhenti pada stigma saja.Ayu
bersama suami dan anak yang kini tinggal di Bandung menyebutkan bahwa layanan HIV
tersebar di hampir semua rumah sakit rujukan pemerintah, namun PPIA hanya terdapat
di satu rumah sakit. Ayu kemudian memberikan pesan untuk orang yang baru
mengetahui dirinya positif HIV untuk jangan menyangkal serta memaafkan diri dan
menghadapinya secara ikhlas.Mencari kelompok dukungan jika sulit menceritakannya
kepada orang tua.,Serta tidak lupa menjalani terapi ARV. Menjalani perawatan sebelum
diri memasuki fase AIDS akan mempercepatpemulihan. Kini Ayu menjabat sebagai
dewan di Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) dan bertugas dalam monitoring.
Sebelum aktif dengan IPPI ia 'terjun langsung di lapangan' dengan menjadi pendukung

3
sebaya di rumah sakit ketika masih di Jakarta. Ketika seseorang telah melakukan proses
pemeriksaan dengan dokter, Ayu membantu untuk menguatkan. Meskipun tidak lagi
aktif di lapangan ia masih menyampaikan pesan positif melalui tulisan yang ia unggah di
blog miliknya.

A. TEORI MASLOW
Teori Kebutuhan Maslow yaitu teori hirearki kebutuhan memuat kebutuhan dasar
manusia.Manusia diposisikan sebagai makhluk yang lemah dan terus berkembang,
memiliki potensi diri untuk suatu pencapaian dan dipengaruhi oleh lingkungan untuk
dapat tumbuh tinggi, lurus, dan indah. (Alwisol, 2010) Maslow mengatakan bahwa
manusia memiliki beberapa kebutuhan dasar yaitu:

1. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis yaitu terkait dengan kebutuhan tubuh secara biologis.Kebutuhan
fisiologis termasuk makanan, air, oksigen, dan suhu tubuh normal.Kebutuhan fisiologis
ini adalah kebutuhan dasar yang menyokong kehidupan manusia. Kebutuhan fisiologis
adalah kebutuhan dasar pertama yang akan dicari oleh manusia untuk mencapai
kepuasan hidup. Apabila salah satu dari kebutuhan fisiologis ini tidak didapatkan, maka
akan mengganggu pemenuhan kebutuhan dasar selanjutnya.

2. Kebutuhan Keamanan
Kebutuhan dasar yang kedua adalah keamanan. Ketika kebutuhan dasar pertama sudah
terpenuhi, kebutuhan akan keamanan menjadi aktif. Kebutuhan keamanan ini lebih
banyak pada anak- anak karena kesadaran mereka terhadap batasan diri masih kurang.
Sehingga perlu adanya orang lain untuk memberikan keamanan bagi mereka. Pada orang
dewasa, kebutuhan keamanan sedikit kecuali pada keadaan darurat, bencana, atau
kegagalan organisasi dalam struktur 4ias4l.Adanya situasi yang tidak menyenangkan
membuat orang dewasa mencari tempat atau orang yang dapat memenuhi kebutuhan
keamanannya.

3. Kebutuhan Cinta, Sayang, Kepemilikan


Ketika kebutuhan fisiologis dan keamanan sudah terpenuhi, tingkatan selanjutnya adalah
kebutuhan akan cinta, kasih 4ias4l, dan kepemilikan. Maslow menyatakan bahwa orang
mencari cara untuk mengatasi rasa kesepian atau kesendirian. Manusia membutuhkan
rasa cinta, kasih 4ias4l dan rasa memiliki. Tidak hanya dicintai, namun juga mencintai

4
yaitu memberikan kebutuhan yang sama terhadap orang lain juga akan memenuhi
kebutuhan dasarnya sendiri.

4. Kebutuhan Esteem
Kebutuhan esteem 5ias termasuk kebutuhan harga diri maupun penghargaan dari orang
lain. Ketika kebutuhan pada tingkat ketiga terpenuhi makan akan muncul kebutuhan
akan esteem. Manusia memiliki kebutuhan untuk dihormati oleh orang lain, dipercaya
oleh orang lain, dan stabil diri. Ketika kebutuhan ini sudah dicapai maka tingkat percaya
diri seseorang tersebut juga akan meningkat dan memiliki harga diri yang tinggi. Hal ini
akan berpengaruh terhadap peran 5ias5l dan aktivitasnya dalam interaksi 5ias5l. Apabila
kebutuhan esteem ini tidak 5ias dicapai, maka orang menjadi depresi, tidak percaya diri,
harga diri rendah, dan merasa tidak berharga atau berguna.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri


Kebutuhan selanjutnya yang perlu dipenuhi setelah keempat kebutuhan yang lain
terpenuhi adalah kebutuhan aktualisasi diri. Aktualisasi diri merupakan suatu bentuk
nyata yang mencerminkan keinginan seseorang terhadap dirinya sendiri. Maslow
menggambarkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan seseorang untuk mencapai apa yang
ingin dia lakukan. Misalnya seorang musisi harus bermusik, seorang seniman harus
melukis, seorang penari harus berlatih gerak, dan lainnya.

B. TEORI ADLER
Dalam teorinya, Adler menjelaskan bahwa manusia itu lahir dalam kondisi yang
lemah (inferior). Kondisi tersebut menyebabkan individu secara alami sudah pasti
memiliki ketergantungan terhadap orang lain. Perasaan menyatu kepada orang lain ini
kemudian menjadi sifat manusia dan standar akhir untuk sehat secara psikologis.
(Alwisol,2010) Berikut adalah beberapa macam prinsip-prinsip dalam teori Adler
mengenai psikologi kepribadian:

1. Striving for succes or superiority


Prinsip yang pertama dikemukakan oleh Adler mengenai perilaku seseorang adalah
kemauan untuk berjuang mendapatkan keberhasilan atau superioritas. Seseorang yang
awalnya lemah, lebih inferior, akan mencari cara untuk mendapatkan kesuksesannya
yakni berupa superioritas. Dalam pandangannya, seseorang akan dianggap sehat secara

5
psikologis apabila mampu berjuang untuk memperoleh keberhasilan bagi semua orang.
Sementara individu yang tidak sehat akan berjuang untuk keberhasilan pribadinya saja.

2. Subjective perception
Seseorang dalam rangka mencapai keberhasilannya akan berjuang. Di situ akan muncul
sebuah harapan-harapan tertentu yang mendorong seseorang untuk bertingkah laku
mencapai kesuksesannya. Harapan tersebut merupakan bentuk dari persepsi subjektif
seseorang (subjective perception).Bentuknya tidak nyata, terlalu abstrak, tetapi memang
bisa dirasakan.

3. Self consistent
Dalam teori Adler, dijelaskan bahwa pikiran, perasaan dan tindakan akan mengarah pada
satu tujuan. Di sini Adler cukup menarik dalam menggambarkan bagaimana adanya
kesatuan dan konsistensi diri manusia.Yang pertama adalah dengan melihat bahasa
organ. Organ tubuh akan berbicara lebih ekspresif dan mengungkapkan apa sebenarnya
yang ingin diungkapkan oleh seseorang daripada melalui kata-katanya. Contohnya ada
seorang anak yang patuh. Suatu saat ia ingin tidak patuh pada orang tuanya. Lalu ia
mengompol sebagai bentuk untuk menjukkan ketidakpatuhannya. Yang kedua, dilihat
dari kesadaran dan ketidaksadaran.Kepribadian yang konsisten dan menyatu antara
tindakan dengan pikiran sadar-tidak sadarnya.

4. Social interest
Minat sosial merupakan bagian yang juga tidak terlepas dari seorang individu. Ini ada
kaitannya dengan prinsip pertama tentang bagaimana seseorang akan berjuang untuk
memperoleh superioritasnya. Individu yang sehat kemungkinan akan memiliki minat
sosial yang cukup tinggi. Oleh karenanya, ia akan berusaha mencari cara untuk
mendapatkan kesuksesan yang bisa dirasakan semua orang. Minat sosial yang rendah
mungkin akan menunjukkan kondisi psikologis yang kurang sehat.

5. Style of life
Prinsip di dalam teori Adler dalam psikologi kepribadian selanjutnya adalah gaya hidup.
Dalam prinsip ini, struktur kepribadian yang konsisten dan menyatu bisa berkembang
menjadi sebuah gaya hidup. Ini akan menunjukkan selera hidup yang meliputi konsep
diri, perasaan terhadap orang lain, sikap terhadap dunia dan tujuan hidupnya. Tentu saja,

6
gaya hidup seseorang akan tercermin dan tertuang dari apa yang menjadi motivasinya
tersebut

6. Creative power
Dalam perkembangannya, gaya hidup seseorang akan dipengaruhi oleh kekuatan kreatif
yang dimilikinya. Seseorang memiliki cara-cara tertentu yang digunakan untuk
menciptakan gaya hidupnya. Daya kreatif seseorang bisa membantu dalam
mengendalikan kehidupannya, menentukan cara dan strategi untuk meraih keberhasilan
hingga berperan dalam membentuk minat sosial. Daya kreatif akan membuat seseorang
terus bergerak dalam mencapai tujuannya, dimana pergerakan tersebut merupakan
konsep yang penting dalam suatu karakteristik seseorang.

C. PERILAKU YANG MUNCUL


Dalam kasus tersebut Ayu mengatakan bahwa dukungan dari orang terdekat menjadi
salah satu cara untuk pulih. Ia kemudian melanjutkan dengan bercerita bahwa ia
memiliki support system dari keluarga yang baik. Baginya dukungan orang terdekat dan
keluarga dibarengi dengan kebiasaan rutin mengonsumsi obat serta menjalani terapi
ARV ialah jalan untuk pemulihan yang lebih cepat.Sehingga jika dikaitkan dengan teori
maslow manusia itu membutuhkan kasih sayang, dimana yang sebenarnya harus dijauhi
ialah virus bukan melainkan mereka yang menderita HIV ini.
Selain itu kasus tersebut juga berhubungan dengan pembahasan teori maslow tentang
kebutuhan esteem yaitu saat Ayu memberikan pesan untuk orang yang baru mengetahui
dirinya positif HIV untuk jangan menyangkal serta memaafkan diri dan menghadapinya
secara ikhlas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa menghargai diri sendiri meskipun
dalam keadaan yang sangat tidak mendukung untuk memiliki perasaan tersebut
merupakan suatu yang dibutuhkan.
Pada kasus ini juga ada kebutuhan aktualisasi diri yaitu ketika Ayu menjabat sebagai
dewan di Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI) dan bertugas dalam monitoring.
Sebelum aktif dengan IPPI ia 'terjun langsung di lapangan' dengan menjadi pendukung
sebaya di rumah sakit ketika masih di Jakarta. Meskipun dirinya pernah mengalami hal
yang buruk tetapi tidak membuat Ayu kehilangan sesuatu yang diinginkan karena
diposisi mana pun kita berada sesuatu yang kita ingin kan dengan hidup ataupun diri kita
pasti ada.

7
Jika kasus ini dikaitkan dengan teori Adler yaitu mengenai pembahasan sosial
interent meskipun pada awalnya Ia takut untuk bertemu bahkan bercerita kepada orang.
Ia kemudian menyadari bahwa stigma dan perilaku diskriminatif tersebut terjadi karena
kurangnya pemahaman. Sehingga pada akhirnya Ayu memutuskan untuk berbicara.

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Teori Kebutuhan Maslow yaitu teori hirearki kebutuhan memuat kebutuhan dasar
manusia.Manusia diposisikan sebagai makhluk yang lemah dan terus berkembang,
memiliki potensi diri untuk suatu pencapaian dan dipengaruhi oleh lingkungan untuk
dapat tumbuh tinggi, lurus, dan indah. Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki
beberapa kebutuhan dasar yaitu: kebutuhan fisiologis, Kebutuhan Keamanan, Kebutuhan
Cinta, Sayang, Kepemilikan, Kebutuhan Esteem, dan Kebutuhan Aktualisasi Diri.
Teori Adler menjelaskan bahwa manusia itu lahir dalam kondisi yang lemah
(inferior). Kondisi tersebut menyebabkan individu secara alami sudah pasti memiliki
ketergantungan terhadap orang lain. Perasaan menyatu kepada orang lain ini kemudian
menjadi sifat manusia dan standar akhir untuk sehat secara psikologis. Berikut adalah
beberapa macam prinsip-prinsip dalam teori Adler mengenai psikologi kepribadian:
Striving for succes or superiority, Subjective perception, Self consistent, Social interest,
Style of life, Creative power.

B. Saran
Mahasiswa keperawatan dapat berdedikasi dalam ilmu keperawatan dan profesi
keperawatan, serta dapat mengaplikasikan teori Maslow dan Adler pada saat melakukan
pembelajaran dan praktikum setiap kegiatannya

9
DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. 2010. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Feist, J., Feist, G.J., Roberts, T.A. (2017).Teori Kepribadian Edisi 8. Jakarta: Selemba
Humanika.

Indra, R. cerita ayu oktariani berjuang menghadapi HIV AIDS.


https://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171201061043-255-259416/cerita-
ayu-oktariani-berjuang-penghadapi-hiv-aids diakses pada 17 desember 2019
pukul 08.20.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). pedoman pengobatan antiretroviral.


Situmeanga, B., Syarifb., Mahkotab. S.R. (2017). Hubungan Pengetahuan HIV/AIDS dengan
Stigma terhadap Orang dengan HIV/AIDS di Kalangan Remaja 15-19 Tahun di
Indonesia (Analisis Data SDKI Tahun 2012). Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Indonesia. 1(2).

10

Anda mungkin juga menyukai