Anda di halaman 1dari 4

TERAPI PERNAFASAN BUTEYKO

Latar Belakang
Asma adalah gangguan peradangan kronis saluran nafas yang dicirikan oleh
batuk, mengi, dada terasa berat dan kesulitan bernafas. Asma adalah gangguan pada
saluran bronkhial yang mempunyai ciri bronkospasme periodik (kontraksi spasme pada
saluran pernafasan) terutama pada percabangan trakeobronkhial yang dapat diakibatkan
oleh berbagai stimulus seperti oleh faktor biokemikal, endokrin, infeksi, otonomik dan
psikologi (Somantri, 2012).
Asma merupakan inflamasi kronik pada jalan nafas yang disebabkan oleh
hiperresponsivitas jalan nafas, edema mukosa dan produksi mucus berlebih. Inflamasi ini
biasanya kambuh dengan tanda pada episode asthma seperti batuk, dada sesak, wheezing
dan dyspnea(Smeltzer, Suzanne C. O’Connell., Bare, 2008). Penyakit ini dapat
mengakibatkan penurunan jumlah udara yang dapat diinduksi oleh kontraksi otot polos,
penebalan pada dinding jalan nafas serta terdapatnya sekresi berlebih dalam jalan nafas
yang merupakan hasil dari respon berlebih pada alergen.( Jeffrey M.C, 2012).
Alergi
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Memperkirakan 100-150 juta penduduk
dunia saat ini terkena penyakit asma dan diperkirakan akan mengalami penambahan
180.000 setiap tahun ( WHO,2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementrian
Kesehatan RI yang tercantum dalam Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Prevalensi
penyakit asma di Indonesia yaitu sebesar 3,5%, meningkat menjadi 4,5% pada tahun 2013.
Laporan RISKESDAS provinsi Sumatera Barat mencatat angka kejadian asma pada tahun
2007 yaitu sebesar 3,6%, sedangkan pada tahun 2013 yaitu sebesar 2,7%. (Riskesdas,
2007-2013), Peningkatan prevalensi penyakit asma di Sumatera Barat kembali terjadi pada
tahun 2015, dijelaskan oleh direktur sekaligus pemrakarsa Asthma-COPD Center, Prof. dr.
Hadiarto Manggunnegoro dalam seminar yang bertajuk Asma Sukar Sembuh, di Hotel
Aryaduta, Jakarta (4/11/2015) bahwa penderita asma paling tinggi terjadi di provinsi
Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, Kalimantan, Sulawesi Selatan dan
Papua. Itu menjelaskan bahwa kembali terjadi peningkatan prevalensi penyakit asma di
Sumatera Barat tahun 2015 (Sindonews, 2015).
Banyaknya penderita asma di Indonesia, tentunya membutuhkan suatu solusi agar
penyakit asma bisa berkurang, selain dengan penanganan dokter, harus ada penanganan di
luar itu yang berfungsi sebagai terapi untuk membantu mengurangi gejala asma. Terapi
yang tepat agar dapat membantu dan mengurangi penderita asma di Indonesia, yaitu
dengan terapi komplementer (non-farmakologis) salah satunya dapat dilakukan dengan olah
teknik pernapasan. Dalam teknik ini diajarkan teknik mengatur napas apabila pasien
mengalami asma. Salah satu metode yang dikembangkan untuk memperbaiki cara
bernapas pada pasien asma adalah teknik olah napas, dapat berupa olahraga aerobik,
senam, dan teknik pernapasan seperti thai chi, yoga, mahatma, buteyko dan pranayama
(Fadhil, 2009). Buteyko digunakan untuk mengontrol gejala asma, banyak keunggulan dari
buteyko seperti dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, dan mudah dilaksanakan.
Menurut Austin G, (2013:16) keunggulan dari latihan pernapasan buteyko yaitu, (1)
mendorong pasien untuk bernapas sedikit, (2) melatih pola pernapasan pasien
menggunakan serangkaian latihan pernapasan, (3) meningkatkan kontrol gejala asma dan
kualitas hidup, (4) dapat digunakan bersama dengan obat konvensional, (5) dapat
digunakan untuk orang dewasa dan anak-anak. Berdasarkan hasil pengamatan didapat
bahwa di DI Yogyakarta dan pada usia 15-24 tahun terdapat banyak penderita asma. Oleh
karena itu penulis tergerak untuk lebih meneliti tentang pengaruh latihan pernapasan
buteyko terhadap arus puncak ekspirasi (APE) pada penderita asma mahasiswa Universitas
Negeri Yogyakarta.
1. EDVIDANCE BASED
Menurut penelitian (Yossi Fitrina, Rini Puspita Sari) Buteyko dan Intervensi Teknik
Diafhragmatic Breathing Exercise di Wilayah Kerja Puskesmas Tigo Baleh Bukittinggi
Tahun 2017
Dari hasil penelitian diperoleh perbedaan rata-rata peningkatan arus puncak
ekspirasi (APE) sesudah dilakukan teknik buteyko dan sesudah dilakukan teknik
diafhragmatic breathing exercise adalah 14,167 dengan standar error 25,642.
Sedangkan nilai t hitung= 0,552 dan p value 0,586 didapatkan hasil bahwa tidak ada
perbedaan yang signifikan antara pelaksanaan teknik buteyko dan pelaksanaan
teknik diafhragmatic breathing exercise terhadap peningkatan arus puncak ekspirasi
pada penderita asma.
Teknik pernafasan buteyko merupakan salah satu teknik olah nafas yang dapat
menurunkan hiperventilasi paru penderita asma (GINA, 2005). Teknik pernafasan
buteyko yaitu : suatu rangkaian latihan pernafasan yang dilakukan secara sederhana
sebagai manajemen penatalaksanaan asma yang bertujuan untuk mengurangi
kontriksi jalan nafas dengan prinsip latihan bernafas dangkal dan lambat yang
dilakukan 1 kali dalam sehari selama 20 menit dengan cara menahan nafas melalui
hidung dan menghembuskan nafas melalui hidung dan menghembuskan nafas
melalui hidung dengan posisi yang nyaman.
2. ASPEK LEGAL BASED
3. MANFAAT
Teknik Pernafasan Buteyko merupakan suatu rangkain latihan pernafasan
yang dilakukan secara sederhana sebagai manajemen penatalaksanaan asma yang
bertujuan untuk mengurangi konstriksi jalan nafas dengan prinsip latihan bernafas
dangkal (Adha, 2013). Tujuan dari metode Buteyko yang sederhana dan mudah
dipraktikkan ini adalah untuk mengembalikan ke volume udara yang normal
(Vitahealth, 2005). Menurut Adha (2013) efektif dilakukannya teknik pernafasan
buteyko adalah 1 kali sehari selama 20 menit. Dan hasil dapat dilihat dalam satu
minggu. Teknik pernafasan buteyko sangat mudah diakukan dalam kegiatan sehari-
hari untuk melakukan pola pernafasan yang benar, manfaat yang dirasakan adalah
mengurangi pernafasan pada dada atas, meringankan gejala asma, berhenti batuk
dan mengi, meredakan sesak pada dada, tidur lebih nyenyak, mengurangi
ketergantungan pada obat- obatan, mengurangi reaksi alergi dan meningkatkan
kualitas hidup.
4. EFEK SAMPING
5. KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai