Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus


(Elizabeth J. Corwin, 2010). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari
37,5 ºC (E. Oswari, 2009). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam
leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang
tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2008).
Keadaan ini sering terjadi pada pasien anak-anak, yaitu merupakan
keluhan utama dari 50% pasien anak di UGD di Amerika Serikat, Eropa dan
Afrika. Tidak hanya pada pasien anak-anak, tetapi pada pasien dewasa maupun
lansia febris juga dapat sering terjadi tergantung dari sistem imun. Pada febris ini
juga tidak ada perbedaan insidens dari segi ras atau jenis kelamin.
Pasien dengan gejala febris dapat mempunyai diagnosis definitif
bermacam-macam atau dengan kata lain febris merupakan gejala dari banyak jenis
penyakit. Febris dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,
penyakit metabolik maupun penyakit lain. (Julia, 2000).
Contoh penyakit infeksi bakteri yang memberikan gejala febris adalah
meningitis, bakteremia, sepsis, enteritis, pneumonia, pericarditis, osteomyelitis,
septik arthritis, cellulitis, otitis media, pharyngitis, sinusitis, infeksi saluran urin,
enteritis, appendicitis. Sedangkan untuk penyakit infeksi virus yang memberikan
gejala febris adalah adalah ISPA, bronkiolitis, exanthema enterovirus,
gastroenteritis, dan para flu. Selain dari penyakit, penyebab lain dari febris adalah
cuaca yang terlalu panas, memakai pakaian yang terlalu ketat dan dehidrasi.
Untuk febris yang disebabkan oleh penyakit infeksi biasanya akan
diberikan obat antibiotic sedangkan dari non infeksi akan dilihat penyebab dari
febris itu sendiri. Febris dapat segera teratasi dengan terapi dan perawatan yang
tepat. Namun, apabila febris tidak diatasi dan diberikan perawatan yang tepat
maka akan menjadi suatu kegawatan yang mengancam jiwa pasien.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan umum laporan kasus ini adalah pembaca dan khususnya
penulis mengetahui asuhan keperawata pada klien dengan diagnosa
Obserasi Febris.
2. tujuan khusus
a. Penulis mengetahui pengertian Febris.
b. Penulis mengetahui anatomi Pengatur Suhu Tubuh.
c. Penulis mengetahui Etiologi Febris.
d. Penulis mengetahui Patofisiologi daan Patoflow Febris.
e. Penulis mengatahui Tanda dan Gejala Febris.
f. Penulis mengatahui Komplikasi dari Febris.
g. Penulis mengatahui test iagnostic yang menunjang diagnosa Febris.
h. Penulis mampu membuat asuhan keperawatan, dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan sampai evaluasi
pada klien dengan diagnosa Febris.
C. Metode penulisan
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaporan kasus ini menggunakan metode
wawancara, observasi dan studi pustaka.
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan kasus ini terdiri :
BAB I pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode
penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teori berisi laporan
pendahuluan, Definis Febris, anatomi fisiologi Pengatur Suhu Tubuh, Etiologi
Febris, Tanda gejala Febris, Komplikasi Febris,tes diagnostic Febris. BAB III
Tinjauan kasus berisi asuhan keperawatan, BAB IV Pembahasan berisi kesamaan
dan penyimpangan maupun perbedaaan Antara teori (BAB II) dan kasus (BAB
III). BAB V berisi kesimpulan dan saran.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR FEBRIS (DEMAM)


1. Definisi
Demam adalah peningkatan titik patokan (set point) suhu di hipotalamus
(Elizabeth J. Corwin, 2010). Dikatakan demam jika suhu orang menjadi lebih dari
37,5 ºC (E. Oswari, 2009). Demam terjadi karena pelepasan pirogen dari dalam
leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen eksogen yang dapat
berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi imunologik yang
tidak berdasarkan suatu infeksi (Sjaifoellah Noer, 2008).
Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat disebabkan
oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang mempengaruhi pusat
pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.
Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38⁰C atau
lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8⁰C.Sedangkan bila
suhu tubuh lebih dari 40⁰C disebut demam tinggi (hiperpireksia)(Julia, 2000).
Tipe demam yang mungkin kita jumpai antara lain:
a. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai keluhan
menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut turun ketingkat yang
normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat
dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
c. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana dan bila
terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
e. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian diikuti oleh
kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan
suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria. Seorang
pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan segera dengan suatu
sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi saluran kencing, malaria,
tetapi kadang sama sekali tidak dapat dihubungkan segera dengan suatu sebab
yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru saja
dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influensa atau penyakit virus sejenis lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak
harus tetap waspada terhadap infeksi bakterial.
2. Anatomi dan fisiologi Suhu Tubuh
a. Anatomi Fisiologi Hipotalamus
Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah Hipothalamus, Hipothalamus
ini dikenal sebagai thermostat yang berada dibawah otak.
Terdapat dua hipothalamus, yaitu:
1). Hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan
panas
2). Hipothalamus posterior yang berfungsi mengatur upaya
penyimpanan panas
Saraf-saraf yang terdapat pada bagian preoptik hipotalamus
anterior dan hipotalamus posterior memperoleh dua sinyal, yaitu :
1). berasal dari saraf perifer yang menghantarkan sinyal dari reseptor
panas/dingin
2). berasal dari suhu darah yang memperdarahi bagian hipothalamus
itu sendiri.
Thermostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol
yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
turun sampai dibawah atau naik sampai di titik ini, maka pusat akan
memulai impuls untuk menahan panas atau meningkatkan pengeluaran
panas.
a. Termoreseptor perifer
Termoreseptor yang terletak dalam kulit ,mendeteksi
perubahan suhu kulit dan membran mukosa tertentu serta mentransmisi
informasi tersebut ke hipotalamus
b. Termoreseptor sentral
Termoreseptor ini terletak diantara hipotalamus anterior,
medulla spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya juga
mendeteksi perubahan suhu darah.

Gambar 2.1 Hipotalamus

3. Etiologi

Menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal 2000 bahwa etiologi


febris,diantaranya
a. Suhu lingkungan.
b. Thypoid
c. Pneumonia.
d. Malaria.
e. Otitis media.
f. Imunisasi
g. Campak
h. DHF
i. Infeksi saluran kemih
j. Sinusitis
k. TBC
1) Thypoid
a. Definisi
Demam Thypoid, oleh orang awam sering kali disebut tipus, merupakan
penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman “Salmonella typhii”. Demam tifoid
dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain. Demam tifoid menular melalui
kotoran (fecal-oral) dan sangat erat kaitannya dengan higienisitas seseorang.

b. Penyebab
Salmonella typhy sama dengan salmonela yanglain adalah bakteru Gram-
negatif mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakulatif
anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari olisakarida, Flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari
polisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dan dinding sel dan dinamakan
endotoksin.
c. Penularan
Kelompok usia yang rentan menderita demam tifoid adalah anak pada
kelompok usia 5 tahun ke atas. Pada usia tersebut, anak sudah mulai masuk
sekolah dan mengenal jajanan di luar rumah. Makanan atau jajanan yang kurang
bersih dapat mengandung kuman S. typhii dan masuk ke tubuh anak jika
termakan.

d. Tanda Dan Gejala


Anak yang menderita demam tifoid, umumnya memiliki gejala demam
lebih dari 1 minggu. Selain itu, keluhan yang dominan dialami oleh anak adalah
keluhan pada saluran cerna, seperti mual, muntah, mencret, atau pada anak yang
lebih besar terkadang sembelit/susah BAB.
Gejala-gejala seperti ini juga dapat muncul pada infeksi saluran cerna yang
lain. Oleh karena itu, sering kali orang tua menyebutnya sebagai “gejala tipus”.
Namun, yang membedakan adalah pada demam tifoid, suhu tubuh anak ketika
demam perlahan-lahan semakin tinggi setiap harinya (step ladder), terutama
menjelang sore misalnya hari ini suhu saat demam 380C, keesokan harinya
38,50C, keesokan hari kemudian 390C, dan seterusnya. Demamnya juga sulit turun
walaupun sudah diberikan obat penurun panas.

4. Patofiologi dan Patoflow


a. Patofiologi
Demam adalah sebagai mekanisme pertahanan tubuh (respon imun) anak
terhadap infeksi atau zat asing yang masuk ke dalam tubuhnya. Bila ada infeksi
atau zat asing masuk ke tubuh akan merangsang sistem pertahanan tubuh dengan
dilepaskannya pirogen. Pirogen adalah zat penyebab demam, ada yang berasal
dari dalam tubuh (pirogen endogen) dan luar tubuh (pirogen eksogen) yang bisa
berasal dari infeksi oleh mikroorganisme atau merupakan reaksi imunologik
terhadap benda asing (non infeksi). Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan
protein, dan zat lain, terutama toksin polisakarida, yang dilepas oleh bakteri toksik
yang dihasilkan dari degenerasi jaringan tubuh menyebabkan demam selama
keadaan sakit.
Mekanisme demam dimulai dengan timbulnya reaksi tubuh terhadap
pirogen. Pada mekanisme ini, bakteri atau pecahan jaringan akan difagositosis
oleh leukosit darah, makrofag jaringan, dan limfosit pembunuh bergranula besar.
Seluruh sel ini selanjutnya mencerna hasil pemecahan bakteri ke dalam cairan
tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit.
Pirogen selanjutnya membawa pesan melalui alat penerima (reseptor) yang
terdapat pada tubuh untuk disampaikan ke pusat pengatur panas di hipotalamus.
Dalam hipotalamus pirogen ini akan dirangsang pelepasan asam arakidonat serta
mengakibatkan peningkatan produksi prostaglandin (PGEZ). Ini akan
menimbulkan reaksi menaikkan suhu tubuh dengan cara menyempitkan pembuluh
darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar keringat. Pengeluaran panas
menurun, terjadilah ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
Inilah yang menimbulkan demam pada anak. Suhu yang tinggi ini akan
merangsang aktivitas “tentara” tubuh (sel makrofag dan sel limfosit T) untuk
memerangi zat asing tersebut dengan meningkatkan proteolisis yang
menghasilkan asam amino yang berperan dalam pembentukan antibodi atau
sistem kekebalan tubuh.
b. Patoflow

Bakteri Virus

Reaksi obat Infeksi Endotoksin Zat peradangan Pirogenik lain


c.

Monosit makrofag
sel kupfer

Respon hipotalamus
anterior

norepinefrin

Asam arakhidonat

PGE2

Demam

Vasidolatasi Berkeringat
kulit

Dx. Hipertermi

Metabolisme Meningkat

Dx. Resiko volume


Dx: Resiko Nutrisi Kurang dari cairan kurang dari
kebutuhan tubuh
kebutuhan tubuh
5. Tanda dan Gejala
a. Anak rewel (suhu lebih tinggi dari 37,8⁰C - 40⁰C)
b. Kulit kemerahan
c. Hangat pada sentuhan
d. Peningkatan frekuensi pernapasan
e. Menggigil
f. Dehidrasi
g. Kehilangan nafsu makan
Banyak gejala yang menyertai demam termasuk gejala nyeri punggung,
anoreksia dan somlolen. Batasan mayornya yaitu suhu tubuh lebih tinggi dari
37,5⁰C - 40⁰C, kulit hangat, takichardi, sedangkan batasan karakteristik minor
yang muncul yaitu kulit kemerahan, peningkatan kedalaman pernapasan,
menggigil/merinding perasaan hangat dan dingin, nyeri dan sakit yang spesifik
atau umum (misal: sakit kepala verigo), keletihan, kelemahan, dan berkeringat
(Isselbacher. 1999, Carpenito. 2000).

6. Komplikasi
a. Dehidrasi : demam ↑penguapan cairan tubuh
b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam).
Sering terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan
dalam 24 jam pertama demam dan umumnya sebentar, tidak
berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan otak
7. Tes Diagnostic Yang Menujang
a. Uji Coba Darah: Trombosit turun pada DBD , Hemokonsentrasi ,
Leukosit mungkin meningkat , PH darah mungkin meningkat
b. Pembiakan Kuman dari cairan tubuh/lesi permukaan atau sinar tembus
urine
c. Biopsi, angionografi, aortografi atau limfaniografi.
8. Penatalaksanaan Medis
a. Obat-obatan Antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu
di hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
1. Bayi 6 – 12 bulan : ½-1 sendok the sirup parasetamol
2. Anak 1 – 6 tahun : ¼-½ parasetamol 500 mg atau 1-1½ sendokteh sirup
parasetamol
3. Anak 6 – 12 tahun : ½-1 tablet parasetamol 500 mg atau 2 sendok teh sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan
air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam menurunkan
demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu anak dengan
kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit neurologis dan pada
anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti inflamasi, analgetik dan
antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-macam dan sering berbeda dalam
susunan kimianya tetapi mempunyai kesamaan dalam efek pengobatannya.
Tujuannya menurunkan set point hipotalamus melalui pencegahan pembentukan
prostaglandin dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen
merupakan derivat para -aminofenol yang bekerja menekan pembentukan
prostaglandin yang disintesis dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara
10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4 jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90
mgr/kbBB/hari Pada umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis
besar jangka lama dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan
hepar.Pemberiannya dapat secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat
seperti ibuprofen juga bekerja meneka n pembentukan prostaglandin.Obat ini
bersifat antipiretik, analgetik dan antiinflamasi. Efek samping yang timbul berupa
mual, perut kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan anemia
aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10
mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam. Metamizole (antalgin) bekerja menekan
pembentukkan prostaglandin. Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n
antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia aplast
ik dan perdara han saluran cerna. Dosis terapeutik 10 mgr/kgBB/kali tiap 6 -8 jam
dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang dari 6 bulan.Pemberiannya secara per
oral, intramuskular atau intravena. Asam mefenamat suatu obat gol ongan
fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat dibandingkan sebagai antipiretik.Efek
sampingnya berupa dispepsia dan anemia hemolitik. Dosis pemberiannya 20
mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis. Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh
diberikan anak usia kurang dari 6 bulan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian
a. Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :
panas.
d. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien
saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat demam,
gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu
makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
e. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).
f. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau
penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain
baik bersifat genetik atau tidak)
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan : kesadaran
c. Sistem pernafasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integumen
g. Sistem perkemihan
3. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dan peran
4. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. foto rontgent
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertemi b.d Proses Penyakit
b. Resiko Volume cairan kuran dari kebutuhan tubuh
c. Resiko Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


(NOC) (NIC)
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Fever treatment
berhubungan dengan keperawatan selama…x24jam klien Monitir suhu sesering mungkin
proses infeksi, proses menunjukkan temperatur dalam Monitor IWL
penyakit. batas normal dengan kriteria hasil: Monitor warna dan suhu kulit
Hipertermia adalah Suhu Tubuh dalam batas normal Monitor tekanan darah, nadi
peningkatan suhu Bebas dari kedinginan dan RR
tubuh di atas kisaran Suhu tubuh stabil 36,50-37,50c Monitor penurunan tingkat
normal Termoregulasi dbn kesadaran
Batasan karakeristik : Nadi dbn Monitor WBC, HB dan HCT
Kenaikan suhu tubuh <1 bln : 90-170 Monitor intake dan output
diatas rentang normal <1 thn : 80-160 Kolaborasikan pemberian
Serangan atau 2 thn : 80-120 antipiretik
konvulsi (kejang) 6 thn : 75-115 Berikan pengobatan untuk
Kulit kemerahan 10 thn : 70-110 mengatasi penyebab demam
Pertambahan RR 14 thn : 65-100 Selimuti pasien
Takikardi >14thn : 60-100 Berikan cairan intravena
Saat disentuh tangan Respirasi dbn Kompres pasien pada lipat paha
terasa hangat BBL : 30-50 x/m dan aksila
Anak-anak : 15-30 x/m Tingkatkan sirkulasi udara
Dewasa : 12-20 x/m Berikan pengobatan untuk
mencegah terjadinya menggigil
Temperature regulation
Monitor suhu minimal tiap 2
jam
Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
Monitor TD, nadi dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negative dari
kedinginan
Berikan antipiretik bila perlu
2 Resiko Volume Cairan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status
Kurangdari kebutuhan keperawatan selama…x24jam klien hidrasi(Kelembapan mukosa
tubuh b.d Output menunjukkan tidak ada tanda –tnda nadi adekuat, TD normal
berlebih (keringat dan dehidrassi dalam batas normal 2. Monitor masukan makanan
urine) dengan kriteria hasil: dan cairan/minuman, hitung
Definisi: Beresiko 1. Mempertahankan kan urine intake
mengalami dehidrasi output sesuai usia bb,Bj urine 3. Anjurkan Minum sering
vaskuler, selular, atau normal HT normal sesuai kebutuhan
intraselular 2. Tekanan darah suhu, nadi 4. Pertahankan catatan intake
Faktor resiko: normal dan output yang akurat
1. Kehilangan volume 3. Tidak ada tanda-tanda 5. Kolaboras pemberian cairan
cairan aktif dehidrasi, membran mukosa IV(RL)
2. Penyimpangan yang lembab, tidak ada rassa haus
mempengaruhi yang berlebih.
absorbsi cairan
3. Penyimpangan yang
mempengaruhi
aksescairan

3 Resiko Nutrisi Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji pola makan klien
dari kebutuhan b.d keperawatan selama…x24jam klien 2. Kaji makanan yang
Peningkatan menunjukkan asupan nutrisi disukai
metabolisme terpenuhi dengan kriteria hasil: 3. Kaji intake output
Definis: Asupan nutrisi 1. Adanya penignkatan berat makanan dalam 24 jam
tidak cukup untuk badan 4. Anjurkan makan sedikit
memenuhi kebutuhan 2. Nafsu makan bertambah tetapi sering
metabolik 3. Tidak terjadi penurunan berat 5. Kolaborasi dengan ahli
Batasan karakteristik: badan yang berarti gizi dalam pemberian
1. Penurunan nafsu kalori dan protein yang
makan tepat.
2. Penurunan berat
badan
3. Mukosa kering
4. Kerontokan rambut
(berat)

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

5. Evaluasi Keperawatan
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan
yang berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai.
C. Konsep Tubuh Kembang
1. PENGERTIAN TUMBUH KEMBANG
Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel
di seluruh bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis
protein-protein baru, menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara
keseluruhan atau sebagian. Dalam pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan
ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran tulang dan gigi, serta perubahan secara
kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia itu. Dalam pertumbuhan
manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan. Peristiwa ini merupakan
kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh.
Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu
secara bertahap,berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan
mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial maupun
spiritual ( Supartini, 2000).
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur
dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya
kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan atau kedewasaan
(maturation), dan pembelajaran (learning). Perkembangan manusia berjalan secara
progresif, sistematis dan berkesinambungan dengan perkembangan di waktu yang
lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk dan fungsi kematangan organ
mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional. Perkembangan secara fisik
yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi organ. Perkembangan
intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara simbol maupun abstrak seperti
berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari
perilaku sosial lingkungan anak.

2. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG


Setiap manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda-beda
antara satu dengan manusia lainnya, bisa dengan cepat bahkan lambat, tergantung
pada individu dan lingkungannya. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor-faktor di antaranya :

a. Faktor heriditer/ genetik


Faktor heriditer Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada
individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan
secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif,
psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000).

Merupakan faktor keturunan secara genetik dari orang tua kepada anaknya. Faktor
ini tidak dapat berubah sepanjang hidup manusia, dapat menentukan beberapa
karkteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuhan fisik,
dan beberapa keunikan sifat dan sikap tubuh seperti temperamen.

Faktor ini dapat ditentukan dengan adanya intensitas dan kecepatan dalam
pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhadap rangsangan, umur
pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. Potensi genetik yang berkualitas
hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan yang positif agar memperoleh
hasil yang optimal.

b. Faktor Lingkungan/ eksternal

Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari


mulai lahir sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi tercapinya atau
tidak potensi yang sudah ada dalam diri manusia tersebut sesuai dengan
genetiknya. Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Lingkungan pranatal (faktor lingkungan ketika masihdalam kandungan)


Faktor prenatal yang berpengaruh antara lain gizi ibu pada waktu hamil,
faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stress,
imunitas, dan anoksia embrio.
2. Lingkungan postnatal ( lingkungan setelah kelahiran )
Lingkungan postnatal dapat di golongkan menjadi :
1) Lingkungan biologis, meliputi ras, jenis kelamin, gizi, perawatan
kesehatan, penyakit kronis, dan fungsi metabolisme.
2) Lingkungan fisik, meliputi sanitasi, cuaca, keadaan rumah, dan
radiasi.
3) Lingkungan psikososial, meliputi stimulasi, motivasi belajar, teman
sebaya, stress, sekolah, cinta kasih, interaksi anak dengan orang tua.
4) Lingkungan keluarga dan adat istiadat, meliputi pekerjaan atau
pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, stabilitas rumah tangga,
kepribadian orang tua.
c. Faktor Status Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Anak
yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang tinggi cenderung
lebih dapat tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan dengan anak yang lahir dan
dibesarkan dalam status ekonomi yang rendah.

d. Faktor nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang kelangsungan


proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang, anak sangat
membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan
air. Apabila kebutuhan tersebut tidak di penuhi maka proses tumbuh kembang
selanjutnya dapat terhambat.
e. Faktor kesehatan

Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang. Pada anak
dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh kembang sangat
mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status kesehatan kurang baik, akan
terjadi perlambatan.

3. CIRI PROSES TUMBUH KEMBANG

Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa konsepsi


sampai dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu :

a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai


maturitas (dewasa) yang dipengaruhi oleh faktor bawaan daan lingkungan.
b. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam proses
tumbuh kembang pada setiap organ tubuh berbeda.
c. Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara
anak satu dengan lainnya.
d. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan respon tubuh yang khas oleh
setiap organ.

Secara garis besar menurut Markum (1994) tumbuh kembang dibagi


menjadi 3 yaitu:

a. Tumbuh kembang fisis

Tumbuh kembang fisis meliputi perubahan dalam ukuran besar dan fungsi
organisme atau individu. Perubahan ini bervariasi dari fungsi tingkat molekuler
yang sederhana seperti aktifasi enzim terhadap diferensi sel, sampai kepada proses
metabolisme yang kompleks dan perubahan bentuk fisik di masa pubertas.

b. Tumbuh kembang intelektual

Tumbuh kembang intelektual berkaitan dengan kepandaian berkomunikasi


dan kemampuan menangani materi yang bersifat abstrak dan simbolik, seperti
bermain, berbicara, berhitung, atau membaca.
c. Tumbuh kembang emosional

Proses tumbuh kembang emosional bergantung pada kemampuan bayi umtuk


membentuk ikatan batin, kemampuan untuk bercinta kasih.

Prinsip tumbuh kembang menurut Potter & Perry (2005) yaitu:

1) Perkembangan merupakan hal yang teratur dan mengikuti arah rangkaian


tertentu
2) Perkembangan adalah suatu yang terarah dan berlangsung terus menerus,
dalam pola sebagai berikut Cephalocaudal yaitu pertumbuhan berlangsung
terus dari kepala ke arah bawah bagian tubuh, Proximodistal yaitu
perkembangan berlangsung terus dari daerah pusat (proksimal) tubuh
kearah luar tubuh (distal), Differentiation yaitu perkembangan berlangsung
terus dari yang mudah kearah yang lebih kompleks
3) Perkembangan merupakan hal yang kompleks, dapat diprediksi, terjadi
dengan pola yang konsisiten dan kronologis

4. TAHAP TUMBUH KEMBANG MANUSIA

1. Usia sekolah (6-12 tahun)


Kelompok usia sekolah sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya.
Perkembangan fisik, psikososial, mental anak meningkat. Perawat
disini membantu memberikan waktu dan energi agar anak dapat
mengejar hoby yang sesuai dengan bakat yang ada dalam diri anak
tersebut.
5. PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL
1. Tahap latensi (6-12 tahun / masa sekolah)
Tahap ini anak mulai menggunakan energinya untuk mulai
aktivitas intelektual dan fisik, dalam periode ini kegiatan seksual tidak
muncul, penggunaan koping dan mekanisme pertahanan diri muncul pada
waktu ini.
6. PERKEMBANGAN BIOLOGIS
Teori biologisme, biasa disebut teori nativisme menekankan
pentingnya peranan bakat. Pendirian biologisme ini dimulai lebniz (1646-
1716) yang mengemukakan teori kontunuitas yang dilanjutkan dengan
evoluisionisme. Selanjutnya Haeckel (1834-1919) seorang ahli biologi
Jerman mengemukakan teori biogenese, yang menyatakan bahwa
perkembangan ontogenese (individu) merupakan rekapitulasi dari
filogesenasi.

7. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Erik H Erickson mengungkapkan pendapatnya tentang teori
tentang perkembangan psikososial diantaranya :
Industri vs inferior (industry vs inferiority) -- usia sekolah (6-12
tahun) Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan
dan produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui
pencapaian, anak biasanya terpengaruhi oleh guru dan sekolah. Anak juga
sering hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman
sebaya.
8. PERKEMBANGAN MORAL
Moral merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja.
Sebagian orang berpendapat bahwa moral bisa mengendalikan tingkah
laku anak yang beranjak dewasa ini sehingga ia tidak melakukan hal hal
yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan
masyarakat.Di sisi lain tiadanya moral seringkali dituding sebagai faktor
penyebab meningkatnya kenakalan remaja.
Tingkat moralitas konvensional : 9-13 tahun Usaha yang dilakukan
untuk memyensngkan orang lain, kontrol emosi didapat dari dalam, anak
menyesuaikan diri untuk menghindari penolakan dan menghindari kritikan
dari yang berwenang.
9. PERKEMBANGAN SPIRITUAL
Masa anak sekolah Tanda-tandanya antara lain : sikap
keagamaan resepsif tetapi disertai pengertian, pandangan dan
faham ke-Tuhanan diterangkan secara rasional berdasarkan
kaidah-kaidah logika yang bersumber pada indikator alam
semesta sebagai manifestasi dari eksistensi dan keagungan-Nya,
pengahayatan secara rohaniah makin mendalam dalam
melaksanakan ritual.
D. Dampak Hospitalisasi Pada Anak Berumur 10Tahun.

Stressor dan reaksi hospitalisasi sesuai dengan tumbuh kembang pada


anak (Novianto dkk,2009): Masa Sekolah (6-12 tahun)

Perawatan di rumah sakit memaksakan ;

- Meninggalkan lingkungan yang dicintai


- Meninggalkan keluarga
- Kehilangan kelompok sosial, sehingga menimbulkan kecemasan

Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya menjadi masalah pada anak,
tetapi juga pada orang tua. Brewis (1995 dalam Supartini, 2002) menemukan rasa
takut pada orang tua selama perawatan anak di rumah sakit terutama pada kondisi
sakit anak yang terminal karena takut akan kehilangan anak yang dicintainya dan
adanya perasaan berduka. Stessor lain yang sangat menyebabkan orang tua stres
adalah mendapatkan informasi buruk tentang diagnosis medik anaknya, perawatan
yang tidak direncanakan dan pengalaman perawatan di rumah sakit sebelumnya
yang dirasakan menimbulkan trauma (Supartini (2000) dalam Supartini, 2002)

Menurut Asmadi (2008), hospitalisasi merupakan pengalaman yang


mengancam bagi setiap orang. Penyakit yang diderita akan menyebabkan
perubahan perilaku normal sehingga klien perlu menjalani perawatan
(hospitalisasi). Secara umum, menurut Asmadi (2008), hospitalisasi menimbulkan
dampak pada beberapa aspek, yaitu:

1. Privasi

Privasi dapat diartikan sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri


seseorang dan bersifat pribadi. Bisa dikatakan, privasi adalah suatu hal yang
sifatnya pribadi. Sewaktu dirawat di rumah sakit, klien kehilangan sebagai
privasinya. Kondisi ini disebabkan oleh beberpa hal :

Selama dirawat di rumah sakit, klien berulang kali diperiksa oleh petugas
kesehatan (dalam hal ini perawat dan dokter). Bagian tubuh yang biasanya dijaga
agar tidak dilihat, tiba-tiba dilihat fdan disentuh oleh orang lain. Hal ini tentu akan
membuat klien merasa tidak nyaman.

Klien adalah orang yang berada dalam keadaan lemah dan bergantung
pada orang lain. Kondisi ini cendurung membuat klien “pasrah” dan menerima
apapun tindakan petugas kesehatan kepada dirinya asal ia cepat sembuh.
Menyikapi hal tersebut, perawat harus selalu memperhatikan dan menjaga privasi
klien ketika berinteraksi dengan mereka. Beberapa hal yang dapat perawat
lakukan guna menjaga privasi klien adalah sebagai berikut.
a. Setiap akan melakukan tindakan keperawatan, perawat harus selalu
memberitahu dan menjelaskan perihal tindakan tersebut kepada klien.
b. Memperhatikan lingkungan sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan. Yakinkan bahwa lingkungan tersebut menunjang privasi
klien.
c. Menjaga kerahasiaan tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan
klien. Sebagai contoh, setelah memasang kateter, perawat tidak boleh
menceritakan alat kelamin pasien kepada orang lain, termasuk pada
teman sejajwat.
d. Menunjukkan sikap profesional selama berinteraksi dengan klien.
Perawat tidak boleh mengeluarkan kata-kata yang dapat membuat
klien malu atau marah. Sikap tubuh pun tidak boleh layaknya majikan
kepada pembantu.
e. Libatkan klien dalam aktivitas keperawatan sesuai dengan batas
kemampuannya jika tidak ada kontraindikasi.

2. Gaya Hidup

Klien yang dirawat di rumah sakit sering kali mengalami perubahan pola
gaya hzidup. Hal ini disebabkan oleh perubahan kondisi antara rumah sakit
dengan rumah ztempat tinggal klien, juga oleh perubahan kondisi keehatan klien.
Aktivitas hidup yang klien jalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan aktivitas
yang dialaminya selama di rumah sakit. Perubahan gaya hidup akibat hospitalisasi
inilah yang harus menjadi perhatian setiap perawat. Asuhan keperawatan yang
diberikan harus diupayakan sedemikian rupa agar dapat menghilangkan atau
setidaknya meminimalkan perubahan yang terjadi.

3. Otonomi

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa individu yang sakit da


dirawat di rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya, ia akan
pasrah terhadap tindakan apapun yang dilakukan oleh petugas kesehatan demi
mencapai keadaan sehat. Ini meniunjukkan bahwa klien yang dirawat di rumah
sakit akan mengalami perubahan otonomi. Untuk mengatasi perubahan ini,
perawat harus selalu memberitahu klien sebelum melakukan intervensi apapun
dan melibatkan klien dalam intervensi, baik secara aktif maupun pasif.

4. Peran

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan


individu sesuai dengan status sosialnya Jika ia seorang perawat, peran yang
diharapkan adalah peran sebagi perawat bukan sebagai dokter.Selain itu, peran
yang dijalani seseorang adalah sesuai dengan status kesehatannya. Peran yang
dijalani sewaktu sehat tentu berbeda dengan peran yang dijalani saat sakit.Tidak
mengherankan jika klien yang dirawat di rumah sakit mengalami perubahan
peran. Perubahan yang terjadi tidak hanya pada diri pasien, tetapi juga pada
keluarga. Perubahan tersebut antara lain :

a. Perubahan peran. Jika salah seorang anggota keluarga sakit, akan


terjadi perubahan pera dalam keluarga. Sebagai contoh, jiak ayah sakit
maka peran jepala keluarga akan digantikan oleh ibu. Tentunya
perubahan peran ini mengharuskan dilaksanakannya tugas tertentu
sesuai dengan peran tersebut.
b. Masalah keuangan. Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh
hospitalisasi. Keuangan yang sedianya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarga akhirnya digunakan untukj keperluan klien
yang dirawat. Akibatnya, keuangan ini sangat riskan, terutama pada
keluarga yang miskin. Dengan semakin mahalnya biaya kesehatan,
beban keuangan keluarga semakin bertambah.
c. Kesepian. Suasana rumah akan berubah jika ada seorang anggota
keluarga ytang dirawat. Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi
kegembiraan, keceriaan, dan senda-gurau anggotaanya tiba-iba diliputi
oleh kesedihan. Suasana keluarga pun menjadi sepi karena perhatian
keluarga terpusat pada penanganan anggota keluarganya yang sedang
dirawat.
d. Perubahan kebiasan sosial. Keluarga merupakan unit terkecil dari
masyarakat. Karenanya, keluarga pun mempunyai kebiasaan dalam
lingkungan sosialnya. Sewaktu seha, keluarga mampu berperan serta
dalam kegiata sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga
sakit, keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial di masyarakatpun
mengalami perubahan
E. Terapi Bermain
1. Definisi

Terapi bermain adalah penggunaan model-model teoritis secara sistematis


untuk menjalin sebuah proses interpersonal dimana seorang terapis menggunakan
kekuatan-kekuatan terapetik dari kegiatan bermain, untuk membantu para klien
dalam mencegah atau mengatasi masalah-masalah psikososial dan mencapai taraf
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.

2. Manfaat Terapi Bermain


a. Membangun kembali rasa hormat dan penerimaan terhadap orang lain
dan diri sendiri.
b. Mengganti pola-pola sebelumnya dalam bereaksi terhadap orang lain
dengan pola-pola yang bersifat saling menguntungkan dan
menyenangkan. 3
c. Mengembangkan cara-cara baru untuk melatih pengendalian diri.
d. Memperoleh pengalaman dan cara-cara baru dalam mengungkapkan
emosi secara tepat dalam berinteraksi.
e. Belajar untuk lebih empati terhadap jalan pikiran dan perasaan orang
lain.
f. Mengembangkan pandangan dan perasaan-perasaan baru sebagai
individu yang lebih baik.
3. Prosedur pendekatan

Menurut Bradley dan Gould (dalam Thompson & Henderson, 2007 : 435)
meliputi 3 tahap yaitu :

a. Membangun relasi, dimana terapis memusatkan perhatian pada bentuk-


bentuk emosi yang muncul saat anak bermain dan harus memberikan
respon yang tepat dalam hal tersebut.
b. Menentukan bentuk permainan secara spesifik, dimana hubungan
semakin terbentuk dengan baik dan terapis secara asertif mengarahkan
permainan bagi anak.
c. Konfrontasi untuk mengatasi masalah, dimana terapis secara aktif
lebih mendekatkan diri dalam struktur kegiatan bermain untuk
membantu mendorong dan membesarkan hati anak dalam
menghhadapi dan menyelesaikan masalah.
4. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aktivits bermain
a. Bermain/alat bermain harus sesuai dengan taraf perkembangan anak.
b. Permainan disesuaikan dengan kemampuan dan minat anak.
c. Ulangi suatu cara bermain sehingga anak terampil, sebelum meningkat
pada keterampilan yang lebih majemuk.
d. Jangan memaksa anak bermain, bila anak sedang tidak ingin bermain.
e. Jangan memberikan alat permainan terlalu banyak atau sedikit
5. Karakteristik Permainan Sesuai Dengan Tumbuh Kembangnya
Usia sekolah
Jenis permainan yang dianjurkan :
1) Pada anak laki-laki : mekanik.
2) Pada anak perempuan : dengan peran ibu
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Edisi Revisi 3. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, M.E, Marry F. MandAlice, C.G. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan:
Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.
Pokja PPNI. Standar Diagnosa keperawatan indonesia Edisi 1, Jakarta : 2016
Amin Huda, Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan diagnose medis, Nanda
NIC-NOC EDISI 2:jogyakarta :2015
Lang. Florian, Stefan Silbernagl, MD. Teks & Atlas berwarna patofisiologi Edisi
3 ; Alih Bahasa,Brahm U.: Edisi Bahasa Indonesiaa, Miranti Iskandar.
Jakarta : EGC, 2017.

Anda mungkin juga menyukai