C
DENGAN TB PARU DI RUANG FLAMBOYAN
RSUD PANDAN KABUPATEN TAPANULI TENGAH
DISUSUN OLEH :
INDAH PUSPITA SARI
NPM: 17.081.119.052
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melaksanakan pengkajian keperawatan pada pasien dengan TB Paru.
b. Dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan TB Paru.
c. Dapat menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan TB Paru.
d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru.
e. Dapat mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan TB
Paru.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1.2. ETIOLOGI
Penyebabnya adalah kuman microorganisme yaitu basil
mycobacterium tuberculosis tipe humanus dengan ukuran panjang 1 – 4 um
dan tebal 1,3 – 0,6 um, termasuk golongan bakteri aerob gram positif serta
tahan asam atau basil tahan asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia
dan fisik karena sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid).
lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit
tuberkulosis. Tuberculosis ini ditularkan dari orang ke orang oleh trasmisi
melalui udara. Individu yang terinfeksi, melalui bicara, batuk, bersin, tertawa
atau bernyanyi, melepaskan droplet besar (lebih besar dari 100 u) dan kecil (1
sampai 5u). droplet yang besar menetap, sementara droplet kecil tertahan di
udara dan terhirup oleh individu yang rentan.
2.1.4. KOMPLIKASI
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005):
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru.
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
6. insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
2.1.5 PATOFISIOLOGI
Tempat masuk kuman M.tuberculosis adalah saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi
melalui udara (airborne), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan
merupakan tempat masuk utama jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu
yang terkontaminasi.
Tuberkulosis adalh penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas
perantara sel. Sel efektornya adalah makrofag, sedangkan limfosit (biasanya sel T)
adalah sel imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan
makrofag yang diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinnya. Respon
ini disebut sebagai reaksi hipersensitivitas (lambat)
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan
seperti keju, lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami
nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid
dan fibroblast, menimbulkan respon berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih
fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul
yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus Gohn dan
gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dan lesi primer
dinamakan kompleks Gohn respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis
adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan
kavitas. Materi tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke
dalam percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat akan terulang kembali ke
bagian lain dari paru-paru, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga
tengah atau usus. Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan
dan meninggalkan jaringan parut bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dekat perbatasan rongga
bronkus. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui
saluran penghubung sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi
mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas keadaan ini dapat menimbulkan
gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
menjadi tempat peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah bening
atau pembuluh darah. Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan
mencapai aliran darah dalam jumlah kecil dapat menimbulkan lesi pada berbagai
organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfohematogen,
yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen merupakan suatu fenomena
akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis milier. Ini terjadi apabila fokus
nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk kedalam
sistem vaskular dan tersebar ke organ-organ tubuh.
2.1.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a) Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif
penyakit
b) Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan
darah) : Positif untuk basil asam-cepat.
c) Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen)
menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara
berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang
secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau
infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang berbeda.
d) Anemia bila penyakit berjalan menahun
e) Leukosit ringan dengan predominasi limfosit
f) LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali
normal pada tahap penyembuhan.
g) GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan
paru.
h) Biopsi jarum pada jaringan paru : Positif untuk granuloma TB; adanya sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
i) Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi;
contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat
ditemukan pada TB paru kronis luas.
2. Pemeriksaan Radiologis Foto thorak : Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal
pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan.
Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.
1. Pengumpulan data
Dalam pengumpulan data ada urutan – urutan kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Identitas klien
Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal
(alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita TB patu yang lain.
b. Riwayat penyakit sekarang
Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di
rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam,
nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk
mencari pengonbatan.
c. Riwayat penyakit dahulu
Keadaan atau penyakit – penyakit yang pernah diderita oleh penderita yang
mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura
serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.
d. Riwayat penyakit keluarga
Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita
penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya.
e. Riwayat psikososial
Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi
kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan pernah punya
riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain
f. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –
desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal
dirumah yang sumpek.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan
menurun.
3) Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi
maupun defekasi
4) Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas
5) Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.
6) Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena penyakit
menular.
7) Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan.
8) Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
kawatir klien tentang penyakitnya.
9) Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan berubah
karena kelemahan dan nyeri dada.
10) Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan
stress pada penderita yang bisa mengkibatkan penolakan terhadap
pengobatan.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.
g. Pemeriksaan fisik
Berdasarkan sistem – sistem tubuh
1) Sistem integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
2) Sistem pernapasan
Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai
inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma, pergerakan
napas yang tertinggal, suara napas melemah.
Palpasi : Fremitus suara meningkat.
Perkusi : Suara ketok redup.
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar
dan yang nyaring.
3) Sistem pengindraan
Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak ada kelainan
4) Sistem kordiovaskuler
Adanya takipnea, takikardia, sianosis, bunyi P2 syang mengeras.
5) Sistem gastrointestinal
Adanya nafsu makan menurun, anoreksia, berat badan turun.
6) Sistem muskuloskeletal
Adanya keterbatasan aktivitas akibat kelemahan, kurang tidur dan keadaan
sehari – hari yang kurang meyenangkan.
7) Sistem neurologis
Kesadaran penderita yaitu komposments dengan GCS : 456
8) Sistem genetalia
Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada genitalia
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental atau
sekret darah
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-kapiler
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
d. Nyeri Akut berhubungan dengan nyeri dada pleuritis
e. Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi
K. RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN DAN
DIAGNOSA INTERVENSI
NO KRITERIA HASIL
KEPERAWATAN (NIC)
(NOC)
1 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif Respiratory status : Airway suction
Ventilation Pastikan kebutuhan
Definisi : Ketidakmampuan Respiratory status : oral / tracheal suctioning
untuk membersihkan Airway patency Auskultasi suara
sekresi atau obstruksi dari Aspiration Control nafas sebelum dan
saluran pernafasan untuk sesudah suctioning.
mempertahankan Kriteria Hasil : Informasikan pada
kebersihan jalan nafas. Mendemonstrasikan klien dan keluarga
batuk efektif dan suara tentang suctioning
Batasan Karakteristik : nafas yang bersih, tidak Minta klien nafas
- Dispneu, Penurunan ada sianosis dan dalam sebelum suction
suara nafas dyspneu (mampu dilakukan.
- Orthopneu mengeluarkan sputum, Berikan O2 dengan
- Cyanosis mampu bernafas menggunakan nasal
- Kelainan suara nafas dengan mudah, tidak untuk memfasilitasi
(rales, wheezing) ada pursed lips) suksion nasotrakeal
- Kesulitan berbicara Menunjukkan jalan Gunakan alat yang
- Batuk, tidak efekotif nafas yang paten (klien steril sitiap melakukan
atau tidak ada tidak merasa tercekik, tindakan
- Mata melebar irama nafas, frekuensi Anjurkan pasien
- Produksi sputum pernafasan dalam untuk istirahat dan napas
- Gelisah rentang normal, tidak dalam setelah kateter
- Perubahan frekuensi ada suara nafas dikeluarkan dari
dan irama nafas abnormal) nasotrakeal
Mampu Monitor status
Faktor-faktor yang mengidentifikasikan oksigen pasien
berhubungan: dan mencegah factor Ajarkan keluarga
- Lingkungan : merokok, yang dapat bagaimana cara
menghirup asap rokok, menghambat jalan melakukan suksion
perokok pasif-POK, infeksi nafas Hentikan suksion dan
- Fisiologis : disfungsi berikan oksigen apabila
neuromuskular, hiperplasia pasien menunjukkan
dinding bronkus, alergi bradikardi, peningkatan
jalan nafas, asma. saturasi O2, dll.
- Obstruksi jalan nafas :
spasme jalan nafas, sekresi Airway Management
tertahan, banyaknya mukus, Buka jalan nafas,
adanya jalan nafas buatan, guanakan teknik chin lift
sekresi bronkus, adanya atau jaw thrust bila perlu
eksudat di alveolus, adanya Posisikan pasien
benda asing di jalan nafas. untuk memaksimalkan
ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas buatan
Pasang mayo bila
perlu
Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Keluarkan sekret
dengan batuk atau
suction
Auskultasi suara
nafas, catat adanya suara
tambahan
Lakukan suction
pada mayo
Berikan
bronkodilator bila perlu
Berikan pelembab
udara Kassa basah NaCl
Lembab
Atur intake untuk
cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi
dan status O2
3.1 .PENGKAJIAN
I. BIODATA
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. C
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 18 tahun
Status perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ikut Orang Tua
Alamat : Sorkam
Tanggal : 05 Januari 2020
No Register : 05.05.75
Ruangan/ kamar : Flamboyan
Tanggal Pengkajian : 06 Januari 2020
Tanggal Operasi :-
Diagnosa Medis : TB (Tuberculosis) Paru
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. S
Hubungan dengan Pasien : Ibu
Pekerjaan : Tani
Alamat : Sorkam
2. Mata:
- Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
- Palpebra : tidak ada edema
- Konjungtiva dan sclera : tidak ada anemi, tidak
icterik
- Pupil : normal
- Kornea, iris, visus : normal
- Tekanan Bola mata : normal
3. Hidung
Tulang hidung dan posisi septumnasi: simetris
Lubang hidung : bersih
Cuping hidung : ada pernapasan cuping hidung
4. Telinga
Bentuk telinga : simetris, normal
Ukuran telinga : Normal
Lubang telinga : bersih
Ketajaman pendengaran : normal
8. Pemeriksaan thoraks
Bentuk : normal
Pernapasan : Frekuensi 35x/ menit, irama
tidak teratur
Tanda kesulitan bernapas : ada, pasien sangat sesak
Paru-paru : Perkusi sonor, auskultasi mengi
Jantung : Bunyi lup dup, tidak ada
murmur atau bunyi tambahan
lainnya, frekuensi 80x/ menit
9. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada
benjolan, tidak ada bayangan
pembuluh darah
Auskultasi : Peristaltik usus normal, tidak
ada suara tambahan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan,benjolan
ataupun tanda ascites, hepar dan
lien tidak teraba, tidak ada nyeri
Perkusi : Suara abdomen timpani, tidak
ada tanda ascites
10. Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya : pasien menolak
untuuk diikaji
11. Pemeriksaan muskulo skeletal/ ekstermitas: Simetris, tidak ada
kelainan, kekuatan otot normal
12. Pemeriksaan neurologis
- Tingkat kesadaran : compos mentis, GCS 15
- Kondisi emosi, orientasi dan proses piikir : baik, klien
dapat membedakan waktu, tempat dan orang, belum ada
penurunan daya ingat
- Motivasi dan persepsi : baik, klien yakin bias
sembuh
- Nervus cranialis:
o Nervus olfaktorius : pasien dapat membedakan bau
o Nervus optikus : pasien dapat membaca nama
perawat
o Nervus okulomotoris, troclearis, abdusen : normal,
tidak terdapat nigtasmus ataupun diplopia
o Nervus trigeminus : Tidak ada kelainan
o Nervus facialis : Tidak ada kelainan
o Nervus Vestibulochoclearis : Tidak ada kelainan
o Nervus Glosofaringeus: Tidak ada kelainan
o Nervus Asesoris: Tidak ada kelainan
o Nervus Hipoglosus: Tidak ada kelainan
- Fungsi motorik
o Cara berjalan : normal
o Romberg tes : normal
o Tes jari hidung; normal
o Pronasi-supinasi : Klien mampu membalikkan
telapak tangannya
o Heel to shin test : klien dapat berdiri sendiri
- Fungsi sensorik
o Identifikasi sentuhan ringan: Klien mampu merasakan
sentuhan jari perawat
o Tes tajam tumpul : Klien dapat merasakan ujung pena
dan pangkal pena
o Tes panas dingin : Klien mampu merasakan air dingin
dan hangat di cangkir
o Tes getaran : Klien mampu merasakan getaran Hp
o Streognosis test: Klien mampu menebak daerah
langsung di tubuhnya
o Graphtesia test : Klien mampu menebak benda yang di
genggam
- Refleks
o Refleks Bisep : Normal
o Refleks Trisep : Normal
o Refleks Brachioradialis : Normal
o Refleks Patelar : Normal
o Refleks Tendon Achiles: Normal
o Refleks Plantar : Normal
B. Pola Eliminasi
BAB : Pola 1x sehari, pagi. Feses normal, tidak ada riwayat perdarahan
BAK : Pola 5-6x/hari, Urine normal, tdk ada masalah
2. Rontgen
Pemeriksaan penunjang rotgen : cor dalam batas normal, pada paru-paru
terdapat gambaran TB paru di apek paru dan lobus medium hasil BTA (+)
G. Analisa Data
No Data Sign dan Symton Etiologi Problem
1 DS : Pasien mengatakan Penumpukan Ketidakefektifan
batuk berdahak secret bersihan jalan
Pasien mengeluh sesak nafas
DO :
-Pasien tampak kesulitan
bernapas
- RR 35x/ menit
- adanya usaha napas,
bahu terangkat
- Terdapat hasil lab
sputum, TB Paru (+)
2 DS : Pasien mengatakan Kelemahan otot Intoleransi
lemas dan seluruh aktivitas
aktivitas dibantu orang
lain
DO :
TD : 130/70 mmHg
TB :170 cm
Nadi : 80x/ menit
RR : 35x/ menit
BB : 50 kg
- Ketika
beraktifitas tampak
dibantu orang lain
- Terpasang infuse
di tangan kiri
3 DS : Pasien mengatakan - Batuk Nyeri akut
nyeri perut bagian kiri
terus menerus
atas
P : Batuk terus – menerus
Q : Tertusuk – Tusuk
R : Abdomen bagian kiri
atas
S:4
T : Ketika batuk
4 DS : pasien mengatakan Minimnya Kekurangan
belum tahu tentang
informasi pengetahuan
bagaimana perawatan TB
keluarga pasien
mengatakan alat makan
masih dipakai bersama
DO :
ketika batuk pasien tidak
mutup mulut, membuang
dahak sembarangan
Alat makan masih
dipakai bersama
H. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
penumpukan secret
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan otot
3. Nyeri akut berhubungan dengan batuk terus menerus
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan minimnya informasi
J. Implementasi
DX Pukul Implementasi Evaluasi Ttd
1. 14.00 Mengobservasi tanda vital S : Pasien mengatakan
.
dan pemberian O2 batuk berkurang
O : TD = 100/70 mmHg
N = 78x/menit
S = 36,3oC
R = 24x/menit
1. 14.20 Memberikan posisi semi S : Pasien mengatakan
.
fowler lebih nyaman
O : pasien tampak rileks
1. 14.40 Menganjurkan tirah baring S : Pasien mengatakan
2.
susah tidur karena
lingkungan RS yang
ramai
O:-
3. 15.20 Mengajarkan relaksasi S : Pasien mengatakan
distraksi mau mengikuti
O : Pasien tampak rileks
1. 15.25 Membagikan obat oral S : Pasien mengatakan
2.
mau minum obat
3.
O : Obat telah diminum
pasien
4. 15.30 Memberikan penkes tentang S : Pasien mengatakan
penyakit TB bersedia diberikan
penkes penyakit TB
O : Pasien bisa
menjelaskan kembali
tentang penkes
penyakit TB
4. 15.40 Memberikan penkes S : Pasien mengatakan
perawatan penyakit TB bersedia diberikan
penkes perawatan
penyakit TB
O : Pasien bisa
menjelaskan kembali
tentang perawatan
penyakit TB
2. 16.30 Mengajarkan ROM S : Pasien mengikuti
O : Pasien tampak
lemas
1. 19.30 Mengajarkan batuk efektif S : Pasien mengikuti
O : Pasien tampak
lemas
1. 20.40 Memberikan lingkungan S : Pasien Mengatakan
2.
yang nyaman Terima Kasih
3.
O : Pasien tampak
tenang
1. Selasa Memberikan infeksi S : pasen mengatakan
2. 25/2/2014
Ronitidin 50 mg 2 x 1 tiap mau disuntik
3. 08.15
O : obat masuk melalui
12 jam
IV
1. 08.20 Mengobservasi TTV S:-
2. O : TD = 36,3oC,
3. R = 20x/mnt
N = 78x/mnt
4. 09.00 Memberikan penkes tentang S : Pasien mengatakan
pencegahan penyakit TB bersedia diberikan
penkes tentang
pencegahan penyakit
TB
O : Pasien bisa
menjelaskan tentang
pencegahan penyakit
TB
4. 09.10 Memberkan penkes tentang S : Pasien mengatakan
penularan penyakit TB bersedia diberikan
penkes tentang
penularan penyakit
TB
O :Pasien bia
menjelaskan tentang
penularan penyakit
TB
3. 10.40 Mengajarkan relaksasi S : Pasien mengatakan
distraksi mau mengikuti
O : Pasien tampak rilek
2. 11.50 Mengajarkan ROM S : Pasien mengatakan
mau mengikuti
O : pasien tampak
lemas (berkurang)
1. 13.20 Memberikan lingkungan S : Pasien mengatakan
2.
yang nyaman terima kasih
3.
O : Pasien tampak
tenang
4. 13.45 Mengobservasi cara batuk S : Pasien bersedia
pasien dikaji
O : Pasien membuang
batuk pada terus dan
dibungkus
1. Rabu Mengobservasi keadaan S : Pasien mengatakan
2. 26/2/2014
umum pasien lemas berkurang
3. 14.15
O : Pasien tampak
4.
sudah rileks
1. Mengobservasi TTV S : Pasien mau diukur
2.
TTV
3.
O : TD = 120/80
x/menit
N = 80x/mnt
S = 36,3oC
R = 20 x/mnt
4. 15.00 Memberikan penkes tentang S : Pasien mengatakan
perawatan, pencegahan dan bersedia diberikan
penularan penyakit TB penkes perawatan,
pencegahan dan
penularan penyakit
TB
O : Pasien bisa
menjelaskan kembali
tentang perawatan,
pencegahan dan
penularan penyakit
TB
K. EVALUASI
No
Hari / tgl / jam Evaluasi Ttd
Dx
S : Pasien mengatakan batuk berkurang
O : TD = 120 / 80 mmHg N = 80x/menit
o
S = 36,3 C R = 20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : anjurkan pasien control hari sabtu (BLPL)
S : Pasien mengatakan lemas berkurang
O : TD = 120/80 mmHg N = 80x/menit
S = 36,3oC R = 20x/mnt
Pasien dapat beraktifitas mandiri
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan pasien control hari sabtu (BLPL)
S : Pasien mengatakan nyeri sudah hilang
O : Skala nyeri 1
P = batuk terus menerus sudah hilang
Q = Rasa tertusuk-tusuk sudah hilang
R = Nyeri bagian abdomen kiri atas sudah
hilang
T=-
A : Masalah teratasi
P : Anjurkan pasien control hari rabu (BLPL)
S : Pasien mengatakan sudah tahu tentang
penyakit
O : Pasien tampak memakai maske
- Ketika batuk menutup mulut
dengan tisur dan membuang tisu ke
WC
- Pasien tidak menggunakan alat
makan bergantian
A : Masalah teratasi
P:-
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Depkes RI : Jakarta.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey:Upper Saddle River
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam edisi ketiga. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Tambayong, J. 2003. Patofisiologi untuk Keperawatan. EGC : Jakarta.