Anda di halaman 1dari 33

Tugas Farmakologi

OLEH
KELOMPOK IV :
ODE CITMAWATI MANSUR (F1D2 05 021)
RANI FEBRIANTI (FID2 05 173)
MEGA ERMASARI (F1D2 06 015)
MUH. AGUSMAN (F1D2 06 035)
HENDRA (F1D2 06 053)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2008

KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam. Kami memuji-Nya,
memohon pertolongan dan meminta ampunan kepada-Nya. Kami berlindung
kepada Allah dari kejelekan diri-diri kami dan dari keburukan amalan kami.
Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorangpun yang
dapat menyesatkannya. Dan barangsiapa yang disesatkan oleh-Nya, maka tidak ada
seorangpun yang dapat memberi petunjuk.
Alhamdulillah dengan Izin Allah dan kesempatan yang diberikan-Nya, maka
penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul Asma &
Pengobatannya. Yang dimana dengan adanya makalah ini, insya Allah dapat
menambah pengetahuan penulis beserta pembaca tentang bagaimanakah sebenarnya
penyakit asma itu beserta tata cara pengobatannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah farmakologi ini masih jauh
dari kesempurnaan, sehingga dengan keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan
ini diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
makalah ini kedepannya.

Kendari, 25 maret 2008

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit saluran napas kronik (menahun) yang paling
sering ditemukan, terutama di negara maju. Penyakit ini umumnya dimulai sejak
masa anak-anak. Dampak negatifnya seperti menyebabkan anak sering tidak masuk
sekolah, membatasi kegiatan olahraga, dan aktivitas seluruh keluarga.
Di negara-negara Barat yang sudah maju, sistem pencatatan penyakit sudah
sedemikian sempurnanya, sehingga dapat diketahui bahwa selama ini morbiditas
maupun mortalitas penyakit asma tidak pemah menurun, bahkan pada akhir tahun
1970-an mulai sedikit demi sedikit naik. Masalah ini mengherankan sebab pada
masa-masa tersebut penelitian mengenai penyakit asma telah mendapat kemajuankemajuan yang sangat mengesankan, ditambah lagi dengan adanya obat-obat asma
yang jauh lebih baik.
Di Amerika Serikat, pada tahun-tahun tersebut angka kematian penyakit
asma mulai naik; penderita asma yang dirawat di rumah sakit pada waktu itu
mengalami kenaikan pula. Demikian juga penjualan obat-obat asma bertambah
banyak. Beberapa negara lain antara lain Inggris, Canada dan New Zealand,
melaporkan hal yang sama. Waktu itu penyakit asma tetap dianggap sebagai suatu
penyakit bronkospasme saluran napas yang hilang timbul secara episodik. Jadi
penyakit asma adalah penyakit yang kelainan utama primernya suatu bronkospasme.
Pengobatan yang diberikan biasanya secara simtomatik yang ditujukan terhadap
bronkospasme tersebut. Sebagai obat first line adalah B 2 Agonis dan teofilin,
semua obat-obat bronkodilator.
Obat-obatan dalam pengelolaan asma, di samping jenisnya, perlu
diperhatikan juga bentuk obat dan cara pemakaiannya. Penggunaan obat-obatan
yang tidak tepat, tidak akan mendapat manfaat yang maksimal, malah dapat terjadi
efek samping bila kelebihan dosis. Sebaliknya, bila dosis obat di bawah dosis yang
dibutuhkan, dapat memberikan efek terapi yang kurang: tujuan pengobatan tidak
terjadi, asma tidak terkontrol, dan derajat asma dapat bertambah berat.

Dalam menggunakan obat-obatan asma harus diperhatikan jenis obat (cara


kerja obat), relievier atau controller. Selain itu, yang perlu diperhatikan adalah lama
kerja obat (kerja pendek atau kerja panjang), dosis (setiap orang berbeda), efek
samping dan manfaatnya, serta cara pakai obat (oral, injeksi atau inhalasi).
Untuk mengetahui bagaimana cara mengontrol penyakit asma, penderita
perlu mengenal asma terlebih dahulu.
1.2. Permasalahan
Dari latar belakang diatas, maka diangkat permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah Definisi dan Bagaimanakah gambaran klinis penyakit ASMA ?
2. Bagaimanakah patogenesis penyakit ASMA
3. Apakah gejala klinis penyakit Asma
4. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit ASMA ?
5. Bagaimanakah gambaran penyakit Asma di Sultra ?
6. Bagaimanapula diagnosa dan pengobatan penyakit ASMA ?
1.3. Tujuan
Tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud
dengan penyakit ASMA, apa penyebabnya dan bagaimana gejala umumnya,
bagaimana mekanisme terjadinya, stadium tingkatannya serta bagaimana pula
diagnosa dan pengobatannya.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Penyakit Asma
Istilah asma berasal dari bahasa Yunani, yang memiliki arti sukar bernapas.
Istilah ini sebenarnya sudah dipergunakan sejak 2000 tahun yang lalu oleh
Hipocrates. Asma dilukiskan sebagai kesukaran bernapas atau sesak yang disertai
batuk dan mengi. Bentuk serangan bisa terjadi secara berbeda-beda dari waktu ke
waktu. Penderita bisa mendapat serangan dari jam ke jam atau bahkan dari hari ke
hari.
Asma adalah penyakit yang berakibat pada saluran pernafasan pada paru
(bronchioles).Asma disebabkan peradangan yang kronis dan terus menerus dalam
jangka waktu yang lama. Ini menyebabkan saluran pernafasan seseorang dengan
asma, memilki sensivitas yang tinggi terhadap berbagai macam pencetus. Ketika
peradangan tercetus oleh berbagai factor dari luar dan dari dalam , saluran
pernafasan mengalami pembengkakan dan terpenuhi oleh ingus. Otot tanpa adanya
kontraksi saluran pernafasan (bronchospasm), lebih lanjut menyebabkan terjadinya
pembatasan saluran udara, pembatasan ini menyebabkan kesulitan dalam
ekspiration (menghembuskan udara keluar dari dalam paru).
Pedoman Nasional Asma Anak (Indonesia) mendefinisikan asma sebagai
kumpulan tanda dan gejala wheezing/mengi dan/atau batuk dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. timbul secara episodik dan/atau kronik,
2. cenderung pada malam/dini hari (nokturnal),
3. musiman,
4. adanya faktor pencetus di antaranya aktivitas fisik, dan
5. bersifat reversibel (bisa sembuh seperti sedia kala) baik secara
spontan maupun dengan pengobatan, serta
6. adanya riwayat asma atau atopi (kecenderungan mengidap alergi)
lain pada pasien/keluarganya,
7. Sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan

Asma adalah penyakit peradangan saluran nafas kronik akibat terjadinya


peningkatan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan. Pada penderita
yang peka, hal ini akan menyebabkan munculnya serangan batuk, bunyi mengi,
banyak dahak, sesak nafas, dan rasa tidak enak di dada terutama pada malam hari
atau menjelang pagi. Belum diketahui secara pasti mengapa pada sebagian orang
saluran nafasnya meradang dan pada sebagian lain normal. Tetapi kejadian tersebut
biasanya ditemukan pada keluarga atopik (keluarga alergi) yang dapat mewariskan
sifat alergi ini kepada turunannya.
2.3. Gejala Umum Asma
Secara umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara
napas yang berbunyi ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari
menjelang waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol
yang kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya.
Penderita asma akan mengeluhkan sesak nafas karena udara pada waktu
bernafas tidak dapat mengalir dengan lancar pada saluran nafas yang sempit dan hal
ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi ngik-ngik pada saat bernafas. Pada
penderita asma, penyempitan saluran pernafasan yang terjadi dapat berupa
pengerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang dirpoduksi secara berlebihan
dan menimbulkan batuk sebagai respon untuk mengeluarkan dahak tersebut.
Salah satu ciri asma adalah hilangnya keluhan di luar serangan. Artinya,
pada saat serangan, penderita asma bisa kelihatan amat menderita (banyak batuk,
sesak napas hebat dan bahkan sampai seperti tercekik), tetapi di luar serangan dia
sehat-sehat saja (bisa main tenis 2 set, bisa jalan-jalan keliling taman, dan lain-lain).
Inilah salah satu hal yang membedakannya dengan penyakit lain (keluhan sesak
pada asma adalah revesibel, bisa baik kembali di luar serangan, sementara pada
PPOK adalah irreversible , tetap saja sesak setiap waktu).
Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher.
Batuk kering di malam hari atau ketika melakukan olah raga juga bisa merupakan
satu-satunya gejala. Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat,

sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga
akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara
karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang
menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar
kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan
pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera
dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya
penderita akan sembuh sempurna,
Kadang beberapa alveoli (kantong udara di paru-paru) bisa pecah dan
menyebabkan udara terkumpul di dalam rongga pleura atau menyebabkan udara
terkumpul di sekitar organ dada. Hal ini akan memperburuk sesak yang dirasakan
oleh penderita.
2.4. Mekanisme Terjadinya Asma
Konsep terkini mekanisme terjadinya asma, yaitu asma merupakan suatu
proses inflamasi (peradangan) kronik/menahun yang khas, melibatkan dinding
saluran respiratorik/napas, menyebabkan terbatasnya aliran udara, dan peningkatan
reaktivitas (hiperreaktif/hipersensitif) saluran napas. Hiperreaktivitas ini merupakan
awal terjadinya penyempitan saluran napas, sebagai respon terhadap berbagai
macam rangsang.
Gambaran khas adanya inflamasi saluran napas adalah aktivasi sel-sel dalam
darah dan sel berupa eosinofil, sel mast, makrofag, dan sel limfosit T pada mukosa
(selaput lendir) dan lumen (muara) saluran napas. Perubahan ini dapat terjadi,
meskipun secara klinis asmanya tidak bergejala. Sejalan dengan proses peradangan,
perlukaan epitel (lapisan terluar) bronkus (batang paru-paru) merangsang proses
perbaikan saluran napas yang menghasilkan perubahan struktural dan fungsional,
dikenal dengan istilah remodelling.
Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang
kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta

partikel/mm kubik. Partikel-partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau),
bulu-bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.
Oleh karena adanya rangsangan dari partikel-partikel tersebut secara terus
menerus, maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar
hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang
seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk.
Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka
(hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut
dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat
berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:

Otot

polos

yang

menghubungkan

cincin

tulang

rawan

akan

berkontraksi/memendek/mengkerut

Produksi kelenjar lendir yang berlebihan

Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi
reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas
Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas.

Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk
membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara napas
yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang
sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat
mengeluarkan napas.
Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai
berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di
dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang
sendiri tanpa diobati.
Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot-otot daerah dada
berkontraksi sehingga sela-sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti
orang yang bekerja keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha
bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur meskipun dengan

bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan timbul komplikasi yang
serius.
Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada
alveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang
sangat sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat, telapak tangan
dan kaki menjadi dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah dan kesadaran
menurun.
Pada keadaan tersebut di atas merupakan tanda bahwa penderita sudah
dalam keadaan bahaya/kritis dan harus secepatnya masuk rumah sakit/minta
pertolongan dokter yang terdekat.
2.5. Stadium Penyakit Asma
Klasifikasi tingkat penyakit asma dapat dibagi berdasarkan frekuensi
kemunculan gejala :
1. intermitten, yaitu sering tanpa gejala atau munculnya kurang dari 1 kali
dalam seminggu dan gejala asma malam kurang dari 2 kali dalam sebulan.
Jika seperti itu yang terjadi, berarti faal (fungsi) paru masih baik.
2. Persisten ringan, yaitu gejala asma lebih dari 1 kali dalam seminggu dan
serangannya sampai mengganggu aktivitas, termasuk tidur. Gejala asma
lebih dari 2 kali dalam sebulan. Semua ini membuat faal paru relative
menurun.
3. Persisten sedang, yaitu gejala asma terjadi setiap hari dan serangan sudah
mengganggu aktivitas, serangan terjadinya 1-2 kali seminggu. Gejala asma
malam lebih dari 1 kali dalam seminggu. Faal paru menurun.
4. Persisten berat, gejala asma terjadi terus-menerus dan serangan terjadi.
Gejala asma malam terjadi hamper setiap malam. Akibatnya faal paru sangat
menurun.
Klasifikasi tingkat penyakit asma berdasarkan berat ringannya gejala :
1

serangan asma akut ringan, dengan gejala : rasa berat di dada, batuk kering
ataupun berdahak, gangguan tidur malam karena batuk atau sesak nafas.

Mengi tidak ada atau mengi ringan, APE (Arus Puncak Aspirasi) kurang dari
80 %.
2

Serangan Asma akut sedang, dengan gejala : sesak dengan mengi agak
nyaring. Batuk kering/berdahak, aktivitas terganggu, APE antara 50-80 %.

Serangan Asma akut berat, dengan gejala : sesak sekali, sukar berbicara dan
kalimat terputus-putus, tidak bisa berbaring, posisi mesti duduk agar dapat
bernafas, APE kurang dari 50 %.
Serangan Asma dikatakan mengancam jiwa jika kesadaran penderita sudah

menurun. Nafasnya juga pendek-pendek, dari bibir serta kuku penderita tampak
kebiruan. Gejala lainnya adalah APE sudah tidak dapat diperikasa lagi. APE
dihitung dengan alat bernama Peak Flow Meter

untuk melihat fungsi paru

penderita. Saat itu, dalam darah penderita juga terlihat kadar O2 yang menurun,
sementara CO2 meningkat.
2.6. Data Statistik Penyakit Asma di Sultra
Tabel 1. Persentase penduduk yang mempunyai keluhan Asma selama bulan
tertentu menurut Provinsi yang dialami tahun 2005
Provinsi
Sulawesi tenggara

Kota
4,16

Desa
5,93

Kota + Desa
5,67

Tabel 2. Sebaran persentase penduduk yang mempunyai keluhan Asma di tiap


Kabupaten tahun 2005
Kabupaten
Kendari
Buton
Muna
Kolaka
Konawe
Konsel
Bombana
Kolaka Utara
Wakatobi

% Keluhan Asma
1,16
1,41
1,35
1,01
2,11
2,05
0,29
3,27
2,09

Tabel 3. Persentase penduduk yang mempunyai keluhan Asma selama bulan


tertentu menurut Provinsi yang dialami tahun 2006
Provinsi
Sulawesi Tenggara
Sumber :

Kota
4,37

Desa
8,22

Kota + Desa
7,40

Statistik Kesejahteraan Rakyat Sultra tahun 2005 dan 2006.


BPS Provinsi Sulawesi Tenggara

2.7. Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan spirometri
berulang. Spirometri juga digunakan untuk menilai beratnya penyumbatan saluran
udara dan untuk memantau pengobatan.
Menentukan faktor pemicu asma seringkali tidak mudah. Tes kulit alergi
bisa membantu menentukan alergen yang memicu timbulnya gejala asma. Jika
diagnosisnya masih meragukan atau jika dirasa sangat penting untuk mengetahui
faktor pemicu terjadinya asma, maka bisa dilakukan bronchial challenge test.
Saat anda mendatangi dokter anda untuk konsultasi, dokter anda akan
menanyakan mengenai riwayat kesehatan keluarga anda yaitu apakah ada salah
seorang anggota keluarga anda yang menderita asma?
Pertanyaan ini akan mendukung pendapat mereka untuk melakukan test
fungsi paru anda atau test pernafasan untuk menyakinkan hasil pemeriksaan
sebelum mereka memberikan resep/obat-obatan dan terapi kepada anda.
Test fungsi saluran pernafasan/paru digunakan untuk mengukur kemampuan
bernafas anda. Hasil pemeriksaan rontgen paru dapat memperlihatkan jika ada
sumbatan pada saluran pernafasan yang merupakan indikasi asma.
Mengi/wheezing berulang dan/atau batuk kronik berulang merupakan titik
awal untuk menegakkan diagnosis. Termasuk yang perlu dipertimbangkan
kemungkinan asma adalah anak-anak yang hanya menunjukkan batuk sebagai satusatunya tanda, dan pada saat diperiksa tanda wheezing, sesak dan lain-lain sedang
tidak timbul.

Asma sulit didiagnosis pada anak di bawah 3 tahun. Untuk anak yang sudah
besar (>6 tahun) pemeriksaan faal/fungsi paru sebaiknya dilakukan. Uji fungsi paru
yang sederhana dengan peak flow meter, atau yang lebih lengkap dengan
spirometer. Lainnya bisa melalui uji provokasi bronkus dengan histamin, metakolin,
latihan (exercise), udara kering dan dingin, atau dengan NaCl hipertonis.
Pemeriksaan ini berguna untuk mendukung diagnosis asma anak melalui 3
cara, yaitu didapatkannya:

Variabilitas pada PFR (peak flow rate) atau FEV1 (forced expiratory
volume in 1 second) 15%

Variabilitas harian adalah perbedaan nilai (peningkatan/penurunan)


hasil PFR dalam satu hari. Penilaian yang baik dapat dilakukan
dengan variabilitas mingguan yang pemeriksaannya berlangsung 2
minggu.

Reversibilitas pada PFR atau FEV1 15%

Reversibilitas adalah perbedaan nilai (peningkatan) PFR atau FEV1


setelah pemberian inhalasi bronkodilator.

Penurunan 20% pada FEV1 (PD20 atau PC20) setelah provokasi


bronkus dengan metakolin atau histamin.

Penggunaan peak flow meter merupakan hal penting dan perlu diupayakan,
karena selain mendukung diagnosis, juga mengetahui keberhasilan tata laksana
asma. Jika tidak tersedia, dapat menggunakan Lembar Catatan Harian sebagai
alternatif. Pada anak dengan tanda dan gejala asma yang jelas, serta respon terhadap
pemberian obat asma baik sekali, maka tidak perlu pemeriksaan diagnostik lebih
lanjut.
2.8. Pengobatan
Pendekatan yang sering diambil dalam merawat asma bertujuan untuk
mengubah kondisi penderita menjadi seperti semula yaitu : kondisi inflamasi,
pengucupan dan kepekaan saluran pernafasan. Menjaga penderita dari risiko debu,
asap rokok dan faktor pemicu lainnya.

Terapi Penyakit Asma


Strategi terapi asma dapat dibagi menjadi dua yaitu terapi non farmakologi
(tanpa menggunakan obat) dan terapi farmakologi (dengan obat).
Terapi Non Farmakologi
Untuk terapi non farmakologi, dapat dilakukan dengan olah raga secara teratur,
misalnya saja renang. Sebagian orang berpendapat bahwa dengan berenang, gejala
sesak nafas akan semakin jarang terjadi. Hal ini mungkin karena dengan berenang,
pasien dituntut untuk menarik nafas panjang-panjang, yang berfungsi untuk latihan
pernafasan, sehingga otot-otot pernafasan menjadi lebih kuat. Selain itu, lama
kelamaan pasien akan terbiasa dengan udara dingin sehingga mengurangi timbulnya
gejala asma. Namun hendaknya olah raga ini dilakukan secara bertahap dan dengan
melihat kondisi pasien.
Selain itu dapat diberikan penjelasan kepada pasien agar menghindari atau
menjauhkan diri dari faktor-faktor yang diketahui dapat menyebabkan timbulnya
asma, serta penanganan yang harus dilakukan jika serangan asma terjadi.
Terapi Farmakologi
Sedangkan untuk terapi farmakologi, dapat dibagi menjadi dua jenis pengobatan
yaitu:

Quick-relief medicines, yaitu pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi


otot-otot di saluran pernafasan, memudahkan pasien untuk bernafas,
memberikan kelegaan bernafas, dan digunakan saat terjadi serangan asma
(asthma attack). Contohnya yaitu bronkodilator.

Long-term medicines, yaitu pengobatan yang digunakan untuk mengobati


inflamasi pada saluran pernafasan, mengurangi udem dan mukus berlebih,
memberikan kontrol untuk jangka waktu lama, dan digunakan untuk
membantu mencegah timbulnya serangan asma (asthma attack). Contohnya
yaitu kortikosteroid bentuk inalasi.

Obat-obat

asma

yang

digunakan

antara

lain

bronkodilator

(simpatomimetika: salbutamol, metilsantin: teofilin, antikolinergik: apratropium


bromide), kortikosteroid (prednisolon, budesonida,dll) dan obat-obatan lain seperti
ekspektoran (guaifenesin), mukolitik (bromheksin), antihistamin (ketotifen), dan
antileukotrien (zafirlukast). Untuk memaksimalkan pengobatan asma biasanya
digunakan kombinasi beberapa obat. Obat-obat asma tersedia dalam berbagai
macam bentuk sediaan, yaitu oral, parenteral, dan inhalasi.
Obat-obat tradisional
Tumbuhan cermai (Phyllanthus acidus (L) Skeels). Biji cermai 6 buah +
bawang merah 2 butir + buah lengkeng 8 butir + akar kara 4 potong lalu ditumbuk
dan direbus dengan dua gelas air hingga satu setengah gelas. Diminum satu hari 2
kali minum.
Obat pasaran :
BRONSOLVAN
DILABRON
INOLIN
MUCERA
KALBRON
INTAL-5 INHALER
NEO NAPACIN
Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal.
Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan
pengobatan rutin untuk mencegah serangan.
Jenis obat Asma yang Umum digunakan :
Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi
serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang

mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran


udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik
(misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang
cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya
bekerja pada reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel
di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya.
Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping
dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor betaadrenergik.
Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya
hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek
yang lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih
banyak digunakan untuk mencegah serangan.
Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang
dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat
langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat
menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator peroral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek
samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat.
Bronkodilator ada beberapa jenis menurut tempat kerjanya. Artinya, tempat
kerja masing-masing bronkodilator itu berbeda sehingga kadang-kadang dokter
memberikan bronkodilator dapat lebih dari satu macam. Hal ini ditujukan agar efek
pelebaran saluran nafas dapat maksimal.
Ada tiga macam bronkodilator sesuai tempat kerjanya. Pertama, golongan
beta2gonis, misalnya ventolin, bricasma, berotec, meptin. Kedua, golongan xantin,
misalnya teofillin, aminofillin, quibron, euphillin, unidur. Ketiga, golongan
antikolinnergik, misalnya, atrovent.
Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Theophylline biasanya
diberikan per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan

sirup short-acting sampai kapsul dan tablet long-acting. Pada serangan asma yang
berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah).
Jumlah theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus
dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan
efek, sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung
abnormal atau kejang. Pada saat pertama kali mengkonsumsi theophylline,
penderita bisa merasakan sedikit mual atau gelisah. Kedua efek samping tersebut,
biasanya hilang saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang
lebih besar, penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi
(jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan,
ketakuatan), muntah, dan kejang.
Corticosteroid

(Contoh

kortikosteroid

flutikasone,

budesonide,

beclomethasone, mometasone) menghalangi respon peradangan dan sangat efektif


dalam mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara
bertahap corticosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya
serangan asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah
rangsangan.
Tetapi penggunaan tablet atau suntikan corticosteroid jangka panjang bisa
menyebabkan:
1. gangguan proses penyembuhan luka
2. terhambatnya pertumbuhan anak-anak
3. hilangnya kalsium dari tulang
4. perdarahan lambung
5. katarak prematur
6. peningkatan kadar gula darah
7. penambahan berat badan
8. kelaparan
9. kelainan mental.
Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk
mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang biasanya

diberikan inhaler corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paruparu 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya.
Corticosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika
pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma.
Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan
dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran
udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk
mengobati serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma
karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum
secara teratur meskipun penderita bebas gejala.
Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja
dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan
di dalam bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan
pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi
agonis reseptor beta2-adrenergik.
Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton)
merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah
aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang
menyebabkan terjadinya gejala-gejala asma).
Obat-obatan lain untuk serangan asma

Magnesium Sulfat
Pada penelitian multisenter, pemberian magnesium sulfat intravena (infus) di
rumah sakit mempunyai efektivitas sama dengan pemberian beta agonis.

Mukolitik (pengencer dahak)


Pemberian mukolitik (misalnya Bisolvon sirup) pada serangan asma dapat
saja diberikan, tetapi harus berhati-hati pada anak dengan refleks batuk yang
tidak optimal. Pemberian mukolitik secara inhalasi (hirupan) tidak

mempunyai efek yang signifikan, tetapi harus berhati-hati pada serangan


asma berat.

Antibiotika
Pemberian antibiotika pada asma tidak dianjurkan, karena sebagian besar
pencetusnya bukan infeksi bakteri, melainkan infeksi virus. Pada keadaan
tertentu, antibiotika dapat diberikan, yaitu pada infeksi saluran napas yang
dicurigai karena bakteri, atau dugaan sinusitis yang menyertai asma.

Obat sedasi (mempunyai efek membuat kantuk)


Pemberian obat sedasi pada serangan asma sangat tidak dianjurkan, karena
menekan pernapasan.

Anti histamin (anti alergi)


Anti histamin jangan diberikan pada serangan asma, karena tidak
mempunyai efek yang bermakna, bahkan dapat memperburuk keadaan.

Terapi Inhalasi
Pengobatan asma bertujuan untuk menghentikan serangan asma secepat
mungkin, serta mencegah serangan berikutnya, ataupun bila timbul serangan
kembali, serangannya tidak berat. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu diberi obat
bronkodilator pada saat serangan, dan obat anti inflamasi sebagai obat pengendali
untuk menurunkan inflamasi yang timbul.
Pemberian obat pada asma dapat melalui berbagai macam cara, yaitu
parenteral (melalui infus), per oral (tablet diminum), atau per inhalasi. Pemberian
per inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui
hirupan. Pada asma, penggunaan obat secara inhalasi dapat mengurangi efek
samping yang sering terjadi pada pemberian parenteral atau per oral, karena dosis
yang sangat kecil dibandingkan jenis lainnya.

Untuk mendapatkan manfaat obat yang optimal , obat yang diberikan per
inhalasi harus dapat mencapai tempat kerjanya di dalam saluran napas. Obat yang
digunakan biasanya dalam bentuk aerosol, yaitu suspensi partikel dalam gas.
Jenis Terapi Inhalasi
Pemberian aerosol yang idel adalah dengan alat yang sederhana, mudah dibawa,
tidak mahal, secara selektif mencapai saluran napas bawah, hanya sedikit yang
tertinggal di saluran napas atas, serta dapat digunakan oleh anak, orang cacat, dan
orang tua. Namun keadaan ideal tersebut tidak dapat sepenuhnya tercapai.
Berikut beberapa alat terapi inhalasi:
1. Metered Dose Inhaler (MDI)
MDI ada dua jenis yaitu : MDI tanpa Spacer dan MDI dengan Spacer.
Spacer (alat penyambung) akan menambah jarak antara alat dengan mulut,
sehingga kecepatan aerosol pada saat dihisap menjadi berkurang. Hal ini
mengurangi pengendapan di orofaring (saluran napas atas). Spacer ini
berupa tabung (dapat bervolume 80 ml) dengan panjang sekitar 10-20 cm,
atau bentuk lain berupa kerucut dengan volume 700-1000 ml. Penggunaan
spacer ini sangat menguntungkan pada anak.
2. Dry Powder Inhaler (DPI).
Penggunaan obat dry powder (serbuk kering) pada DPI memerlukan hirupan
yang cukup kuat. Pada anak yang kecil, hal ini sulit dilakukan. Pada anak
yang lebih besar, penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena
kurang memerlukan koordinasi dibandingkan MDI. Deposisi (penyimpanan)
obat pada paru lebih tinggi dibandingkan MDI dan lebih konstan. Sehingga
dianjurkan diberikan pada anak di atas 5 tahun.

3. Nebulizer.
Alat nebulizer dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol
secara terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang
dipadatkan, atau gelombang ultrasonik. Aerosol yang terbentuk dihirup
penderita melalui mouth piece atau sungkup. Bronkodilator yang diberikan
dengan nebulizer memberikan efek bronkodilatasi yang bermakna tanpa
menimbulkan efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer lebih
banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang
menghasilkan partikel aerosol terus-menerus, ada juga yang dapat diatur
sehingga aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi,
sehingga obat tdak banyak terbuang.
Cara Pemberian Obat
Cara pemberian obat asma harus disesuaikan dengan umur anak, karena perbedaan
kemampuan menggunakan alat inhalasi. Perlu dilakukan pelatihan yang benar dan
berulang kali.
Jenis alat inhalasi disesuaikan dengan usia
Umur
< 2 tahun

5-8 tahun

Alat inhalasi

Nebuliser (alat uap)

MDI (Metered Dose Inhaler) dengan


spacer Aerochamber, Babyhaler
Nebuliser
MDI dengan spacer

> 8 tahun

DPI (Dry Powder Inhaler):


Diskhaler, Turbuhaler
Nebuliser
MDI dengan spacer
DPI

MDI tanpa spacer

Pemakaian alat perenggang (spacer) mengurangi deposisi (penumpukan)


obat dalam mulut (orofaring), sehingga mengurangi jumlah obat yang tertelan, dan

mengurangi efek sistemik. Deposisi (penyimpanan) dalam paru pun lebih baik,
sehingga didapatkan efek terapetik (pengobatan) yang baik. Obat hirupan dalam
bentuk bubuk kering (DPI = Dry Powder Inhaler) seperti Spinhaler, Diskhaler,
Rotahaler, Turbuhaler, Easyhaler, Twisthaler memerlukan inspirasi (upaya
menarik/menghirup napas) yang kuat. Umumnya bentuk ini dianjurkan untuk anak
usia sekolah.
Klasifikasi Derajat Penyakit Asma Anak
No Parameter klinis,
kebutuhan obat,
dan faal paru
1. Frekuensi serangan
2. Lama serangan

Asma Episodik
Jarang

3.

Intensitas serangan

biasanya ringan

4.

Di antara serangan

tanpa gejala

5.

Tidur dan aktivitas

tidak terganggu

6.

Pemeriksaan fisik
di luar serangan

normal (tidak
ditemukan
kelainan)

7.

Obat pengendali
(anti inflamasi)
Uji faal paru (di
luar serangan)

tidak perlu
PEF/FEV1>80%

PEF/FEV1 6080%

Variabilitas faal
paru (bila ada
serangan)

variabilitas >15%

variabilitas
>30%

8.

9.

Keterangan:

<1x/bulan
<1 minggu

Asma
Episodik
Sering
>1x/bulan
>1 minggu

biasanya
sedang
sering ada
gejala
sering
terganggu
mungkin
terganggu
(ditemukan
kelainan)
perlu

Asma
Persisten
sering
Hampir
sepanjang
tahun, tidak
ada periode
bebas serangan
biasanya berat
gejala siang
dan malam
sangat
terganggu
tidak pernah
normal
perlu
PEF/FEV1<60
%
variabilitas 2030%
variabilitas
>50%

PEF

: peak expiratory flow (aliran ekspirasi/saat membuang napas puncak)

FEV1 : forced expiratory volume in 1 second (volum ekspirasi paksa dalam 1


detik)
Tata Laksana Asma Jangka Panjang
Tujuan tata laksana asma anak secara umum adalah untuk menjamin tercapainya
potensi tumbuh kembang anak secara optimal. Secara lebih rinci, tujuan yang ingin
dicapai adalah:

Anak dapat menjalani aktivitas normalnya, termasuk bermain dan


berolahraga.

Sesedikit mungkin angka absensi sekolah.

Gejala tidak timbul siang ataupun malam hari.

Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal (dalam 24 jam)
yang mencolok.

Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan.

Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul,
terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Apabila tujuan ini belum tercapai, maka perlu reevaluasi tata laksananya.
Tata Laksana Medikamentosa (dengan Obat-obatan)
Obat asma dapat dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu obat pereda
(reliever) dan obat pengendali (controller).
Reliever, sering disebut obat serangan, digunakan untuk meredakan
serangan atau gejala asma jika sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan
sudah tidak ada gejala lagi, maka obat ini tidak digunakan lagi.
Controller, sering disebut obat pencegah, digunakan untuk mengatasi
masalah dasar asma, yaitu inflamasi respiratorik kronik (peradangan saluran napas
menahun). Dengan demikian pemakaian obat ini terus-menerus dalam jangka waktu
relatif lama, tergantung derajat penyakit asma, dan responnya terhadap

pengobatan/penanggulangan. Controller diberikan pada Asma Episodik Sering dan


Asma Persisten.
Asma Episodik Jarang
Asma episodik jarang cukup diobati dengan reliever berupa bronkodilator
(melebarkan bronkus/batang paru-baru) beta agonis hirupan (inhaler/spray) kerja
pendek (short acting 2-agonist, SABA) atau golongan xantin kerja cepat, bila
terjadi gejala/serangan.
Kendala penggunaan spray ini adalah harganya yang mahal dan tidak
tersedia di semua tempat. Selain itu pemakaian inhaler (Metered Dose Inhaler/MDI
atau Dry Powder Inhaler/DPI) ini memerlukan teknik penggunaan yang benar
(untuk anak besar), dan memerlukan alat bantu (untuk anak kecil/bayi). Bila obat
hirupan tidak ada, maka beta agonis diberikan per oral (obat minum).
Penggunaan xantin kerja cepat (teofilin) sebagai bronkodilator makin kurang
perannya dalam tata laksana asma, karena batas keamanannya (margin of safety)
sempit. Namun mengingat di Indonesia obat beta agonis oral tidak selalu ada, maka
dapat menggunakan teofilin dengan memperhatikan kemungkinan timbulnya efek
samping.
Asma Episodik Sering
Jika penggunaan beta agonis hirupan sudah lebih dari 3x per minggu
(tanpa

menghitung

penggunaan

sebelum

aktivitas

fisik),

atau

serangan

sedang/berat terjadi lebih dari sekali dalam sebulan, maka penggunaan anti
inflamasi sebagai pengendali (controller) diperlukan, yakni steroid hirupan dosis
rendah. Obat steroid yang sering digunakan pada anak adalah budesonid, sehingga
digunakan sebagai standar.
Dosis rendah steroid hirupan adalah setara dengan 100-200 mg/hari
budesonid (50-100 mg/hari flutikason) untuk anak berusia kurang dari 12 tahun, dan
200-400 mg/hari budesonid untuk anak berusia di atas 12 tahun. Pada penggunaan
dosis 100-200 mg/hari belum dilaporkan adanya efek samping jangka panjang.

Sesuai dengan mekanisme dasar asma yaitu inflamasi/peradangan kronik,


controller berupa anti inflamasi membutuhkan waktu untuk menimbulkan efek
terapi. Penilaian dilakukan setelah 6-8 minggu, yaitu waktu yang diperlukan untuk
mengendalikan inflamasinya. Apabila masih tidak respons (masih terdapat gejala
asma atau gangguan tidur atau aktivitas sehari-hari), maka dilanjutkan dengan tahap
kedua, yaitu menaikkan dosis steroid hirupan sampai dengan 400 mg/hari, yang
termasuk dalam tata laksana asma persisten.
Prinsip pengobatan adalah: jika tata laksana suatu derajat penyakit asma
sudah sesuai dengan panduan, namun respon tetap tidak baik dalam 6-8 minggu,
maka derajat tata laksana berpindah ke yang lebih berat (step-up). Sebaliknya jika
asmanya terkendali dalam 6-8 minggu, maka derajatnya beralih ke yang lebih
ringan

(step-down).

Bila

memungkinkan,

steroid

hirupan

dihentikan

penggunaannya.
Catatan: sebelum melakukan step-up, perlu dievaluasi (1) pelaksanaan
penghindaran pencetus, (2) cara penggunaan obat, dan (3) penyakit penyerta
yang mempersulit pengendalian asma (seperti rinitis dan sinusitis).
Asma Persisten
Cara pemberian steroid hirupan apakah dimulai dari dosis tinggi ke rendah
selama gejala masih terkendali, atau sebaliknya dimulai dari dosis rendah ke tinggi
hingga gejala dapat dikendalikan, tergantung pada kasusnya. Dalam keadaan
tertentu, khususnya pada anak dengan penyakit berat, dianjurkan untuk
menggunakan dosis tinggi dahulu, disertai steroid oral jangka pendek (3-5 hari).
Selanjutnya dosis steroid hirupan diturunkan sampai dosis terkecil yang masih
optimal.
Setelah pemberian steroid hirupan dosis rendah tidak mempunyai respons
yang baik, diperlukan terapi alternatif pengganti, yaitu meningkatkan steroid
menjadi dosis medium atau tetap steroid hirupan dosis rendah ditambah dengan
LABA (long acting beta-2 agonist) atau ditambahkan teophylline slow release
(TSR) atau ditambahkan anti-leukotriene receptor (ALTR). Dosis medium adalah
setara dengan 200-400 g/hari budosenid (100-200 g/hari flutikason) untuk anak

berusia kurang dari 12 tahun, dan 400-600 g/hari budosenid (200-300 g/hari
flutikason) untuk anak berusia di atas 12 tahun.
Apabila dengan pengobatan lapis kedua selama 6-8 minggu tetap terdapat
gejala asma, maka dapat diberikan alternatif lapis ketiga, yaitu dapat meningkatkan
dosis kortikosteroid sampai dengan dosis tinggi, atau tetap dosis medium
ditambahkan dengan LABA, atau TSR, atau ALTR. Yang dimaksud dosis tinggi
adalah setara dengan > 400 g/hari budesonid (> 200 g/hari flutikason), untuk
anak berusia kurang dari 12 tahun, dan > 600 g/hari budesonid (> 300 g/hari
flutikason) untuk anak berusia di atas 12 tahun.
Penambahan LABA pada steroid hirupan dibuktikan dapat memperbaiki
FEV1, menurunkan gejala asma, dan memperbaiki kualitas hidup. Apabila dosis
steroid hirupan sudah mencapai > 800 mg/hari namun tidak mencapai respon,
maka baru menggunakan steroid oral (sistemik). Jadi penggunaan kortikosteroid
oral sebagai controller (pengendali) adalah jalan terakhir. Langkah ini diambil
hanya bila bahaya dari asmanya lebih besar daripada bahaya efek samping obat.
Sebagai dosis awal, steroid oral dapat diberikan 1-2 mg/kgBB/hari. Dosis kemudian
diturunkan sampai dosis terkecil yang diberikan selang hari pada pagi hari. Efek
samping steroid sistemik dapat dilihat dalam
Pemberian antileukotrien (zafirlukas) dikontraindikasikan pada kelainan
hati. Pemberian obat anti histamin generasi baru non sedatif (misalnya setirizin dan
ketotifen), dipertimbangkan pada anak dengan asma yang disertai rinitis.
Pengobatan Untuk serangan jantung
Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin
untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga
digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam
bentuk yang berbeda. Agonis reseptor beta-adrenergik digunakan dalam bentuk
inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat).
Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan
obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.

Pengobatan asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan


epinephrine atau terbutaline di bawah kulit dan aminophylline (sejenis theophylline)
melalui infus intravena. Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak
menunjukkan perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan
corticosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah).
Pada serangan asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah,
sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu
diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Selama
suatu serangan asma yang berat, dilakukan:

pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah

pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow


meter)

pemeriksaan rontgen dada.

Pengobatan jangka panjang


Salah satu pengobatan asma yang paling efektif adalah inhaler yang
mengandung agonis reseptor beta-adrenergik. Penggunaan inhaler yang berlebihan
bisa menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung.
Jika pemakaian inhaler bronkodilator sebanyak 2-4 kali/hari selama 1 bulan
tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan inhaler corticosteroid, cromolin
atau pengubah leukotrien. Jika gejalanya menetap, terutama pada malam hari, juga
bisa ditambahkan theophylline per-oral.

DAFTAR OBAT ASMA YANG ADA DI INDONESIA


Fungsi

Obat Pereda

Obat
Pengendali
(Contoroller)

Nama Generik
Nama Dagang
Sediaan
Golongan B Agonis (Kerja Pendek)
Terbutalin
Bricasma
Sirup, tablet, turbuhaler
Nairet
Sirup, Tablet, Ampul
Forasma
Sirup, Tablet
Salbutamol
Ventolin
Sirup, Tablet, MDI
Orsiprenalin
Alupent
Sirup, Tablet, MDI
Heksoprenalin
Tablet
Fenoterol
Berotec
MDI
Golongan Xantin
Teofilin
Sirup, Tablet
Golongan Anti Inflamasi Non - Steroid
Kromoglikat
MDI
Nedokromil
MDI
Golongan Anti Inflamasi - Steroid
Budosenid
Pulmicort Inflamid MDI, Turbuhaler
Flutikason
Flixotide
MDI
Beklometason
Becotide
MDI
Golongan Beta Agonis (Kerja Panjang)
Prokaterol
Sirup, Tablet, MDI
Bambuterol
Bambec
Tablet
Salmeterol
Serevent
MDI
Klenbuterol
Spiropent
Sirup, Tablet
Golongan Obat Lepas Lambat/Lepas Terkendali
Terbutalin
Kapsul

Keterangan
0,05-0,1 mg/KgBB/Kali
0,05-0,1 mg/KgBB/Kali

Tidak Tersedia Lagi


Tidak Tersedia Lagi
Tidak Tersedia Lagi

Salbutamol
Volmax
Teofilin
Golongan Anti Leukotrien
Zafirlukas
Accolate
Montelukas
Golongan Kombinasi Steroid + LABA*
Budosenid + Formoterol Symbicort
Seretide
Flutikason + Salmoterol

Tablet
Tablet Salut
Tablet

Ada
Belum Ada

Turbuhaler
MDI

* LABA yang mempunyai awitan kerja cepat


DAFTAR OBAT UNTUK NEBULISASI
Nama Generik
Golongan B Agonis
Fenoterol
Salbutamol
Terbutalin
Golongan Antikolinergik
Ipratropium Bromide

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Nebulisasi

Berotec
Ventolin
Bricasma

Solution 0,1%
Nebule 2,5 mg
Respule 2,5 mg

5 10 tetes
1 Nebule
1 Respule

Atrovent

Solutin 0,25%

> 6 thn : 8 20 tetes


<- 6 thn : 4 10 tetes

Golongan Steroid
Budosenide
Pulmicort
Flutikason
Flixotide
Golongan B Agonis + Antikolinergik
Salbutamol + Ipratropium
Combivent UDV

Respules
Nebules
Unit Dose Vial

0,5 1 Vial

DAFTAR OBAT STEROID SISTEMIK UNTUK SERANGAN ASMA


Nama Generik
Metil Prednisolon
Prednison
M. Prednisolon Suksinat
inj.
Hidrokortison Suksinat
Dexamethasone inj.
Betamethasone inj.

Nama
Dagang
Prednicort
Prednicort
Etason

Sediaan
Tablet 4 mg, 8 mg
Tablet 5 mg
Vial 125 mg, Vial 500 mg
Vial 100 mg
Ampul
Ampul

Dosis
0,5 1 mg/KgBB/Hari tiap 6 jam
0,5 1 mg/KgBB/Hari tiap 6 jam
30 mg dalam 30 mnt (Dosis tinggi) tiap 6
jam
4 mg/KgBB/kali tiap 6 jam
0,5 1 mg/KgBB Bolus
dilanjutkan 1 mg/KgBB/Hr diberikan tiap 68 jam
0,5 0,1 mg/KgBB tiap 6 jam

DAFTAR OBAT ANTIHISTAMIN UNTUK ASMA YANG DISERTAI RINITIS ALERGIKA


Nama Generik
Setirizin
Ketotifen

Nama Dagang
Rydian
Nortifen

Sediaan
Tablet 10 mg
Tablet 10 mg

Sumber:
Pedoman Nasional Asma Anak, UKK Pulmonologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia 2004
Referensi mengenai Asma pada anak lainnya bisa Anda dapatkan di:
www.aaaai.org/members/resources/initiatives/pediatricasthmaguidelines/default.stm

Dosis

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Asma adalah penyakit peradangan saluran nafas kronik akibat terjadinya
peningkatan kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan.
2. Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga bertanggung
jawab terhadap awal mula terjadinya Asma. Sel mast di sepanjang bronki
melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang menyebabkan
terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki dan timbulah ASMA. Secara
umum gejala asma adalah sesak napas, batuk berdahak dan suara napas yang
berbunyi ngik-ngik dimana seringnya gejala ini timbul pada pagi hari menjelang
waktu subuh, hal ini karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang
kadarnya rendah ketika pagi dan berbagai faktor lainnya.
3. Konsep terkini mekanisme terjadinya asma, yaitu asma merupakan suatu proses
inflamasi (peradangan) kronik/menahun yang khas, melibatkan dinding saluran
respiratorik/napas, menyebabkan terbatasnya aliran udara, dan peningkatan
reaktivitas (hiperreaktif/hipersensitif) saluran napas. Hiperreaktivitas ini
merupakan awal terjadinya penyempitan saluran napas, sebagai respon terhadap
berbagai macam rangsang.
4. Berdasarkan frekuensi kemunculan gejalanya, tingkat penyakit asma dibedakan
menjadi 4, yaitu : Intermitten, Persisten ringan, Persisten sedang, Persisten
berat. Sedangkan berdasarkan berat ringannya, tingkat penyakit asma dibedakan
menjadi : Serangan asma akut ringan, Serangan Asma akut sedang, Serangan
Asma akut berat.
5. Diagnosis penyakit Asma ditegakkan berdasarkan gejalanya yang khas.
6. Jenis obat-obatan yang digunakan untuk mengobati asma : Agonis reseptor betaadrenergik,

Bronkodilator,

Corticosteroid,

nedocromil,

Cromolin,

Obat

antikolinergik. Adapun obat pasaran yang sering digunakan adalah Bronsolvan,


Dilabron, Inolin, Mucera, Kalbron, Intal-5 Inhaler, Neo Napacin.

Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
Olehnya itu, penulis akan sangat bersyukur dan berterimakasih dengan saran dan
kritikan yang bernilai positif dari pembaca yang akan diberikan kepada penulis
nantinya.

DAFTAR PUSTAKA
www.sehatgroup.web.id/artikel/1268.asp?FNM=1268 - 93kTembolok - Halaman
sejenis
www.infoasma.org/ - 18k - Tembolok - Halaman sejenis
id.wikipedia.org/wiki/Asma - 40k - Tembolok - Halaman sejenis
www.sehatgroup.web.id/articles/isiArt.asp?artID=7 - 11k - Tembolok - Halaman
sejenis
www.medicastore.com/asma/tanya_jawab_asma.htm - 17k - Tembolok sejenis

Halaman

yosefw.wordpress.com/.../31/penggunaan-kortikosteroid-inhalasi-dalam-terapiasma-natalia-sugianti-078115060/ - 26k - Tembolok - Halaman sejenis


ms.wikipedia.org/wiki/Asma - 33k - Tembolok - Halaman sejenis
www.sehatgroup.web.id/guidelines/isiGuide.asp?guideID=12 - 25k - Tembolok Halaman sejenis
www.medicastore.com/neo_napacin/asma_bronkial.htm - 26k - Tembolok Halaman sejenis
www.medicastore.com/neo_napacin/tanya_jawab.htm - 23k - Tembolok - Halaman
se

Daftar Obat Asma yang ada di Kendari


Teozal
Salbutamol 4
Salbutamol 2
Asma soho
Asma salon
Kalbron
Sumber : Apotek Bumi Farma

Anda mungkin juga menyukai