CASE REPORT
PENYUSUN:
Eki Adetya Nugraha, S.Ked J510195115
PEMBIMBING:
dr. Niwan Tristanto M., Sp.P
Penyusun
Menyetujui,
Pembimbing
Mengetahui
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS
ii
LAKI-LAKI BERUSIA 56 TAHUN DENGAN PNEUMONIA
KOMUNITAS DAN TUBERKULOSIS PARU
ABSTRAK
1
olidasi jaringan paru dan gangguan diagnosis pneumonia dengan
pertukaran gas setempat. Pneumonia tuberkulosis (TB) paru.
berdasarkan tempat didapatkannya di-
bagi dalam dua kelompok utama yakni, LAPORAN KASUS
pneumonia komunitas (Community Seorang laki-laki dengan inisial
Aqquired Pneumonia, CAP) yang nama Tn. S berusia 65 tahun, pekerjaan
didapat di masyarakat dan pneumonia sebagai tukang bangunan, beralamatkan
noso-comial (Hospital Aqquired di Ngemplak, Boyolali datang ke
Pneumonia, HAP).3,4 Instalasi Gawat Darurat (IGD) Balai
Pneumonia komunitas (PK) atau Besar Kesehatan Paru Masyarakat
Community Acquired Pneumonia (CAP) (BBKPM) Surakarta pada tanggal 26
masih menjadi suatu masalah kesehatan November 2019. Anamnesis dilakukan
utama tidak hanya di negara yang secara autoanamnesis pada pasien pada
sedang tanggal 29 November 2019 di Bangsal
berkembang, tetapi juga di seluruh Sadewa I BBKPM Surakarta.
dunia. PK merupakan salah satu Keluhan utama yang
penyebab menyebabkan pasien datang ke IGD
utama kematian di dunia dan merupakan adalah batuk-batuk. Batuk sudah dialami
penyebab kematian terbesar ke-6 di pasien sejak 3 bulan terakhir dan
Amerika Serikat. Di Indonesia, Survei memberat dalam 1 bulan ini dan
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) semakin memberat dalam 3 hari
tahun sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
2001 mencatat kematian akibat Batuk dialami pasien terus-menerus
pneumonia dan infeksi saluran nafas sepanjang hari disertai dahak yang
sebanyak 34 per 100.000 penduduk pada berwarna putih. Pasien sempat berobat
pria dan 28 per 100.000 penduduk pada ke klinik untuk mengatasi keluhannya
wanita. Sementara itu, menurut dan diberikan obat, kemudian batuk
Riskesdas 2013, pneumonia menduduki membaik setelah meminum obat.
urutan ke-9 dari 10 penyebab kematian Namun, batuk dirasakan semakin
utama di Indonesia, yaitu sebesar memberat dalam 1 bulan terakhir teruma
2,1%.5,6,7 sejak 3 hari SMRS. Karena batuk yang
Pneumonia tentunya perlu disertai keluarnya dahak ini, pasien
mendapat perhatian dan penanganan mengaku mengalami sulit tidur pada
yang tepat, mengingat penyakit ini malam hari. Ketika batuk pasien juga
masih menjadi permasalahan kesehatan merasakan sakit di dadanya.
utama di Indonesia. Untuk itu, diagnosis Pasien juga mengeluhkan
yang tepat, pemberian terapi antibiotika adanya demam sebelumnya. Demam
yang muncul sekitar satu minggu SMRS.
efektif, perawatan yang baik, serta usaha Keluhan demam dirasakan seperti
preventif yang bermakna terhadap greges-greges. Demam dikatakan tidak
penyakit ini perlu dilakukan agar terlalu tinggi dan berlangsung sepanjang
berkurangnya morbiditas dan mortalitas hari kurang lebih selama 3 hari. Pasien
pada pneumonia. Pada kasus ini mengatakan tidak ada mengonsumsi
dilaporkan seorang pria dengan
2
obat untuk meringan-kan keluhan saat kunjungan awal di IGD, tinggi
demam tersebut. badan dan berat badan pasien adalah 165
Riwayat batuk darah disangkal. cm dan 49,8 kg. Indeks masa tubuh
Riwayat keringat dingan pada malam pasien adalah 18,29 kg/m2.
hari dan penurunan berat badan (BB) Pemeriksaan tanda vital pasien adalah:
diakui pasien beberapa bulan yang lalu. tekanan darah (TD) 91/60 mmHg, suhu
Keluhan mual diakui namun tidak tubuh (T) 36,50C, nadi (HR) 121x/menit,
sampai muntah, nafsu makan dirasakan frekuensi nafas (RR) 20x/menit, dan
menurun sejak keluhan batuk memberat saturasi oksigen (SpO2) 94%.
satu minggu SMRS. Buang air kecil Pemeriksaan fisik pada pasien
(BAK) dan buang air besar (BAB) menunjukkan kondisi umum tampak
dikatakan biasa. sakit, abdomen supel tanpa nyeri tekan,
Sebelumnya tidak ada keluhan dan suara dasar vesikuler (SDV) +/+.
serupa. Pasien hanya mengatakan Pemeriksaan fisik pada tanggal
keluhan batuk-batuk sudah dialami sejak 29 November 2019 didapatkan keadaan
tiga bulan sebelumnya. Riwayat umum pasien tampak baik serta mampu
konsumsi OAT diakui pasien sejak 3 berkomunikasi dengan baik dengan
bulan terakhir. Pasien mengaku teratur kesadaran compos mentis. Tanda-tanda
mengonsumsi OAT. Riwayat hipertensi, vital diperoleh TD 107/61 mmHg; T
diabetes mellitus, penyakit jantung, dan 36.30C; HR 67x/menit; RR 22x/menit,
alergi disangkal pasien. Riwayat dan SpO2 98%. Pada pemeriksaan
keluarga dengan keluhan serupa maupun kepala didapatkan normocepal, rambut
batuk lama, hipertensi, diabetes mellitus, beruban dan tidak mudah dicabut.
penyakit jantung, dan alergi disangkal Pemeriksaann mata menunjukkan sklera
pasien. Sebelumnya pasien memiliki ikterik (-/-) , konjungtiva anemis (-/-),
kebiasaan merokok sejak remaja. pupil bulat isokor dan reflex pulil (+/+).
Namun, kini pasien sudah berhenti Hidung maupun telinga tidak
merokok sejak 8 bulan yang lalu. Di mengeluarkan secret. Pada bibir tidak
lingkungan rumah dan kerja pasien juga ada sianosis, gusi tidak berdarah, papil
dikatakan banyak yang merokok. lidah tidak atrofi, dan faring tidak
Anamnesis sistem tidak hiperemis. Pada pemeriksaan leher tidak
didapatkan adanya nyeri kepala, hidung ada deviasi trakea maupun pembesaran
berair, gatal tenggorokan, dan nyeri kelenjar tiroid dan kelenjar getah
telan. Palpitasi dan nyeri dada disangkal. bening.
Pada sistem respirasi, pasien merasa Pada inspeksi dada tidak
sedikit sesak. Keluhan mual diakui didapatkan retrasi di kedua sisi dinding
namun muntah disangkal pasien. Pasien dada, gerak nafas tertinggal, maupun
juga mengeluhkan nyeri pada bagian gerakan iktus kordis. Palpasi dada
abdo-men kanan atas disertai rasa sebah menunjukkan gerakan pernafasan
dan tidak nyaman pada perut. Tidak ada simetris, fremitus teraba sama kuat, dan
keluhan BAK, namun pasien belum iktus kordis tidak teraba. Pada
BAB selama dirawat. pemeriksaan perkusi, paru-paru terdeng-
Hasil pemeriksaan fisik yang ar sonor dan jantung redup serta tidak
diperoleh dari rekam medis pasien pada didapatkan adanya kesan kardiomegali.
3
Pada auskultasi paru terdengar suara Pada tanggal 27 November 2019
dasar vesikuler (+↓↓/+↓), ronkhi (-/-), dilakukan pemeriksaan USG abdomen
dan wheezing (-/-). Sedangkan pada dan dipatkan kesan berupa hepatomegali
auskultasi jantung, suara jantung I dan II ringan, dengan parenkim homogen,
regular, tidak ada suara bising. nodul (-), vena porta normal, dan vena
Pada pemeriksaan abdomen, hepatika tak melebar. Adapun, pankreas,
tampak dinding abdomen rata dan tidak lien, ren, vesika urinaria, dan prostat
ada massa. Pemeriksaan suara bising dalam batas normal (Gambar 2). Hasil
usus (+) dengan frekuensi 25 x/menit. lab dan USG selanjutnya
Pada perkusi abdomen didapatkan suara dikonsultasikan dengan dokter spesialis
timpani. Tidak didapatkan hepatomegali penyakit dalam (Sp.PD).
maupun splenomegali. Pada palpasi,
abdomen teraba supel, nyeri tekan (-).
Hati teraba lunak, tajam, dan permukaan
yang licin. Limpa dan ginjal tidak
teraba.
Pada pemeriksaan ekstemitas
tidak ditemukan massa, keterbatasan
gerak, maupun nyeri gerak. Akral teraba
hangat, arteri radialis teraba kuat dan
regular. Edema tungkai (-/-).
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
meliputi darah rutin, kimia klinik,
seroimunologi, foto thorax, dan USG
abdomen. Hasil laboratorium terlihat
dalam tabel 1.
Hasil foto thorax pada tanggal
26 November 2019 didapatkan
gambaran vaskuler kasar dengan
infiltrat di apeks paru kanan dan basal
paru kiri dengan kesan pneumonia dan
TB paru aktif (Gambar1).
5
penyakit yang lengkap, pemeriksaan pemeriksaan penunjang utama (gold
fisik yang teliti dan pemeriksaan standard) untuk menegakkan diagnosis
penunjang. Diagnosis pasti pneumonia pneumonia.3 Gambaran radiologis dapat
komunitas ditegakkan jika pada foto berupa infiltrate sampai konsolidasi
toraks terdapat infiltrat baru atau infiltrat dengan “air bronchogram”, sampai
progresif ditambah dengan 2 atau lebih gambaran kavitas. Namun, foto thorax
gejala. Penilaian derajat keparahan saja tidak dapat secara pastimenentukan
penyakit pneumonia komunitas dapat penyebab pneumonia, hanya merupakan
dilakukan dengan menggunakan sistem petunjuk ke arah etiologi, misalnya
skor Patient Outcome Research Team gambaran pneumonia lobaris tersering
(PORT).2,9,10 disebabkan oleh Steptococcus
Hasil anamnesis yang didapat- pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa
kan pada pasien ini, yaitu batuk-batuk. sering memperlihatkan infiltrat bilateral
Batuk sudah dialami pasien sejak 3 atau gambaran bronkopneumonia
bulan terakhir dan memberat dalam 1 sedangkan Klebsiela pneumonia sering
bulan ini dan semakin memberat dalam menunjukkan konsolidasi yang terjadi
3 hari sebelum masuk rumah sakit pada lobus atas kanan meskipun dapat
(SMRS). Batuk dialami pasien terus- mengenai beberapa lobus.2 Pada pasien
menerus sepanjang hari disertai dahak ini telah dilakukan pemeriksaan foto
yang berwarna putih. Pasien sempat thoraks. Hasil foto thoraks menunjukkan
berobat ke klinik untuk mengatasi adanya corakan vaskuler kasar dengan
keluhannya dan diberikan obat, infiltrate di apeks kanan dan basal kiri
kemudian batuk membaik setelah paru, dengan kesan pneumonia dan TB
meminum obat. Namun, batuk paru aktif.
dirasakan semakin memberat dalam 1 Sedangkan, dari pemeriksaan
bulan terakhir teruma sejak 3 hari laboratorium biasanya menunjukkan
SMRS. Karena batuk yang disertai peningkatan leukosit.9 , Jumlah leukosit
keluarnya dahak ini, pasien mengaku biasanya lebih dari 10.000/ul kadang-
mengalami sulit tidur pada malam hari. kadang mencapai 30.000/ul, dan pada
Ketika batuk pasien juga merasakan hitungan jenis leukosit terdapat
sakit di dadanya. Pasien juga pergeseran ke kiri serta terjadi
mengeluhkan adanya demam peningkatan LED. Untuk menentukan
sebelumnya. Demam muncul sekitar diagnosis etiologi diperlukan pemerik-
satu minggu SMRS. Keluhan demam saan dahak, kultur darah dan serologi.
dirasakan seperti greges-greges. Demam Kultur darah dapat positif pada 20-
dikatakan tidak terlalu tinggi dan 25% penderita yang tidak diobati.
berlangsung sepanjang hari kurang lebih Analisis gas darah menunjukkan
selama 3 hari. Pasien mengatakan tidak hipoksemia dan hikarbia, pada stadium
mengonsumsi obat untuk meringankan lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik. 2
keluhan demam yang kemudian Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan
berangsur berkurang ini. Saat ini pasien darah lengkap dengan hasil leukositosis.
sedang dalam pengobatan TB Paru. Diagnosis pneumonia kominiti
Pemeriksaan menggunakan foto didasarkan kepada riwayat penyakit
thoraks (PA/lateral) merupakan yang
6
lengkap, pemeriksaan fisik yang teliti 4. Pemeriksaan fisis: ditemukan tanda-
dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis tanda konsolidasi, suara napas
pasti pneumonia komunitas ditegakkan bronkial dan ronki
jika pada foto toraks terdapat infiltrat 5. Leukosit > 10.000 atau < 4500
baru atau infiltrat progresif ditambah 12,13
dengan 2 atau lebih gejala di bawah ini: Penilaian derajat keparahan penyakit
1. Batuk-batuk bertambah pneumonia komunitas dapat dilakukan
2. Perubahan karakteristik dengan menggunakan sistem skor
dahak/purulent menurut hasil penelitian Pneumonia
3. Suhu tubuh > 380C (aksila) /riwayat Patient Outcome Research Team
demam (PORT)(Gambar 3).2
7
antibiotik empiris dan terapi suportif Kasus ini menggambarkan
perlu diberikan untuk menjaga kondisi kasus pneumonia kominitas dengan
pasien.3 Tindakan suportif meliputi tuberkulo-sis paru. Diagnosis
oksigen untuk mempertahankan PaO2 > pneumonia kominiti didasarkan kepada
8 kPa (SaO2 > 92%) dan resusitasi riwayat penyakit yang lengkap,
cairan intravena untuk memastikan pemeriksaan fisik yang teliti dan
stabilitashemodinamik. Bantuan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti
ventilasi: ventilasi non invasif (misalnya pneumonia komunitas ditegakkan jika
tekananjalan napas positif kontinu pada foto toraks terdapat infiltrat baru
(continous positive airway pressure), atau infiltrat progresif ditambah dengan
atauventilasi mekanis mungkin 2 atau lebih gejala. Pada prinsipnya
diperlukan pada gagal napas. Bila penatalaksaan utama pneumo-nia adalah
demam atau nyeri pleuritik dapat memberikan antibiotik tertentu terhadap
diberikan antipiretik analgesik serta kuman tertentu infeksi pneumonia.
dapat diberikamukolitik atau Pemberian antibitotik
ekspektoran untuk mengurangi dahak.3 bertujuan untuk memberikan terapi
Pada kasus ini, Pasien kausal terhadap kuman penyebab
memperoleh terapi O2 2 lpm infeksi, akan tetapi sebelum antibiotika
dan infus RL : D5% 30 tpm. definitif diberikan antibiotik empiris dan
Sebagai antibiotik diberikan terapi suportif perlu diberikan untuk
injeksi Ceftazidime 1g/12jam menjaga kondisi pasien.
dan Gentamisin 80mg/12jam.
Pasien juga mendapatkan injeksi
Paracetamol 1g/12jam, Metil REFERENSI
Prednisolone 30mg/8jam, 1. Wunderink RG, Watever GW.
Ondansetron 1ampul/ 12jam, Community Acquired Pneumonia. N
dan Omeprazole 1ampul/24 jam. Engl J Med. 2014;370:543-51.
Untuk sementara dokter 2. PDPI. Pneumonia Komuniti
spseisalis paru (Sp.P) Pedoman Diagnosis dan
menghentikan pemberian OAT Penatalaksaan di Indonesia. 2003.
terlebih dahulu. Pada tanggal 27 Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru
November 2019, dokter Indo-nesia
spesialis penya-kit dalam 3. Dahlan Z. Pneumonia, dalam
menambahkan terapi infus Sudoyo AW, dkk (editor). Buku
Aminofuchsin Hepar, injeksi Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V.
SNMC 1ampul/24jam, Curcuma 2009. Jakarta: Pusat Penerbitan
3x1 dan UPCA 3x1. Selanjutnya Departemen Ilmu Penyakit
dokter Sp.P menam-bahkan Dalam Universitas Indonesia.
nebulasi Combivent dan 4. Allen JN. Eusinophilic Lung
Pulmicort per 12 jam pada 28 Disease, dalam James CD, dkk
November 2019. (editor). Baum's Textbook of
Pulmonary Diseases. 2004.
KESIMPULAN Philadephia: Lippincott W & W
8
5. Sajinadiyasa GK, Rai IB, Sriyeni
LG. Perbandingan antara Pemberian
Antibiotika Mono-terapi dengan
Dualterapi terhadap Outcome pada
Pasien Community Acquired
Pneumonia (CAP) di Rumah Sakit
Sanglah Denpasar. 2011. J Peny
Dalam;12:13-20
6. Niederman MS, Mandel LA,
Anzueto A, Bass JB, Broughton
WA, Campbell GD, Dean N, File T,
Fine MJ, Gross PA et al. Guidelines
for the Management of Adults with
Community-acquired Pneumonia –
Diagnosis, Assessment of Severity,
Antimicrobial Therapy, and
Prevention. Am J Respir Crit Care
Med 2001; 163: 1730-1754.
7. Summary Executive. Pola Penyakit
Penyebab Kematian di Indonesia.
Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT). 2001: 2
8. Mandell LA, Wunderink RG,
Anzueto A, et al. Infectious
Diseases Society of America/
American Thoracic Society
consensus guidelines on the
management of community-
acquired pneumonia in adults. Clin
Infect Dis 2007;
44: Suppl. 2, S27–S72
9. Luttfiya MN, Henley E, Chang L.
Diagnosis and Treatment Of
Community Acquired Pneumonia.
American Family Physician.
2010;73(3):442-50
10. Task Force on CAP. Philippine
Clinical Practice Guidelines on the
Diagnosis, 40 Empiric
Management, and Prevention of
Community-acquired Pneumonia
(CAP) in Immunocompetent Adults.
2010