Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang


ditandai adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan
timbul terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran
pernapasan. Penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di hampir
semua negara di dunia, diderita oleh anak-anak sampai dewasa dengan derajat
penyakit dari ringan sampai berat, bahkan beberapa kasus menyebabkan kematian
(Astriani, 2020).
Penyakit asma merupakan masalah kesehatan dunia yang terjangkit di negara
maju dan juga di negara berkembang. Menurut data dari WHO diperkirakan
sebanyak 300 juta orang di dunia terkena penyakit asma. Terdapat sekitar 250.000
kematian yang disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah
terbanyak di negara dengan ekonomi rendah- sedang. Prevalensi asma terus
mengalami peningkatan terutama di negara- negara berkembang akibat perubahan
gaya hidup dan peningkatan polusiudara (Ditjen Yankes, 2018).
Penyakit asma telah mempengaruhi lebih dari 5 % penduduk dunia, dan
beberapa indikator telah menunjukkan bahwa prevalensinya terus menerus
meningkat. World Health Organization (WHO) bekerja sama dengan Global
Asthma Network (GAN) memprediksikan saat ini jumlah pasien asma didunia
mencapai 334 juta orang, diperkirakan angka ini akan terus mengalami peningkatan
sebanya 400 juta orang pada tahun 2025 dan terdapat 250 ribu kematian akibat
asma termasuk anak-anak (GAN, 2018).
Tanda serta gejala pada kondisi asma di tandai dengan adanya sesak napas
dimana penderita sulit berbicara sempurna,sulit beraktifitas,mudah lelah serta dada
terasa sesak, bernafas dengan cara berusaha, leher dan tulang rusuk bergerak ke
dalam dengan bernafas, bernafas tidak nyaman, nafas cepat, batuk di siang dan
malam hari, juga mengi. Warna bibir abu-abu atau biru, jari telunjuk biru atau abu-
abu merupakan salah satu penyebab kekurangan oksigen (Maria et al., 2019).
Intervensi secara farmakologis maupun non farmakologis penting diberikan
pada pasien asma untuk mencegah perburukan penyakit dan untuk meningkatkan
kualitas hidup pada pasien asma. Intervensi non farmakologis yang sederhana tetapi
memberikan manfaat besar pada pasien salah satunya adalah dengan relaksasi
pernapasan. Teknik pelaksanaan relaksasi pernapasan dapat bermacam-macam,
salah satunya adalah dengan meniup balon (Tunik, 2017).
Menurut penelitian yang dilakukan Royani (2017) latihan relaksasi dengan
1
menggunakan balloon blowing (meniup balon) dapat membantu otot intracosta,
mengelevasikan otot diafragma dan kosta. Sehingga memungkinkan paru untuk
menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam paru. Meniup balon
sangat efektif untuk membantu ekspansi paru, peningkatan ventilasi alveoli dapat
meningkatkan suplai oksigen, ehingga dapat dijadikan sebagai terapi dalam
meningkatkan saturasi oksigen, selain itu ballon blowing sangat penting dalam
meningkatkan kekuatan otot nafas. Tehnik pernafasan blowing ballon berguna
untuk meminimalkan ketergantungan penderita pada obat-obatan atau tindakan
medikasi lain,selain itu tehnik pernafasan ini juga dapat memperbaiki fungsi paru
dalam mendapatkan oksigen yang cukup dan mengurangi hiperventilasi paru
(Suharno et al., 2020).
Metode ini memiliki ciri khusus yang lebih memfokuskan pada penurunan
frekuensi pernafasan. Penderita asma akan mengalami hiperventilasi yang dapat
menyebabkan kadar karbondioksida pasien rendah yang akan mengakibatkan
oksigenasi penderita berkurang, frekuensi nafas yang optimal dengan adanya
penurunan fungsi pernafasan membawa kadar oksigen pada kadar normal,sehinga
oksigenasi pasien menjadi normal (Junaidin et al., 2019).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dirumuskan masalah apakah ada
pengaruh terapi blowing ballon terhadap anak yang menderita penyakit asma?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui referensi terbaru terapi blowing
ballon untuk mengurangi sesak nafas terhadap anak yang menderita
penyakit asma.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi pengaruh terapi blowing ballon untuk mengurangi
sesak nafas terhadap anak yang menderita penyakit asma.
2. Menganalisis pengaruh terapi blowing ballon untuk mengurangi sesak
nafas terhadap anak yang menderita penyakit asma.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Penulisan ini diharapkan sebagai pengetahuan dan kemampuan perawat
tentang terapi blowing ballon untuk mengurangi sesak nafas terhadap anak
yang menderita penyakit asma.
1.4.2 Bagi Responden
Penulisan ini diharapkan sebagai peningkatkan kualitas hidup dan
meminimalkan ketergantungan obat-obatan atau tindakan medikasi
lainnya.
1.4.3 Bagi Rumah Sakit
Penulisan ini diharapkan sebagai intervensi terbaru bagi rumah sakit untuk
meningkatkan pelayanan dalam melakukan intervensi terapi blowing
ballon untuk mengurangi sesak nafas terhadap anak yang menderita
penyakit asma.
1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini diharapkan sebagai referensi terbaru bagi institusi pendidikan
dalam melakukan intervensi terapi blowing ballon untuk mengurangi sesak
nafas terhadap anak yang menderita penyakit asma.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Asma

Asma adalah kondisi paru-paru umum yang menyebabkan kesulitan bernapas.


Ini sering dimulai pada masa kanak-kanak, meskipun juga dapat berkembang pada
orang dewasa, dan mempengaruhi orang-orang dari segala usia. Asma disebabkan
oleh pembengkakan dan penyempitan tabung yang membawa udara ke dan dari
paru-paru (WHO, 2020).
Asma merupakan suatu penyakit dengan adanya penyempitan saluran
pernapasan yang berhubungan dengan tanggap reaksi yang meningkat dari trakea
dan bronkus berupa hiperaktivitas otot polos dan inflamasi, hipersekresi mukus,
edema dinding saluran pernapasan dan inflamasi yang disebabkan berbagai macam
rangsangan (Firdaus, 2019).
Dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa asma adalah suatu penyakit
sistem pernafasan yang disebabkan karena adanya penyempitan pada saluran
pernafasan sehingga menyebabkan terjadinya kesulitan saat bernafas.

2.2 Etiologi
Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma diketahui dengan
pasti penyebabnya, akan tetapi hanya menunjukkan dasar gejala asma yang
inflamasi dan respon saluran nafas berlebihan.
Sebagai pemicu timbulnya serangan-serangan dapat berupa infeksi (infeksi
virus RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, sisa-
sisa serangga mati, bulu binatang, bau asap), kegiatan fisik (olahraga berat,
kecapekan, tertawa terbahak-bahak), dan emosi. (Firdaus, 2019).

2.3 Patofisiologi
Proses terjadinya asma diawali dengan berbagai faktor pencetus seperti
allergen, stress, cuaca, dan berbagai macam faktor pencetus lain. Adanya faktor
pencetus menyebabkan antigen yang terikat Imunoglobulin E pada permukaan sel
basofil mengeluarkan mediator berupa histamin sehingga terjadi peningkatan
permiabilitas kapiler dan terjadinya edema mukosa. Adanya edema menyebabkan
produksi sekret meningkat dan terjadi kontriksi otot polos. Adanya obstruksi pada
jalan nafas menyebabkan respon tubuh berupa spasme otot polos dan peningkatan
sekresi kelenjar bronkus.
Otot polos yang spasme menyebabkan terjadi penyempitan proksimal dari
bronkus pada tahap ekspirasi dan inspirasi sehingga timbul adanya tanda dan gejala
berupa mukus berlebih, batuk, wheezing, dan sesak nafas. Keluhan tersebut
merupakan bentuk adanya hambatan dalam proses respirasi sehingga tekanan
partial oksigen di alveoli menurun. Adanya penyempitan atau obstruksi jalan nafas
meningkatkan kerja otot pernafasan sehingga penderita asma mengalami masalah
ketidakefektifan pola nafas. Peningkatan kerja otot pernafasan menurunkan nafsu
makan sehingga memunculkan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh.
Asma di akibatkan oleh beberapa faktor pencetus yang berikatan dengan
Imunoglobulin E (IgE) pada permukaan sel basofil yang menyebabkan degranulasi
sel mastocyte. Akibat degranulasi tersebut mediator mengeluarkan histamin yang
menyebabkan kontriksi otot polos meningkat dan juga konsentrasi O2 dalam darah
menurun, Apabila konsentrasi O2 dalam darah menurun maka terjadi hipoksemia.
Adanya hipoksemia juga menyebabkan gangguan pertukaran gas dan gelisah yang
menyebabkan ansietas. Selain itu, akibat berkurangnya suplai darah dan oksigen ke
jantung terjadi penurunan cardiac output yang menyebabkan penurunan curah
jantung. Penurunan cardiac output tersebut dapat menurunkan tekanan darah dan
menimbulkan gejala kelemahan dan keletihan sehingga timbul intoleransi
aktivitas (Nurarif dan Kusuma, 2015).

2.4 Klasifikasi Asma


Asma dibagi manjadi dua tipe yaitu:
1. Asma Tipe Atopik (Ekstrintik)
Asma yang dijumpai pada 70-80% penderita asma dan dipicu oleh
reaksi alergi terhadap alergen seperti debu dan lainnya. Pasien asma atopik
mungkin datang dengan riwayat terlebih dulu sudah mengalami gangguan
atopik (alergi terhadap obat-obatan atau makanan) sebelum mengalami sesak
nafas yang dirangsang terutama oleh stimulus fisik (udara dingin, bau bauan)
yang mencurigakan sebagai asma (Mahardika, 2019).
2. Asma Tipe Non-Atopik (Instrintik)
Asma nonalergik (asma instrintik) adalah asma yang dicetuskan oleh
faktor yang tidak berhubungan dengan alergik. Ditandai oleh obstruksi dan
inflamasi jalan nafas yang sekurang-kurangnya reversible secara parsial
terhadap pemberian obat, namun gejala dari asma tipe ini tidak terkait dengan
alergi. Gejalanya sama seperti asma atopik (batuk, mengi, sesak dada), tetapi
asma atopik dicetuskan oleh faktor lain seperti udara dingin atau udara kering,
hiperventilasi, asap. Asma non atopik terjadi akibat beberapa faktor pencetus
seperti infeksi saluran pernafasan bagian atas, olahraga atau kegiatan jasmani
yang berat, dan tekanan jiwa atau stres psikologis (Mahardika, 2019).

2.5 Manifestasi Klinis Asma


Menurut Maria (2019) serangan asma sering terjadi pada tengah
malam dengan batuk-batuk kering tanpa sputum. Penderita serta orang
disekitarnya akan mendengar suara napas mengi. Penderita juga merasakan
adanya kontriksi di dalam dadanya. Setelah beberapa jam kemudian, meskipun
tanpa pengobatan, penderita akan mengeluarkan sputum dan serangan akan
berhenti. Warna sputum tampak keputih-putihan dengan bentuk spiral yang
bercabang-cabang dan banyak mengandung eosinofil.
Salah satu komplikasi asma adalah adanya pneumonia. Pneumonia akan
cepat diketahui jika asma tersebut disertai dengan adanya demam tinggi.
Gejala-gejala seperti ini tidak akan menghilang begitu saja, bahkan bisa jadi
tambah parah. Pada kondisi seperti ini, penderita menjadi sangat gelisah, napas
sangat sesak, pucat dan sianosis. Nadi juga berdenyut cepat dan dapat hilang
saat inspirasi.
Saat asma menyerang, otot pernapasan pembantu juga akan terasa lebih
aktif, dan penderita merasakan sesak. Apabila dilakukan pemeriksaan, dada
tampak mengembang, perkusi paru hipersonor, diafragma terletak sangat
rendah dan hampir tidak bergerak saat terjadi pernafasan. Pada penderita asma
yang sangat berat, bising napas tidak terdengar. Ini merupakan satu tanda
bahaya karena penderita telah sampai pada kondisi yang disebut status
asmatikus (Maria, 2019).

2.6 Komplikasi Asma


Adapun komplikasi yang dapat terjadi pada pasien dengan pola nafas tidak
efektif menurut Astriani (2020) yaitu :
1. Hipoksemia
2. Hipoksia
3. Gagal Nafas
4. Perubahan pola napas
2.7 Penatalaksanaan Asma
Penatalaksanaan pada pasien asma dibagi menjadi penatalaksanaan
farmakologis dan nonfarmakologis.
1. Terapi farmakologis :
Berdasarkan penggunaannya, maka obat asma di bagi menjadi 2
golongan yaitu pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala asma,
dan pengobatan cepat (quick-relief medication) untuk mengatasi serangan
akut asma. Beberapa obat yang digunakan untuk pengobatan jangka
panjang antara lain : inhalasi steroid, β2 agonis aksi panjang. Sedangkan
untuk pengobatan cepat sering digunakan suatu bronkodilator β2 agonis
aksi cepat, antikolinergik, Kortikosteroid oral.
2. Terapi Nonfarmakologi
a. Menghindari Faktor Pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asma yang ada
pada lingkungannya, diajarkan cara menghindari dan mengurangi
faktor pencetus, termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
b. Fisioterapi
Dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat
dilakukan dengan postural drainase, perkusi, dan fibrasi dada.
c. Relaksasi pernapasan
Latihan relaksasi pernapasan dengan menggunakan balloon
blowing (meniup balon) dapat membantu otot intracosta,
mengelevasikan otot diafragma dan kosta. Sehingga memungkinkan
paru untuk menyerap oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dalam
paru. Meniup balon sangat efektif untuk membantu ekspansi paru,
peningkatan ventilasi alveoli dapat meningkatkan suplai oksigen,
ehingga dapat dijadikan sebagai terapi dalam meningkatkan saturasi
oksigen, selain itu ballon blowing sangat penting dalam meningkatkan
kekuatan otot nafas (Irfan, 2019).
2.8 Standart Operasional Prosedure Ballon Blowing
Definisi Relaksasi pernapasan dengan Balloon blowing atau latihan
pernapasan dengan meniup balon merupakan salah satu
latihan relaksasi pernapasan dengan menghirup udara melalui
hidung dan mengeluarkan udara melalui mulut kedalam balon
Tujuan 1. Memberikan informasi kepada pasien yang
mengalami gangguan pernapasan untuk melakukan
relaksasi pernapasan
2. Membantu pasien gangguan pernapasan mencegah
terjadinya perburukan penyakit
Manfaat 1. Meningkatkan volume ekspirasi maksimal
2. Memperbaiki gangguan sistem saraf pasien dengan
perokok
3. Menguatkan otot pernapasan
4. Memperbaiki transport oksigen
5. Menginduksi pola napas lambat dan dalam
6. Memperpanjang ekshalasi dan meningkatkan tekanan
jalan napas selama ekspirasi
7. Mengurangi jumlah udara yang terjebak dalam paru-paru
8. Mencegah terjadinya kolaps paru
Persiapan Alat 1. 3 buah balon
2. Jam
Persiapan Pasien 1. Atur posisi pasien senyaman mungkin, jika pasien mampu
untuk berdiri maka lakukan sambil berdiri (karena dengan
posisi berdiri tegak lebih meningkatkan kapasitas paru
dibandingkan dengan posisi duduk)
2. Jika pasien melakukan dengan posisi tidur maka tekuk
kaki pasien atau menginjak tempat tidur (posisi supinasi),
dan posisi badan lurus atau tidak memakai bantal

Pelaksanaan 1. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin


2. Rilekskan tubuh, tangan dan kaki (motivasi dan anjurkan
pasien untuk rileks)
3. Siapkan balon /pegang balon dengan kedua tangan, atau
satu tangan memegang balon tangan yang lain rilek
disamping kepala
4. Tarik napas secara maksimal melalui hidung (3-4 detik),
ditahan selama 2-3 detik kemudian tiupkan ke dalam
balon secara maksimal selama 5-8 detik (balon
mengembang)
5. Tutup balon dengan jari-jari
6. Tarik napas sekali lagi secara maksimal dan tiupkan lagi
kedalam balon (ulangi prosedur nomor 5).
7. Lakukan 3 kali dalam 1 set latihan
8. Istirahat selama 1 menit untuk mencegah kelemahan otot
9. Sambil istirahat tutup balon/ikat balon yang telah
mengembang
10. Ambil balon berikutnya dan ulangi prosedur nomor 5
11. Lakukan 3 set latihan setiap sesion (meniup 3 balon)
12. Hentikan latihan jika terjadi pusing atau nyeri dada.
Evaluasi 1. Pasien mampu mengembangkan balon
2. Perasaan merasakan otot-otot pernapasan rilek
3. Pasien rilek, tenang dan dapat mengatur pernapasan
4. Pertukaran gas dalam paru baik dengan peningkatan
saturasi oksigen

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Spirometer : dilakukan sebelum dan sesudah bronkodilator hirup
(nebulizer/inhaler)
2. Sputum : eosinofil meningkat
3. Eosinofil darah meningkat.
4. Uji kulit
5. Rongent dada yaitu patologis paru/komplikasi asma
6. AGD : terjadi pada asma berat pada fase awal terjadi hipoksemia dan
hipokapnia (PCO2 turun) kemudian fase lanjut normokapnia dan
hiperkapnia (PCO2 naik)
7. Foto dada AP dan lateral. Hiperinflasi paru, diameter anteroposterior
membesar pada foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang tersebar
(Suharno, 2020).
BAB III
PEMBAHASAN

NO SUMBER JURNAL / TUJUAN METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN


PENULIS DAN TEMPAT PENELITIAN DAN JENIS INSTRUMEN
PUBLIKASI

1. M. Zul’ Irfan, Dewi Untuk membandingan Desain penelitian yang Hasil penelitian setelah Latihan napas Buteyko
Elizadiani Suza, Nunung latihan napas Buteyko digunakan adalah quasi dan latihan Blowing Balloons dilakukan dua kali
Febriany Sitepu. dengan latihan Blowing experimental dengan metode sehari selama dua minggu didapatkan hasil uji
Perbandingan Latihan Napas Balloons terhadap pretest dan posttest dua wilcoxon sign rank test latihan napas Buteyko dan
Buteyko Dan Latihan perubahan arus puncak kelompok. Sampel penelitian latihan Blowing Balloons dengan nilai p= 0,00.
Blowing Balloons Terhadap ekspirasi pada pasien sebanyak 70 responden Hasil uji mann withney menunjukkan tidak
Perubahan Arus Puncak asma. kelompok terdiri 2 kelompok terdapat perbedaan mean rank skor asthma control
Ekspirasi Pada Pasien Asma. yaitu 35 responden kelompok test. pada latihan napas Buteyko dan latihan
Volume 3 No 2, Hal 93 - Latihan napas Buteyko dan 35 Blowing Balloons p = 0,21. Dari hasil pengukuran
100, Agustus 2019 responden kelompok latihan nilai arus puncak ekspirasi terdapat perbedaan
Blowing Balloons dengan teknik yang signifikan dengan nilai p = 0,00 pada latihan
simple random sampling. napas Buteyko dan latihan Blowing Balloons pada
pasien asma.

2. Evi Royani. Pengaruh Terapi Untuk mengetahui Jenis penelitian pre-eksperimen Hasil penelitian didapatkan berdasarkan
Aktivitas Bermain Meniup pengaruh terapi dengan rancangan penelitian one perubahan fungsi paru anak dengan asma sebelum
Balon Terhadap Perubahan aktivitas bermain group pre test and post test dilakukan terapi meniup balon didapatkan
Fungsi Paru Pada Anak Dengan meniup balon terhadap design dengan menggunakan distribusi frekuensi responden yang fungsi
Asma Di Rumah Sakit Islam
perubahan fungsi paru alat bantu berupa peak flow parunya kurang baik sebanyak 30 responden
Siti Khodijah Palembang.
Volume 5, Nomor 1, Juni 2017
anak dengan asmadi meter dan balon. Populasi (100%), dan setelah dilakukan terapi meniup

10
Rumah Sakit Islam Siti dalam penelitian ini adalah balon didapatkan distribusi frekuensi responden
Khadijah Palembang semua anak yang menderita yang fungsi parunya baik sebanyak 18 responden
tahun 2015. asma yang di rawat di Rumah (60%) dan responden yang fungsi parunya kurang
Sakit Islam Siti Khadijah baik sebanyak 12 responden (40%). Ada
Palembang pada bulan April dan perbedaan antara perubahan fungsi paru anak
Mei tahun 2015 dengan jumlah dengan asma sebelum dilakukan terapi meniup
sampel sebanyak 30 responden balon dan setelah dilakukan terapi meniup balon
yang didapat secara accidental di Rumah Sakit Islam Siti Khadijah Palembang
sampling. tahun 2015 dengan nilai p value = 0,000 < 0,05.
Saran penelitian diharapkan kepada petugas
kesehatan dapat membantu pasien dalam
meningkatkan fungsi paru anak salah satunya
dengan menggunakan terapi bermain meniup
balon.

3. Putra Agina Widyaswara Untuk mengetahui Observasi deskriptif dengan Hasil penelitian didapatkan berdasarkan analisis
Suwaryo, Selfa Yunita, efektifitas pemberian pendekatan studi kasus. Subyek pada studi kasusb yang sudah dilakukan kepada 3
Barkah Waladani, Aprilia terapi blowing ballon dalam penelitian ini yaitu 3 pasien didapatkan bahwa terapi blowing ballon
Safaroni. Studi Kasus: Terapi pada pasien asma pasien yang menderita asma efektif mengurangi sesak nafas pada pasien asma
Blowing Ballon Untuk dengan diagnosa dengan usia 13-50 tahun, yang dilakukan selama 5 hari, dengan frekuensi 20
Mengurangi Sesak Nafas ketidakefektifan pola menderita asma lebih dari 3 menit tiap terapi. Rata-rata penurunan frekuensi
Pada Pasien Asma. Volume nafas. bulan, frekuensi kekambuhan ≤ pernapasan dalam rentang 21-23 kali/menit dan
2, Nomor 2, Agustus 2021 2 kali/minggu dan bersedia sesak nafas berkurang. Terapi tersebut bisa
menjadi responden. Terapi digunakan sebagai terapi alternatif non
dilakukan sebanyak 5 kali. Studi farmakologi yang bisa dilakukan secara mandiri
dilakukan selama 2 minggu pada dirumah untuk mengurangi sesak nafas dan
bulan Februari 2021. kekambuhan asma.

4. Warti Ningsih, Lestyani, Untuk menganalisis Desain yang digunakan adalah Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluhkan
Mardatul Muffatahah. Bantuan bantuan ventilasi studi kasus deskriptif. sesak napas, auskultasi napas whezing, irama
Ventilasi Dengan Teknik dengan teknik Instrument yang digunakan pernapasan takipnea, frekuensi pernapasan 26
Pernapasan Tiup Balon Dalam pernapasan tiup balon adalah format pengkajian x/menit, tampak retraksi dinding dada, tampak
Meningkatkan Status dalam meningkatkan Keperawatan Medikal Bedah, pernapasan cuping hidung, tidak tampak
Pernapasan Pada Asuhan status pernapasan pada lembar observasi klien dan SOP penggunaan otot bantu pernapasan. Diagnosis
Keperawatan Asma Bronkial. asuhan keperawatan teknik pernapasan tiup balon. keperawatan ketidakefektifan pola napas
Vol. 9 No.1 (2019) asma bronkial. berhubugan dengan hiperventilasi. Tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah teknik
pernapasan tiup balon. Hasil evaluasi menunjukan
latihan tiup balon dapat meningkatkan status
pernapasan dari delapan indikator keberhasilan
telah tercapai tujuh indikator.

5. Sri Sumartini*, Budi untuk mengetahui Desain yang digunakan dalam Hasil penelitian menunjukkan p-value 0,000 pada
Somantri, Tirta Adikusuma pengaruh terapi penelitian ini adalah Quasy kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan
Suparto, Septian Andriyani, bermain meniup balon Experiment, dengan pendekatan nilai (p value = 0,000, = 0,005), jadi semua
Sehabudin Salasa. The Effect terhadap perubahan pretest-posttest with control berpengaruh tetapi pada kelompok intervensi lebih
of Playing Blowing Balloon fungsi paru pada anak group design. Jumlah sampel berpengaruh karena responden pada kelompok
Therapy to Changes in Lung prasekolah 3-5 tahun yang diambil adalah 38 intervensi semua responden berubah. Terdapat
Function in Preschool penderita asma. responden anak prasekolah 3-5 pengaruh yang signifikan terapi bermain meniup
Children (3–5 Years Old) tahun penderita asma di ruang balon terhadap perubahan fungsi paru pada anak
with Asthma. Advances in salak RSUD TK. II Dustira prasekolah 3-5 tahun penderita asma.
Health Sciences Research, Cimahi. Pengambilan sampel
volume 21. dengan teknik consecutive
sampling.
3.1 Fakta
Berdasarkan literature 5 jurnal yang didapatkan bahwasanya untuk
mencegah perburukan penyakit dan untuk meningkatkan kualitas hidup pada
pasien anak yang menderita penyakit asma. Maka salah satu terapi yang bisa
dilakukan yaitu latihan relaksasi dengan menggunakan balloon blowing (meniup
balon) yang dapat membantu otot intracosta, mengelevasikan otot diafragma.
Sehingga memungkinkan paru untuk menyerap oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida dalam paru.

Dan juga berdasarkan fakta yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah
Pasirian beberapa anak yang mengalami sesak napas dilakukan terapi pemberian
oksigen dan pengaturan posisi pada anak yang mengalami asma untuk mengurangi
sesak napas tersebut.

3.2 Teori

Pengobatan asma bertujuan menjadikan keadaan asma dapat dikontrol.


Asma yang dapat dikontrol yaitu keadaan asma yang tanpa gejala seperti, tidak ada
gangguan tidur, tidak ada serangan asma malam hari, tidak ada keterbatasan
aktivitas, tidak menggunakan obatobatan, keadaan tersebut dapat di peroleh apabila
di lakukan pengobatan secara optimal (Mahardika, 2021).

Tehnik pernafasan blowing ballon merupakan tehnik pernafasan alami


yang bertujuan untuk mengurangi klinis dan memperbaiki tingkat keperahan asma
pada penderita. Tehnik pernafasan blowing ballon tersebut tidak hanya dilakukan
pada penyakit asma tetapi juga bisa dilakukan pada pasien yang mengalami
gangguan pernapasan seperti pada pasien yang memiliki riwayat penyakit
Pneumonia, TBC dan PPOK sehingga berguna untuk meminimalkan
ketergantungan penderita pada obat-obat an atau tindakan medikasi lain, selain itu
tehnik pernafasan ini juga dapat memperbaiki fungsi paru dalam mendapatkan
oksigen yang cukup dan mengurangi hiperventilasi paru (Suharno et al., 2020).
Latihan meniup balon berguna untuk mencegah terjadinya sesak napas dan
kelemahan oksigen yang masuk ke dalam tubuh yang dapat menyediakan energi
untuk sel dan otot dengan mengeluarkan karbon dioksida. Pengaruh terapi meniup
balon ini terdapat perubahan fungsi paru sebelum dan sesudah dilakukan tindakan
meniup balon. Hal ini dinyatakan bahwa terapi tiup balon ditujukan pada pasien
yang mengalami gangguan pada sistem pernapasan khususnya asma, agar fungsi
paru meningkat dan menjadi normal. Tindakan terapi blowing ballon dilakukan
sebanyak 3 kali, dengan lama waktu 20 menit setiap kali terapi. Sebelum dan

13
sesudah terapi dilakukan monitoring dan pengukuran frekuensi pernapasan.
(Josphine, 2018; Kizilcik et al., 2021).
Terapi meniup balon bila dilakukan dengan teratur sangat efektifitas untuk
penderita asma dikarenakan akan dapat meningkatkan efisiensi sistem pernapasan
baik ventilasi, difusi maupun perfusi, kapasitas difusi seseorang akan lebih besar
apabila sering dilakukan latihan meniup balon dan berbeda dengan orang yang
tidak terlatih anatara lain disebabkan efektifnya “capillary bed” diparenkim paru
sehingga area untuk berdifusi menjadi luas. Ada beberapa manfaat teknik meniup
bulan diantaranya memperbaiki fungsi paru, memberikan efek relaksasi pada
syaraf neuromuskular, meniup balon terdapat peningkatan tekanan meniup dan
penggunaan otot respirasi ketika memasukkan udara kedalam balon. Sehingga
dalam melakukan aktivitas relaksasi pernapasan dengan cara meniup balon akan
meningkatkan fungsi paru dengan ditujukan adanya peningkatan saturasi oksigen
atau peningkatan arus puncak respirasi (Rahayu et al., 2021).

14
3.3 Opini
Menurut pendapat kelompok kami penggunaan terapi blowing ballon
adalah salah satu bentuk relaksasi pernapasan yang sangat efektif untuk
menurunkan sesak napas pada anak yang menderita asma. Karena dapat
meningkatkan kekuatan otot pernapasan pada anak dan fungsi paru akan meningkat.
sehingga terapi blowing ballon sangat mudah dilakukan semua orang meskipun
orang awam maupun yang terpelajar, dan juga tidak memerlukan biaya yang tinggi
untuk sarana prasarana seperti balon. Karena balon mudah didapat dan mereka bisa
memilih warna yang menarik atau warna kesukaannya. Sehingga membuat anak-
anak tertarik dalam melakukan terapi blowing ballon tersebut.

3.4 Rekomendasi
Ada beberapa rekomendasi pendapat dari kelompok kami yaitu antara lain :
1. Rumah sakit sebagai pemegang serta pembuat kebijakan hendaknya perlu
memberikan kesempatan kepada perawat untuk dapat menerapkan dan
menjadikan terapi blowing ballon sebagai managemen non farmakologi
untuk mengurangi sesak pada anak yang mengalami asma.
2. Penataan ruang rawat dan program bermain di rumah sakit
Mempersiapkan sarana unit perawatan anak dengan perabotan yang
berwarna-warni, dekorasi ruangan yang menarik dan familiar pada anak
sehingga anak dapat melakukan relaksasi.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan

Asma adalah penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang


ditandai adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di dada yang berulang dan timbul
terutama pada malam atau menjelang pagi akibat penyumbatan saluran pernapasan.
Tehnik pernafasan blowing ballon merupakan tehnik pernafasan alami yang
bertujuan untuk mengurangi klinis dan memperbaiki tingkat keperahan asma pada
penderita. Latihan meniup balon berguna untuk mencegah terjadinya sesak napas dan
kelemahan oksigen yang masuk ke dalam tubuh yang dapat menyediakan energi
untuk sel dan otot dengan mengeluarkan karbon dioksida.
Beberapa manfaat teknik meniup bulan diantaranya memperbaiki fungsi paru,
memberikan efek relaksasi pada syaraf neuromuskular, meniup balon terdapat
peningkatan tekanan meniup dan penggunaan otot respirasi ketika memasukkan
udara kedalam balon. Sehingga dalam melakukan aktivitas relaksasi pernapasan
dengan cara meniup balon akan meningkatkan fungsi paru dengan ditujukan adanya
peningkatan saturasi oksigen.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan mahasiswa, serta dapat mengaplikasikan tentang pengaruh terapi
blowing ballon untuk mengurangi sesak nafas terhadap anak yang menderita
penyakit asma.
4.2.2 Bagi Responden
Diharapkan bagi responden yaitu dengan adanya terapi blowing ballon dapat
dilakukan dengan mudah sehingga dapat mengurangi sesak nafas terhadap anak
yang menderita penyakit asma.
4.2.3 Bagi Rumah Sakit
Hasil dari makalah ini hendaknya dapat diterapkan dan dijadikan managemen non
farmakologi terapi blowing ballon sehingga dapat mengurangi sesak pada anak
yang mengalami asma.
4.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Hasil dari makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan atau materi pembelajaran
baik kalangan mahasiswa pendidikan sarjana maupun profesi agar dapat
diterapkan dilahan tentang terapi blowing ballon untuk mengurangi sesak nafas
terhadap anak yang menderita penyakit asma.
DAFTAR PUSTAKA

Astriani, N. M. D. Y., Ariana, P. A., Dewi, P. I. S., Heri, M., & Cita, E. E. (2020). PKM:
Pelatihan Relaksasi Nafas Ballon Blowing Untuk Meningkatkan Saturasi Oksigen
Pada Warga Desa Bungkulan Singaraja. VIVABIO: Jurnal
Pengabdian
Multidisiplin, 2(2), 1. https://doi.org/10.35799/vivabio.2.2.2020.30279
Firdaus, S., Ehwan, M. M., & Rachmadi, A. (2019). Efektivitas Pemberian Oksigen
Posisi Semi Fowler Dan Fowler Terhadap Perubahan Saturasi Pada Pasien Asma
Bronkial Persisten Ringan. JKEP. https://doi.org/10.32668/jkep.v4i1.278
Irfan Zul M, D. E. S. N. F. S. (2019). Perbandingan Latihan Napas Buteyko Dan Latihan
Blowing Balloons Terhadap Perubahan Arus. Persatuan Perawat Indonesia, 3(2),
93–100.
Junaidin, J., Syam, Y., & Irwan, A. M. (2019).Pengaruh Pursed Lip Breathing Dan
Meniup Balon Terhadap Kekuatan Otot Pernapasan, Saturasi Oksigen Dan
Respiratory Rate Pada Pasien Ppok. Jurnal Ilmiah Keperawatan (Scientific
Journal of Nursing), 5(1), 31–39.
Jorida, F., & Akshay, C. (2017). Effects of Hemibridge with Ball and Balloon Exercise on
Forced Expiratory Volume and Pain in Patients with Chronic Low Back Pain: An
Experimental Study. International Journal of Medical Research & Health
Sciences, 6(8), 47–52.
Josphine, H. (2018). Effectiveness of Balloon Blowing Exercise on Respiratory status
among patients with Chronic Obstructive Pulmonary Disease at a Selected
Private Hospital, Coimbatore. Konganadu College of Nursing.
Kizilcik, Z., Yanik, F., Unver, S., & Yildiz, U. (2021). The Effect of Balloon-Blowing
Exercise on Postoperative Pulmonary Functions in Patients Undergoing Total Hip
Arthroplasty. Orthopaedic Nursing, 40(3), 182–188.
Kowalski, M. L., Agache, I., Bavbek, S., Bakirtas, A., Blanca, M., Bochenek, G., Bonini,
M., Heffler, E., Klimek, L., Laidlaw, T. M., Mullol, J., NiżankowskaMogilnicka,
E., Park, H. S., Sanak, M., Sanchez-Borges, M., Sanchez-Garcia, S., Scadding, G.,
Taniguchi, M., Torres, M. J., Wardzyńska, A. (2019). Diagnosis and management
of NSAID-Exacerbated Respiratory Disease (N-ERD)—a EAACI position paper.
Allergy: European Journal of Allergy and Clinical Immunology.
https://doi.org/10.1111/all.13599
Lakshmi, S., Rani, S., & Brundha, M. (2020). Blow the balloon for the ease - A
crosssectional study on wheezing patients. Drug Invention Today, 14(2), 264–267.
Mahardika, I. G. A. (2021). Pengaruh relaksasi nafas dalam dengan teknik balloon
blowing terhadap peningkatan saturasi oksigen pasien dengan ppok di rs x
Denpasar. STIKES Bina Usada Bali.
Malarvizhi, D., & Anandakrishnan, G. (2019). Effect of Incentive Spirometry and
Balloon Exercises to Improve Pulmonary Function for Type 2 Diabetes. Indian
Journal of Public Health Research & Development, 10(4), 1254–1259.
Maria, I., Hasaini, A., & Agianto. (2019). The Effect of Semi Fowler Position on The
Stability of Breathing among Asthma Patients at Ratu Zalecha Hospital
Martapura. https://doi.org/10.2991/icosihsn19.2019.52
Rahayu, A., Wahyuni, D., & Rahmawati, F. (2021). Pengaruh breathing relaxation
dengan teknik balloon blowing terhadap perubahan kualitas hidup penderita
penyakit paru obstruktif kronis. Universitas Sriwijaya.
Suharno, M. D., Sudiana, I. K., K, N. D., & Bakar, A. (2020). The Effectiveness of
Ballon Blowing Exercise on Increasing Expiratory Forced Volume Value in 1
Second ( FEV1 ) and Oxygen Saturation among COPD patients. International
Journal of Nursing and Health Services (IJNHS), 3(4), 513–519.
Tunik, Rahayu, N., & Edi, Y. (2020). Pengaruh Breathing Relaxation Dengan Teknik
Balloon Blowing Terhadap Saturasi Oksigen Pasien PPOK Anxiety, Depression
and Coping Mechanism of Nursing During the Times of Covid-19 Pandemic In
Trenggalek. 9(2), 193–199
19

Anda mungkin juga menyukai