Anda di halaman 1dari 11

Makalah

PENYAKIT ASMA

DISUSUN OLEH :
MOH.ZULARIF LIMONU

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS GORONTALO
TAHUN 2017/18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pernapasan atau respirasi adalah proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran
karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas
menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Sistem pernapasan pada dasarnya dibentuk oleh jalan atau saluran napas dan paru-paru
beserta pembungkusnya (pleura) dan rongga dada yang melindunginya.
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen per hari. Dalam keadaan tubuh
bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali dan
bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Namun dalam pernapasan juga dapat mengalami
gangguan atau kelainan salah satunya yang kita kenal dengan penyakit asma.
Asma adalah penyakit yang ditandai dengan penyempitan saluran napas sehingga
penderita mengalami keluhan sesak napas atau kesulitan bernapas. Tingkat keparahan
asma ditentukan dengan mengukur kemampuan paru dalam menyimpan oksigen. Asma
merupakan penyakit yang tidak bisa dianggap sepele. Berdasarkan data WHO tahun
2006, sebanyak 300 juta orang menderita asma dan 225 ribu penderita meninggal karena
asma di seluruh dunia. Angka kejadian asma 80 % terjadi di negara berkembang akibat
kemiskinan, kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan fasilitas pengobatan.
Angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma di seluruh dunia diperkirakan
akan meningkat 20 persen untuk sepuluh tahun mendatang, jika tidak terkontrol dengan
baik.
Hasil penelitian International study on asthma an alergies in childhood pada tahun 2006,
menunjukkan bahwa di Indonesia prevalensi gejala penyakit asma tidak dapat
disembuhkan, namun dalam penggunaan obat-obat yang ada saat ini hanya berfungsi
untuk menghilangkan gejala saja. Kontrol yang baik diperlukan oleh penderita untuk
terbebas dari gejala serangan asma dan bisa menjalani aktivitas hidup sehari-hari. Untuk
mengontrol gejala asma secara baik, maka penderita harus bisa merawat penyakitnya,
dengan cara mengenali lebih jauh tentang penyakit tersebut (Sundaru, 2008).
Selama asma menyerang, saluran napas akan mengalami penyempitan dan mengisinya
dengan cairan lengket yang diproduksi oleh dinding bagian dalam yang menyebabkan
jalan udara menyempit dan mengurangi aliran keluar masuknya udara ke paru-paru.
Pada asma kambuhan sering menyebabkan gangguan seperti sulit tidur, kelelahan, dan
mengurangi tingkat aktivitas sehari-hari.Asma secara relatif memang memiliki tingkat
kematian yang rendah dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya, namun demikian
sedikitnya ratusan ribu orang meninggal karena asma pada tahun 2005. Banyaknya
penderita asma yang meninggal dunia, dikarenakan oleh kontrol asma yang kurang atau
kontrol asma yang buruk (Depkes, 2008).Walaupun asma merupakan penyakit yang
dikenal luas oleh masyarakat, namun penyakit ini kurang begitu dipahami, sehingga
timbul anggapan dari sebagian perawat dan masyarakat bahwa asma merupakan
penyakit yang sederhana serta mudah diobati dan pengelolaan utamanya dengan obat-
obatan asma khususnya bronkodilator.Maka timbul kebiasaan dari dokter atau perawat
dan pasien untuk mengatasi gejala penyakit asma saja, bukannya mengelola asma secara
lengkap. Khususnya terhadap gejala sesak nafas dan mengi dengan pemakaian obat-
obatan. Pengetahuan yang terbatas tentang asma membuat penyakit ini seringkali tidak
tertangani dengan baik (Ramaiah, 2006).Berdasarkan fenomena tersebut di atas, maka
penyusun akan membahas lebih lanjut tentang penyakit asma. Sehingga masyarakat
lebih memahami tentang penyakit asma, faktor yang mempengaruhinya serta hal-hal apa
yang dilakukan untuk perawatan penyakit asma.
B.    Tujuan
Yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
a.    Agar mahasiswa mengetahui pengertian asma
b.    Agar mahasiswa mengetahui apa saja penyebab terjadinya serangan asma
c.    Agar mahasiswa mengetahui bagaimana klasifikasi dari penyakit asma
d.    Agar mahasiswa mengetahui tentang mekanisme tejadinya asma
e.    Agar mahasiswa mengetahui cara penanganan atau pengendalian penyakit asma
f.    Agar mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan asma
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Asma
Penyakit asma berasal dari kata “Asthma” yang diambil dari bahasa yunani yang berarti
“sukar bernapas”. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk yang
disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut penyakit paru-paru
kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini disebabkan karena
pengencangan dari otot sekitar saluran napas, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan
dan iritasi pada saluran napas di paru-paru. Hal lain disebut juga bahwa asma adalah
penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap
bermacam-macam stimuli yang di tandai dengan penyempitan bronkus atau bronkiolus
dan sekresi berlebih dari kelenjar di mukosa bronkus.Menurut National Asthma
Education and Prevention Program (NAEPP) pada National Institute of Health (NIH)
Amerika, asma (dalam hal ini asma bronkial) didefinisikan sebagai penyakit
radang/inflamasi kronik pada paru, yang dikarakterisir oleh adanya :

1. Penyumbatan saluran nafas yang bersifat reversible (dapat balik), baik secara
spontan maupun dengan pengobatan.
2. Peradangan pada jalan nafas.
3. Peningkatan respon jalan nafas terhadap berbagai rangsangan (hiper- responsivitas)
(NAEPP, 1997).Pada saat seseorang menderita asma terkena faktor pemicunya,
maka dinding saluran mafasnya akan menyempit dan membengkak menyebabkan
sesak napas. Kadang dinding saluran napas dilumuri oleh lendir yang lengket
sehingga dapat menyebabkan sesak napas yang lebih parah. Jika tidak dapat
ditangani dengan baik maka asma dapat menyebabkan kematian.
4. B.    Klasifikasi Penyakit Asma
1.    Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
a.    Ekstrinsik (alergik)Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh alegren
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka
yang sehat.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi.
Oleh karena itu jika ada alegren spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi
serangan asma ekstrinsik. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat
(yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Dengan kta lain Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada sel-sel batang. Peristiwa ini
terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi.
Batang-batang sel melepaskan zat kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini
adalah histamin. Dan akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi
penegangan/pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir yang dikeluarkan
jaringan lapisan sebelah dalam saluran tersebut.
b.    Intrinsik (non alergik)Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
faktor yang tidak spesifik atau tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma
jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembaban dan
suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang berlebihan. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema.Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya
kondisi ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang
kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes
mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik.
c.    Asma Campuran Asma campuran adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini
mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun bentuk idiopatik atau non alergik.
2.    Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu:
a.    Intermiten
Intermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, serangannya
biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini juga bisa muncul di malam hari dengan
intensitas sangat rendah yaitu ≤ 2x sebulan.
b.    Persisten Ringan
Persisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala
pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1 kali seminggu, tetapi kurang dari atau sama dengan 1
kali sehari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.
c.     Persisten Sedang
Persisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat. Pada tingkatan derajat asma
ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x seminggu dan hampir setiap hari. Serangannya
biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.
d.    Persisten Berat
Persisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya. Pada tingkatan derajat
asma ini, gejala yang muncul biasanya hampir setiap hari, terus menerus, dan sering kambuh.
Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas
tidur di malam hari.
B. Gejala – Gejala Penyakit Asma
Secara umum gejala penyakit asma adalah sesak napas, batuk berdahak, dan suara napas
yang berbunyi dimana serinya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang waktu subuh,
hal ini dikarenakan pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang kadarnya rendah
ketika pagi hari.Penderita asma akan mengeluhkan sesak napas karena udara pada waktu
bernapas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran napas yang sempit hal ini juga
yang menyebabkan timbulnya bunyi pada saat bernapas. Pada penderita asma,
penyempitan saluran napas yang terjadi dapat berupa pegerutan dan tertutupnya saluran
oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan dan menimbulkan batuk sebagai respon
untuk mengeluarkan dahak tersebut.Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan diluar
serangan. Artinya, pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita
(banyak batuk, sesak napas, hebat bahkan sampai tercekik) tetapi diluar serangan
penderita sehat-sehat saja. Inilah salah satu yang membedakannya dengan penyakit lain.
C. Patofisiologi Penyakit Asma
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap
benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran
napas menjadi sangat meningkat Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang
selama ekspirasi dari pada inspirasi.
Selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus.Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi.Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.Asma kronik ditandai dengan
episode dispnea yang disertai dengan bengek, tapi gambaran klinik asma beragam. Pasien dapat
mengeluhkan sempit dada, betuk atau bunyi saat bernapas. Hal ini sering terjadi saat latihan fisik
yang dapat terjadi secara spontan atau berhubungan dengan allergen tertentu. Tanda-tandanya
termasuk bunyi disaat ekspirasi dengan pemeriksaan auskultasi, batuk kering yang berulang atau
tanda atopi.Asma dapat bervariasi dari gejala harian kronik sampai gejala yang berselang.
Terdapat keparahan dan remisi berulang dan interval antar gejala mingguan, bulanan atau
tahunan. Keparahan ditentukan oleh fungsi paru-paru dan gejala sebelum terapi disamping
jumlah obat dalam mengontrol gejala. Pasien dapat menunjukkan gejala berselang ringan yang
tidak memerlukan pengobatan atau hanya penggunaan sewaktu-waktu agonis beta inhalasi.
b.    Asma Parah Akut
Asma yang tidak terkontrol dapat berlanjut menjadi akut dimana inflamasi, edema jalan udara,
akumulasi mukus yang berlebihan dan bronkospasmus parah yang menyebabkan penyempitan
jalan udara yang serius tidak responsif terhadap terapi bronkodilator biasa. Pasien mengalami
kecemasan dan mengeluhkan dispnea parah, nafas pendek, sempit dada atau rasa terbakar.
Penderita mungkin hanya dapat mengucapkan kata dalam satu napas. Gejala tidak responsif
terhadap penanganan biasa.Tanda termasuk bunyi yang terdengar dengan auskultasi saat inspirasi
dan ekspirasi, batuk kering yang berulang, takhipnea, kulit pucat atau kebiruan dan dada yang
mengembang disertai dengan retraksi interkostal dan supra klavilar. Bunyi nafas dapat hilang bila
obstruksi sangat parah.
G.    Penatalaksanaan Asma
Tujuan pengobatan asma bronkial adalah agar penderita dapat hidup normal, bebas dari serangan
asma serta memiliki faal paru senormal mungkin, mengurangi reaktifasi saluran napas,  sehingga
menurunkan angka perawatan dan angka kematian akibat asma Suatu kesalahan dalam
penatalaksanaan asma dalam jangka pendek dapat menyebabkan kematian , sedangkan jangka
panjang  dapat mengakibatkan peningkatan serangan atau terjadi obstruksi paru yang menahun.
Untuk pengobatan asma perlu diketahui juga perjalanan penyakit, pemilihan obat  yang tepat cara
untuk menghindari faktor pencetus Dalam penanganan pasien asma penting diberikan penjelasan
tentang cara penggunaan obat yang benar, pengenalan dan pengontrolan faktor alergi. Faktor
alergi banyak ditemukan dalam rumah seperti tungau debu rumah alergen  dari hewan,  jamur, 
dan alergen di luar rumah seperti zat yang berasal dari tepung sari, ja mur, polusi udara. Obat
aspirin dan anti inflamasi non steroid dapat menjadi faktor pencetus asma. Olah raga dan
peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala asma.
Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai berikut:
a.    Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan penyakitnya dan mekanisme
pengobatan yang akan dijalaninya kedepan (GINA, 2005).
b.    Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani penyakit asma. Memonitor
perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin terjadi terhadap penderita asma dengan
kondisi gejala yang dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).
c.    Menghindari Faktor Resiko
Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma adalah
menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma. Faktor resiko ini dapat berupa
makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya (GINA, 2005).
d.    Pengobatan Medis Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan berdasarkan tingkat keparahan
terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma intermitten, tidak ada pengobatan jangka
panjang. Pada penderita asma mild intermitten, menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid
inhalasi dan didukung oleh Teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate
persisten, menggunakan pilihan obat β.
Berikut penjelasan tentang obat-obat pengontrol asma :
•       Glukokortikosteroid Inhalasi
Jenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk mengurangi gejala inflamasi asma.
Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi hiperresponsive dan mengurangi gejala
asma dan meningkatkan kualitas hidup (GINA, 2005).Obat ini dapat menimbulkan kandidiasis
orofaringeal, menimbulkan iritasi pada bagian saluran napas atas dan dapat memberikan efek
sistemik, menekan kerja adrenal atau mengurangi aktivitas osteoblast (GINA, 2005).
•       Glukokortikosteroid Oral
Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan obat kortikosteroid inhalasil. Obat ini
dapat menimbulkan hipertensi, diabetes, penekanan kerja hipothalamus-pituitary dan adrenal,
katarak, glukoma, obaesitas dan kelemahan (GINA, 2005).
•       Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium)
Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada gejala asma. Obat ini dapat menurunkan
gejala dan menurunkan reaksi hiperresponsive pada imun nonspecific. Obat ini dapat
menimbulkan batuk-batuk pada saat pemakaian dengan bentuk formulasi powder (GINA, 2005).
•       β2-Agonist Inhalasi
Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam setelah pemakaian. Obat ini dapat
mengurangi gejala asma pada waktu malam, meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat
menimbulkan tremor pada bagian musculoskeletal, menstimulasi kerja cardiovascular dan
hipokalemia (GINA, 2005).
•       β2-Agonist Oral
Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol gejala asma pada waktu malam. Obat ini
dapat menimbulkan anxietas, meningkatkan kerja jantung, dan menimbulkan tremor pada bagian
muskuloskeletal (GINA, 2005).
•       Teofiline
Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dengan
merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal. Obat ini dapat
menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia dan iritabilitas.
Pada level yang lebih dari 35 mcg/mL menyebabkan hperglisemia, hipotensi, aritmia jantung,
takikardi, kerusakan otak dan kematian.
•       Leukotriens
Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini berfungsi untuk mengurangi gejala termasuk
batuk, meningkatkan fungsi paru dan menurunkan gejala asma (GINA, 2005).
Berikut penjelasan tentang obat-obat meringankan (reliever) asma:
•       β2-Agonist Inhalasi
Obat ini bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini digunakan untuk mengontrol gejala asma,
variabilitas peak flow, hiperresponsive jalan napas. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung,
tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).
•       β2-Agonist Oral
Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal
dan hipokalemia (GINA, 2005).
•       Antikolinergic
Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat
menyebabkan mulut kering dan pengeluaran mucus (GINA, 2005).
e.    Metode Pengobatan Alternative
Metode pengobatan alternative ini sebagian besar masih dalam penelitian. Buteyko merupakan
salah satu pengobatan alternative yang terbukti dapat menurunkan ventilasi alveolar terhadap
hiperventilasi paru penderita asma, selain itu memperbaiki gejala yang ditimbulkan asma.
Buteyko ini merupakan tehnik bernapas yang dirancang khusus untuk penderita asma dengan
prinsip latihan tehnik bernapas dangkal (GINA, 2005).
f.    Terapi Penanganan Terhadap Gejala
Terapi ini dilakukan tergantung kepada pasien. Terapi ini dianjurkan kepada pasien yang
mempunyai pengalaman buruk terhadap gejala asma, dan dalam kondisi yang darurat.
Penatalaksanaan terapi ini dilakukan di rumah penderita asma dengan menggunakan obat
bronkodilator seperti: β2 -agonist inhalasi dan glukokortikosteroid oral (GINA, 2005).
g.    Pemeriksaan Teratur
Penderita asma disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara teratur kepada tim medis.
Pemeriksaan teratur berfungsi untuk melihat perkembangan kemampuan fungsi paru (GINA,
2005).
Dalam penatalaksanaan asma, pola hidup sehat sangat dianjurkan. Pola hidup sehat akan sangat
membantu proses penatalaksanaan asma. Dengan pemenuhan nutrisi yang memadai, menghindari
stress, dan olahraga atau yang biasa disebut latihan fisik teratur sesuai toleransi tubuh (The
Asthma Foundation of Victoria, 2002).Pemenuhan nutrisi yang memadai dan menghindari stress
akan menjaga penderita asma dari serangan infeksi dari luar yang dapat memperburuk asma
dengan tetap menjaga kestabilan imunitas tubuh penderita asma (The Asthma Foundation of
Victoria, 2002)Latihan fisik dapat membuat tubuh menjadi lebih bugar, sehingga tubuh tidak
menjadi lemas. Latihan fisik dapat merubah psikologis penderita asma yang beranggapan tidak
dapat melakukan kerja apapun, anggapan ini dapat memperburuk keadaan penderita asma.
Sehingga dengan latihan fisik, kesehatan tubuh tetap terjaga dan asupan oksigen dapat
ditingkatkan sejalan dengan peningkatan kemampuan latihan fisik (The Asthma Foundation of
Victoria, 2002)
H.    Inhaler
Inhaler merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memberikan obat ke dalam tubuh melalui
paru-paru. Hal ini terutama digunakan dalam pengobatan asma.Yang paling umum adalah MDI
(Metered Dose Inhaler) yang diberi tekanan udara dan diukur dosis pengisapnya. Pada MDI,
obat-obatan biasanya disimpan dalam bentuk larutan yang diberi tekanan udara dalam tabung
kecil yang berisi propellan, meskipun mungkin juga bisa dalam bentuk suspensi. Prosedur yang
benar untuk menggunakan MDI adalah pertama, mengambil nafas dan keluarkan sepenuhnya,
masukkan pompa ke dalam mulut kemudian ambil nafas, tekan ujung tabung untuk melepaskan
obat.
Cara penggunaan :
1.    MDI menghasilkan kadar tertentu obat PPOK dalam bentuk aerosol. MDI memungkinkan
bagi Anda untuk menghirup obat PPOK Anda, bukan minum pil. Dengan demikian, obat PPOK
anda kemudian langsung menuju ke paru-paru Anda
2.    Sebelum menggunakan MDI, lepaskan tutup mulut dan kocok secara menyeluruh. Jika Anda
belum menggunakan inhaler selama seminggu atau lebih, atau itu adalah pertama kalinya anda
menggunakan inhaler, semprot ke udara pertama untuk memeriksa bahwa ia bekerja.
3.    Ambil napas panjang beberapa kali dan kemudian bernapas keluar dengan lembut.
4.    Segera tempat corong di mulut Anda dan menempatkan Anda di sekitar gigi itu (tidak di
depan dan jangan digigit), dan segel bibir Anda di sekitar mulut, memegang di antara bibir Anda.
5.    Mulai untuk bernapas dalam perlahan dan me ndalam melalui corong telepon. Ketika Anda
bernapas dalam, secara bersamaan tekan ke bawah tabung inhaler untuk melepaskan obat. Satu
siaran pers satu kali semprotan obat.Lanjutkan bernapas dalam-dalam untuk memastikan obat
masuk ke paru-paru Anda.
6.    Tahan nafas Anda selama 10 detik atau selama Anda nyaman bisa, sebelum bernapas
perlahan-lahan.
7.    Jika Anda perlu mengambil puff lain, tunggu selama 30 detik.
8.     kocok inhaler Anda lagi kemudian ulangi langkah 2 sampai 6.
9.    Ingatlah untuk membilas mulut Anda secara menyeluruh dengan a ir setelah setiap kali
digunakan untuk membantu mengurangi efek samping mengganggu.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi gejala yang
timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga, dan dokternya.
Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi lengkap tentang obat
yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan efek samping yang
mungkin timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor yang menjadi penyebab
timbulnya asma. Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu membawa obat asma
kemanapun dia pergi, menyimpan obat-obatnya dengan baik, serta mengecek tanggal
kadaluarsa obat tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar semakin hari kualitas hidup
pasien semakin meningkat.
b. Saran
Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma maka dapat lebih mengenali cara
penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998, Buku Saku Kedokteran Dorland edisi 25, Penerbit ECG, Jakarta
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,Jakarta
Boushey H.A., 2001, Obat-obat Asma dalam Katzung, B.G., Farmakologi Dasar & Klinik, Ed.I,
diterjemahkan oleh Sjbana, D., dkk, Salemba Medika, Jakarta
Mulia, yuiyanti J, 20002, Perkembangan patogenesis dan pengobatan asma bronchial. Penerbit
EGC, trisakti, Jakarta
Tanjung,  dudut.2003. Asuhan Keperawatan Asma  Bronchial.USU  Digital library.Sumatra
Utara
Adnyana, I Ketut dkk, 2008. ISO Farmakoterapi.  PT.ISFI.Jakarta
Fairawan,  Sulfan.2008.Hubungan  antara tingkat pengetahuan tentang penyakit asma dengan
sikap penderita dalam perawatan asma pada pasien rawat jalan di balai kesehatan paru
masyarakat (BBKPM).Skripsi.Surakarta
Maryono.2009.hubungan  antara faktor lingkungan dengan kekambuhan asma bronchial pada
klien pasien rawat jalan di poliklinik paru instalasi rawat jalan  RSUD.DR  MOEWARDI
Surakarta.Skripsi
Iklan

Anda mungkin juga menyukai