BAB I
PENDAHULUAN
1
peningkatan disbanding tahun 2005 dimana kasus asma bronchial pada saat
itu sebesar 39,62 per 1.000 penduduk.
World Health Organization (WHO) mencatat, saat ini ada 300 juta
penderita asma di seluruh dunia. Indonesia sendiri memiliki 12,5 juta
penderita asma. Sebanyak 95 persen diantaranya adalah penderita asma tak
terkontrol.
2
BAB II
PEMBAHASAN
B. Etiologi
Menurut The Lung Association ada 2 faktor yang menjadi pencetus
asma (klinik citama, 2011):
1. Pemicu (trigger) yang mengakibatkan terganggunya aliran
3
asing (allergen) seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat didalam
rumah atau bulu binatang yang menyebabkan terjadinya:
a. Kontraksi otot polos.
b. Peningkatan pembentukan lender.
c. Perpindahan sel darah putih tertentu ke bronchi yang
mengakibatkan peradangan pada saluran pernafasan dimana hal
ini akan memperkecil diameter dari saluran udara
(bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita
harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
C. Klasifikasi
Menurut Dayu (2011) jenis asma berdasarkan karakteristiknya
diantaranya, yaitu:
1. Asma alergi (Allergic Asthma)
Jenis ini adalah yang paling sering terjadi. Alergen seperti debu,
serbuk sari, dan tungau debu adalah penyebab paling umum asma
alergi. Berolahraga di udara dingin atau menghirup asap, parfum,
atau cologne dapat membuat kondisi menjadi semakin buruk. Oleh
karena alergen dapat ditemukan dimana-mana, penderita asma alergi
4
5
(guru), akibat paparan debu kapur papan tulis. Jenis pekerjaan lain
meliputi : pekerja pabrik (paparan debu dan bahan kimia lainnya),
seperti : pabrik wig, pabrik bulu mata, pabrik kayu lapis, pelukis dan
pekerja konstruksi (terkena uap cat dan asap), seperti : pekerja
matrial. Gejala asma jenis ini tidak berbeda dari gejala asma secara
umum seperti : mengi, batuk kering, sesak nafas, serta nafas pendek
dancepat.
5. Asma Musiman
Asma musiman hanya terjadi pada musim-musim tertentu ketika
6
7
E. Patofisiologi
Asma adalah obstruksi jalan nafas difusrefersibel. Obstruksi
disebabkan oleh satu atau lebih dari kontraksi otot-otot yang mengelilingi
bronkhi, yang menyempitkan jalan nafas, atau pembengkakan membran
m embran
yang melapisi bronkhi, atau pengisian bronkhi dengan mukus yang
kental. Selain itu, otot-otot bronkhi dan kelenjar mukosa membengkak,
sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli menjadi hiperinflasi,
8
9
F. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma.
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan
penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.
10
11
4) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1 mg /
12
H. Komplikasi
1. Pneumothorak
2. Pneumomediastinum dan emfisema sub kutis
3. Atelektasis
4. Aspirasis
5. Kegagalan jantung / gangguan irama jantung
6. Sumbatan saluran nafas yang meluas / gagal nafas
7. Asidosis
I. Prognosis
Prognosis asma umumnya baik apabila terkontrol. Apabila asma
tidak terkontrol, maka dapat timbul komplikasi seperti penyakit paru
obstruksi kronis (PPOK).
13
DAFTAR PUSTAKA
Dayu, A. 2011. Asma
2011. Asma Pada Balita.
Balita. Jogjakarta : Javalitera
Klinik Citama. 2011. Standar Kompetensi Dan Pelayanan Medic Klinik Citama.
Citama .
Jakarta : Klinik dan RB Citama
Wijaya, Andra Saferi dan Yessie Mariza Putri. 2017. KMB 1 Keperawatan
Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa)
Dewasa).. Jogjakarta : Nuha Medika
14
C. Intervensi
1. Bersihan Jalan Nafas Bersihan Jalan Nafas Latihan Batuk Efektif Latihan Batuk Efektif
Tidak Efektif (D.0001) Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
Kategori : Fisiologi keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kemampuan 1. Untuk mengetahui
Subkategori : Respirasi maka bersihan jalan nafas batuk kemampuan batuk pasien
meningkat. Dengan kriteria 2. Monitor adanya retensi 2. Untuk mengetahui adanya
Definisi : hasil : sputum retensi sputum
Ketidakmampuan 1. Batuk efektif cukup 3. Monitor tanda dan gejala 3. Untuk mengetahui tanda
membersihkan secret atau meningkat (4) infeksi saluran napas dan gejala infeksi saluran
obstruksi jalan nafas untuk 2. Produksi sputum cukup napas
mempertahankan jalan nafas menurun (4)
tetap paten. 3. Mengi cukup menurun Terapeutik : Terapeutik :
(4) 1. Atur posisi semi-Fowler 1. Posisi semi-fowler akan
Penyebab : 4. Dispnea cukup menurun atau Fowler mempermudah pasien
Fisiologis: (4) 2. Buang sekret pada untuk bernapas
1. Spasme jalan napas 5. Ortopnea cukup tempat sputum 2. Untuk mengetahui
2. Hipersekresi jalan menurun (4) bagaimana cara
15
16
obstruksi di jalan napas tarik napas dalam yang pasien batuk efektif
(pada neonates) ketiga.
3. Mengi, wheezing dan /
atau ronkhi kering
17
1. Ketidakseimbangan 4. Penglihatan kabur cukup 4. Monitor adanya produksi pasien
ventilasi kurang menurun (4) sputum 4. Untuk mengetahui adanya
perfusi. 5. Diaphoresis cukup 5. Monitor adanya produksi sputum pasien
2. Perubahan membran menurun (4) sumbatan jalan napas
napas 5. Untuk mengetahui adanya
18
alveolus - kapiler. 6. Gelisah cukup menurun 6. Auskultasi bunyi napas sumbatan jalan napas pada
(4) 7. Monitor saturasi oksigen pasien
Gejala dan Tanda Mayor 7. Nafas cuping hidung 8. Monitor nilai AGD
AGD 6. Gangguan pertukaran gas
Subjektif : cukup menurun (4) tidak efektif dapat
1. Dispnea 8. PCO2 cukup membaik dimanifestasi dengan
Objektif : (4) adanya bunyi napas
1. PCO2 meningkat / 9. PO2 cukup membaik (4) tambahan
menurun 10. pH arteri cukup 7. Untuk mengetahui saturasi
19
3. Pola Nafas Tidak Efektif Pola Napas Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
(D.0005) Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
Kategori : Fisiologi keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor pola napas 1. Berguna dalam evaluasi
Subkategori : Respirasi maka pola nafas tidak efektif (frekuensi, kedalaman, derajat diststres pernapasan
20
21
22
metabolisme. 2. Kekuatan otot kalori dan jenis nutrien makanan yang disukai
pengunyak cukup 5. Monitor asupan makanan pasien
Penyebab : meningkat (4) 6. Monitor hasil 4. Untuk mengetahui
1. Kurangnya asupan 3. Kekuatan otot menelan pemeriksaan kebutuhan kalori dan jenis
makanan cukup meningkat (4) laboratorium nutrien pasien
2. Ketidakmampuan 4. Nafsu makan cukup 5. Untuk mengetahui asupan
menelan makanan membaik (4) makanan pasien
3. Ketidakmampuan 6. Untuk mengetahui hasil
mencerna makanan pemeriksaan laboratorium
4. Faktor psikologis (mis. pasien
stress, keengganan
23
Gejala dan Tanda Mayor serat untuk mencegah dapat mencegah konstipasi
Subjektif : - konstipasi 2. Makanan berprotein
1. Berat badan menurun kalori dan tinggi protein memperbaiki sel yang
24
5. Risiko Alergi (D.0134) Respon Alergi Sistemik Edukasi Alergi Edukasi Alergi
Kategori : Lingkungan Setelah dilakukan tindakan Observasi : Observasi :
Subkategori : Keamanan keperawatan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kemampuan 1. Untuk mengetahui sejauh
dan Proteksi maka risiko alergi menurun. pasien dan keluarga mana kemampuan pasien
Dengan kriteria hasil : menerima informasi dan keluarga dalam
Definisi : 1. Dispnea cukup 2. Monitor pemahaman menerima informasi
Berisiko mengalami menurun (4) pasien dan keluarga 2. Untuk mengetahui sejauh
stimulasi respon imunitas 2. Wheezing cukup tentang alergi mana pemahaman pasien
yang berlebihan akibat menurun (4) dan keluarga tentang alergi
terpapar alergen. 3. Bunyi napas
tambahan cukup Terapeutik : Terapeutik :
Faktor Risiko : menurun (4) 1. Fasilitasi mengenali 1. Agar pasien dapat
1. Makanan (mis. alpukat, 4. Takikardi cukup penyebab alergi mengenali penyebab alergi
pisang, kiwi, kacang, menurun (4)
makanan olahan laut, 5. Edema paru cukup
25
26