OLEH
KELOMPOK IV :
ODE CITMAWATI MANSUR (F1D2 05 021)
RANI FEBRIANTI (FID2 05 173)
MEGA ERMASARI (F1D2 06 015)
MUH. AGUSMAN (F1D2 06 035)
HENDRA (F1D2 06 053)
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Kami memuji-Nya,
memohon pertolongan dan meminta ampunan kepada-Nya. Kami berlindung
kepada Allah dari kejelekan diri-diri kami dan dari keburukan amalan kami.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorangpun yang
dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh-Nya, maka tidak ada
seorangpun yang dapat memberi petunjuk.
Alhamdulillah dengan Izin Allah dan kesempatan yang diberikan-Nya, maka
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul Asma &
Pengobatannya. Yang dimana dengan adanya makalah ini, insya Allah dapat
menambah pengetahuan penulis beserta pembaca tentang bagaimanakah sebenarnya
penyakit asma itu beserta tata cara pengobatannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah farmakologi ini masih jauh
dari kesempurnaan, sehingga dengan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan
ini diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini kedepannya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit saluran napas kronik (menahun) yang paling
sering ditemukan, terutama di negara maju. Penyakit ini umumnya dimulai sejak
masa anak-anak. Dampak negatifnya seperti menyebabkan anak sering tidak masuk
sekolah, membatasi kegiatan olahraga, dan aktivitas seluruh keluarga.
Di negara-negara Barat yang sudah maju, sistem pencatatan penyakit sudah
sedemikian sempurnanya, sehingga dapat diketahui bahwa selama ini morbiditas
maupun mortalitas penyakit asma tidak pemah menurun, bahkan pada akhir tahun
1970-an mulai sedikit demi sedikit naik. Masalah ini mengherankan sebab pada
masa-masa tersebut penelitian mengenai penyakit asma telah mendapat kemajuankemajuan yang sangat mengesankan, ditambah lagi dengan adanya obat-obat asma
yang jauh lebih baik.
Di Amerika Serikat, pada tahun-tahun tersebut angka kematian penyakit
asma mulai naik; penderita asma yang dirawat di rumah sakit pada waktu itu
mengalami kenaikan pula. Demikian juga penjualan obat-obat asma bertambah
banyak. Beberapa negara lain antara lain Inggris, Canada dan New Zealand,
melaporkan hal yang sama. Waktu itu penyakit asma tetap dianggap sebagai suatu
penyakit bronkospasme saluran napas yang hilang timbul secara episodik. Jadi
penyakit asma adalah penyakit yang kelainan utama primernya suatu bronkospasme.
Pengobatan yang diberikan biasanya secara simtomatik yang ditujukan terhadap
bronkospasme tersebut. Sebagai obat first line adalah B 2 Agonis dan teofilin,
semua obat-obat bronkodilator.
Obat-obatan dalam pengelolaan asma, di samping jenisnya, perlu
diperhatikan juga bentuk obat dan cara pemakaiannya. Penggunaan obat-obatan
yang tidak tepat, tidak akan mendapat manfaat yang maksimal, malah dapat terjadi
efek samping bila kelebihan dosis. Sebaliknya, bila dosis obat di bawah dosis yang
dibutuhkan, dapat memberikan efek terapi yang kurang: tujuan pengobatan tidak
terjadi, asma tidak terkontrol, dan derajat asma dapat bertambah berat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Penyakit Asma
Istilah asma berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki arti sukar bernapas.
Istilah ini sebenarnya sudah dipergunakan sejak 2000 tahun yang lalu oleh
Hipocrates. Asma dilukiskan sebagai kesukaran bernapas atau sesak yang disertai
batuk dan mengi. Bentuk serangan bisa terjadi secara berbeda-beda dari waktu ke
waktu. Penderita bisa mendapat serangan dari jam ke jam atau bahkan dari hari ke
hari.
Asma adalah penyakit yang berakibat pada saluran pernafasan pada paru
(bronchioles).Asma disebabkan peradangan yang kronis dan terus menerus dalam
jangka waktu yang lama. Ini menyebabkan saluran pernafasan seseorang dengan
asma, memilki sensivitas yang tinggi terhadap berbagai macam pencetus. Ketika
peradangan tercetus oleh berbagai factor dari luar dan dari dalam , saluran
pernafasan mengalami pembengkakan dan terpenuhi oleh ingus. Otot tanpa adanya
kontraksi saluran pernafasan (bronchospasm), lebih lanjut menyebabkan terjadinya
pembatasan saluran udara, pembatasan ini menyebabkan kesulitan dalam
ekspiration (menghembuskan udara keluar dari dalam paru).
Pedoman Nasional Asma Anak (Indonesia) mendefinisikan asma sebagai
kumpulan tanda dan gejala wheezing/mengi dan/atau batuk dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. timbul secara episodik dan/atau kronik,
2. cenderung pada malam/dini hari (nokturnal),
3. musiman,
4. adanya faktor pencetus di antaranya aktivitas fisik, dan
5. bersifat reversibel (bisa sembuh seperti sedia kala) baik secara
spontan maupun dengan pengobatan, serta
6. adanya riwayat asma atau atopi (kecenderungan mengidap alergi)
lain pada pasien/keluarganya,
7. Sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan
sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga
akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara
karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang
menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar
kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan
pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera
dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya
penderita akan sembuh sempurna,
Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan
menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara
terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan
oleh penderita.
2.4. Mekanisme Terjadinya Asma
Konsep terkini mekanisme terjadinya asma, yaitu asma merupakan suatu
proses inflamasi (peradangan) kronik/menahun yang khas, melibatkan dinding
saluran respiratorik/napas, menyebabkan terbatasnya aliran udara, dan peningkatan
reaktivitas (hiperreaktif/hipersensitif) saluran napas. Hiperreaktivitas ini merupakan
awal terjadinya penyempitan saluran napas, sebagai respon terhadap berbagai
macam rangsang.
Gambaran khas adanya inflamasi saluran napas adalah aktivasi sel-sel dalam
darah dan sel berupa eosinofil, sel mast, makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa
(selaput lendir) dan lumen (muara) saluran napas. Perubahan ini dapat terjadi,
meskipun secara klinis asmanya tidak bergejala. Sejalan dengan proses peradangan,
perlukaan epitel (lapisan terluar) bronkus (batang paru-paru) merangsang proses
perbaikan saluran napas yang menghasilkan perubahan struktural dan fungsional,
dikenal dengan istilah remodelling.
Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang
kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta
partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau),
bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.
Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus
menerus, maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar
hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang
seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk.
Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka
(hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut
dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat
berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:
Otot
polos
yang
menghubungkan
cincin
tulang
rawan
akan
berkontraksi/memendek/mengkerut
Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi
reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas.
Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk
membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas
yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang
sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat
mengeluarkan napas.
Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai
berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di
dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang
sendiri tanpa diobati.
Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada
berkontraksi sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti
orang yang bekerja keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha
bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur meskipun dengan
bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan timbul komplikasi yang
serius.
Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada
alveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang
sangat sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat, telapak tangan
dan kaki menjadi dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah dan kesadaran
menurun.
Pada keadaan tersebut di atas merupakan tanda bahwa penderita sudah
dalam keadaan bahaya/kritis dan harus secepatnya masuk rumah sakit/minta
pertolongan dokter yang terdekat.
2.5. Stadium Penyakit Asma
Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat dibagi berdasarkan frekuensi
kemunculan gejala :
1. intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali
dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan.
Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.
2. Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan
serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma
lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru relative
menurun.
3. Persisten sedang, yaitu gejala asma terjadi setiap hari dan serangan sudah
mengganggu aktivitas, serangan terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma
malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal paru menurun.
4. Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan terjadi.
Gejala asma malam terjadi hamper setiap malam. Akibatnya faal paru sangat
menurun.
Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat ringannya gejala :
1
serangan asma akut ringan, dengan gejala : rasa berat di dada, batuk kering
ataupun berdahak, gangguan tidur malam karena batuk atau sesak nafas.
Mengi tidak ada atau mengi ringan, APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari
80 %.
2
Serangan Asma akut sedang, dengan gejala : sesak dengan mengi agak
nyaring. Batuk kering/berdahak, aktivitas terganggu, APE antara 50-80 %.
Serangan Asma akut berat, dengan gejala : sesak sekali, sukar berbicara dan
kalimat terputus-putus, tidak bisa berbaring, posisi mesti duduk agar dapat
bernafas, APE kurang dari 50 %.
Serangan Asma dikatakan mengancam jiwa jika kesadaran penderita sudah
menurun. Nafasnya juga pendek-pendek, dari bibir serta kuku penderita tampak
kebiruan. Gejala lainnya adalah APE sudah tidak dapat diperikasa lagi. APE
dihitung dengan alat bernama Peak Flow Meter
penderita. Saat itu, dalam darah penderita juga terlihat kadar O2 yang menurun,
sementara CO2 meningkat.
2.6. Data Statistik Penyakit Asma di Sultra
Tabel 1. Persentase penduduk yang mempunyai keluhan Asma selama bulan
tertentu menurut Provinsi yang dialami tahun 2005
Provinsi
Sulawesi tenggara
Kota
4,16
Desa
5,93
Kota + Desa
5,67
% Keluhan Asma
1,16
1,41
1,35
1,01
2,11
2,05
0,29
3,27
2,09
Kota
4,37
Desa
8,22
Kota + Desa
7,40
2.7. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan spirometri
berulang. Spirometri juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran
udara dan untuk memantau pengobatan.
Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit alergi
bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika
diagnosisnya masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui
faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial challenge test.
Saat anda mendatangi dokter anda untuk konsultasi, dokter anda akan
menanyakan mengenai riwayat kesehatan keluarga anda yaitu apakah ada salah
seorang anggota keluarga anda yang menderita asma?
Pertanyaan ini akan mendukung pendapat mereka untuk melakukan test
fungsi paru anda atau test pernafasan untuk menyakinkan hasil pemeriksaan
sebelum mereka memberikan resep/obat-obatan dan terapi kepada anda.
Test fungsi saluran pernafasan/paru digunakan untuk mengukur kemampuan
bernafas anda. Hasil pemeriksaan rontgen paru dapat memperlihatkan jika ada
sumbatan pada saluran pernafasan yang merupakan indikasi asma.
Mengi/wheezing berulang dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik
awal untuk menegakkan diagnosis. Termasuk yang perlu dipertimbangkan
kemungkinan asma adalah anak-anak yang hanya menunjukkan batuk sebagai satusatunya tanda, dan pada saat diperiksa tanda wheezing, sesak dan lain-lain sedang
tidak timbul.
Asma sulit didiagnosis pada anak di bawah 3 tahun. Untuk anak yang sudah
besar (>6 tahun) pemeriksaan faal/fungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru
yang sederhana dengan peak flow meter, atau yang lebih lengkap dengan
spirometer. Lainnya bisa melalui uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin,
latihan (exercise), udara kering dan dingin, atau dengan NaCl hipertonis.
Pemeriksaan ini berguna untuk mendukung diagnosis asma anak melalui 3
cara, yaitu didapatkannya:
Variabilitas pada PFR (peak flow rate) atau FEV1 (forced expiratory
volume in 1 second) 15%
Penggunaan peak flow meter merupakan hal penting dan perlu diupayakan,
karena selain mendukung diagnosis, juga mengetahui keberhasilan tata laksana
asma. Jika tidak tersedia, dapat menggunakan Lembar Catatan Harian sebagai
alternatif. Pada anak dengan tanda dan gejala asma yang jelas, serta respon terhadap
pemberian obat asma baik sekali, maka tidak perlu pemeriksaan diagnostik lebih
lanjut.
2.8. Pengobatan
Pendekatan yang sering diambil dalam merawat asma bertujuan untuk
mengubah kondisi penderita menjadi seperti semula yaitu : kondisi inflamasi,
pengucupan dan kepekaan saluran pernafasan. Menjaga penderita dari risiko debu,
asap rokok dan faktor pemicu lainnya.
Obat-obat
asma
yang
digunakan
antara
lain
bronkodilator
sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang
berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah).
Jumlah theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus
dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan
efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung
abnormal atau kejang. Pada saat pertama kali mengkonsumsi theophylline,
penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah. Kedua efek samping tersebut,
biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang
lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi
(jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan,
ketakuatan), muntah, dan kejang.
Corticosteroid
(Contoh
kortikosteroid
flutikasone,
budesonide,
diberikan inhaler corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paruparu 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya.
Corticosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika
pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma.
Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan
dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran
udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk
mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma
karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum
secara teratur meskipun penderita bebas gejala.
Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja
dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan
di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan
pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi
agonis reseptor beta2-adrenergik.
Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton)
merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah
aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang
menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma).
Obat-obatan lain untuk serangan asma
Magnesium Sulfat
Pada penelitian multisenter, pemberian magnesium sulfat intravena (infus) di
rumah sakit mempunyai efektivitas sama dengan pemberian beta agonis.
Antibiotika
Pemberian antibiotika pada asma tidak dianjurkan, karena sebagian besar
pencetusnya bukan infeksi bakteri, melainkan infeksi virus. Pada keadaan
tertentu, antibiotika dapat diberikan, yaitu pada infeksi saluran napas yang
dicurigai karena bakteri, atau dugaan sinusitis yang menyertai asma.
Terapi Inhalasi
Pengobatan asma bertujuan untuk menghentikan serangan asma secepat
mungkin, serta mencegah serangan berikutnya, ataupun bila timbul serangan
kembali, serangannya tidak berat. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu diberi obat
bronkodilator pada saat serangan, dan obat anti inflamasi sebagai obat pengendali
untuk menurunkan inflamasi yang timbul.
Pemberian obat pada asma dapat melalui berbagai macam cara, yaitu
parenteral (melalui infus), per oral (tablet diminum), atau per inhalasi. Pemberian
per inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui
hirupan. Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek
samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena dosis
yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya.
Untuk mendapatkan manfaat obat yang optimal , obat yang diberikan per
inhalasi harus dapat mencapai tempat kerjanya di dalam saluran napas. Obat yang
digunakan biasanya dalam bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel dalam gas.
Jenis Terapi Inhalasi
Pemberian aerosol yang idel adalah dengan alat yang sederhana, mudah dibawa,
tidak mahal, secara selektif mencapai saluran napas bawah, hanya sedikit yang
tertinggal di saluran napas atas, serta dapat digunakan oleh anak, orang cacat, dan
orang tua. Namun keadaan ideal tersebut tidak dapat sepenuhnya tercapai.
Berikut beberapa alat terapi inhalasi:
1. Metered Dose Inhaler (MDI)
MDI ada dua jenis yaitu : MDI tanpa Spacer dan MDI dengan Spacer.
Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut,
sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini
mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas atas). Spacer ini
berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm,
atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan
spacer ini sangat menguntungkan pada anak.
2. Dry Powder Inhaler (DPI).
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan hirupan
yang cukup kuat. Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan. Pada anak
yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena
kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI. Deposisi (penyimpanan)
obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan. Sehingga
dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun.
3. Nebulizer.
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
secara terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang
dipadatkan, atau gelombang ultrasonik. Aerosol yang terbentuk dihirup
penderita melalui mouth piece atau sungkup. Bronkodilator yang diberikan
dengan nebulizer memberikan efek bronkodilatasi yang bermakna tanpa
menimbulkan efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih
banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang
menghasilkan partikel aerosol terus-menerus, ada juga yang dapat diatur
sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi,
sehingga obat tdak banyak terbuang.
Cara Pemberian Obat
Cara pemberian obat asma harus disesuaikan dengan umur anak, karena perbedaan
kemampuan menggunakan alat inhalasi. Perlu dilakukan pelatihan yang benar dan
berulang kali.
Jenis alat inhalasi disesuaikan dengan usia
Umur
< 2 tahun
5-8 tahun
Alat inhalasi
> 8 tahun
mengurangi efek sistemik. Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik,
sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat hirupan dalam
bentuk bubuk kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler,
Rotahaler, Turbuhaler, Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya
menarik/menghirup napas) yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak
usia sekolah.
Klasifikasi Derajat Penyakit Asma Anak
No Parameter klinis,
kebutuhan obat,
dan faal paru
1. Frekuensi serangan
2. Lama serangan
Asma Episodik
Jarang
3.
Intensitas serangan
biasanya ringan
4.
Di antara serangan
tanpa gejala
5.
tidak terganggu
6.
Pemeriksaan fisik
di luar serangan
normal (tidak
ditemukan
kelainan)
7.
Obat pengendali
(anti inflamasi)
Uji faal paru (di
luar serangan)
tidak perlu
PEF/FEV1>80%
PEF/FEV1 6080%
Variabilitas faal
paru (bila ada
serangan)
variabilitas >15%
variabilitas
>30%
8.
9.
Keterangan:
<1x/bulan
<1 minggu
Asma
Episodik
Sering
>1x/bulan
>1 minggu
biasanya
sedang
sering ada
gejala
sering
terganggu
mungkin
terganggu
(ditemukan
kelainan)
perlu
Asma
Persisten
sering
Hampir
sepanjang
tahun, tidak
ada periode
bebas serangan
biasanya berat
gejala siang
dan malam
sangat
terganggu
tidak pernah
normal
perlu
PEF/FEV1<60
%
variabilitas 2030%
variabilitas
>50%
PEF
Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal (dalam 24 jam)
yang mencolok.
Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul,
terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Apabila tujuan ini belum tercapai, maka perlu reevaluasi tata laksananya.
Tata Laksana Medikamentosa (dengan Obat-obatan)
Obat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu obat pereda
(reliever) dan obat pengendali (controller).
Reliever, sering disebut obat serangan, digunakan untuk meredakan
serangan atau gejala asma jika sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan
sudah tidak ada gejala lagi, maka obat ini tidak digunakan lagi.
Controller, sering disebut obat pencegah, digunakan untuk mengatasi
masalah dasar asma, yaitu inflamasi respiratorik kronik (peradangan saluran napas
menahun). Dengan demikian pemakaian obat ini terus-menerus dalam jangka waktu
relatif lama, tergantung derajat penyakit asma, dan responnya terhadap
menghitung
penggunaan
sebelum
aktivitas
fisik),
atau
serangan
sedang/berat terjadi lebih dari sekali dalam sebulan, maka penggunaan anti
inflamasi sebagai pengendali (controller) diperlukan, yakni steroid hirupan dosis
rendah. Obat steroid yang sering digunakan pada anak adalah budesonid, sehingga
digunakan sebagai standar.
Dosis rendah steroid hirupan adalah setara dengan 100-200 mg/hari
budesonid (50-100 mg/hari flutikason) untuk anak berusia kurang dari 12 tahun, dan
200-400 mg/hari budesonid untuk anak berusia di atas 12 tahun. Pada penggunaan
dosis 100-200 mg/hari belum dilaporkan adanya efek samping jangka panjang.
(step-down).
Bila
memungkinkan,
steroid
hirupan
dihentikan
penggunaannya.
Catatan: sebelum melakukan step-up, perlu dievaluasi (1) pelaksanaan
penghindaran pencetus, (2) cara penggunaan obat, dan (3) penyakit penyerta
yang mempersulit pengendalian asma (seperti rinitis dan sinusitis).
Asma Persisten
Cara pemberian steroid hirupan apakah dimulai dari dosis tinggi ke rendah
selama gejala masih terkendali, atau sebaliknya dimulai dari dosis rendah ke tinggi
hingga gejala dapat dikendalikan, tergantung pada kasusnya. Dalam keadaan
tertentu, khususnya pada anak dengan penyakit berat, dianjurkan untuk
menggunakan dosis tinggi dahulu, disertai steroid oral jangka pendek (3-5 hari).
Selanjutnya dosis steroid hirupan diturunkan sampai dosis terkecil yang masih
optimal.
Setelah pemberian steroid hirupan dosis rendah tidak mempunyai respons
yang baik, diperlukan terapi alternatif pengganti, yaitu meningkatkan steroid
menjadi dosis medium atau tetap steroid hirupan dosis rendah ditambah dengan
LABA (long acting beta-2 agonist) atau ditambahkan teophylline slow release
(TSR) atau ditambahkan anti-leukotriene receptor (ALTR). Dosis medium adalah
setara dengan 200-400 g/hari budosenid (100-200 g/hari flutikason) untuk anak
berusia kurang dari 12 tahun, dan 400-600 g/hari budosenid (200-300 g/hari
flutikason) untuk anak berusia di atas 12 tahun.
Apabila dengan pengobatan lapis kedua selama 6-8 minggu tetap terdapat
gejala asma, maka dapat diberikan alternatif lapis ketiga, yaitu dapat meningkatkan
dosis kortikosteroid sampai dengan dosis tinggi, atau tetap dosis medium
ditambahkan dengan LABA, atau TSR, atau ALTR. Yang dimaksud dosis tinggi
adalah setara dengan > 400 g/hari budesonid (> 200 g/hari flutikason), untuk
anak berusia kurang dari 12 tahun, dan > 600 g/hari budesonid (> 300 g/hari
flutikason) untuk anak berusia di atas 12 tahun.
Penambahan LABA pada steroid hirupan dibuktikan dapat memperbaiki
FEV1, menurunkan gejala asma, dan memperbaiki kualitas hidup. Apabila dosis
steroid hirupan sudah mencapai > 800 mg/hari namun tidak mencapai respon,
maka baru menggunakan steroid oral (sistemik). Jadi penggunaan kortikosteroid
oral sebagai controller (pengendali) adalah jalan terakhir. Langkah ini diambil
hanya bila bahaya dari asmanya lebih besar daripada bahaya efek samping obat.
Sebagai dosis awal, steroid oral dapat diberikan 1-2 mg/kgBB/hari. Dosis kemudian
diturunkan sampai dosis terkecil yang diberikan selang hari pada pagi hari. Efek
samping steroid sistemik dapat dilihat dalam
Pemberian antileukotrien (zafirlukas) dikontraindikasikan pada kelainan
hati. Pemberian obat anti histamin generasi baru non sedatif (misalnya setirizin dan
ketotifen), dipertimbangkan pada anak dengan asma yang disertai rinitis.
Pengobatan Untuk serangan jantung
Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin
untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga
digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam
bentuk yang berbeda. Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk
inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat).
Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan
obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.
Obat Pereda
Obat
Pengendali
(Contoroller)
Nama Generik
Nama Dagang
Sediaan
Golongan B Agonis (Kerja Pendek)
Terbutalin
Bricasma
Sirup, tablet, turbuhaler
Nairet
Sirup, Tablet, Ampul
Forasma
Sirup, Tablet
Salbutamol
Ventolin
Sirup, Tablet, MDI
Orsiprenalin
Alupent
Sirup, Tablet, MDI
Heksoprenalin
Tablet
Fenoterol
Berotec
MDI
Golongan Xantin
Teofilin
Sirup, Tablet
Golongan Anti Inflamasi Non - Steroid
Kromoglikat
MDI
Nedokromil
MDI
Golongan Anti Inflamasi - Steroid
Budosenid
Pulmicort Inflamid MDI, Turbuhaler
Flutikason
Flixotide
MDI
Beklometason
Becotide
MDI
Golongan Beta Agonis (Kerja Panjang)
Prokaterol
Sirup, Tablet, MDI
Bambuterol
Bambec
Tablet
Salmeterol
Serevent
MDI
Klenbuterol
Spiropent
Sirup, Tablet
Golongan Obat Lepas Lambat/Lepas Terkendali
Terbutalin
Kapsul
Keterangan
0,05-0,1 mg/KgBB/Kali
0,05-0,1 mg/KgBB/Kali
Salbutamol
Volmax
Teofilin
Golongan Anti Leukotrien
Zafirlukas
Accolate
Montelukas
Golongan Kombinasi Steroid + LABA*
Budosenid + Formoterol Symbicort
Seretide
Flutikason + Salmoterol
Tablet
Tablet Salut
Tablet
Ada
Belum Ada
Turbuhaler
MDI
Nama Dagang
Sediaan
Dosis Nebulisasi
Berotec
Ventolin
Bricasma
Solution 0,1%
Nebule 2,5 mg
Respule 2,5 mg
5 10 tetes
1 Nebule
1 Respule
Atrovent
Solutin 0,25%
Golongan Steroid
Budosenide
Pulmicort
Flutikason
Flixotide
Golongan B Agonis + Antikolinergik
Salbutamol + Ipratropium
Combivent UDV
Respules
Nebules
Unit Dose Vial
0,5 1 Vial
Nama
Dagang
Prednicort
Prednicort
Etason
Sediaan
Tablet 4 mg, 8 mg
Tablet 5 mg
Vial 125 mg, Vial 500 mg
Vial 100 mg
Ampul
Ampul
Dosis
0,5 1 mg/KgBB/Hari tiap 6 jam
0,5 1 mg/KgBB/Hari tiap 6 jam
30 mg dalam 30 mnt (Dosis tinggi) tiap 6
jam
4 mg/KgBB/kali tiap 6 jam
0,5 1 mg/KgBB Bolus
dilanjutkan 1 mg/KgBB/Hr diberikan tiap 68 jam
0,5 0,1 mg/KgBB tiap 6 jam
Nama Dagang
Rydian
Nortifen
Sediaan
Tablet 10 mg
Tablet 10 mg
Sumber:
Pedoman Nasional Asma Anak, UKK Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia 2004
Referensi mengenai Asma pada anak lainnya bisa Anda dapatkan di:
www.aaaai.org/members/resources/initiatives/pediatricasthmaguidelines/default.stm
Dosis
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Asma adalah penyakit peradangan saluran nafas kronik akibat terjadinya
peningkatan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan.
2. Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggung
jawab terhadap awal mula terjadinya Asma. Sel mast di sepanjang bronki
melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan
terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki dan timbulah ASMA. Secara
umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang
berbunyi ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang
waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang
kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya.
3. Konsep terkini mekanisme terjadinya asma, yaitu asma merupakan suatu proses
inflamasi (peradangan) kronik/menahun yang khas, melibatkan dinding saluran
respiratorik/napas, menyebabkan terbatasnya aliran udara, dan peningkatan
reaktivitas (hiperreaktif/hipersensitif) saluran napas. Hiperreaktivitas ini
merupakan awal terjadinya penyempitan saluran napas, sebagai respon terhadap
berbagai macam rangsang.
4. Berdasarkan frekuensi kemunculan gejalanya, tingkat penyakit asma dibedakan
menjadi 4, yaitu : Intermitten, Persisten ringan, Persisten sedang, Persisten
berat. Sedangkan berdasarkan berat ringannya, tingkat penyakit asma dibedakan
menjadi : Serangan asma akut ringan, Serangan Asma akut sedang, Serangan
Asma akut berat.
5. Diagnosis penyakit Asma ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.
6. Jenis obat-obatan yang digunakan untuk mengobati asma : Agonis reseptor betaadrenergik,
Bronkodilator,
Corticosteroid,
nedocromil,
Cromolin,
Obat
Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
Olehnya itu, penulis akan sangat bersyukur dan berterimakasih dengan saran dan
kritikan yang bernilai positif dari pembaca yang akan diberikan kepada penulis
nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
www.sehatgroup.web.id/artikel/1268.asp?FNM=1268 - 93kTembolok - Halaman
sejenis
www.infoasma.org/ - 18k - Tembolok - Halaman sejenis
id.wikipedia.org/wiki/Asma - 40k - Tembolok - Halaman sejenis
www.sehatgroup.web.id/articles/isiArt.asp?artID=7 - 11k - Tembolok - Halaman
sejenis
www.medicastore.com/asma/tanya_jawab_asma.htm - 17k - Tembolok sejenis
Halaman