Anda di halaman 1dari 4

GAMBARAN PEMBERIAN TERAPI NEBULIZER DAN PURSED LIPS

PADA PASIEN ASMA DI IGD RSUD SUOHARJO

DISUSUN OLEH :
SARI HANDAYANI
J230195047

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
A. LATAR BELAKANG
Asma bronchiale merupakan salah satu penyakit alergi dan masih menjadi
masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Asma
merupakan salah satu penyakit yang prevalensi, morbiditas, dan mortalitasnya
semakin meningkat di seluruh dunia. Asma dapat timbul pada berbagai usia, baik
pria ataupun wanita. Meningkatnya insiden hampir setiap dekade, merupakan suatu
tantangan bagi para klinis untuk menindak lanjutinya. Prevalensi dan angka rawat
inap penyakit asma bronchiale dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Dampak
buruk dari asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas yang menurun,
peningkatan biaya kesehatan, bahkan kematian (Rodriquez, 2002).
Menurut Centers for Disease Control and Prevention(CDC), melaporkan
bahwa asma saat ini mengenai lebih dari 22,2 juta orang di Amerika atau 7,9% dari
populasi, termasuk lebih dari 6,7 juta anak-anak yang berusia kurang dari 18 tahun.
Selain itu 7,3 % orang Amerika dewasa saat ini menderita asma. Terdapat laporan
3613 kematian karena asma, selain itu asma bertanggung jawab terhadap gangguan
aktivitas orang dewasa yaitu menyebabkan lebih dari 10 juta hari kerja hilang setiap
tahunnya. Pada tahun 2006 asma menyebabkan 10,6 juta kunjungan ke tempat
pelayanan kesehatan dan 1,8 juta masuk ke ruang IGD dan yang membutuhkan
penanganan gawat darurat (Plottel, 2010).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat tahun 2008 ada 300 juta pasien
asma di seluruh dunia dan diperkirakan akan bertambah 180.000 setiap tahunnya.
Indonesia sendiri memiliki 12,5 juta pasien asma, 95% diantaranya adalah pasien
asma tak terkontrol (Widodo, 2009). Menurut Mangunnegoro (2002), penderita asma
di Indonesia sudah mencapai lebih dari 12 juta penduduk. Pada tahun 2006 penyakit
asma termasuk penyakit yang membahayakan dan pasien asma di Jawa Tengah
mengalami peningkatan 5,6% dibandingkan tahun 2005. Jumlah pasien asma pada
tahun 2005 berjumlah 74.253 dan pada tahun 2006 berjumlah 78.411 (Rusmono,
2008).
Sesak napas bagi seorang individu yang sehat dapat disebabkan oleh olahraga berat, berat
badan, ketinggian, dan suhu ekstrim. kualitas udara buruk juga dapat menyebabkan sesak
napas pada orang sehat. Mengalami sesak napas bisa menakutkan dan Anda mungkin
merasa cemas, yang dapat membuat Anda merasa lebih sesak napas. Jika Anda
mengalami sesak napas dijelaskan, terutama jika datang tiba-tiba dan parah, hubungi
dokter sesegera mungkin. Banyak kondisi medis, terutama yang mempengaruhi jantung
dan paru-paru, dapat menyebabkan sesak napas. Menurut American Lung Association,
sesak napas dengan nyeri dada atau tekanan, mual, atau pingsan mungkin menjadi tanda
kondisi medis yang serius. bibir mengerucut adalah latihan pernapasan yang dapat
digunakan untuk mengurangi gejala dyspnea. caranya sederhana dan strategi pernapasan
mudah dilakukan serta dapat membuat napas memjadi lebih efektif dan mengurangi laju
pernapasan. Manfaat tambahan dari mengerucut pernapasan bibir termasuk meningkatkan
pola bernapas, melepaskan udara yang terjebak di paru-paru, mempromosikan relaksasi
umum, menjaga saluran udara membuka lebih lama, dan memperpanjang napas.
Pengobatan asma bertujuan untuk menghentikan serangan asma secepat mungkin
serta mencegah serangan berikutnya ataupun bila timbul serangan kembali diusahakan
agar serangannya tidak berat. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu diberi obat
bronkodilator pada saat serangan dan atau obat antiinflamasi sebagai obat pengendali
untuk menekan reaksi inflamasi yang terjadi. Pemberian obat pada asma dapat dengan
berbagai macam cara yaitu parenteral, oral, atau inhalasi. Pengobatan atau terapi inhalasi
adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui penghisapan
dalam bentuk aerosol atau serbuk (dry powder). Sebenarnya prinsip terapi inhalasi telah
digunakan sejak dahulu misalnya penggunaan asap untuk pengobatan batuk. Penggunaan
aerosol sebagai pengobatan inhalasi pertama kali dikenalkan oleh Schneider dan Waltz
pada tahun 1829 dan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, terapi inhalasi
berkembang dengan pesat.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh terapi nebulizer dan deep breathing pada penderita asma
2. Tujuan khusus
Menggambarkan pengaruh terapi nebulizer dan deep breathing pada pasien asma
C. METODOLOGI
1. Metodologi dan tempat pelaksanaan
Metode yang akan digunakan yaitu dengan metode case study yang akan dilakukan di
ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Sukohrjo.
2. Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan intervensi pada tanggal 15 januari 2020- 01 februar 2020
3. Jumlah pasien
Responden yang digunakan sebanyak 15 pasien dengan diagnose asma dan
mengalami kekambuhan
4. Criteria inklusi dan eksklusi
- Criteria inklusi : pasien dengan asma, pasien yang bersedia dalam proses studi,
pasien yan tidak memiliki gangguan pendengaran
- Criteria eksklusi : pasien yang tidak bersedia menjadi responden

Adapun prosedur implementasi yang akan dilakukan yaitu :

1. Memberikan pasien untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai


2. Mempersiapkan alat nebulizer seperti sungkup, mesin nebulizer, dan obat yang
dibutuhkan
3. Menajarkan pasien agar saat mesin dinyalakan pasien menghrup dengan cara
nafas dalam
4. Memberikan posisi duduk tripoid
5. Memasangkan nebulizer
6. Menganjurkan pasien nafas dalam
7. Menunggu kurang lebih 15 menit
8. Membereskan peralatan
9. Mengevaluasi hasil kegiatan

Variabel Pre Post 5 menit Post 10 Post 15


menit menit
Saturasi
oksigen
Hasil

Anda mungkin juga menyukai