PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
TINJAUAN TEORI
3. Etiologi
b. Penyebab
Salmonella typhy sama dengan salmonela yanglain adalah bakteru Gram-
negatif mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakulatif
anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari olisakarida, Flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari
polisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dan dinding sel dan dinamakan
endotoksin.
c. Penularan
Kelompok usia yang rentan menderita demam tifoid adalah anak pada
kelompok usia 5 tahun ke atas. Pada usia tersebut, anak sudah mulai masuk
sekolah dan mengenal jajanan di luar rumah. Makanan atau jajanan yang kurang
bersih dapat mengandung kuman S. typhii dan masuk ke tubuh anak jika
termakan.
Bakteri Virus
Monosit makrofag
sel kupfer
Respon hipotalamus
anterior
norepinefrin
Asam arakhidonat
PGE2
Demam
Vasidolatasi Berkeringat
kulit
Dx. Hipertermi
Metabolisme Meningkat
6. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan
dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak
7. Tes Diagnostic Yang Menujang
a. Uji Coba Darah: Trombosit turun pada DBD , Hemokonsentrasi ,
Leukosit mungkin meningkat , PH darah mungkin meningkat
b. Pembiakan Kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
urine
c. Biopsi, angionografi, aortografi atau limfaniografi.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup
parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan
air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen
merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan
prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara
10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis
besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat
seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini
bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa
mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10
mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam. Metamizole (antalgin) bekerja menekan
pembentukkan prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n
antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast
ik dan perdara han saluran cerna. Dosis terapeutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam
dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per
oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik. Dosis pemberiannya 20
mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh
diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.
3 Resiko Nutrisi Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola makan klien
dari kebutuhan b.d keperawatan selama…x24jam klien 2. Kaji makanan yang
Peningkatan menunjukkan asupan nutrisi disukai
metabolisme terpenuhi dengan kriteria hasil: 3. Kaji intake output
Definis: Asupan nutrisi 1. Adanya penignkatan berat makanan dalam 24 jam
tidak cukup untuk badan 4. Anjurkan makan sedikit
memenuhi kebutuhan 2. Nafsu makan bertambah tetapi sering
metabolik 3. Tidak terjadi penurunan berat 5. Kolaborasi dengan ahli
Batasan karakteristik: badan yang berarti gizi dalam pemberian
1. Penurunan nafsu kalori dan protein yang
makan tepat.
2. Penurunan berat
badan
3. Mukosa kering
4. Kerontokan rambut
(berat)
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan
yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
C. Konsep Tubuh Kembang
1. PENGERTIAN TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel
di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis
protein-protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara
keseluruhan atau sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan
ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara
kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia itu. Dalam pertumbuhan
manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan
kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu
secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan
mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun
spiritual ( Supartini, 2000).
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur
dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya
kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan
(maturation), dan pembelajaran (learning). Perkembangan manusia berjalan secara
progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang
lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ
mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik
yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan
intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti
berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari
perilaku sosial lingkungan anak.
Merupakan faktor keturunan secara genetik dari orang tua kepada anaknya. Faktor
ini tidak dapat berubah sepanjang hidup manusia, dapat menentukan beberapa
karkteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik,
dan beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh seperti temperamen.
Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya intensitas dan kecepatan dalam
pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur
pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi genetik yang berkualitas
hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang positif agar memperoleh
hasil yang optimal.
d. Faktor nutrisi
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak
dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat
mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan
terjadi perlambatan.
Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi
organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler
yang sederhana seperti aktifasi enzim terhadap diferensi sel, sampai kepada proses
metabolisme yang kompleks dan perubahan bentuk fisik di masa pubertas.
7. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Erik H Erickson mengungkapkan pendapatnya tentang teori
tentang perkembangan psikososial diantaranya :
Industri vs inferior (industry vs inferiority) -- usia sekolah (6-12
tahun) Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan
dan produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui
pencapaian, anak biasanya terpengaruhi oleh guru dan sekolah. Anak juga
sering hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman
sebaya.
8. PERKEMBANGAN MORAL
Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja.
Sebagian orang berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah
laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal hal
yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan
masyarakat.Di sisi lain tiadanya moral seringkali dituding sebagai faktor
penyebab meningkatnya kenakalan remaja.
Tingkat moralitas konvensional : 9-13 tahun Usaha yang dilakukan
untuk memyensngkan orang lain, kontrol emosi didapat dari dalam, anak
menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan dan menghindari kritikan
dari yang berwenang.
9. PERKEMBANGAN SPIRITUAL
Masa anak sekolah Tanda-tandanya antara lain : sikap
keagamaan resepsif tetapi disertai pengertian, pandangan dan
faham ke-Tuhanan diterangkan secara rasional berdasarkan
kaidah-kaidah logika yang bersumber pada indikator alam
semesta sebagai manifestasi dari eksistensi dan keagungan-Nya,
pengahayatan secara rohaniah makin mendalam dalam
melaksanakan ritual.
D. Dampak Hospitalisasi Pada Anak Berumur 10Tahun.
Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menjadi masalah pada anak,
tetapi juga pada orang tua. Brewis (1995 dalam Supartini, 2002) menemukan rasa
takut pada orang tua selama perawatan anak di rumah sakit terutama pada kondisi
sakit anak yang terminal karena takut akan kehilangan anak yang dicintainya dan
adanya perasaan berduka. Stessor lain yang sangat menyebabkan orang tua stres
adalah mendapatkan informasi buruk tentang diagnosis medik anaknya, perawatan
yang tidak direncanakan dan pengalaman perawatan di rumah sakit sebelumnya
yang dirasakan menimbulkan trauma (Supartini (2000) dalam Supartini, 2002)
1. Privasi
Selama dirawat di rumah sakit, klien berulang kali diperiksa oleh petugas
kesehatan (dalam hal ini perawat dan dokter). Bagian tubuh yang biasanya dijaga
agar tidak dilihat, tiba-tiba dilihat fdan disentuh oleh orang lain. Hal ini tentu akan
membuat klien merasa tidak nyaman.
Klien adalah orang yang berada dalam keadaan lemah dan bergantung
pada orang lain. Kondisi ini cendurung membuat klien “pasrah” dan menerima
apapun tindakan petugas kesehatan kepada dirinya asal ia cepat sembuh.
Menyikapi hal tersebut, perawat harus selalu memperhatikan dan menjaga privasi
klien ketika berinteraksi dengan mereka. Beberapa hal yang dapat perawat
lakukan guna menjaga privasi klien adalah sebagai berikut.
a. Setiap akan melakukan tindakan keperawatan, perawat harus selalu
memberitahu dan menjelaskan perihal tindakan tersebut kepada klien.
b. Memperhatikan lingkungan sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan. Yakinkan bahwa lingkungan tersebut menunjang privasi
klien.
c. Menjaga kerahasiaan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
klien. Sebagai contoh, setelah memasang kateter, perawat tidak boleh
menceritakan alat kelamin pasien kepada orang lain, termasuk pada
teman sejajwat.
d. Menunjukkan sikap profesional selama berinteraksi dengan klien.
Perawat tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat
klien malu atau marah. Sikap tubuh pun tidak boleh layaknya majikan
kepada pembantu.
e. Libatkan klien dalam aktivitas keperawatan sesuai dengan batas
kemampuannya jika tidak ada kontraindikasi.
2. Gaya Hidup
Klien yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami perubahan pola
gaya hzidup. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi antara rumah sakit
dengan rumah ztempat tinggal klien, juga oleh perubahan kondisi keehatan klien.
Aktivitas hidup yang klien jalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan aktivitas
yang dialaminya selama di rumah sakit. Perubahan gaya hidup akibat hospitalisasi
inilah yang harus menjadi perhatian setiap perawat. Asuhan keperawatan yang
diberikan harus diupayakan sedemikian rupa agar dapat menghilangkan atau
setidaknya meminimalkan perubahan yang terjadi.
3. Otonomi
4. Peran
Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson & Henderson, 2007 : 435)
meliputi 3 tahap yaitu :