Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

C
DENGAN TB PARU DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH

DISUSUN OLEH :
INDAH PUSPITA SARI
NPM: 17.081.119.052

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS DARMA AGUNG
SUMATERA UTARA
TA 2018/ 2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia
karena angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini
tinggi. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Indonesia sendiri
menempati peringkat ke-3 setelah India dan Cina yang menjadi negara dengan kasus
TB tertinggi. Hasil Survey Prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009, 1,7 juta
orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4
juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan) (Depkes, 2011).

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. Tujuan Umum
Mengetahui tentang gambaran asuhan keperawatan dengan TB Paru dan mampu
mengaplikasikannya pada penderita TB Paru.

2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan TB Paru.
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan TB Paru.
c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan TB Paru.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru.
e. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 TINJAUAN TEORITIS MEDIS


2.1.1 PENGERTIAN

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen ,
tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil
tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel
darah merah ( Maryunani anik. 2010)
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang tanhan asam ini dapat merupakan
organisme patogen maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen ,
tettapi hanya strain bovin dan human yang patogenik terhadap manusia. Basil
tuberkel ini berukuran 0,3 x 2 sampai 4 μm, ukuran ini lebih kecil dari satu sel
darah merah (Sylvia A. Price & Wilson,2006)
Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru
yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008)

2.1.2 KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN


Menurut Depkes (2006), klasifikasi penyakit TB dan tipe pasien digolongkan:
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
 Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan
(parenkim) paru. tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada
hilus.
 Tuberkulosis ekstra paru. Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium),
kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada
TB Paru:
a. Tuberkulosis paru BTA positif.
 Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif.
 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen
dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak
ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
 Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif.
 Kriteria diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
 Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
 Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
 Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
 Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.

3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit


 TB paru BTA negatif foto toraks positif dibagi berdasarkan tingkat
keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila
gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas
(misalnya proses “far advanced”), dan atau keadaan umum pasien buruk.
- TB ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan
penyakitnya, yaitu:
- TB ekstra paru ringan, misalnya: TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan
kelenjar adrenal.
- TB ekstra-paru berat, misalnya: meningitis, milier, perikarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB
usus, TB saluran kemih dan alat kelamin.
4. Tipe Pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada
beberapa tipe pasien yaitu:
 Kasus baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
 Kasus kambuh (Relaps)
Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur).
 Kasus setelah putus berobat (Default )
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan
BTA positif.
 Kasus setelah gagal (failure)
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.
 Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain
untuk melanjutkan pengobatannya.
 Kasus lain :
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok
ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih
BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

2.1.2. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil
mycobacterium tuberculosis tipe humanus dengan ukuran panjang 1 – 4 um
dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta
tahan asam atau basil tahan asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisik karena sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis. Tuberculosis ini ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi
melalui udara. Individu yang terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa
atau bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 u) dan kecil (1
sampai 5u). droplet yang besar menetap, sementara droplet kecil tertahan di
udara dan terhirup oleh individu yang rentan.

2.1.3 MANIFESTASI KLINIS


1. Gejala Umum
· Batuk terus menerus dan berdahak 3 (tiga) minggu atau lebih. Merupakan
proses infeksi yang dilakukan Mycobacterium Tuberkulosis yang
menyebabkan lesi pada jaringan parenkim paru.
2. Gejala lain yang sering dijumpai
a. Dahak bercampur darah
Darah berasal dari perdarahan dari saluran napas bawah, sedangkan dahak
adalah hasil dari membran submukosa yang terus memproduksi sputum
untuk berusaha mengeluarkan benda saing.
b. Batuk darah
Terjadi akibat perdarahan dari saluran napas bawah, akibat iritasi karena
proses batuk dan infeksi Mycobacterium Tuberkulosis.
c. Sesak napas dan nyeri dada
Sesak napas diakibatkan karena berkurangnya luas lapang paru akibat
terinfeksi Mycobacterium Tuberkulosis, serta akibat terakumulasinya
sekret pada saluran pernapasan.
Nyeri dada timbul akibat lesi yang diakibatkan oleh infeksi bakteri, serta
nyeri dada juga dapat mengakibatkan sesak napas.
d. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, rasa kurang
enak badan (malaise), berkeringat malam walau tanpa kegiatan, demam
meriang lebih dari sebulan. Merupakan gejala yang berurutan terjadi,
akibat batuk yang terus menerus mengakibatkan kelemahan, serta nafsu
makan berkurang, sehingga berat badan juga menurun, karena kelelahan
serta infeksi mengakibatkan kurang enak badan dan demam meriang,
karena metabolisme tinggi akibat pasien berusaha bernapas cepat
mengakibatkan berkeringat pada malam hari. (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 2006)

2.1.4. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005):
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

2.1.5 PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi
melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu
yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan
gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer
dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke
bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan
gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening
atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen,
yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
2.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
b) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
c) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
d) Anemia bila penyakit berjalan menahun
e) Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
f) LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali
normal pada tahap penyembuhan.
g) GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan
paru.
h) Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
i) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
2. Pemeriksaan Radiologis Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal
pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan.
Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.

2.1.7. PENATALAKSANAAN MEDIS


Panduan OAT dan peruntukannya:
1. Kategori -1(2 HRZE / 4H3R3)
Diberikan untuk pasien baru
a) Pasien barui TB paru BTA positif
b) Pasien TB paru BTA negatif thorak positif
c) Pasien TB ekstra paru
2. Kategori – 2 (2HRZES / HRZE / 5H3R3E3)
Diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya
a) Pasien kambuh
b) Pasien gagal
c) Pasien dengan pengobatan 3 tahun terputus ( Default)

3. OAT sisipan (HRZE)


Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk taha kategori -1
yang diberikan selama sebulan ( 28 hari)
Jenis dan dosis obat OAT
1. Isoniasid (H)
Obat ini sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolic aktif.
Dosis harian yang dianjurkan 5 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X semingggu diberikan dengan dosis 10 mg / kg BB.
2. Rifamisin (R)
Dapat membununuh kuman semi dorman yang tidak dapat dibunuh
isoniasid. Dosis 10 mg / kg BB diberikan sama untuk pengobatan harian
maupun intermiten 3 X seminggu.
3. Pirasinamid (Z)
Dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam.
Dosis harian dianjurkan 25 mg / kg BB, sedangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X seminggu
4. Streptomisin (S)
Dosis harian dianjurkan 15 mg / kg BB, sedeangkan untuk pengobatan
intermiten 3 X seminggu diberikan dengan dosis yang sama. Penderita
berumur sampai 60 tahun dosisnya 0,75 gr/ hari. Sedangkan untuk
berumur 60 th atau lebih diberikan 0,50 gr/ hari.
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
2.2 TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN
2.2.1 PENGKAJIAN

1. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,
nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
mencari pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura
serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –
desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal
dirumah yang sumpek.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan
menurun.
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi
maupun defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit
menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah
karena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan
stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap
pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.

g. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
 inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan
napas yang tertinggal, suara napas melemah.
 Palpasi : Fremitus suara meningkat.
 Perkusi : Suara ketok redup.
 Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar
dan yang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari – hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental atau
sekret darah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
K. RENCANA KEPERAWATAN

TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI
NO KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif  Respiratory status : Airway suction
Ventilation  Pastikan kebutuhan
Definisi : Ketidakmampuan Respiratory status : oral / tracheal suctioning
untuk membersihkan Airway patency  Auskultasi suara
sekresi atau obstruksi dari  Aspiration Control nafas sebelum dan
saluran pernafasan untuk sesudah suctioning.
mempertahankan Kriteria Hasil :  Informasikan pada
kebersihan jalan nafas.  Mendemonstrasikan klien dan keluarga
batuk efektif dan suara tentang suctioning
Batasan Karakteristik : nafas yang bersih, tidak  Minta klien nafas
- Dispneu, Penurunan ada sianosis dan dalam sebelum suction
suara nafas dyspneu (mampu dilakukan.
- Orthopneu mengeluarkan sputum,  Berikan O2 dengan
- Cyanosis mampu bernafas menggunakan nasal
- Kelainan suara nafas dengan mudah, tidak untuk memfasilitasi
(rales, wheezing) ada pursed lips) suksion nasotrakeal
- Kesulitan berbicara  Menunjukkan jalan  Gunakan alat yang
- Batuk, tidak efekotif nafas yang paten (klien steril sitiap melakukan
atau tidak ada tidak merasa tercekik, tindakan
- Mata melebar irama nafas, frekuensi  Anjurkan pasien
- Produksi sputum pernafasan dalam untuk istirahat dan napas
- Gelisah rentang normal, tidak dalam setelah kateter
- Perubahan frekuensi ada suara nafas dikeluarkan dari
dan irama nafas abnormal) nasotrakeal
 Mampu  Monitor status
Faktor-faktor yang mengidentifikasikan oksigen pasien
berhubungan: dan mencegah factor  Ajarkan keluarga
- Lingkungan : merokok, yang dapat bagaimana cara
menghirup asap rokok, menghambat jalan melakukan suksion
perokok pasif-POK, infeksi nafas  Hentikan suksion dan
- Fisiologis : disfungsi berikan oksigen apabila
neuromuskular, hiperplasia pasien menunjukkan
dinding bronkus, alergi bradikardi, peningkatan
jalan nafas, asma. saturasi O2, dll.
- Obstruksi jalan nafas :
spasme jalan nafas, sekresi Airway Management
tertahan, banyaknya mukus,  Buka jalan nafas,
adanya jalan nafas buatan, guanakan teknik chin lift
sekresi bronkus, adanya atau jaw thrust bila perlu
eksudat di alveolus, adanya  Posisikan pasien
benda asing di jalan nafas. untuk memaksimalkan
ventilasi
 Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
 Pasang mayo bila
perlu
 Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
 Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
 Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
 Lakukan suction
pada mayo
 Berikan
bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
 Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi
dan status O2

2. Gangguan Pertukaran gas NOC : NIC :


 Respiratory Status : Gas Airway Management
Definisi : Kelebihan atau exchange  Buka jalan nafas,
kekurangan dalam  Respiratory Status : guanakan teknik chin lift
oksigenasi dan atau ventilation atau jaw thrust bila perlu
pengeluaran  Vital Sign Status  Posisikan pasien
karbondioksida di dalam Kriteria Hasil : untuk memaksimalkan
membran kapiler alveoli  Mendemonstrasikan ventilasi
peningkatan ventilasi  Identifikasi pasien
Batasan karakteristik : dan oksigenasi yang perlunya pemasangan
 Gangguan penglihatan adekuat alat jalan nafas buatan
 Penurunan CO2  Memelihara  Pasang mayo bila
 Takikardi kebersihan paru paru perlu
 Hiperkapnia dan bebas dari tanda  Lakukan
 Keletihan tanda distress fisioterapi dada jika
 somnolen pernafasan perlu
 Iritabilitas  Mendemonstrasikan  Keluarkan sekret
 Hypoxia batuk efektif dan suara dengan batuk atau
 kebingungan nafas yang bersih, tidak suction
 Dyspnoe ada sianosis dan  Auskultasi suara
 nasal faring dyspneu (mampu nafas, catat adanya suara
 AGD Normal mengeluarkan sputum, tambahan
 sianosis mampu bernafas  Lakukan suction
 warna kulit abnormal dengan mudah, tidak pada mayo
(pucat, kehitaman) ada pursed lips)  Berika
 Hipoksemia  Tanda tanda vital bronkodilator bial perlu
 hiperkarbia dalam rentang normal  Barikan pelembab
 sakit kepala ketika udara
bangun  Atur intake untuk
frekuensi dan kedalaman cairan mengoptimalkan
nafas abnormal keseimbangan.
 Monitor respirasi
Faktor faktor yang dan status O2
berhubungan :
 ketidakseimbangan Respiratory
perfusi ventilasi Monitoring
 perubahan membran  Monitor rata – rata,
kapiler-alveolar kedalaman, irama dan
usaha respirasi
 Catat pergerakan
dada,amati kesimetrisan,
penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan
intercostal
 Monitor suara
nafas, seperti dengkur
 Monitor pola nafas
: bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan
otot diagfragma
(gerakan paradoksis)
 Auskultasi suara
nafas, catat area
penurunan / tidak
adanya ventilasi dan
suara tambahan
 Tentukan
kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada
jalan napas utama
 auskultasi suara
paru setelah tindakan
untuk mengetahui
hasilnya

3. Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan  Nutritional Status : food Nutrition Management
tubuh and Fluid Intake  Kaji adanya alergi
Kriteria Hasil : makanan
Definisi : Intake nutrisi  Adanya peningkatan  Kolaborasi dengan
tidak cukup untuk berat badan sesuai ahli gizi untuk
keperluan metabolisme dengan tujuan menentukan jumlah
tubuh.  Berat badan ideal kalori dan nutrisi yang
sesuai dengan tinggi dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik : badan  Anjurkan pasien
- Berat badan 20 % atau  Mampu untuk meningkatkan
lebih di bawah ideal mengidentifikasi intake Fe
- Dilaporkan adanya intake kebutuhan nutrisi  Anjurkan pasien
makanan yang kurang dari  Tidak ada tanda untuk meningkatkan
RDA (Recomended Daily tanda malnutrisi protein dan vitamin C
Allowance)  Tidak terjadi  Berikan substansi
- Membran mukosa dan penurunan berat badan gula
konjungtiva pucat yang berarti  Yakinkan diet yang
- Kelemahan otot yang dimakan mengandung
digunakan untuk tinggi serat untuk
menelan/mengunyah mencegah konstipasi
- Luka, inflamasi pada  Berikan makanan
rongga mulut yang terpilih ( sudah
- Mudah merasa kenyang, dikonsultasikan dengan
sesaat setelah mengunyah ahli gizi)
makanan  Ajarkan pasien
- Dilaporkan atau fakta bagaimana membuat
adanya kekurangan catatan makanan harian.
makanan  Monitor jumlah
- Dilaporkan adanya nutrisi dan kandungan
perubahan sensasi rasa kalori
- Perasaan  Berikan informasi
ketidakmampuan untuk tentang kebutuhan
mengunyah makanan nutrisi
- Miskonsepsi  Kaji kemampuan
- Kehilangan BB dengan pasien untuk
makanan cukup mendapatkan nutrisi
- Keengganan untuk yang dibutuhkan
makan
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek Nutrition Monitoring
- Nyeri abdominal dengan  BB pasien dalam
atau tanpa patologi batas normal
- Kurang berminat  Monitor adanya
terhadap makanan penurunan berat badan
- Pembuluh darah kapiler  Monitor tipe dan
mulai rapuh jumlah aktivitas yang
- Diare dan atau biasa dilakukan
steatorrhea  Monitor interaksi
- Kehilangan rambut yang anak atau orangtua
cukup banyak (rontok) selama makan
- Suara usus hiperaktif  Monitor lingkungan
- Kurangnya informasi, selama makan
misinformasi  Jadwalkan
pengobatan dan
Faktor-faktor yang tindakan tidak selama
berhubungan : jam makan
Ketidakmampuan  Monitor kulit kering
pemasukan atau mencerna dan perubahan
makanan atau pigmentasi
mengabsorpsi zat-zat gizi  Monitor turgor kulit
berhubungan dengan faktor  Monitor kekeringan,
biologis, psikologis atau rambut kusam, dan
ekonomi. mudah patah
 Monitor mual dan
muntah
 Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
 Monitor makanan
kesukaan
 Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan
intake nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
 Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

4. Hipertermia NOC : NIC :


Thermoregulation Fever treatment
Definisi : suhu tubuh naik diatas Kriteria Hasil :  Monitor suhu sesering
rentang normal  Suhu tubuh mungkin
dalam rentang  Monitor IWL
Batasan Karakteristik: normal  Monitor warna dan suhu
 kenaikan suhu tubuh diatas  Nadi dan RR kulit
rentang normal dalam rentang  Monitor tekanan darah, nadi
 serangan atau konvulsi normal dan RR
(kejang)  Tidak ada  Monitor penurunan tingkat
 kulit kemerahan perubahan warna kesadaran
 pertambahan RR kulit dan tidak ada  Monitor WBC, Hb, dan Hct
 takikardi pusing, merasa  Monitor intake dan output
 saat disentuh tangan terasa nyaman  Berikan anti piretik
hangat  Berikan pengobatan untuk
mengatasi penyebab demam
Faktor faktor yang  Selimuti pasien
berhubungan :  Lakukan tapid sponge
- penyakit/ trauma  Berikan cairan intravena
- peningkatan metabolisme  Kompres pasien pada lipat
- aktivitas yang berlebih paha dan aksila
- pengaruh medikasi/anastesi  Tingkatkan sirkulasi udara
- ketidakmampuan/penurunan  Berikan pengobatan untuk
kemampuan untuk berkeringat mencegah terjadinya menggigil
- terpapar dilingkungan panas
- dehidrasi Temperature regulation
- pakaian yang tidak tepat  Monitor suhu minimal tiap 2
jam
 Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
 Monitor TD, nadi, dan RR
 Monitor warna dan suhu
kulit
 Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
 Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
 Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
 Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
 Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan suhu
dan kemungkinan efek negatif
dari kedinginan
 Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
 Ajarkan indikasi dari
hipotermi dan penanganan
yang diperlukan
 Berikan anti piretik jika
perlu

Vital sign Monitoring


 Monitor TD, nadi, suhu, dan
RR
 Catat adanya fluktuasi
tekanan darah
 Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
 Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
 Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
 Monitor kualitas dari nadi
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan
abnormal
 Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya
cushing triad (tekanan nadi
yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
 Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
5. Nyeri NOC : NIC :
 Pain Level, Pain Management
Definisi :  Pain control,  Lakukan pengkajian nyeri
Sensori yang tidak  Comfort level secara komprehensif termasuk
menyenangkan dan pengalaman Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik, durasi,
emosional yang muncul secara  Mampu frekuensi, kualitas dan faktor
aktual atau potensial kerusakan mengontrol nyeri presipitasi
jaringan atau menggambarkan (tahu penyebab  Observasi reaksi nonverbal
adanya kerusakan (Asosiasi nyeri, mampu dari ketidaknyamanan
Studi Nyeri Internasional): menggunakan  Gunakan teknik komunikasi
serangan mendadak atau pelan tehnik terapeutik untuk mengetahui
intensitasnya dari ringan sampai nonfarmakologi pengalaman nyeri pasien
berat yang dapat diantisipasi untuk mengurangi  Kaji kultur yang
dengan akhir yang dapat nyeri, mencari mempengaruhi respon nyeri
diprediksi dan dengan durasi bantuan)  Evaluasi pengalaman nyeri
kurang dari 6 bulan.  Melaporkan masa lampau
bahwa nyeri  Evaluasi bersama pasien dan
Batasan karakteristik : berkurang dengan tim kesehatan lain tentang
- Laporan secara verbal atau menggunakan ketidakefektifan kontrol nyeri
non verbal manajemen nyeri masa lampau
- Fakta dari observasi  Mampu  Bantu pasien dan keluarga
- Posisi antalgic untuk mengenali nyeri untuk mencari dan menemukan
menghindari nyeri (skala, intensitas, dukungan
- Gerakan melindungi frekuensi dan  Kontrol lingkungan yang
- Tingkah laku berhati-hati tanda nyeri) dapat mempengaruhi nyeri
- Muka topeng  Menyatakan seperti suhu ruangan,
- Gangguan tidur (mata sayu, rasa nyaman pencahayaan dan kebisingan
tampak capek, sulit atau gerakan setelah nyeri  Kurangi faktor presipitasi
kacau, menyeringai) berkurang nyeri
- Terfokus pada diri sendiri  Tanda vital  Pilih dan lakukan
- Fokus menyempit dalam rentang penanganan nyeri
(penurunan persepsi waktu, normal (farmakologi, non farmakologi
kerusakan proses berpikir, dan inter personal)
penurunan interaksi dengan  Kaji tipe dan sumber nyeri
orang dan lingkungan) untuk menentukan intervensi
- Tingkah laku distraksi,  Ajarkan tentang teknik non
contoh : jalan-jalan, menemui farmakologi
orang lain dan/atau aktivitas,  Berikan analgetik untuk
aktivitas berulang-ulang) mengurangi nyeri
- Respon autonom (seperti  Evaluasi keefektifan kontrol
diaphoresis, perubahan tekanan nyeri
darah, perubahan nafas, nadi  Tingkatkan istirahat
dan dilatasi pupil)  Kolaborasikan dengan
- Perubahan autonomic dokter jika ada keluhan dan
dalam tonus otot (mungkin tindakan nyeri tidak berhasil
dalam rentang dari lemah ke  Monitor penerimaan pasien
kaku) tentang manajemen nyeri
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih, Analgesic Administration
menangis, waspada, iritabel,  Tentukan lokasi,
nafas panjang/berkeluh kesah) karakteristik, kualitas, dan
- Perubahan dalam nafsu derajat nyeri sebelum
makan dan minum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang
Faktor yang berhubungan : jenis obat, dosis, dan frekuensi
Agen injuri (biologi, kimia,  Cek riwayat alergi
fisik, psikologis)  Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari
analgesik ketika pemberian
lebih dari satu
 Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
 Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
 Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
 Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
BAB III
TINJAUAN KASUS

3.1 .PENGKAJIAN
I. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. C
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 18 tahun
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ikut Orang Tua
Alamat : Sorkam
Tanggal : 05 Januari 2020
No Register : 05.05.75
Ruangan/ kamar : Flamboyan
Tanggal Pengkajian : 06 Januari 2020
Tanggal Operasi :-
Diagnosa Medis : TB (Tuberculosis) Paru

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. S
Hubungan dengan Pasien : Ibu
Pekerjaan : Tani
Alamat : Sorkam

II. KELUHAN UTAMA


Klien datang dengan sesak napas, Pasien mengatakan lemas, batuk berdahak
sudah lebih dari 2 bulan ini..

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG


A. Provocative/ palliative
1. Apa penyebabnya : pasien pernah mengalami sakit yang
sama, berobat ke poliklinik Paru,dinyatakan TB Paru dan minum obat.
Tapi pasien berhenti meminum obatnya karena merasa kondisinya
sudah membaik
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan : istirahat
B. Quantity/ Quality
1. Bagaimana dirasakan : Pasien merasakan sesak dan lemak
2. Bagaimana dilihat : pasien tampak kesulitan untuk bernapas,
frekuensi cepat
a. Region
- Dimana lokasinya : dada
- Apakah menyebar : tidak
- Severity (mengganggu aktivitas) : mengganggu
- Time (kapan mulai timbul dan bagaimana terjadinya) : 5 hari
yang lalu
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Pasien belum pernah mengalami sakit yang berat. 1 bulan yang lalu
pasien sakit seperti ini, minum obat, tapi karena sudah merasa baik,
pasien tidak meminum obatnya lagi.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan : berobat ke poli
ParuRSUD Pandan 1 bulan yang lalu
C. Pernah dirawat/ operasi : tidak
D. Lamanya dirawat :-
E. Alergi : Tidak ada alergi
F. Imunisasi : Lengkap

V. RIWAYAT/ KEADAAN PSIKOSOSIAL


a. Bahasa yang digunakan: bahasa batak dan Bahasa Indonesia
b. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien merasa akan sembuh setelah minum obat dan diinfus
c. Konsep diri
1. Body image : Baik
2. Ideal diri : Baik
3. Harga diri : Baik
4. Peran diri : pasien berperan membantu orangtua di sawah
sejak tamat sekolah
5. Personal Identiti: Baik
d. Perhatian terhadap orang lain/ lawan bicara: Pasien mau di ajak bicara
oleh perawat

VI. PEMERIKSAAN FISIK


A. Keadaan Umum : Kesadaran compos mentis, pasien tampak
sesak
B. Tanda – Tanda vital
Suhu tubuh : 38⁰ C
TD : 130/70 mmHg
TB :170 cm
Nadi : 80x/ menit
RR : 35x/ menit
BB : 50 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher
1. Kepala dan rambut
Kepala: Bentuk bulat, ubun-ubun tertutup, kulit kepala bersih
Rambut: Penyebaran merata, kondisi bersih, agak bau keringat
Wajah: struktur lonjong, warna kulit sawo matang

2. Mata:
- Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
- Palpebra : tidak ada edema
- Konjungtiva dan sclera : tidak ada anemi, tidak
icterik
- Pupil : normal
- Kornea, iris, visus : normal
- Tekanan Bola mata : normal

3. Hidung
Tulang hidung dan posisi septumnasi: simetris
Lubang hidung : bersih
Cuping hidung : ada pernapasan cuping hidung

4. Telinga
Bentuk telinga : simetris, normal
Ukuran telinga : Normal
Lubang telinga : bersih
Ketajaman pendengaran : normal

5. Mulut dan Faring


Keadaan bibir : agak kering
Keadaan gusi dan gigi : ada yg berlubang, jumlah
Lengkap
Keadaan lidah : bersih
Orofaring : normal
6. Leher
Posisi trakea : Normal
Thyroid & Limfe : Tidak ada pembesaran
Suara : Normal
Vena jugularis : Tidak tampak pelebaran vena
Denyut nadi : Normal
7. Pemeriksaan Integumen
Kebersihan : bersih
Kehangatan : hangat
Warna : sawo matang
Kelembapan : lembab
Kelainan pada kulit : tidak ada

8. Pemeriksaan thoraks
Bentuk : normal
Pernapasan : Frekuensi 35x/ menit, irama
tidak teratur
Tanda kesulitan bernapas : ada, pasien sangat sesak
Paru-paru : Perkusi sonor, auskultasi mengi
Jantung : Bunyi lup dup, tidak ada
murmur atau bunyi tambahan
lainnya, frekuensi 80x/ menit
9. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada
benjolan, tidak ada bayangan
pembuluh darah
Auskultasi : Peristaltik usus normal, tidak
ada suara tambahan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,benjolan
ataupun tanda ascites, hepar dan
lien tidak teraba, tidak ada nyeri
Perkusi : Suara abdomen timpani, tidak
ada tanda ascites
10. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya : pasien menolak
untuuk diikaji
11. Pemeriksaan muskulo skeletal/ ekstermitas: Simetris, tidak ada
kelainan, kekuatan otot normal
12. Pemeriksaan neurologis
- Tingkat kesadaran : compos mentis, GCS 15
- Kondisi emosi, orientasi dan proses piikir : baik, klien
dapat membedakan waktu, tempat dan orang, belum ada
penurunan daya ingat
- Motivasi dan persepsi : baik, klien yakin bias
sembuh
- Nervus cranialis:
o Nervus olfaktorius : pasien dapat membedakan bau
o Nervus optikus : pasien dapat membaca nama
perawat
o Nervus okulomotoris, troclearis, abdusen : normal,
tidak terdapat nigtasmus ataupun diplopia
o Nervus trigeminus : Tidak ada kelainan
o Nervus facialis : Tidak ada kelainan
o Nervus Vestibulochoclearis : Tidak ada kelainan
o Nervus Glosofaringeus: Tidak ada kelainan
o Nervus Asesoris: Tidak ada kelainan
o Nervus Hipoglosus: Tidak ada kelainan
- Fungsi motorik
o Cara berjalan : normal
o Romberg tes : normal
o Tes jari hidung; normal
o Pronasi-supinasi : Klien mampu membalikkan
telapak tangannya
o Heel to shin test : klien dapat berdiri sendiri
- Fungsi sensorik
o Identifikasi sentuhan ringan: Klien mampu merasakan
sentuhan jari perawat
o Tes tajam tumpul : Klien dapat merasakan ujung pena
dan pangkal pena
o Tes panas dingin : Klien mampu merasakan air dingin
dan hangat di cangkir
o Tes getaran : Klien mampu merasakan getaran Hp
o Streognosis test: Klien mampu menebak daerah
langsung di tubuhnya
o Graphtesia test : Klien mampu menebak benda yang di
genggam
- Refleks
o Refleks Bisep : Normal
o Refleks Trisep : Normal
o Refleks Brachioradialis : Normal
o Refleks Patelar : Normal
o Refleks Tendon Achiles: Normal
o Refleks Plantar : Normal

VII. POLA KEBIASAAN SEHARI- HARI


A. Pola Tidur dan kebiasaan
Waktu tidur: sejak sakit pasien hanya tidur 4-5 jam
Waktu bangun : tidak tentu
Masalah tidur : Terganggu karena sesak
Hal yang mempermudah tidur: obat

B. Pola Eliminasi
BAB : Pola 1x sehari, pagi. Feses normal, tidak ada riwayat perdarahan
BAK : Pola 5-6x/hari, Urine normal, tdk ada masalah

C. Pola makan dan minum


1. Gejala (subyektif) : Diit MB, Pola 3x/ hari, Kehilangan selera
makan (+), mual (+), Nyeri ulu hati (-), ALergi (-), Berat badan biasa : 60
kg
2. Tanda (Obyektif) :Berat badan sekarang 50 kg, Bentuk tubuh
kurus
3. Waktu pemberian makan: Pagi, siang sore
4. Jumlah dan jenis makanan: ½ porsi, bervariasi
5. Waktu pemberian cairan : saat makan atau saat pasien haus
6. Masalah makan dan minum: tidak ada selera makan
7. Kesulitan mengunyah, menelan : tidak ada
8. Upaya mengatasi masalah : makan makanan yang disukai pasien,
bervariasi

D. Kebersihan diri (Personal Higiene)


1. Pemeliharaan badan : mandi di lap oleh keluarga 1x/hari
2. Pemeliharaan gigi dan mulut :sikat gigi 1x/ hari, kumur-kumur
setelah makan
3. Pemeliharaan kuku : potong kuku 1x seminggu
E. Pola aktivitas : saat sakit pasien hanya terbaring di tempat
tidur
F. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
No Nama Hasil Normal Satuan
1 Gula darah sewaktu 94 75-115 Mg/dl
2 SGOT *72 <31 u/l (37o)
3 SGPT 32 <32 u/l (37o)
4 Ureum *26 10-15 mg/dl
5 Kreatinin 0,73 0,5 – mg/dl
6 HbsAg -
0,9
7 Golongan Darah B
-
8 WBC 0,8 k/ul
-
9 Lym 0,9 M
-
10 MID 0,4 L
13,3
6,4

2. Rontgen
Pemeriksaan penunjang rotgen : cor dalam batas normal, pada paru-paru
terdapat gambaran TB paru di apek paru dan lobus medium hasil BTA (+)

PENATALAKSANAAN DAN TERAPI


NO NAMA DOSIS FUNGSI EFEK SAMPING
OBAT
1 IVFD NaCl 20 tts/mnt Pemenuhan cairan edema
0,9% tubuh
2 Ambroxol syr 3x5 ml Untuk mengencerkan Hypersensitive, ulkus
dahak peptikum
3 Ventolin 3 amp Dilatasi bronkus, Hiperdilatasi bronkus
spasme otot
4 INH 1x400 mg Menghentikan Gg fungsi hati, mual,
pertumbuhan bakteri muntah, anemia
5 Etambutol 1x1000 mg Mengobati infeksi Mual, nyeri sendi,
bakteri sakit kepala
6 CTM 3x1 Mengatasi gejala alergi Pusing, mulut kering,
perubahan mood,
tremor
7 Curcuma 2x1 Meningkatkan nafsu
makan

G. Analisa Data
No Data Sign dan Symton Etiologi Problem
1 DS : Pasien mengatakan Penumpukan Ketidakefektifan
batuk berdahak secret bersihan jalan
Pasien mengeluh sesak nafas
DO :
-Pasien tampak kesulitan
bernapas
- RR 35x/ menit
- adanya usaha napas,
bahu terangkat
- Terdapat hasil lab
sputum, TB Paru (+)
2 DS : Pasien mengatakan Kelemahan otot Intoleransi
lemas dan seluruh aktivitas
aktivitas dibantu orang
lain
DO :
TD : 130/70 mmHg
TB :170 cm
Nadi : 80x/ menit
RR : 35x/ menit
BB : 50 kg
- Ketika
beraktifitas tampak
dibantu orang lain
- Terpasang infuse
di tangan kiri
3 DS : Pasien mengatakan - Batuk Nyeri akut
nyeri perut bagian kiri
terus menerus
atas
P : Batuk terus – menerus
Q : Tertusuk – Tusuk
R : Abdomen bagian kiri
atas
S:4
T : Ketika batuk
4 DS : pasien mengatakan Minimnya Kekurangan
belum tahu tentang
informasi pengetahuan
bagaimana perawatan TB
keluarga pasien
mengatakan alat makan
masih dipakai bersama
DO :
ketika batuk pasien tidak
mutup mulut, membuang
dahak sembarangan
Alat makan masih
dipakai bersama

H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan otot
3. Nyeri akut berhubungan dengan batuk terus menerus
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi

I. Rencana Tindakan Keperawatan

No Tujuan dan KH (NOC) Intervensi (NIC) Rasional


1 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV - Adanya
tindakan keperawatan 2. Observasi perubahan fungsi
selama 3 x 24 jam kemampuan respirasi
diharapkan mengeluarkan secret dan - Kemampuan
Tujua: pertahankan jalan batuk secara efektif mengeluarkan
nafas 3. Berikan posisi semi secret
KH : pasien mengatakan fowler menimbulkan
batuk berkurang 4. Ajarkan batuk timbulnya
frekuensi nafas efektif penumpukan
20x/menit 5. Kolaborasi dalam berlebihan pada
pemberian inhalasi saluran nafas
nebulizer - Untuk
memberikan
kesempatan para
berkembang
- Batuk efektif
mempermudah
ekspektorasi
muskus
- Bertujuan
untuk
mengencerkan
dahak
2 Setelah dilakukan 1. Observasi TTV - Mengetahui
tindakan keperawatan 2. Ajarkan teknik ROM keadaan umum
selama 3 x 24 jam pasien 3. Kompres hangat pasien
dapat mentoleransi pada persendiaan - ROM
aktivitas yang biasa 4. Anjurkan untuk dilakukan untuk
dilakukan dengan KH : aktifitas yang ringan mencegah
Pasien mengatakan badan 5. Kolaborasi dengan kekakuan sendi
tidak terasa lemas, tim medis dalam - Agar tidak
aktifitas pasien dapat pemberan fisioterapi terjadi kekakuan
dilakukan sendiri pada sendi
R : 16-20x / menit - Untuk
N : 60 – 100x/ menit melatih pasien
TD dan rentang normal supaya dapat
(110-720 / 70-80 mmHg) beraktifitqas
sendiri
- Berfungsi
untuk
mengoptimalkan
/ memulihkan
tenaga pasien
supaya dapat
mentoleransi
aktifitas
3 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri - Untuk
tindakan keperawatan (PQRST) Mengetahui
Selama 3 x 24 jam pasien 2. Posisikan pasien Tingkat Nyeri
dapat diharapkan : semi fowler - Posisi semi
Tujuan : nyeri hilang atau 3. Ajarkan relaksasi fowler dapat
berkurang distraksi dan nafas mengurangi nyeri
KH : pasien tampak dalam pada abdomen
rileks skala nyeri 0 atau 4. Kolaborasi dengan - Mengurangi
berkurang pemberian obat anti rasa nyeri
nyeri - Untuk
5. mengurangi nyeri
3 Setelah dilakukan 1. Berikan informasi - Pasien dan
tindakan asuhan tentang penyakit TB keluarga
keperawatan selama 3 x 2. Berikan informasi mengerti tentang
24 jam diharapkan tentang perawatan penyakit TB
Tujuan : Pasien dan penyakit TB - Pasien dan
keluarga tau tentang 3. Berikan informasi keluarga dapat
perawatan TB tentang pencegahan melakukan
KH : pasien dan keluarga penyakit TB perawatan TB
dapat melakukan 4. Berikan informasi - Pasien dan
perawatan TB secara tentang penularan keluarga dapat
mandiri penyakit TB melakukan /
mengerti tentang
pencegahan
penyakit TB
- Pasien dan
keluarga dapat
mengerti tentang
penularan TB

J. Implementasi
DX Pukul Implementasi Evaluasi Ttd
1. 14.00 Mengobservasi tanda vital S : Pasien mengatakan
.
dan pemberian O2 batuk berkurang
O : TD = 100/70 mmHg
N = 78x/menit
S = 36,3oC
R = 24x/menit
1. 14.20 Memberikan posisi semi S : Pasien mengatakan
.
fowler lebih nyaman
O : pasien tampak rileks
1. 14.40 Menganjurkan tirah baring S : Pasien mengatakan
2.
susah tidur karena
lingkungan RS yang
ramai
O:-
3. 15.20 Mengajarkan relaksasi S : Pasien mengatakan
distraksi mau mengikuti
O : Pasien tampak rileks
1. 15.25 Membagikan obat oral S : Pasien mengatakan
2.
mau minum obat
3.
O : Obat telah diminum
pasien
4. 15.30 Memberikan penkes tentang S : Pasien mengatakan
penyakit TB bersedia diberikan
penkes penyakit TB
O : Pasien bisa
menjelaskan kembali
tentang penkes
penyakit TB
4. 15.40 Memberikan penkes S : Pasien mengatakan
perawatan penyakit TB bersedia diberikan
penkes perawatan
penyakit TB
O : Pasien bisa
menjelaskan kembali
tentang perawatan
penyakit TB
2. 16.30 Mengajarkan ROM S : Pasien mengikuti
O : Pasien tampak
lemas
1. 19.30 Mengajarkan batuk efektif S : Pasien mengikuti
O : Pasien tampak
lemas
1. 20.40 Memberikan lingkungan S : Pasien Mengatakan
2.
yang nyaman Terima Kasih
3.
O : Pasien tampak
tenang
1. Selasa Memberikan infeksi S : pasen mengatakan
2. 25/2/2014
Ronitidin 50 mg 2 x 1 tiap mau disuntik
3. 08.15
O : obat masuk melalui
12 jam
IV
1. 08.20 Mengobservasi TTV S:-
2. O : TD = 36,3oC,
3. R = 20x/mnt
N = 78x/mnt
4. 09.00 Memberikan penkes tentang S : Pasien mengatakan
pencegahan penyakit TB bersedia diberikan
penkes tentang
pencegahan penyakit
TB
O : Pasien bisa
menjelaskan tentang
pencegahan penyakit
TB
4. 09.10 Memberkan penkes tentang S : Pasien mengatakan
penularan penyakit TB bersedia diberikan
penkes tentang
penularan penyakit
TB
O :Pasien bia
menjelaskan tentang
penularan penyakit
TB
3. 10.40 Mengajarkan relaksasi S : Pasien mengatakan
distraksi mau mengikuti
O : Pasien tampak rilek
2. 11.50 Mengajarkan ROM S : Pasien mengatakan
mau mengikuti
O : pasien tampak
lemas (berkurang)
1. 13.20 Memberikan lingkungan S : Pasien mengatakan
2.
yang nyaman terima kasih
3.
O : Pasien tampak
tenang
4. 13.45 Mengobservasi cara batuk S : Pasien bersedia
pasien dikaji
O : Pasien membuang
batuk pada terus dan
dibungkus
1. Rabu Mengobservasi keadaan S : Pasien mengatakan
2. 26/2/2014
umum pasien lemas berkurang
3. 14.15
O : Pasien tampak
4.
sudah rileks
1. Mengobservasi TTV S : Pasien mau diukur
2.
TTV
3.
O : TD = 120/80
x/menit
N = 80x/mnt
S = 36,3oC
R = 20 x/mnt
4. 15.00 Memberikan penkes tentang S : Pasien mengatakan
perawatan, pencegahan dan bersedia diberikan
penularan penyakit TB penkes perawatan,
pencegahan dan
penularan penyakit
TB
O : Pasien bisa
menjelaskan kembali
tentang perawatan,
pencegahan dan
penularan penyakit
TB

15.45 Lakukan pelepasan infus S : Pasien bersedia infus


dilepas
O : Infus dapat dilepas
16.00 Mengingatkan pasien S : Pasien mengatakan
kontrol mau control
O:-
16.10 Mengantarkan pasien S : Pasien bersedia
pulang diantar pulang
O : Wajah pasien
tampak senang

K. EVALUASI
No
Hari / tgl / jam Evaluasi Ttd
Dx
S : Pasien mengatakan batuk berkurang
O : TD = 120 / 80 mmHg N = 80x/menit
o
S = 36,3 C R = 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : anjurkan pasien control hari sabtu (BLPL)
S : Pasien mengatakan lemas berkurang
O : TD = 120/80 mmHg N = 80x/menit
S = 36,3oC R = 20x/mnt
Pasien dapat beraktifitas mandiri
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan pasien control hari sabtu (BLPL)
S : Pasien mengatakan nyeri sudah hilang
O : Skala nyeri 1
P = batuk terus menerus sudah hilang
Q = Rasa tertusuk-tusuk sudah hilang
R = Nyeri bagian abdomen kiri atas sudah
hilang
T=-
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan pasien control hari rabu (BLPL)
S : Pasien mengatakan sudah tahu tentang
penyakit
O : Pasien tampak memakai maske
- Ketika batuk menutup mulut
dengan tisur dan membuang tisu ke
WC
- Pasien tidak menggunakan alat
makan bergantian
A : Masalah teratasi
P:-

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey:Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai