Disusun Oleh :
Nama : Della Afrianti
NIM : P27820820012
Pembimbing Akademik
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU
A. Pengertian
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan
mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh
organ tubuh lainnya. bakteri ini dapat masuk melalui saluran pernapasan dan
saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. tetapi paling banyak melalui
inhalasi droplet yang berasal dari orang yang terinfeksi bakteri tersebut
(NANDA, 2016).
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Sumber penularan yaitu klien
TB BTA (bakteri tahan asam) positif melalui percik renik dahak yang
dikeluarkannya. TB dengan BTA negatif juga masih memiliki kemungkinan
menularkan penyakit TB meskipun dengan tingkat penularan yang kecil
(Kemenkes RI, 2015).
B. Klasifikasi
Klasifikasi menurut American Thoracis Society dalam NANDA, 2016
1. Kategori 0 : Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak
negatif, tes tubercullin negatif
2. Kategori 1 : Terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi. Riwayat
kontak positif, tes tubercullin negatif
3. Kategori 2 : Terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tubercullin
positif, radiologis dan sputum negatif
4. Kategori 3 : Terinfeksi tuberkulosis dan sakit
C. Etiologi
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis. Basil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari
dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikrobakteri tuberkulosis yaitu tipe
human dan tipe bovin. Tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita
mastitis tuberkulosis usus. Tipe human berada di bercak ludah (droplet) dan
di udara yang berasal dari penderita TBC dan orang yang terkena rentan
terinfeksi bila menghirupnya (NANDA,2016).
D. Manisfestasi Klinis
Gejala utama klien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan
menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Depkes, 2006).
Keluhan yang dirasakan klien tuberkulosis dapat bermacam-macam
atau malah banyak klien ditemikan Tb paru tanpa keluhan sama sekali dalam
pemeriksaan kesehatan. Gejala tambahan yang sering dijumpai (Asril Bahar.
2001):
1. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-
kadang dapat mencapai 40-41°C. Serangan demam pertama dapat sembuh
sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterusnya
sehingga klien merasa tidak pernah terbebas dari demam influenza ini.
2. Batuk/Batuk Darah
Terjadi karena iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Keterlibatan bronkus pada tiap
penyakit tidaklah sama, maka mungkin saja batuk baru ada setelah
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Keadaan yang adalah
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi
dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
3. Sesak Napas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak
napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu klien menarik/melepaskan napasnya.
5. Malaise
Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang menahun. Gejala malaise
sering ditemukan berupa anoreksia (tidak ada nafsu makan), badan makin
kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, dan keringat
pada malam hari tanpa aktivitas. Gejala malaise ini makin lama makin
berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
E. Patofisiologi
Menghirup Mycobacterium tuberculosis menyebabkan salah satu dari
empat kemungkinan hasil, yakni pembersihan organisme, infeksi laten,
permulaan penyakit aktif (Penyakit primer), penyakit aktif bertahun-tahun
kemudian (reaktivitas penyakit). Sumber utama penularan penyakit ini
adalah klien TB BTA positif. Pada saat klien batuk atau bersin, klien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk,
klien TB BTA positif dapat menghasilkan 3.000 percikan dahak. Umumnya,
penularan terjadi dalam ruangan dimana dahak berada dalam waktu yang
lama. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan gelap
dan lembab. Setelah terhirup, droplet infeksius tetesan menular menetap di
seluruh saluran udara. Sebagian besar bakteri terjebak di bagian atas saluran
napas dimana sel epitel mengeluarkan lendir. Lendir yang dihasilkan
menangkap zat asing dan silia di permukaan sel terus-menerus
menggerakkan lendir dan partikelnya yang terperangkap untuk dibuang.
Sistem ini memberi tubuh pertahanan fisik awal yang mencegah infeksi
tuberculosis ( Werdhani, 2011)
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang (NANDA, 2016)
1. Laboratorium darah rutin : LED normal/limfositosis
2. Pemeriksaan sputum BTA: untuk memastikan diagnostik Tb paru, namun
pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% klien yang dapat di
diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini
3. Tes PAP (Peroksidase Anti Perioksidase):Merupakan uji serologi
imunoperioksidase memakai alat histogen staining untuk menentukan
adanya IgG spesifik terhadap basil TB
4. Tes manthoux/tubercullin
Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining
untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB
5. Tehnik Polymerase Chain Reaction : Deteksi DNA kuman secara spesifik
melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu mikroorganisme dalam
spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi
6. Becton Dickinson diagnostik instrumen sistem (BACTEC) : Deteksi
growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh mikrobakterium tuberculosis
7. MYCODOT : Deteksi antibodi memakai antigen liporabinomannan yang
direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik,kemudian
dicelupkan dalam jumlah memadai memakai warna sisir akan berubah
8. Pemeriksaan radiology: Rontgen thorax PA dan lateral
Gambaran foto thorax yang menunjang diagnosis TB,yaitu:
1) Bayangan lesi terletak dilapangan paru-paru atas atau segment apikal
lobus bawah
2) Bayangan berwarna (Patchy) atau bercak (nodular)
3) Adanya kavitas,tunggal atau ganda
4) Kelainan bilateral terutama dilapangan atas paru
5) Adanya klasifikasi
6) Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian
7) Bayangan milie
H. Penatalaksanaan (NANDA, 2016)
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari
paduan obat utama dan tambahan
1. Obat Anti Tuberculosis (OAT) : Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan
adalah:
1) Rifampisin (R)
Dosis 10 mg/kg BB,maksimal 600 mg 2-3X/minggu atau,
BB > 60 kg: 600 mg
BB 40-60 kg: 450 mg
BB < 40 kg : 300 mg
Dosis intermiten 600 mg/kali
2) INH/Isoniazid (H)
Dosis 5mg/kg BB,maksimal 300mg,10mg/kg BB 3 kali seminggu,15
mg/kg BB 2 kali seminggu atau 300 mg/hari
Untuk dewasa,intermiten 600 mg/kali
3) Pirazinamid (Z)
Dosis fase intensif 25 mg/kg BB 3 kali seminggu,50 mg/kg BB 2 kali
seminggu atau
BB > 60 Kg:1500 mg
BB 40-60 kg:1000 mg
BB < 40 kg : 750
4) Streptomisin (S)
Dosis 15 mg/kgBB atau
BB > 60 kg: 1000 mg
BB 40-60 kg: 750 mg
BB < 40 kg : sesuai BB
5) Etambutol (E)
Dosis fase intensif 20 mg/kgBB, fase lanjutan 15 mg/kg,30 mg/kgBB
3X seminggu,45 mg/kgBB 2X seminggu atau
BB > 60kg: 1500
BB 40- 60 kg: 1000 mg
BB < 40 kg: 750 mg
Dosis intermiten 40 mg/kgBB/kali
2. Kombinasi dosis tetap (Fixed dose combination), kombinasi dosis ini
terdiri:
1) Empat obat antituberculosis dalam satu tablet,yaitu rifampisin 150
mg, isoniazid 75 mg, pirazinamid 400 mg dan etambutol 275 mg
2) Tiga obat antituberculosis dalam satu tablet,yaitu rifampisin 150 mg
isoniazid 75 mg dan pirazinamid 400 mg
3) Kombinasi dosis tetap rekomendasi WHO 1999 untuk kombinasi
dosis tetap,penderita hanya minum obat 3-4 tablet sehari selama fase
intensif sedangkan fase lanjutan dapat menggunakan kombinasi dosis
2 obat antituberkulosis seperti yang selama ini telah digunakan sesuai
dengan pedoman pengobatan
3. Jenis Obat Tambahan Lain
1) Kanimisin
2) Kuinolon
3) Obat lain masih dalam penelitian;mikrolid,amoxilin+ asam klavulanat
4) Derivat rifampisin dan INH
Sebagian besar penderita TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping .
Oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping
sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang
terjadi dapat ringan atau berat,bila efek samping ringan atau berat,bila
efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka
pemberian OAT dapat diatasi dengan obat simtomatik maka
pemberian OAT dapat di lanjutkan. Efek samping OAT dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Efek samping ringan dari OAT
Efek samping Penyebab Penanganan
Tidak nafsu makan, mual, Rifampisin Obat diminum malam sebelum
sakit perut tidur
Nyeri sendi Pirazinamid Beri aspirin/allopurinol
Kesemutan s/d rasa INH Beri vitamin B6 100 mg
terbakar di kaki perhari
Warna kemerahan pada Rifampisin Beri penjelasan, tidak perlu
urin diberi apa-apa
Efek samping berat OAT
Efek samping Penyebab Penanganan
Gatal kemerahan pada Semua jenis Beri antihistamin dan di
kulit OAT evaluasi ketat
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan
Ikterik Hampir Hentikan semua OAT sampai
semua OAT ikterik menghilang
Bingung dan muntah- Hampir Hentikan semua OAT dan
muntah semua obat lakukan uji fungsi hati
Gangguan penglihatan Ethambutanol Hentikan ethambutanol
Purpura dan renjatan Rifampisin Hentikan rifampisin
(syok)
I. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes RI, 2005) :
1. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan nafas
2. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial
3. Bronkiektasis ( pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
4. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru
5. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya
6. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dengan Penyakit infeksi Tuberkulosis Paru menurut (Nurarif &
Hardhi, 2015) adalah :
1. Identitas klien : Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, agama,
status perkawinan, pekerjaan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua, tgl MRS, no rekam medis, diagnosa medis.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan utama : Pada umumnya keluhan utama pada kasus TB Paru
adalah batuk, batuk berdarah, sesak napas, nyeri dada bisa juga di
sertai dengan demam. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus, sebagai reaksi tubuh untuk membuang/mengeluarkan
produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk
purulen (menghasilkan sputum) timbul dalam jangka waktu lama
yaitu selama tiga minggu atau lebih.
b. Riwayat penyakit sekarang : Keluhan yang sering muncul antara lain:
Demam: subfebris, febris (40- 410 C) hilang timbul. Batuk: terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi untuk
membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari batuk
kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum). Sesak
nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai setengah paru-
paru. Keringat pada malam hari. Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri
akan timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis. Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu
makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot,
keringat malam. Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala
atelektasis. Bagian dada klien tidak bergerak pada saat bernafas dan
jantung terdorong ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang
sakit nampak bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas. Perlu
ditanyakan dengan siapa klien tinggal, karena biasanya penyakit ini
muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi merupakan
penyakit infeksi menular
c. Riwayat penyakit yang pernah diderita : Biasanya penderita TB Paru
dahulunya pernah mengalami penyakit yang yang berhubungan
dengan penyakit TB seperti ISPA, efusi pleura, atau pernah
mengalami TB sebelumnya dan kambuh.
d. Riwayat penyakit keluarga: Mencari diantara anggota keluarga pada
tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga
diteruskan penularannya.
e. Riwayat Psikososial : Pada penderita yang status ekonominya
menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang
dengan padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan
penderita tuberkulosis paru yang lain
f. Riwayat alergi: dikaji apakah klien memiliki riwayat alergi terhadap
beberapa obat, makanan, udara, debu
3. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang berdesak –
desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara dan tinggal
dirumah yang sumpek.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu
makan menurun.
c. Pola eliminasi
Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi
maupun defekasi
d. Pola aktivitas dan latihan
Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu
aktivitas
e. Pola tidur dan istirahat
Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru
mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat
f. Pola hubungan dan peran
Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena
penyakit menular
g. Pola sensori dan kognitif
Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan
pendengaran) tidak ada gangguan
h. Pola persepsi dan konsep diri
Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan
rasa kawatir klien tentang penyakitnya
i. Pola reproduksi dan seksual
Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan
berubah karena kelemahan dan nyeri dada
j. Pola penanggulangan stress
Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan
mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan
penolakan terhadap pengobatan
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya
aktifitas ibadah klien.
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki.
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Tekanan Darah : Biasanya normal
Nadi : takikardia (>110 x/menit)
Respirasi rate : takipnea (>24x/menit)
Suhu : >37,50C
Review Of system ( ROS) meliputi :
a) Sistem Pernafasan
Inspeksi : adanya tanda – tanda penarikan paru, diafragma,
pergerakan napas yang tertinggal, suara napas
melemah
Palpasi : Fremitus suara meningkat
Perkusi : Suara ketok redup
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah,
kasar dan yang nyaring.
b) Sistem Kardiovaskuler
Inspeksi : Adanya keluhan kelemahan fisik
Palpasi : Denyut nadi perifer melemah
Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran pada TB Paru
dengan efusi pleura masif mendorong ke sisi sehat.
Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan
c) Sistem Persyarafan
Periksa ada tidaknya lesi pada kulit punggung, Apakah terdapat
kelainan bentuk tulang belakang, Apakah terdapat deformitas pada
tulang belakang, apakah terdapat fraktur atau tidak, adakah nyeri
tekan
d) Sistem Perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan
mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.
e) Sistem Pencernaan
klien biasanya mengalami mual,muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan
f) Sistem Penginderaan
1) Mata
Inspeksi : melihat kesimetrisan mata, konjungtiva berwarna
merah muda penglihatan baik, ada atau tidaknya alat bantu
penglihatan.
Palpasi : normal apabila tidak terdapat nyeri tekan
2) Hidung
Inspeksi : melihat apakah bentuk simetris, ada tidaknya massa
dan sputum
Palpasi : normal apabila tidak terdapat nyeri tekan
3) Pendengar
Inspeksi : Bentuk simetris, melihat adanya serumen,
pendengaran baik
Palpasi : normal apabila tidak terdapat nyeri tekan
4) Pengecap
Inspeksi : Mukosa bibir kering, bibir simetris, lidah bersih
Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pada leher dan reflek
menelan
5) Peraba
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Klien bisa membedakan antara panas dan dingin
g) Sistem Integumen
Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor kulit menurun
h) Muskulosekeletal
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB Paru.
Gejala yang muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola
hidup menetap, dan jadwal olahraga menjadi tak teratur. Pada kedua
ekstremitas untuk mengetahui tingkat perfusi perifer serta dengan
pemerikasaan capillary refiltime.
B. DIAGNOSA
Menurut SDKI (2017), diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada klien
dengan tuberkulosis paru:
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme,
sekresi yang tertahan, spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler atau ketidakseimbangan ventilasi perfusi
3. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan,
peningkatan kebutuhan metabolisme
4. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi),
peningkatan laju metabolisme
5. Defisit pengetahuan Berhubungan dengan Kurang terpapar informasi,
kurang mampu mengingat, ketidaktahuan menemukan sumber informasi
6. Risiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen
C. INTERVENSI
Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi masalah
keperawatan pada klien dengan tuberkulosis paru menurut standar intervensi
keperawatan Indonesia (2017).
(1) Diagnosa Keperawatan : Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan Bronkospasme, sekresi yang tertahan, spasme jalan napas,
Hipersekresi jalan napas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan bersihan jalan napas
meningkat dengan kriteria hasil:
a. Batuk efektif meningkat
b. Produksi sputum menurun
c. Mengi menurun
d. Wheezing menurun
e. Frekuensi napas membaik (12-20 x/menit)
f. Pola napas membaik
Intervensi utama: manajemen jalan napas
Tindakan keperawatan:
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Monitor bunyi napas tambahan (misal : wheezing, mengi, ronkhi
kering, gurgling)
3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
4. Pertahankan kepatenan jalan napas
5. Posisikan semi-fowler atau fowler
6. Berikan minum hangat
7. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
10. Berikan oksigen
11. Ajarkan teknik batuk efektif
12. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
(2) Diagnosa Keperawatan : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran alveolus-kapiler
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pertukaran gas
meningkat dengan kriteria hasil:
a. Dispnea menurun
b. Bunyi napas tambahan menurun
c. Gelisah menurun
d. Napas cuping hidung menurun
e. PCO2 membaik (35-45)
f. PO2 membaik (80-100)
g. Frekuensi nadi membaik (60-100 x/menit)
h. Pola napas membaik
Intervensi utama: pemantauan respirasi
Tindakan keperawatan:
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
kussmaul)
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Auskultasi bunyi napas
7. Monitor saturasi oksigen
8. Monitor AGD
9. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi klien
10. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi / pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah
rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nuersing order untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2008).
Ada 3 tahap implementasi :
1. Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya
bertemu dengan perawat untuk melakukan validasi data diri.
2. Fase kerja Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik,
dimana perawat mampu memberikan pelayanan dan asuhan
keperawatan, maka dari itu perawat diharapakan mempunyai
pengetahuan yang lebih mendalam tentang klien dan masalah
kesehatanya.
3. Fase terminasi Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana
perawat meninggalkan pesan yang dapat diterima oleh klien dengan
tujuan, ketika dievaluasi nantinya klien sudah mampu mengikuti saran
perawat yang diberikan, maka dikatakan berhasil dengan baik
komunikasi terapeutik perawat-klien apabila ada umpan balik dari
seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan keperawatan
yang sudah direncanakan.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang bertujuan untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan
yang telah diberikan. Evaluasi yang dilakukan penulis berdasarkan kondisi
klien dan dibuat sesuai masalah yang ada dalam evaluasi yaitu dengan
menggunakan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan perencanaan).
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu
kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama proses keperawatan
berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses dan
kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut
evaluasi hasil. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Evaluasi formatif merupakan evaluasi yang dilakukan
pada saat memberikan intervensi dengan respon segera. Sedangkan
evaluasi sumatif merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis
status klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan.
I. IDENTITAS
1. Identitas Klien 2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S Nama : Ny. I
Umur : 37 th Umur : 36 th
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SMA Pekerjaan : Tidak bekerja
Pekerjaan : Swasta Alamat : Gubeng Surabaya
Gol. Darah :A Hubungan dengan Klien : Istri
Alamat : Gubeng Surabaya
II. KELUHAN UTAMA
Klien mengeluh sesak nafas sejak 3 hari yang lalu
III. DIAGNOSA MEDIS
TB Paru
IV. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masuk melalui IGD pada hari Selasa, 01 Desember 2020
pukul 00.30 WIB, dengan kesadaran komposmentis, kooperatif, keadaan
umum lemah, disertai dengan keluhan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu,
demam tinggi sejak seminggu yang lalu. Saat dilakukan pengkajian pada
hari Kamis, 03 Desember 2020 hari rawat ke-2 di ruang palem 1, dengan
kesadaran komposmentis, klien kooperatif, keadaan umum lemah, klien
mengeluh sesak nafas, batuk berdahak dan sulit keluar, klien terpasang
Oksigen NRM 10liter/menit.
x x x x
Keterangan:
X
= Laki-laki = Laki-laki meninggal
X
= Perempuan = Perempuan meninggal
Pola latihan – aktivitas Klien mengatakan klien ADL klien dibantu oleh
beraktivitas seperti biasa, keluarga dan perawat
yang setiap harinya bekerja di
pabrik, klien dapat
melakukan kegiatan serta
aktivitas sendiri
Pola kognitif perseptual Pola sensori klien baik, tidak Pola sensori klien baik,
mengalami gangguan. tidak mengalami gangguan.
Pendengaran baik dan daya Pendengaran baik dan daya
ingat baik. ingat baik.
Pola istirahat tidur Klien mengatakan klien tidur Klien mengatakan selama
dalam sehari ± 8 jam, mulai sakit klien sering kali tidur
dari jam 21.00 - 05.00. klien namun tidur klien sering
mengatakan jarang tidur siang terbangun pada malam hari
karena sesak napas dan
keringatan, 3 jam bangun
kemudian tidur lagi dan
jarang tidur siang karena
lingkungan yang ramai dan
panas
ADL Di Rumah
Di Rumah Sakit
Pola konsep diri – persepsi diri Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan ingin
klien merupakan seorang segera sembuh supaya cepat
kepala keluarga dengan pulang karena sudah rindu
seorang istri dan seorang dengan anak dan aktivitas
anak dirumah. Klien mengatakan
tidak malu dengan
kondisinya sekarang. Klien
percaya bahwa sakit
merupakan ujian dari Allah
Pola peran dan hubungan Klien mengatakan hubungan Klien mengatakan hubungan
klien dengan keluarga dan klien dengan keluarga dan
lingkungan baik. klien lain baik. Klien
terlihat ramah dengan
petugas kesehatan dan klien
lain yang ada di ruangan
tersebut
Pola pertahanan diri (koping Klien mengatakan ketika Klien mengatakan ketika
toleransi stress) klien memiliki masalah klien klien memiliki masalah
menceritakan kepada istrinys klien menceritakan kepada
istrinya
Pola keyakinan dan nilai Klien mengatakan klien Klien mengatakan klien
melakukan ibadah sehari-hari sholat dengan posisi
normal. Klien beraga islam, berbaring atau duduk
klien sholat lima waktu dan
mengaji
f. Pencernaan
Mukosa mulut kering tidak sianosis, adanya rasa tidak nyaman saat
menelan, bentuk perut datar, peristaltik usus 15 x/menit, suara
tympani, tidak ada nyeri tekan.
g. Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar
getah bening, klien tidak memiliki riwayat penyakit DM
h. Perkemihan
Tidak terpasang kateter, klien terpasang pempers. Urin berwarna
kuning bau khas urin, produksi urin ±1500 per 24 jam
i. Reproduksi
Tidak bisa dikaji
j. Integumen
Warna kulit sawo matang, tidak ada luka, tidak ada benjolan, turgor
kulit normal, tidak ada nyeri tekan
k. Muskuloskeletal
Gerakan terbatas karena terpasang IV line dengan cairan NaCl 0,9%
500cc pada ekstremitas kanan atas. Tidak terdapat nyeri gerak, tidak
terdapat kelemahan
Tonus otot: 5 5
5 5
( Della Afrianti )
ANALISIS DATA
Nama : Tn. S
No. RM : 12.88.xx.xx
Diagnosa : TB Paru
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. Ds: klien mengeluh batuk berdahak Mycobacterium Bersihan jalan nafas
dan dahaknya sulit keluar Tuberkulosis masuk ke tidak efektif
dalam saluran pernafasan
Do:
- Klien terlihat batuk dan susah
mengeluarkan dahak Terjadinya reaksi
peradangan
- Terdapat suara ronchi pada
kedua lapang paru
- RR: 28 x/menit Pembentukan sputum
berlebih
- SpO2: 97%
- Penurunan BB 2 kg
- IMT 17,84 (BB kurang) Sekret keluar saat batuk
- Adanya rasa tidak nyaman saat produktif
menelan
- Bising usus 15 x/menit
- Mukosa kering Batuk berat
Mual muntah
Defisit nutrisi
4. Ds: Klien mengatakan selama sakit Gangguan pola tidur
klien sering kali tidur namun tidur
klien sering terbangun pada malam
hari karena sesak napas dan
keringatan, 3 jam bangun kemudian
tidur lagi
Do: tidak tersedia
DIAGNOSIA KEPERAWATAN
Nama : Tn. S
No. RM : 12.88.xx.xx
Diagnosa : TB Paru
Diagnosis keperawatan/Masalah Ditemukan Masalah Masalah Teratasi
No.
Kolaboratif Tanggal Paraf Tanggal Paraf
1. D.0001 03-12-2020
Della
Bersihan jalan nafas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas ditandai dengan
adanya suara ronchi di kedua
lapang paru
2. D.0003 03-12-2020
Della
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan
membran alveolus-kapiler ditandai
dengan adanya suara ronchi, RR:
28 x/menit, pH: 7,33, pCO2: 48
mmHg, pO2: 110 mmHg
Nama : Tn. S
No. RM : 12.88.xx.xx
Diagnosa : TB Paru
Hari/ Perencanaan
Diagnosa
Tanggal/
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Tindakan Keperawatan
jam
Kamis, D.0001 Tujuan: Setelah dilakukan 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
03/12/2020 Bersihan jalan nafas tindakan keperawatan 2. Monitor bunyi napas tambahan (misal : wheezing, mengi, ronkhi
08.10 tidak efektif selama 2 x 8 jam diharapkan kering, gurgling)
berhubungan dengan bersihan jalan nafas 3. Monitor sputum
hipersekresi jalan meningkat. 4. Pertahankan kepatenan jalan napas
nafas ditandai dengan Kriteria Hasil: 5. Posisikan semi-fowler atau fowler
adanya suara ronchi di - Batuk efektif meningkat 6. Berikan minum hangat
kedua lapang paru - Produksi sputum 7. Lakukan fisioterapi dada
menurun 8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 10 detik
- Ronkhi menurun 9. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
- Dispnea menurun 10. Berikan oksigen
- Frekuensi napas 11. Ajarkan teknik batuk efektif
membaik (16-20 12. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik
x/menit)
D.0003 Tujuan: Setelah dilakukan 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
Gangguan pertukaran tindakan keperawatan 2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea, hiperventilasi,
gas berhubungan selama 2 x 8 jam diharapkan kussmaul)
dengan perubahan pertukaran gas meningkat. 3. Monitor kemampuan batuk efektif
membran alveolus- Kriteria Hasil: 4. Monitor adanya produksi sputum
kapiler ditandai dengan - Dispnea menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
adanya suara ronchi, - Bunyi nafas 6. Auskultasi bunyi napas
Kamis,
RR: 28 x/menit, pH: tambahan menurun 7. Monitor saturasi oksigen
03/12/2020
7,33, pCO2: 48 mmHg, - Frekuensi nadi 8. Monitor AGD
08.10
pO2: 110 mmHg membaik (60-100 9. Monitor tanda hipoventilasi
x/menit) 10. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
- PCO2 membaik (35-
45)
- PO2 membaik (80-
100)
- pH arteri membaik
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Tn. S
No. RM : 12.88.xx.xx
Diagnosa : TB Paru
Tanda
Diagnosa Tindakan Keperawatan Tangan/
Paraf
Nama : Tn. S
No. RM : 12.88.xx.xx
Diagnosa : TB Paru
Hari/ Tanda
Diagnosis
Tanggal/ Catatan Perkembangan Tangan/
Keperawatan
Jam Paraf
Kamis, D.0001 S: Klien mengatakan sesak
03/12/202 Bersihan jalan berkurang setelah dahak bisa
0 nafas tidak keluar
09.15 efektif O: - RR 28x/menit
berhubungan - Dahak keluar sedikit
dengan - Masih tererdengar suara
hipersekresi jalan ronchi pada lapang paru
nafas ditandai - Klien kooperatif dan mau
dengan adanya diajarkan baktuk efektif
suara ronchi di A: Masalah keperawatan belum
kedua lapang teratasi
paru P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8
dilanjutkan
D.0003
Gangguan S: Klien mengatakan sesak dahak
pertukaran gas bisa keluar
berhubungan O: - RR 28x/menit
dengan - N: 109 x/menit
perubahan - SPO2: 97%
membran - Terdengar suara ronchi pada
alveolus-kapiler lapang paru
ditandai dengan - PCO2: 48 mmHg
adanya suara - PO2: 110 mmHg
ronchi, RR: 28 - pH: 7,33
x/menit, pH: A: Masalah keperawatan belum
7,33, pCO2: 48 teratasi
mmHg, pO2: 110 P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7
mmHg dilanjutkan
D.0003
Gangguan S: Klien mengatakan sesak
pertukaran gas berkurang setelah dahak bisa
berhubungan keluar
dengan O: - RR 26x/menit
perubahan - N: 98 x/menit
membran - SPO2: 97%
alveolus-kapiler - Terdengar suara ronchi pada
ditandai dengan lapang paru
adanya suara - PCO2: 46 mmHg
ronchi, RR: 28 - PO2: 108 mmHg
x/menit, pH: - pH: 7,35
7,33, pCO2: 48 A: Masalah keperawatan belum
mmHg, pO2: 110 teratasi
mmHg P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
dilanjutkan
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Pengkajian
Pada tahap pembahasan pengkajian ini penulis membandingkan antara
teori pengkajian menurut Doengoes (2002) dengan data hasil pengkajian pada
Tn “S” dengan TB Paru. Untuk memperoleh data tersebut, penulis melakukan
pengkajian kepada klien, keluarga, melakukan pemeriksaan fisik observasi
serta dari mempelajari satus klien.