Disusun Oleh :
Niswatun Hasanah
(P27820716001)
2020
1. LAPORAN PENDAHULUAN ABSES
1.1. Definisi
lain:
1. Infeksi mikrobial
Salah satu penyebab yang paling sering ditemukan pada proses radang ialah
2. Reaksi hipersentivitas
merusak jaringan.
3. Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terjadi pada proses radang dapat melalui trauma
fisik, ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebih (frosbite).
Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan
5. Nekrosis jaringan
merupakan stimulus yang kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi daerah
manifestasi klinis pada Abses meliputi nyeri lokal, bengkak dan kenaikan suhu
tubuh. Leukositosis juga terjadi pada Abses (Lewis, S.M et al, 2000: 589).
dari 2,5 cm dari letak insisi), nyeri tekan, kehangatan meningkat disekitar luka,
warna merah jelas pada kulit disekitar luka, pus atau rabas, bau menusuk,
menggigil atau demam (lebih dari 37,7oC/100oF) (Smeltzer, S.C et al, 2001: 497).
1.4. Patofisiologi
Sjamsuhidajat et al (1998: 5) mengemukakan bahwa kuman penyakit yang
melepaskan eksotoksin yang spesifik yaitu suatu sintesis, kimiawi yang secara
reaksi imun yang akan merusak jaringan. Sedangkan agen fisik dan bahan
kimiawi yang iritan dan korosif akan menyebabkan kerusakan jaringan. Kematian
merupakan tanda pertama yang terlihat pada daerah yang mengalami peradangan
akibat dilatasi arteriol yang mensuplai daerah tersebut akan meningkatkan aliran
246) mengemukakan bahwa peningkatan suhu dapat terjadi secara sistemik akibat
temperatur lebih tinggi sehingga produksi panas meningkat dan terjadi hipertermi
ke seluruh kapiler, kemudian aliran darah mulai perlahan lagi, sel-sel darah mulai
sedangkan sel darah tertinggal dalam pembuluh darah akibat peningkatan tekanan
didalam rongga ektravaskuler yang merupakan bagian dari cairan eksudat yaitu
edema. Regangan dan distorsi jaringan akibat edema dan tekanan pus dalam
rongga Abses menyebabkan rasa sakit. Beberapa mediator kimiawi pada radang
selama masih ada pengrusakan jaringan. Bila penyebab kerusakan jaringan bisa
diberantas maka debris akan di fagositosis dan dibuang oleh tubuh sampai terjadi
resolusi dan kesembuhan. Bila trauma berlebihan, reaksi sel fagosit kadang
membentuk Abses atau bertumpuk di sel jaringan tubuh yang lain membentuk
flegmon. Trauma yang hebat, berlebihan, dan terus menerus menimbulkan reaksi
tubuh yang juga berlebihan berupa fagositosis debris yang diikuti dengan
Fase ini disebut fase organisasi. Bila dalam fase ini pengrusakan jaringan
fibrosa. Tetapi bila pengrusakan jaringan berlangsung terus, akan terjadi fase
inflamasi kronik yang akan sembuh bila rangsang yang merusak hilang. Abses
yang tidak diobati akan pecah dan mengeluarkan pus kekuningan (FKUI, 1989:
21) sehingga terjadi kerusakan integritas kulit. Sedangkan Abses yang di insisi
Endotoksin Eksotoksin
Inflamasi
Bengkak (tumor)
Tindakan pembedahan
Gangguan komunikasi
verbal
Luka insisis
Hipertermia
2. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI PADA KASUS ABSES