Disusun Oleh :
Niswatun Hasanah
(P27820716001)
2019
LAPORAN PENDAHULUAN HIDROSEFALUS
A. Definisi Hidrosefalus
C. Etiologi Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu
tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat
absorbsi dalam ruang subarackhnoid. akibat penyumbatan, terjadi dilatasi
ruangan CSS diatasnya. Penyumbatan aliran CSS sering terdapat pada bayi dan
anak ialah:
1. Kongenital : disebabkan gangguan perkembangan janin dalam rahim,atau
infeksi intrauterine meliputi :
a. Stenosis aquaductus sylvi
b. Spina bifida dan kranium bifida
c. Syndrom Dandy-Walker
d. Kista arakhnoid dan anomali pembuluh darah
2. Didapat : disebabkan oleh infeksi, neoplasma, atau perdarahan
a. Infeksi
Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. secara patologis
terlihat penebalan jaringan piameter dan arakhnoid sekitar sisterna
basalis dan daerah lain. penyebab lain infeksi adalah toksoplasmosis.
b. Neoplasma
Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat
aliran CSS. pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan
ventrikel IV / akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma
yang berasal dari cerebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III
disebabkan kraniofaringioma.
c. Perdarahan
Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan
fibrosis leptomeningfen terutama pada daerah basal otak, selain
penyumbatan yang terjakdi akibat organisasi dari darah itu sendiri.
Hidrosefalus dapat terjadi karena gangguan sirkulasi likuor di dalam sistem
ventrikel atau oleh prduksi berlebihan likuor. Hidrosefalus obstruktif atau non
komunikans terjadi bila sirkulasi likuor otak terganggu, yang kebanyakan
disebabkan oleh stenosis akuaduktus Sylvius, atresia foramen magendi dan
luschka, malformasi vaskuler, atau tumor bawaan. Hidrosefalus komunikans
yang terjadi karena produksi berlebih atau gangguan penyerapan juga jarang
ditemukan (Wim de jong, 2000).
F. Manifestasi Klinis Hidrosefalus
Manifestasi klinis Hidrosefalus dibagi menjadi 2 yaitu : anak dibawah usia 2
tahun, dan anak diatas usia 2 tahun.
1. Hidrosefalus dibawah usia 2 tahun
a. Sebelum usia 2 tahun yang lebih menonjol adalah pembesaran kepala.
b. Ubun-ubun besar melebar, terba tegang/menonjol dan tidak berdenyut.
c. Dahi nampak melebar dan kulit kepala tipis, tegap mengkilap dengan
pelebaran vena-vena kulit kepala.
d. Tulang tengkorak tipis dengan sutura masih terbuka lebar cracked pot
sign yakni bunyi seperti pot kembang yang retak pada perkusi.
e. Perubahan pada mata.
(1) Bola mata berotasi kebawah olek karena ada tekanan dan penipisan
tulang supra orbita. Sclera nampak diatas iris, sehingga iris seakan-
akan seperti matahari yang akan terbenam
(2) Strabismus divergens
(3) Nystagmus
(4) Refleks pupil lambat
(5) Atropi n ii oleh karena kompensi ventrikel pada chiasma optikum
(6) Papil edema jarang, mungkin oleh sutura yang masih terbuka.
2. Hydrochepalus pada anak diatas usia 2 tahun.
Yang lebih menonjol disini adalah gejala-gejala peninggian tekanan intra
kranial oleh karena pada usia ini ubun-ubun sudah tertutup
G. Komplikasi Hidrosefalus
1. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Kerusakan otak
3. Infeksi: septikemia, endokarditis, infeksiluka, nefritis, meningitis,
ventrikulitis, abses otak.
4. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik.
5. Hematomi subdural, peritonitis, adses abdomen, perporasi organ dalam
rongga abdomen, fistula, hernia, dan ileus.
6. Kematian
H. Pemeriksaan Penunjang Hidrosefalus
1. Pemeriksaan fisik:
a. Pengukuran lingkaran kepala secara berkala. Pengukuran ini penting untuk
melihat pembesaran kepala yang progresif atau lebih dari normal.
Pertumbuhan kepala normal terjadi pada 3 bulan pertama. Lingkar kepala
akan bertambah kira-kira 2 cm setiap bulan. Pada 3 bulan berikutnya,
penambahan akan berlangsung lebih lambat.
Ukuran rata-rata lingkar kepala
Lahir 35 cm
Umur 3 bulan 41 cm
Umur 6 bulan 44 cm
Umur 9 bulan 46 cm
Umur 12 bulan 47 cm
Umur 18 bulan 48,5 cm
b. Transiluminasi
2. Pemeriksaan darah:
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk hidrosefalus
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal:
Analisa cairan serebrospinal pada hidrosefalus akibat perdarahan atau meningitis
untuk mengetahui kadar protein dan menyingkirkan kemungkinan ada infeksi
sisa
4. Pemeriksaan radiologi:
a. X-foto kepala: tampak kranium yang membesar atau sutura yang melebar.
b. USG kepala: dilakukan bila ubun-ubun besar belum menutup.
c. CT Scan kepala: untuk mengetahui adanya pelebaran ventrikel dan sekaligus
mengevaluasi struktur-struktur intraserebral lainnya
I. Pentalaksanaan Medis Hidrosefalus
1. Pencegahan
Untuk mencegah timbulnya kelainan genetic perlu dilakukan penyuluhan
genetic, penerangan keluarga berencana serta menghindari perkawinan antar
keluarga dekat. Proses persalinan/kelahirandiusahakan dalam batas-batas
fisiologik untuk menghindari trauma kepala bayi. Tindakan pembedahan
Caesar suatu saat lebih dipilih dari pada menanggung resiko cedera kepala
bayi sewaktu lahir.
2. Terapi Medikamentosa
Hidrosefalus dengan progresivitas rendah dan tanpa obstruksi pada umumnya
tidak memerlukan tindakan operasi. Dapat diberi asetazolamid dengan dosis
25 – 50 mg/kg BB. Pada keadaan akut dapat diberikan menitol. Diuretika dan
kortikosteroid dapat diberikan meskipun hasilnya kurang memuaskan.
Pembarian diamox atau furocemide juga dapat diberikan. Tanpa pengobatan
“pada kasus didapat” dapat sembuh spontan ± 40 – 50 % kasus.
3. Pembedahan : Tujuannya untuk memperbaiki tempat produksi LCS dengan
tempat absorbsi. Misalnya Cysternostomy pada stenosis aquadustus. Dengan
pembedahan juga dapat mengeluarkan LCS kedalam rongga cranial yang
disebut :
a. Ventrikulo Peritorial Shunt
b. Ventrikulo Adrial Shunt
Untuk pemasangan shunt yang penting adalajh memberikan pengertian
pada keluarga mengenai penyakit dan alat-alat yang harus disiapkan
(misalnya : kateter “shunt” obat-obatan darah) yang biasanya membutuhkan
biaya besar.
Pemasangan pintasan dilakukan untuk mengalirkan cairan serebrospinal
dari ventrikel otak ke atrium kanan atau ke rongga peritoneum yaitu pintasan
ventrikuloatrial atau ventrikuloperitonial.
Pintasan terbuat dari bahan bahansilikon khusus, yang tidak
menimbulkan raksi radang atau penolakan, sehingga dapat ditinggalkan di
dalam yubuh untuk selamanya. Penyulit terjadi pada 40-50%, terutama
berupa infeksi, obstruksi, atau dislokasi.
4. Terapi
Pada dasarnya ada 3 prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
a. mengurangi produksi CSS
b. Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat
absorbsi
c. Pengeluaran likuor ( CSS ) kedalam organ ekstrakranial.
A. Pengkajian Keperawatan Hidrosefalus
1. Anamnesa
a. Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda,
perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer.
b. Riwayat Perkembangan Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan,
pada waktu lahir menangis keras atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi :
(1) Anak dapat melihat keatas atau tidak.
(2) Pembesaran kepala.
(3) Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh darah terlihat jelas.
b. Palpasi
(1) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar
(2) Fontanela : Keterlambatan penutupan fontanela anterior sehingga
fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.
c. Pemeriksaan Mata
(1) Akomodasi.
(2) Gerakan bola mata.
(3) Luas lapang pandang
(4) Konvergensi.
(5) Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat
keatas.
(6) Stabismus, nystaqmus, atropi optic.
3. Observasi Tanda-Tanda Vital
Didapatkan data – data sebagai berikut :
a. Peningkatan sistole tekanan darah.
b. Penurunan nadi / Bradicardia.
c. Peningkatan frekwensi pernapasan.
4. Diagnosa Klinis
Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )
a. Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi “ Crakedpot “
(Mercewen’s Sign
b. Opthalmoscopy : Edema Pupil.
c. CT Scan Memperlihatkan (non – invasive) type hidrocephalus dengan
nalisisi komputer.-
d. Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.
B. Diagnosa Keperawatan Hidrosefalus
1. Resiko cidera b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan
perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Resiko gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan b.d
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, ketidakmampuan
mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan perawatan sederhana,
ketidak mampuan menciptakan lingkungan kondusif, ketidakmampuan
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3. Deficit self care b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan
melakukan perawatan sederhana, ketidak mampuan menciptakan lingkungan
kondusif, ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
4. Perubahan fungsi keluarga mengalami situasi krisis ( anak dalam catat fisik )
b.d ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan,
ketidakmampuan mengambil keputusan, ketidakmampuan melakukan
perawatan sederhana, ketidakmampuan menciptakan lingkungan kondusif,
ketidakmampuan memanfaatkan fasilitas kesehatan.
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Resiko cidera Setelah dilakukan kunjungan1. Kendalikan lingkungan dengan : Menyingkirkan
selama 3x diharapkan keluarga bahaya yang tampak jelas, mengurangi potensial
mampu menciptakan lingkungan cedera akibat jatuh ketika tidur misalnya
kondusif dengan kriteria hasil: menggunakan penyanggah tempat tidur, usahakan
posisi tempat tidur rendah, gunakan pencahayaan
Keselamatan fisik dapat
malam hari siapkan lampu panggil
dipertahankan
2. Jelaskan pada keluarga pentingnya keselamatan
Adanya pelindung dan alat
pada anak dan cara pencegahan untuk cidera.
bantu untuk klien
3. Anjurkan pada keluarga untuk mengawasi segala
aktifitas klien yang membahayakan keselamatan.
4. Beri alat bantu misal:tongkat
2. Resiko gangguan Setelah dilakukan kunjungan
1. Berikan makanan lunak tinggi kalori tinggi
nutrisi : kurang dari selama 3x diharapkan keluarga protein.
kebutuhan tubuh mampu melakukan perawatan
2. Berikan klien makan dengan posisi semi fowler
sederhana dirumah dengan kriteria dan berikan waktu yang cukup untuk menelan.
hasil: 3. Ciptakan suasana lingkungan yang nyaman dan
Berat badan ideal terhindar dari bau – bauan yang tidak enak..
Tidak muntah 4. Timbang berat badan bila mungkin.
Tidak terjadi malnutrisi 5. Jagalah kebersihan mulut ( Oral hygiene)
6. Berikan makanan ringan diantara waktu makan
7. Beri penjelasan pada keluarga tentang makanan
yang baik dikonsumsi anak
3. Deficit self care Setelah dilakukan kunjungan1. Kaji ketidakmampuan klien dalam perawatan diri
selama 3x diharapkan keluarga2. Kaji tingkat fungsi fisik
dapat menciptakan lingkungan 3. Kaji hambatan dalam berpartisipasi dalam
kondusif dengan kriteria hasil: perawatan diri, identifikasi untuk modifikasi
lingkungan
Klien dapat melakukan
4. Jelaskan pada keluarga pentingnya kebersihan diri
perawatan diri dengan
5. Jelaskan dan ajarkan cara perawatan diri
mandiri atau dibantu
meliputi:mandi, toileting , berpakaian.
Klien bersih dan tidak bau