Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 79 - 84, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

PERBANDINGAN LATIHAN BUTEYKO DAN BLOWING BALLOONS


TERHADAP PERUNBAHAN ARUS PUNCAK EKSPIRASI
PADA PASIEN ASMA

M. Zul’irfan, Dewi Elizadiani Suza, Nunung Febriany Sitepu


Jurusan Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara, Jl. Dr. Mansyur, No. 5,
Medan, Indonesia 20155
irfans.mzul@gmail.com

Abstrak
Asma menjadi masalah kesehatan global yang serius dan perlu ditangani. Banyak penderita asma dari
berbagai negara mengalami gangguan asma sehingga jika tidak terkendali dapat meningkatkan
morbiditas. Cara untuk menilai terjadinya asma dengan melakukan penilaian Arus Puncak Ekspirasi.
Untuk mengatasi dan meringankan gejala asma adalah dengan melakukan latihan napas Buteyko dan
Blowing Balloons. Tujuan dari penelitian adalah membandingan latihan napas Buteyko dengan latihan
Blowing Balloons terhadap perubahan arus puncak ekspirasi pada pasien asma. Desain penelitian yang
digunakan adalah quasi experimental dengan metode pretest dan posttest dua kelompok. Sampel
penelitian sebanyak 70 responden kelompok terdiri 2 kelompok yaitu 35 responden kelompok Latihan
napas Buteyko dan 35 responden kelompok latihan Blowing Balloons dengan teknik simple random
sampling. Hasil penelitian setelah Latihan napas Buteyko dan latihan Blowing Balloons dilakukan dua
kali sehari selama dua minggu didapatkan hasil uji wilcoxon sign rank test latihan napas Buteyko dan
latihan Blowing Balloons dengan nilai p= 0,00. Hasil uji mann withney menunjukkan tidak terdapat
perbedaan mean rank skor asthma control test. pada latihan napas Buteyko dan latihan Blowing
Balloons p = 0,21. Dari hasil pengukuran nilai arus puncak ekspirasi terdapat perbedaan yang signifikan
dengan nilai p = 0,00 pada latihan napas Buteyko dan latihan Blowing Balloons.

Kata kunci: buteyko; blowing balloons; arus puncak ekspirasi; asma

Abstract
The Influence of Buteyko Respiration Exercise and Blowing Balloons exercise on the
Change in Peak Expiratory Flow Ratr bin Asthma Patients. Asthma is serious global health
problem and needs to treatment. Many people with asthma from various countries experience
asthma problems so that if they are uncontrolled can increase morbidity.. To overcome and
alleviate the symptoms of asthma was do Buteyko's breathing and Blowing Balloons. The aim of
the study was to influence Buteyko's breathing exercises with Blowing Balloons exercise to
changes in peak expiratory flow in asthma patients. Design used quasi experimental with two
groups pretest and posttest. The research sample consisted of 70 respondents consisting of two
groups, 35 respondents were Buteyko breathing exercise group and 35 respondents were Blowing
Balloons exercise group with simple random sampling technique. The results of the study after
Buteyko breathing exercises and Blowing Balloons exercises were carried out twice a day for
two weeks and obtained the results of Wilcoxon, Buteyko breath training and Blowing Balloons
training with a value p = 0.00. The results of Mann Withney test showed no difference mean
asthma control test score. Buteyko breathing exercises and Blowing Balloons exercise p = 0.21.
The results of measurements peak expiratory flow values were significant differences with a
value of p = 0.00 in Buteyko breathing exercises and Blowing Balloons training.
.
Keywords: buteyko; blowing balloons; peak expiratory flow; asthma
1.
2. Pendahuluan mengganggu kegiatan sehari-hari dan
Asma menjadi masalah kesehatan dapat berakibat fatal. Asma menjadi beban
global yang serius dan perlu ditangani. bagi penderitanya, tidak hanya dalam hal
Banyak penderita asma dari berbagai perawatan kesehatan tetapi penderita juga
negara yang mengalami gangguan asma mengalami produktivitas kerja dan fungsi
sehingga jika tidak terkendali dapat keluarga (Hassan, Riad, & Ahmed, 2013).
meningkatkan angka morbiditas, gejala Global Initiative for Asthma (2017)
yang ditimbulkan akan semakin parah serta menyebutkan bahwa penderita asma pada
79
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 79 - 84, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

saat ini berjumlah sekitar 300 juta individu merekondisi pola pernapasan dengan
yang terkena dampak. Meskipun terdapat menggunakan kontrol nafas dan menahan
ratusan laporan dari prevalensi asma pada nafas serta terhubung dengan proses
populasi yang sangat berbeda karena hiperventilasi dan kadar karbondioksida
kurangnya definisi asma yang tepat yang yang rendah. Buteyko menunjukkan
dapat diterima secara universal. peningkatan bukti bahwa mengurangi
Perbandingan dari prevalensi laporan yang ventilasi dapat bermanfaat bagi banyak
aktual dari berbagai belahan dunia. pasien dengan gangguan asma (Afle, &
Prevalensi asma secara global berkisar Groover, 2014).
antara 1 sampai 16% populasi di berbagai Selain metode Buteyko juga terdapat
negara. Ada bukti kuat bahwa perbedaan terapi yang bisa mengatasi asma yaitu
prevalensi asma di kalangan anak-anak terapi latihan Blowing Balloons atau lebih
telah menurun dalam beberapa dekade dikenal dengan terapi meniup balon. Terapi
terakhir, prevalensi gejala telah menurun di ini efektif dalam biaya pengobatan dan
Eropa Barat dan meningkat di wilayah di dapat memperbaiki status respirasi pada
mana prevalensi sebelumnya rendah. pasien dengan gangguan pernapasan.
Prevalensi gejala asma di Afrika, Amerika Terapi ini juga dapat mengurangi
Latin, Eropa Timur dan Asia terus penggunaan obat serta dapat menurunkan
meningkat. dosis pengobatan dan dapat meningkatkan
Asma di Indonesia masuk dalam kualitas hidup serta mengurangi risiko
sepuluh besar penyebab morbiditas dan gangguan pernapasan (Renuka, Helen, &
mortalitas. Menurut hasil survei Kripa, 2013). Penelitian terkait dengan
RISKESDAS tahun 2013 di Indonesia penatalaksanaan latihan napas Buteyko
mempunyai rata-rata angka asma nasional terhadap pasien asma telah banyak
sebanyak 4,5% per mil dan beberapa dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh
provinsi melewati angka rata-rata nasional Hassan, Riad, dan Ahmed (2012)
dari 18 provinsi tersebut 5 provinsi teratas menunjukkan hasil penelitian ini
adalah Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara mempunyai pengaruh yang baik pada
Timur, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan pasien asma. Secara signifikan
dan Kalimantan Selatan. Jika grafik tahun menurunkan kekambuhan dan keparahan
2007 sampai tahun 2013 didapatkan gejala utama asma (asma nocturnal, gejala
kenaikan prevalensi asma secara nasional pagi hari, keterbatasan aktivitas, sesak
sebesar 1% (RISKESDAS, 2013). nafas, mengi, prediksi PEFR (Peak
Salah satu cara untuk menilai Expiratory Flow Rate), dan penggunaan
terjadinya asma adalah dengan melakukan kortikosteroid inhalasi). Dan itu secara
penilaian Arus Puncak Ekspirasi (APE). signifikan meningkatkan PEFR. Latihan
APE dapat diperoleh melalui pemeriksaan napas buteyko dapat memperbaiki tingkat
yang lebih sederhana yaitu dengan alat fungsi dan kapasitas paru pasien untuk
peak expiratory flow meter (PEF meter). hidup mandiri dengan menurunkan tingkat
Alat PEF meter relatif mudah digunakan keparahan asma. Penelitian yang dilakukan
atau dipahami baik oleh dokter maupun oleh Prasanna, Sowmiya, dan Dhileeban
penderita, sebaiknya digunakan penderita (2015) hasil penelitian 100 orang
di rumah sehari-hari untuk memantau responden yang baru terdiagnosis asma.
kondisi asmanya. Kurangnya pemantauan Dalam kelompok usia 31 sampai 40 tahun
asma oleh penderita dapat meningkatkan terjadi peningkatan kontrol asma dan
risiko serangan asma, dan pengobatan yang peningkatan fungsi paru dalam hal tingkat
tidak efektif (Perhimpunan Dokter Paru arus puncak ekspirasi.
Indonesia, 2010). Metode Buteyko adalah Asma saat ini paling banyak
sistem latihan pernapasan dan pertama kali ditangani secara medis. Namun, inovasi
dikembangkan pada tahun 1950 untuk non farmakologik seperti teknik
80
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 79 - 84, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

pernapasan sedang diperkenalkan. Teknik dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
pernapasan menstabilkan pola pernapasan asma di wilayah kerja Puskesmas Rumbai
abnormal yang mungkin berkontribusi dan Puskesmas Karya Wanita di Kota
pada sulitnya bernafas yang dialami Pekanbaru. Pengambilan sampel dalam
penderita asma. Sehubungan dengan ini, penelitian ini dilakukan dengan teknik
perlu memberikan manajemen yang tepat probability sampling yaitu jenis simple
untuk mengendalikan gejala asma secara random sampling, atau pemilihan sampel
memadai dan meminimalkan terjadinya dengan cara acak tanpa memperhatikan
eksaserbasi akut. Di antara teknik yang strata atau tingkatan (Polit & Beck, 2012).
populer adalah latihan napas Buteyko dan Adapun kriteria inklusi dalam penelitian
dan latihan Blowing Balloons, sehingga ini yaitu: 1) pasien asma terkontrol, 2)
perlu dilihat antara dua metode yang lebih bersedia menjadi responden, 3) pasien
efektif terhadap perubahan arus puncak berusia 16-60 tahun, dan 4) tidak pernah
ekspirasi. Permasalahan dalam penelitian mendapat intervensi yang sama dari
ini adalah bagaimana perbandingan latihan peneliti atau tenaga kesehatan lainnya.
napas buteyko dengan latihan blowing Kriteria ekslusi adalah: 1) Menderita
balloons terhadap perubahan arus puncak penyakit kronis seperti jantung, diabetes,
ekspirasi pada pasien asma. penelitian ini dan status asmatikus, 2) tidak kooperatif,
bertujuan untuk mengetahui perbandingan dan 3) tidak bersedia menjadi responden.
latihan napas buteyko dengan latihan Jumlah sampel pada penelitian ini
blowing balloons terhadap perubahan arus adalah sebanyak 32 responden, maka
puncak ekspirasi pada pasien asma. berdasarkan tabel power analysis, dengan
Penelitian ini merupakan penelitian level signifikan (ά): 0.5 jumlah sampel
kuantitatif. tersebut berada dalam estimasi effect size
0.70, dan power 0.80. Untuk mencegah
3. Metode drop out (DO) ditambahkan 10% sehingga
Desain penelitian kuantitatif yang sampel menjadi 35 responden. Jumlah
digunakan dalam penelitian ini adalah masing-masing sampel dari kelompok
menggunakan quasi experimental dengan perlakuan latihan napas Buteyko berjumlah
metode pretest dan posttest pada dua 35 responden dan dari latihan blowing
kelompok (Two – Group Pretest – Posttest balloons berjumlah 35 responden, total
design) yaitu suatu penelitian yang keseluruhan responden dari kedua
memanipulasi variabel independent dengan perlakuan berjumlah 70 responden.
dua intervensi. Pada penelitian ini Tahap persiapan pengumpulan data
responden diberikan pretest dilakukan dilakukan setelah dilakukan melalui
pemeriksaan Arus Puncak Ekspirasi (APE) prosedur etichal clearance dan kemudian
menggunakan Peak Flow Meter sebelum dilanjutkan dengan mengurus perizinan
dilakukan perlakuan kemudian setelah tempat penelitian, dengan mengajukan
dilakukan perlakuan kepada responden surat permohonan penelitian dari pimpinan
(Posttest) dilakukan kembali penilaian Fakultas Keperawatan Universitas
terhadap arus puncak ekspirasi untuk Sumatera Utara yang ditujukan ke Badan
melihat perbedaan arus puncak ekspirasi Pelayanan Perizinan Terpadu Provinsi Riau
antara dua intervensi yang telah diberikan. (BP2T) dan mendapat surat izin ke Badan
Adapun perlakuan yang diberikan kepada Kesatuan Bangsa dan Politik kota
responden adalah latihan napas Buteyko Pekanbaru. Tahap berikutnya peneliti
dan Blowing Balloons. mengidentifikasi sampel penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di berdasarkan kriteria yang telah dibuat
wilayah kerja Puskesmas Kota Pekanbaru. sebelumnya. Pengumpulan sampel
Penelitian ini dilakukan pada bulan April dilakukan sesuai dengan kriteria inklusi
sampai dengan bulan Juni 2018. Populasi sampel. Tahapan berikutnya peneliti
81
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 79 - 84, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

memperkenalkan diri serta menjelaskan Buteyko dan Blowing Balloons) pada


tujuan penelitian dan prosedur intervensi kedua kelompok yang akan dilakukan
yang akan dilakukan dan penandatanganan penelitian. Kemudian peneliti melakukan
informed consent oleh responden, meminta kunjungan ke rumah responden untuk
kesediaan responden untuk berpartisipasi melakukan intervensi secara bergantian
dalam penelitian dengan cara meminta dengan dua intervensi. Intervensi
responden menandatangani lembar dilakukan selama dua minggu. Responden
persetujuan menjadi responden yang telah kemudian diberikan panduan intervensi
disediakan oleh peneliti. Pada lembar selanjutnya di rumah. Kemudian, peneliti
informed consent juga dicantumkan alamat akan menjumpai responden kembali
lengkap dan nomor telepon responden dengan home care visit atau melakukan
untuk kegiatan kunjungan rumah (Home kunjungan ke rumah. Home visit dilakukan
Visite) saat intervensi dilakukan. selama dua kali dalam seminggu untuk
Selanjutnya peneliti mengisi format mengamati responden dalam melaksanakan
pengkajian karakteristik pasien. Sebelum intervensi latihan napas Buteyko dan
melakukan intervensi, peneliti terlebih Blowing Balloons berdasarkan panduan
dahulu mengisi format pengkajian yang sudah diberikan sebelumnya.
karakteristik pasien, dan mencatat alamat Kegiatan posttest meliputi pengukuran
lengkap pasien, kemudian peneliti APE dan skor kontrol asma pada minggu
membuat kontrak waktu dengan repsonden ke tiga setelah periode intervensi untuk
untuk melakukan kunjungan ke rumah mengetahui perubahan nilai APE,
yang tujuannya untuk melakukan kemudian didokumentasikan dalam lembar
pengukuran arus puncak ekspirasi. Pada tabulasi data.
minggu pertama (tahap pretest) peneliti
melakukan pemeriksaan arus puncak Hasil
ekspirasi (APE) dengan menggunakan Karakteristik pasien asma pada kelompok
Peak Flow Meter dan mengisi kuesioner intervensi latihan napas Buteyko dan
skor kontrol asma. Selanjutnya latihhan Blowing Balloons
mendokumentasikannya dalam lembar Distribusi Frekuensi dan Persentase
tabulasi data. Karakteristik Data Demografi Pasien Asma
Setelah mendapatkan nilai APE, di Puskesmas Rumbai dan Puskesmas
selanjutnya responden diberikan intervensi Karya Wanita Kota Pekanbaru dapat dilihat
terlebih dahulu, peneliti menjelaskan pada tabel 1.
tentang prosedur tindakan (Latihan napas

Tabel 1.
Karakteristik pasien asma pada kelompok intervensi latihan napas Buteyko dan latihan
Blowing Balloons.
Kategori Buteyko Blowing
Balloons
f % f %
Umur (Tahun)
18-40 (Dewasa Awal) 7 20,00 22 62,90
41-60 (Dewasa Madya) 28 80,00 13 37,10
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 34,30 10 28,60
Perempuan 23 65,70 25 71,40

82
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 79 - 84, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Pendidikan
SD 6 17,10 2 5,70
SMP 8 22,90 7 20,00
SMA 16 45,70 20 57,10
Perguruan Tinggi 5 14,30 6 17,10
Pekerjaan
IRT 15 42.90 13 37,10
Wiraswasta 7 20,00 9 25,70
PNS 5 14,30 2 5,70
Buruh 4 11,40 6 17,10
Pegawai Swasta 2 5,70 5 14,30
Belum Bekerja 1 2,90 - -
Pensiunan 1 2.90 - -
Indeks Massa Tubuh
Kurus Berat (<17 Kg/m2) 1 2,90 - -
Kurus Ringan (17-18,5 Kg/m2) 3 8,60 - -
Normal (18,6-25 Kg/m2) 20 57,10 15 42,90
Gemuk Ringan (25,1-27 Kg/m2) 5 14,30 13 37,10
Gemuk Berat (>27 Kg/m2) 6 17,10 7 20,00
Riwayat Merokok
Ya 12 34,30 9 25,70
Tidak 23 65,70 26 74,30
Riwayat Keluarga dengan Asma
Ya 29 82,90 28 80,00
Tidak 6 17,10 7 20,00
Derajat Asma
Terkontrol Sebagian 34 97,10 32 91,40
Terkontrol Penuh 1 2,90 3 8,60
Tabel 1 menunjukkan karakteristik latihan Blowing Balloons SMA 20 orang
dari sampel Berdasarkan hasil uji statistik (57,10%). Tingkat pekerjaan yang paling
terhadap umur responden pada tabel 4.1 banyak pada kelompok latihan napas
diketahui bahwa responden Buteyko Buteyko adalah IRT berjumlah 15 orang
adalah 7 orang responden berada pada (42,90%) dan pada kelompok latihan
kategori dewasa awal (20,00%), dewasa Blowing Balloons adalah 13 orang
madya 28 orang responden (80,00%). Pada (37,10%). Indeks massa tubuh pada
kelompok Blowing Baloons kategori kelompok latihan napas Buteyko adalah
Dewasa Awal 22 orang responden pada kategori normal Normal (18,6-25
(62,90%), dewasa madya 13 orang Kg/m2) adalah 20 orang (57,10%) dan
responden (37,10%). Berdasarkan jenis kelompok latihan Blowing Balloons adalah
kelamin jumlah kategori perempuan dalam 15 orang (42,90%). Berdasarkan riwayat
grup latihan napas Buteyko berjumlah 23 kategori riwayat merokok pada kelompok
orang (65,70%) berjumlah 25 orang latihan napas Buteyko sebanyak 12 orang
(71,40%), dan jumlah responden laki-laki (34,40%) dan kelompok Blowing Balloons
dalam kelompok latihan napas Buteyko tidak merokok sebanyak 9 orang (25,70%).
adalah 12 orang (34,30%) dan kelompok Berdasarkan riwayat genetik, responden
latihan Blowing Baloons berjumlah 10 kelompok Buteyko yang memiliki riwayat
orang (28,60%), sedangkan tingkat keluarga dengan asma sebanyak orang 29
pekerjaan yang paling banyak dalam orang (82,90%) dan pada kelompok latihan
kelompok Buteyko adalah SMA berjumlah Blowing Balloons adalah 28 orang
16 orang (45,70%) dan pada kelompok (80,00%). Berdasarkan derajat asma
83
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 79 - 84, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

kelompok Buteyko derajat asma terkontrol Deskripsi Arus Puncak Ekspirasi (APE)
sebagian 34 orang (97,10%), asma dan Asthma Control Test (ACT) Pretest
terkontrol penuh 1 orang (2,90%). dan Posttest
Sedangkan untuk kelompok Blowing Deskripsi Arus Puncak Ekspirasi (APE)
Balloons derajat asma terkontrol sebagian dan Asthma Control Test (ACT) Pretest
32 orang (91,40%), dan asma terkontrol dan Posttest dapat dilihat pada tabel 2.
penuh 3 orang (8,60%).

Tabel 2.
Deskripsi Arus Puncak Ekspirasi (APE) dan Asthma Control Test (ACT) Pretest dan Posttest
pada responden Asma
Pretest Posttest
Intervensi
Mean SD Mean SD
APE
Buteyko
Blowing Balloons 4,96 1,37 5,23 1,31
ACT 22,47 97,54 6,12 1,18
Buteyko
Blowing 20,01 1,44 20,77 1,45
Balloons 20,11 1,64 20,60 1,61
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan skor APE adalah 5,23 dan skor ACT adalah
nilai APE dan ACT pada kedua kelompok 20,77. Sedangkan pada kelompok Latihan
intervensi (Latihan napas Buteyko dan Blowing Balloons posttest rata-rata skor
latihan Blowing Baloons) pada periode APE 6,12 dan skor ACT adalah 20,60.
pretest dan posttest. Pada periode pretest
kelompok latihan napas Buteyko rata-rata Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi, Skor
skor APE adalah 4,96 dan skor ACT adalah Kontrol Asma Sebelum dan Sesudah
20,01. Sedangkan pada kelompok pretest Latihan Napas Buteyko
Latihan Blowing Balloons rata-rata skor Perbedaan Arus Puncak Ekspirasi, Skor
APE adalah 22,47 dan skor ACT adalah Kontrol Asma Sebelum dan Sesudah
20,11. Sedangkan Pada periode posttest Latihan Napas Buteyko dapat dilihat pada
kelompok latihan napas Buteyko rata-rata tabel 3.
Tabel 3. Perbedaan Nilai ACT dan APE Pretest dan Posttest dilakukan latihan napas Buteyko
dan latihan blowing balloons
Uji Wilcoxon Sign Rank test
Kelompok Buteyko Kelompok Blowing Balloons
Nilai ACT Nilai APE Nilai ACT Nilai APE
Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest Pretest Posttest
0,00 0,00 0,00 0,00
Tabel 3 dapat terlihat hasil uji Perbedaan Nilai ACT Latihan Napas
statistik menggunakan uji Wilcoxon Sign Buteyko terhadap Latihan Blowing
Rank test, yang menunjukkan bahwa Balloons
terdapat perbedaan antara sebelum dan Perbedaan Nilai ACT Latihan Napas
sesudah dilakukan intervensi latihan napas Buteyko terhadap Latihan Blowing
Buteyko dan blowing balloons terhadap Balloons dapat dilihat pada tabel 4.
perubahan nilai ACT dan APE (p = 0,00).

Tabel 4.
84
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 79 - 84, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Perbedaan Nilai ACT latihan Napas Buteyko dan Latihan Blowing Balloons
Intervensi N Mean Rank p value
Latihan Napas
Buteyko 35 38,19
Latihan Blowing 0,21
Baloons 35 32,81
Perbedaan latihan napas Buteyko Berdasarkan uji tersebut ditemukan nilai
dan latihan blowing balloons dalam tabel 4 mean rank latihan napas Buteyko 38,19
dapat diidentifikasi dengan dan latihan blowing balloons 32,81, p
membandingkan selisih nilai ACT value 0,21 yang bermakna tidak terdapat
kelompok latihan napas Buteyko dengan perbedaan secara statistik.
latihan blowing balloons diuji
menggunakan uji Mann Whitney U.

Tabel 5.
Perbedaan Nilai APE latihan Napas Buteyko dan Latihan Blowing Balloons
Intervensi N Mean Rank p value
Latihan Napas
Buteyko 35 28,54
Latihan Blowing 0,00
Baloons 35 42,46
Perbedaan latihan napas Buteyko dan latihan napas Buteyko dan Latihan blowing
latihan blowing balloons dalam tabel 5 balloons.
dapat diidentifikasi dengan
membandingkan selisih nilai APE Daftar Pustaka
kelompok latihan napas Buteyko dengan Afle, G. M., & Grover, S. K. (2014). To
latihan blowing balloons diuji Study the Effectiveness of Buteyko
menggunakan uji Mann Whitney U. Breathing Technique Versus
Berdasarkan uji tersebut ditemukan nilai Diaphragmatic Breathing in
mean rank latihan napas Buteyko 28,54 Asthmatics. International Journal
dan latihan blowing balloons 42,46, p of Physiotherapy, 1(3), 116.
value 0,00 yang bermakna terdapat https://doi.org/10.15621/ijphy/2014
perbedaan secara signifikan. /v1i3/53464
Alligood, M.R. (2017). Pakar teori
Pembahasan keperawatan dan karya mereka, (1st
..................................................................... ed.). Singapore: Elsevier
..................................................................... American College of Chest Physicians.
(2004). Controlling your asthma.
Patient education guide. National
asthma education and prevention
4. Simpulan program; National heart, lung, and
Ada peningkatan nilai ACT dan APE blood institute; NIH Publication No.
sesudah dilakukan latihan napas Buteyko. 97-4053
Ada peningkatan nilai ACT dan APE Azab, A., Moawd, S., & AbdulRahman, R.
sesudah dilakukan latihan napas blowing (2017). Effect of buteyko breathing
balloons. Tidak ada perbedaan nilai ACT exercises versus yoga training on
pada kelompok latihan napas Buteyko dan pulmonary functions and functional
Latihan blowing balloons. Ada perbedaan capacity in children with bronchial
yang signifikan nilai APE pada kelompok asthma: a randomized controlled trial.
International Journal of Therapies
85
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 79 - 84, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

and Rehabilitation Research, 6(1), 2017. Retrieved from


148. http://ginasthma.org/2017-gina-report-
https://doi.org/10.5455/ijtrr.000000234 global-strategy-for-asthma-
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). management-and-prevention/
Keperawatan medikal bedah: Grove, S.K., Gray,J. R., & Bburn., N.
Manajemen klinis untuk hasil yang (2015). Understanding nursing
diharapkan (8th ed.). Singapore: research building an evidence-based
Elsevier. practice (6 ed). St. Louis, Missouri:
Boyle, K. (2010). The Value Of Blowing Elsevier Saunders
Up A Balloon. N Am Jsports Phys Hassan, Z. M., Riad, N. M., & Ahmed, F.
Ther 2010 Sep. 5 (30), 179-188 H. (2012). Effect of buteyko breathing
Bridley, J.L (2010). Buteyko practice diary technique on patients with bronchial
and quick reference guide. Buteyko asthma. Egyptian Journal of Chest
Breathing Association. Diseases and Tuberculosis, 61(4),
Chandra, M., Raman, R., & Katharine, K. 235–241.
(2015). Application of katharine https://doi.org/10.1016/j.ejcdt.2012.08.
kolcaba comfort theory in post 006
operative child: Delivering integrative Kemenkes RI. (2014). INFODATIN : You
comfort care Intervention by Using the can control your asthma.
Theory of Comfort- A aase Study of a Kim, J.S., & Lee, Y.S. (2012). Effects of a
5 Years Old child admitted in picu balloon-blowing exercise on lung
with laparotomy experiencing post function of young adult smokers.
operative discomfort. International Journal of Physics, 24(6), 531-534.
Journal of Science and Research, (6) Mohammed, J., Sumaila, F. G., & Hamza,
2319-7064. F. I. (2014). Influence of selected
https://dx.doi.org/10.21275/v516. components of Buteyko breathing
Courtney, R. (2007). Strengths, exercise on the quality of life ( QOL )
Weaknesses, and Possibilities of the of male patients with bronchial
Buteyko Breathing Method. asthma, 1(5), 30–33.
Biofeedback, 36(2), 59 63. Retrieved PDPI. (2010). Pedoman diagnostik dan
from penatalaksanaan asma di Indonesia:
http://www.resourcenter.net/images/A Asma. Perhimpunan Dokter Paru
APB/Files/Biofeedback/2008/biof_su Indonesia.
mmer_ buteyko_breathing.pdf Polit, D.F., & Beck, C. T. (2010). Nursing
Edismoro, M. W. (2009) Hubungan Research: Appraising evidence for
Tingkat Pengetahuan Umum Asma nursing practice, (7th ed.). William &
dengan Tingkat Kontrol Asma Pasien Wilkins, Lippincott
di Poliklinik Asma Rumah Sakit Prasanna, K.B., Sowmiya, K.R., &
Persahabatan Jakarta. Retrieved from Dhileeban, C.M. (2015). Effect of
www. repository.unand.ac.id buteyko breathing exercise in newly
Ewen, M.M., & Wills, E.M. (2011). diagnosed asthmatic patients.
Theoretical Basis for Nursing, 3th ed. International Journal of Medicine and
Philadelphia: Lippincott William & Public Health, 5 (1), 221-223 doi:
Wilkins. 10.4103/2230-8598.151267
Fawcett, J. (2006). Contemporary nursing Prem, V., Sahoo, R. C., & Adhikari, P.
knowledge: Analysis and evaluation of (2013). Comparison of the effects of
nursing models and theories, (2nd ed.). buteyko and pranayama breathing
Philadelphia: F.A Davis Company techniques on quality of life in patients
GINA. (2017). Global strategy for asthma with asthma - a randomized controlled
management and prevention updated trial. Clinical Rehabilitation, 27(2),
86
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 79 - 84, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

133–141. Tunik. (2017). Pengaruh breathing


https://doi.org/10.1177/026921551245 relaxation dengan teknik balloon
0521 blowing terhadap saturasi oksigen dan
Price, S.A., & Wilson, L.M. (2012). perubahan fisiologis kecemasan
Patofisiologi: Konsep klinis proses- pasien PPOK di RSUD dr. Soedomo
proses penyakit, Volume 1 (6th ed.). Trenggalek. Retrieved from
Jakarta: EGC www.repository.umy.ac.id.
Raju, S. (2013). Effectiveness of balloon
therapy vs incentive spirometry on
physiological parameters among
children with lower respiratory tract
infection in selected hospital,
Bangalore. Padmashree Institute of
Nursing Journal, 2(1), 122-125.
Renuka, K., Helen Shaji, J. C., & Kripa,
A.A. (2013). Effectiveness of balloon
therapy on respiratory status of
patients with lower respiratory tract
disorders. International Journal of
Science and Research (IJSR), 4(3),
2319-7064.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan
Litbangkes, Depkes RI, 2013
Shakila, D., & Kokilavani, N. (2016).
Effectiveness of balloon blowing
exercise on improvement of
respiratory patterns among chilfren
with bronchial asthma at selected
hospital in Kancheepuram districs
Tamilnadu. International Journal of
Recent Scientific Research, 7(11),
14371-14374.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L., &
Cheever, K.H. (2010). Brunner &
suddarth’s : Textbook of medical
surgical nursing, (12th ed).
Philadelphia: Wolters Kluwer
Lippincott Williams & Wilkins
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2013). Buku
ajar keperawatan medikal bedah:
Brunner & suddart, (8th ed.). Jakarta:
EGC.
Suprayitno, E. (2017). Pengaruh Intervensi
Edukasi Tentang Self Management
Latihan Pursed Lips Breathing
Terhadap Efikasi Diri Dan Peak
Expiratory Flow Rate Pasien PPOK.
Naskah Publikasi

87

Anda mungkin juga menyukai