Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) Terhadap Perilaku

Perawatan Mandiri Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di Klinik Holistic


Nursing Therapy Probolinggo

Anil Ahillah1),Dodik Hartono2),Ro’isah3)


Program Studi Sarjana Keperawatan, STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo, Indonesia
email : anilahillah18@gmail.com

Abstrak

Diabetes Melitus tipe II merupakan suatu kelainan metabolisme glukosa yang


disebabkan oleh resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin dan dapat menyebabkan
berbagai komplikasi kronik. (DSME) dapat memfasilitasi pengetahuan keterampilan
dalam melakukan perawatan mandiri untuk mencegah ulkus diabetik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh (DSME) terhadap perilaku perawatan mandiri di
Klinik Holistic Nursing Therapy Probolinggo. Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-
eksperimen dengan desain one group pre-post design. Populasi sebanyak 35 responden
dan sampel sebanyak 32 responden yang memenuhi syarat inklusi penelitian, dipilih
melalui tekhnik accidental sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar kuesioner
penilaian perilaku perawatan mandiri Summary of (SSDCA), kemudian data
dikumpulkan melalu proses Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan uji wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian
sebelum diberikan (DSME) diadapatkan hasil nilai perilaku perawatan mandiri
terbanyak adalah yang tergolong kurang yaitu 21 (65,6%) responden,. Setelah diberikan
(DSME) sebagian besar nilai perilaku perawatan mandiri terbanyak adalah yang
tergolong cukup yaitu 12 (37,5%) responden. Hasil uji analisis didapatkan Ada
Pengaruh (DSME) Terhadap Perilaku Perawatan Mandiri Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II dengan ρ-valeu = 0.002 <α =0.05. (DSME) merupakan program yang
dapat diterapkan pada penderita diabetes melitus tipe II, perawat diharapkan dapat
menggunakan DSME sebagai suatu program promosi kesehatan.

Kata kunci : Diabetes Melitus tipe II, Perilaku Perawatan Mandiri, (DSME).

Abstract

Type II of diabetes melitus is the abnormality of glucose metabolisme disorder which is


caused by the resistance of insulin and insulin seretion interference which can cause
some cronic complication. (DSME) can facilitate skill knowledge to do self care
preventing diabetic ulkus. This research purposes to know the effect of (DSME) to
independenly care behaviorin Klinik Holistic Nursing Therapy Probolinggo. This
research is pre experimental with design of one group pre-post design. The population is
35 respondents and sample reseach inclusion criteria, is chosen by accidental sampling.
The instrument used is independenly care behavior questionnaire of (SSDCA). Then data
is collected by editting process, coding, scoring, and tabulating. The data is analized by
wilcoxon signed rank test. The results of the study before being given (DSME) showed
that the results of self-care behavior from 21 respondents. After being given (DSME), is
12 respondents are sufficient (37.5%). The results of the analysis test showed that there
was an effect of (DSME) toward self-care behavior in patients with type II diabetes
mellitus with -value = 0.002 <α = 0.05. (DSME) is a program that can be applied to
people with type II diabetes mellitus, nurses are expected to use DSME as a health
promotion program.
Keywords : Type II Diabetes Mellitus, Self-Care Behavior,(DSME).
1. PENDAHULUAN

Diabetes melitus atau yang dikenal dengan penyakit kencing manis merupakan
penyakit yang tidak menular yang ditandai dengan terjadinya kenaikan kadar gula
dalam darah, diabetes melitus dapat terjadi karena adanya kekurangan insulin yang
absolut atau relatif dan menyebabkan gangguan pada fungsi kerja insulin (Qurniawat
dkk., 2020).
Salah satu masalah yang dialami oleh penderita diabetes melitus yang dapat
diminimalisir, yaitu jika penderita memiliki kemampuan dan pengetahuan yang
cukup untuk mengontrol penyakitnya dengan cara melakukan perawatan mandiri.
Perawatan mandiri merupakan kemampuan individu, keluarga, dan masyarakat
dalam upaya menjaga kesehatan, meningkatkan status kesehatan, mencegah
timbulnya penyakit, mengatasi kecacatan dengan atau tanpa dukungan penyedia
layanan kesehatan (Putri, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO) memprediksi sebanyak 422 juta
orang menderita diabetes melitus yaitu sekitar 8,5% penduduk dunia. Kenaikan
jumlah penderita dikutip dari International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan
bahwa penderita diabetes melitus di dunia mencapai 1,9% dan telah menjadikan
penyakit diabetes melitus sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia,
sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371
juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe II adalah 95% dari populasi
dunia yang menderita diabetes mellitus (Restyana, 2015). Di Indonesia dari 8,4 juta
pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. International
Diabetes Federation (IDF) juga memprediksi adanya kenaikan pada penderita
diabetes melitus di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada
tahun 2035 (Decrolin, 2019). Sebanyak 1785 penderita diabetes melitus di Indonesia
yang mengalami komplikasi dari diabetes melitus diantaranya neuropati (63,5%),
retinopati (42%), nefropati (7,3%), makrovaskuler (6%), mikrovaskuler (6%), dan
kaki diabetik (15%).
Menurut Riskerdas 2018 daerah Jawa Timur tercatat 2.02% atau sejumlah
98.566 jiwa penderita diabetes melitus. Untuk kota Probolinggo tercatat 1.66% atau
2.889 sebagai penderita diabetes mellitus. Pada tahun 2019 tercatat 87,32% atau
sebanyak 13.312 jiwa penderita diabetes mellitus. Hasil tersebut melebihi batas
target yang ditentukan oleh pihak dinas kesehatan Probolinggo yaitu sebanyak 8.285
jiwa penderita diabetes melitus (Dinkes, 2019).
Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 1 Desember 2020 dengan
metode wawancara di Klinik Holistic Nursing Therapy Probolinggo pada 10 orang
(100%) penderita diabetes melitus yang melakukan perawatan mandiri meliputi
kontrol kadar gula darah, pengaturan pola makan, olahraga, pengobatan, dan
perawatan kaki. Pada perawatan mandiri kontrol kadar gula darah dari 10 orang
(10%) didapatkan 7 orang (70%) yang tidak rutin melakukan kontrol gula darah,
hanya 3 orang (30%) yang rutin melakukan kontrol kadar gula darah setiap 1 bulan 1
kali.
Pada perawatan mandiri pengaturan pola makan dari 10 orang (100%)
didapatkan sebanyak 8 orang (80%) yang melakukan pengaturan pola makanan
tersebut yaitu mengurangi konsumsi gula dan membatasi jumlah kalori, hanya 2
orang (20%) yang tidak melakukan pengaturan pola makan. Pada perawatan mandiri
olahraga dari 10 orang (100%) didapatkan hanya 5 orang (50%) yang rutin
melakukan olahraga seperti jogging dan jalan kaki, hanya 5 orang (50%) yang tidak
rutin melakukan olahraga. Pada perawatan pengobatan diabetes dari 10 orang
(100%) didapatkan 4 orang (40%) yang rutin mengkonsumsi obat diabetes, hanya 6
orang (60%) yang tidak rutin mengkonsumsi obat diabetes. Pada perawatan mandiri
perawatan kaki dari 10 orang (100%) didapatkan 2 orang (20%) yang sering
melakukan perawatan kaki, sedangkan 8 orang (80%) tidak pernah melakukan
perawatan kaki.
Ketika dilakukan wawancara mayoritas penderita diabetes melitus belum
mengetahui tentang pentingnya melakukan perilaku perawatan mandiri penderita
diabetes melitus seperti kontrol gula darah secara rutin, pengaturan makanan, minum
obat diabetes secara teratur, olahraga, dan perawatan kaki. Namun dalam
pelaksanaannya, banyak dari penderita diabetes melitus yang belum teratur dan
patuh dalam melakukan perilaku perawatan mandiri bagi penderita diabetes melitus.
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan supervisi
medis berkelanjutan serta edukasi perawatan secara mandiri. Perawatan mandiri
yang dilakukan penderita diabetes melitus meliputi monitoring kadar gula darah
secara rutin, menjaga pola makan, olahraga, pengobatan, dan perawatan kaki.
Kontrol kadar gula darah dilakukan oleh penderita diabetes melitus untuk mencegah
terjadinya hipoglikemia, hiperglikemia, dan ketosis berat. Kontrol gula darah yang
dilakukan secara rutin merupakan tindakan deteksi dini dalam mencegah terjadinya
komplikasi jangka panjang (Putri, 2017).
Perawatan mandiri yang dilakukan pada penderita diabetes melitus meliputi
kontrol gula darah, pola makan, olahraga, minum obat diabetes melitus, dan
perawatan kaki. Monitoring kadar gula darah dilakukan oleh penderita diabetes
melitus untuk mencegah terjadinya hipoglikemia, hiperglikemia, dan ketosis berat.
Pola makan pada penderita diabetes melitus merupakan pengaturan pola makananan
seimbang yang bertujuan untuk mendapatkan kontrol metabolik yang baik, prinsip
pengaturan pola makan penderita diabetes melitus yang harus diperhatikan jadwal,
jumlah, dan jenis makanan. Olahraga merupakan komponen penting dalam
perawatan mandiri, penderita diabetes melitus dianjurkan untuk melakukan olahraga
jalan kaki, jogging, lari dan bersepeda selama 20-30 menit sebanyak 3 kali dalam
seminggu. Pengobatan pada penderita diabetes melitus, kelompok obat untuk
penderita diabetes melitus dibagi menjadi 2 yaitu memperbaiki kerja insulin dan
meningkatkan kerja insulin yang berpengaruh secara langsung terhadap
pengendalian kadar gula darah. Perawatan kaki diabetik perlu dilakukan pada
penderita diabetes melitus untuk mencegah adanya luka ulkus (Putri, 2017).
Upaya pemberian Diabetes Self Management Education (DSME) merupakan
pendidikan edukasi manajemen dan program pendukung diabetes yang dapat
menjadi tempat bagi penderita dengan diabetes melitus untuk mendapatkan
pendidikan, mendukung perkembangan dan menjaga perilaku penderita diabetes
melitus (ADA, 2018).
Berdasarkan penelitian pertama oleh Dewi Qurniawati, Ajeng Fatikasari,
Jurniatulo Tafonao, dan Elis Anggeria (2020) sebelum dilakukannya intervensi
banyak yang masih memiliki perawatan diri yang kurang baik, setelah dilakukan
intervensi perawatan diri penderita luka diabetes dari kurang baik menjadi baik.
Responden yang sudah memiliki pengetahuan lebih patuh menjalankan perawatan
diri secara rutin dan tepat, dibandingkan dengan responden yang pengetahuannya
kurang. Pemberian Diabetes Self Management Education (DSME) ialah bagian
penting yang perlu diedukasikan kepada pasien dalam menjalankan perawatan diri
pasien luka diabetes. Pada peneliti kedua oleh oleh Rahmawati, Teuku Tahlil, dan
Syahrul (2016) dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh DSME terhadap
manajemen diri pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Trienggadeng
Kabupaten Pidie Jaya, sehingga yang mebuat beda ialah setelah dilakukanya
intervensi DSME pederita untuk meningkatkan kesadaran diri.
Pada peneliti ketiga oleh Wahyuni dan Dwi (2017) menyatakan bahwa
Diabetes Self Management Education dapat menjadi intervensi untuk memberikan
pengetahuan kepada pasien sehingga pasien mampu mempertahankan tingkat kadar
gula yang stabil. Pada peneliti keempat oleh Dina Yusdiana Dalimunthe, Johani
Dewita Nasution, dan Solihuddin Harahap (2016) menyatakan bahwa ada pengaruh
penurunan kadar gula darah pada Diabetes Self Management Education (DSME)
sebagai Model Keperawatan Berbasis Keluarga terhadap Pengendalian Glukosa Pada
Penderita Diabetes Melitus di puskesmas Helvetia Medan .
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tentang “Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME) Terhadap perilaku
perawatan mandiri pada penderita diabetes melitus tipe II di Klinik Holistic Nursing
Therapy Probolinggo”.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan desain one group pre-
post design. Populasi seluruh pederita diabetes melitus tipe II pasien pasca stroke
di Klinik Holistic Nursing Therapy Probolinggo sebanyak 35 responden,
penentuan sampel menggunakan tekhnik accidental sampling yang memenuhi
kriteria sebanyak 32 responden. Instrumen yang digunakan lembar kuesioneri
perilaku perawatan mandiri Summary of Diabetes Self-Care Activities (SSDCA),
SAP Diabetes Self Management Education (DSME), dan Booklet Perilaku
Peawatan Mandiri Pada Penderita Diabetes Melitus. Pengelolahan data dengan
proses Editing, Coding, Scoring dan Tabulating, selanjutnya dianalisis
menggunakan uji wilcoxon.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Gambaran Karakteristik Responden
Gambaran Karakteristik responden dikategorikan berdasarkan usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lama menderita.
Tabel 1. Deskripsi Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi Presentase
(F) (%)

Usia

30-35 tahun 4 12,5

36-41 tahun 4 12,5

42-47 tahun 4 12,5

48-53 tahun 5 15,6

54-59 tahun 8 25,0

60-65 tahun 7 21,9

Jumlah 32 100,0

Jenis Kelamin

Laki-Laki 18 56,2

Perempuan 14 43,8

Jumlah 32 100,0

Pendidikan
Terakhir

SD 13 40,6

SMP 8 25,0

SMA 7 21,9

Perguruan 4 12,5
Tinggi Berdasarkan tabel 1
diatas didapatkan bahwa
Jumlah 32 100,0 usia yang terbanyak adalah
54-59 tahun sejumlah 8
Pekerjaan responden (25,0%),
kelompok jenis kelamin
Tidak Bekerja 7 21,9
terbanyak adalah laki-laki
PNS 1 3,1 sejumlah 18 reposden
(56,2%), kelompok
Petani 9 28,1 pendidikan terakhir
terbanyak adalah SD
Wiraswasta 14 43,8 sejumlah 13 responden
(40,6%), kelompok
Pensiun 1 3,1 pekerjaan terbanyak adalah
Jumlah 32 100,0 wiraswasta sejumlah 14

Lama
Menderita

1-6 Bulan 17 53,1

7-12 Bulan 15 46,9

Jumlah 32 100,0
responden (43,8%), dan kelompok lama menderita adalah 1-6 bulan sejumlah 17
responden (53,1%).

3.2 Data Khusus


3.2.1 Gambaran Nilai perilaku perawatan mandiri sebelum dan sesudah
diberikan Diabetes Self Management Education (DSME)

Tabel 2. Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Nilai Perilaku Perawatan


Mandiri Sebelum Dilakukan Diabetes Self Management Education
(DSME) Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II

Nilai Perilaku Frekuensi (F) Presentase (%)


Perawatan Mandiri
Kurang 21 65,6
Cukup 9 28,1
Baik 2 6,2
Total 32 100,0

Berdasarkan tabel 2 didapatkan nilai perilaku perawatan mandiri di


Klinik Holistic Nursing Therapy Probolinggo sebelum dilakukan Diabetes
Self Management Education (DSME) di dapatkan nilai perilaku perawatan
mandiri tergolong kurang yaitu 21 responden (65,6%), sedangkan nilai
perilaku perawatan mandiri tergolong cukup yaitu 9 responden (28,1%), dan
nilai perilaku perawatan mandiri tergolong baik sebanyak 2 responden
(6,2%).

Tabel 3. Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Nilai Perilaku


Perawatan Mandiri sesudah dilakukan Diabetes Self
Management Education (DSME) Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II

Nilai Perilaku
Frekuensi (F) Presentase (%)
Perawatan Mandiri
Kurang 9 28,1
Cukup 12 37,5
Baik 11 34,4
Total 32 100,0

Berdasarkan tabel 3 idapatkan nilaii perilaku perawatan mandiri di


Klinik Holistic Nursing Probolinggo sesudah dilakukan Diabetes Self
Management Education (DSME) di dapatkan nilai perilaku perawatan mandiri
tergolong kurang yaitu 9 responden (28,1%), sedangkan perilaku perawatan
mandiri tergolong cukup yaitu 12 responden (37,5%), dan nilai perilaku
perawatan mandiri tergolong baik yaitu 11 responden (34,4%).

3.3 Analisa Data


Tabel 4. Tabel Silang Pengaruh Diabetes Self Management Education
(DSME) Terhadap Perilaku Perawatan Mandiri Pada Penderita
Diabetes Tipe II Di Klinik Holistic Nursing Therapy Probolinggo
Pada Bulan April-Mei 2021

SBLM-SSD
SSD
Kurang Cukup Baik Total
SBLM Kurang 5 8 8 21
Cukup 4 2 3 9
Baik 0 2 0 2
Total 9 12 11 32

Dari tabel 4 diatas dapat diketahui dari 32 responden, bahwa


perilaku perawatan mandiri sebelum diberikan Diabetes Self
Management Education (DSME) dengan kategori kurang sejumlah 21
responden (65,6%), kategori cukup 9 responden (28,1%), dan kategori
baik sejumlah 2 responden (6,2%). Sedangkan perilaku perawatan
mandiri sesesudah diberikan Diabetes Self Management Education
(DSME) dengan kategori kurang 9 responden (65,6%), kategori cukup 12
responden (37,5%), dan kategori baik 11 responden (34,4%).

3.4 PEMBAHASAN
3.4.1 Pengukuran Perilaku Perawatan Mandiri Sebelum Diberikan Diabetes
Self management Education (DSME) Di Klinik Holistic Nursing Therapy
Probolinggo

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 2 diatas, menunjukkan


bahwa nilai perilaku perawatan mandiri di Klinik Holistic Nursing
Therapy Probolinggo sebelum dilakukan Diabetes Self Mangement
Education (DSME) di dapatkan nilai perilaku perawatan mandiri
tergolong kurang yaitu 21 responden (65,6%), sedangkan nilai perilaku
perawatan mandiri tergolong cukup yaitu 9 responden (28,1%), dan nilai
perilaku perawatan mandiri tergolong baik yaitu 2 responden (6,2%). Hal
ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku
perawatan mandiri yang dilakukan pada penderita diabetes melitus
meliputi kontrol gula darah, pola makan, olahraga, minum obat diabetes
melitus, dan perawatan kaki. Monitoring kadar gula darah dilakukan oleh
penderita diabetes melitus untuk mencegah terjadinya hipoglikemia,
hiperglikemia, dan ketosis berat. Pola makan pada penderita diabetes
melitus merupakan pengaturan pola makan seimbang yang bertujuan
untuk mendapatkan kontrol metabolik yang baik, prinsip pengaturan pola
makan penderita diabetes melitus yang harus diperhatikan jadwal,
jumlah, dan jenis makanan (Putri, 2017).
Olahraga merupakan komponen penting dalam perawatan
mandiri, penderita diabetes melitus dianjurkan untuk melakukan olahraga
jalan kaki, jogging, lari dan bersepeda selama 20-30 menit sebanyak 3
kali dalam seminggu. Pengobatan pada penderita diabetes melitus,
kelompok obat untuk penderita diabetes melitus dibagi menjadi 2 yaitu
memperbaiki kerja insulin dan meningkatkan kerja insulin yang
berpengaruh secara langsung terhadap pengendalian kadar gula darah.
Perawatan kaki diabetik perlu dilakukan pada penderita diabetes melitus
untuk mencegah adanya luka ulkus (Putri, 2017).
Pada hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Romadona (2018) pada penderita diabetes melitus tipe II yang
mengalami perilaku perawatan mandiri kurang baik berdasarkan jenis
kelamin didapatkan mayoritas pada responden sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki sebanyak 18 responden (56,2%). Bahwa pasien laki laki
mengaku memiliki aktivitas yang padat karena bekerja sehingga
membuatnya lupa minum obat, terlambat menebus obat dan tidak
mengatur pola diet, Selain itu pasien perempuan memiliki sikap berobat
yang baik dibandingkan pasien laki laki dan pasien perempuan cenderung
lebih peduli terhadap penyakitnya sehingga membuat penderita
perempuan lebih rajin olahraga, mengatur pola diet, serta lebih teratur
minum obat. Asumsi Peneliti bahwa jenis kelamin laki - laki lebih rentan
terkena penyakit diabetes melitus dibandingkan dengan jenis kelamin
dikarenakan oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti kebiasaan merokok,
minum alkohol, dll. Jumlah kalori pria lebih banyak.

3.4.2 Pengukuran Perilaku Perawatan Mandiri Sesudah Diberikan Diabetes Self


Management Education (DSME) Di Klinik Holistic Nursing Therapy
Probolinggo
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 diatas, Diabetes Self
Management Education (DSME) di dapatkan nilai perilaku perawatan mandiri
tergolong kurang yaitu 9 responden (28,1%), sedangkan perilaku perawatan
mandiri tergolong cukup yaitu 12 responden (37,5%), dan nilai perilaku
perawatan mandiri tergolong baik yaitu 11 responden (34,4%).
Menurut Andi Akifa (2017) Diabetes Self Management Education
merupakan autonomy support yang merupakan dukungan yang diberikan pemberi
pelayanan kesehatan dalam memahami pasien DM, kebutuhan dan prioritasnya,
perasaaan, dan menyediakan pilihan dalam pengelolaan mandiri, pemberian
informasi yang relevan. Pemberi dukungan diharapkan tidak melakukan kontrol
terhadap perilaku pasien, tetapi pasien melakukan kontrol terhadap perilaku
berdasarkan kesadaran diri.
Menurut Funnel (2017) Pemberian DSME dapat merubah perilaku pasien
melalui informasi yang diberikan kepada pasien. Pemberian informasi kepada
pasien merupakan suatu stimulus yang dapat meningkatkan pengetahuan,
sehingga menimbulkan kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sidani & Fan (2017),
pasien diabetes melitus tipe II yang menerima DSME dapat mengalami perbaikan
kontrol metabolik, perbaikan kualitas hidup, dan mengurangi komplikasi. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rondhianto (2017) juga menyatakan bahwa
DSME terbukti memiliki pengaruh yang positif terhadap peningkatan
kepercayaan diri dan perubahan perilaku perawatan diri pasien Diabetes melitus
tipe II.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penilitian Funnel (2017), dalam
penelitian menunjukkan bahwa Diabetes Self Management Education (DSME)
menggunakan metode pedoman, konseling, dan intervensi perilaku untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai diabetes dan meningkatkan keterampilan
individu dan keluarga dalam mengelola penyakit diabetes melitus tipe II. Metode
ini memfasilitasi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan perawatan mandiri
(self care behavior) yang sangat dibutuhkan oleh penderita diabetes. Kemampuan
untuk melakukan perawatan mandiri berjalan melalui untuk mendapatkan
informasi pengetahuan, keterampilan, dan status psikologis penderita mengalami
peningkatan, sehingga penderita mulai melakukan perawatan mandiri terhadap
penyakitnya dan hal tersebut dapat membantu mengurangi resiko untuk terjadinya
komplikasi.
3.4.3 Analisa Pengaruh Diabetes Self Education Management (DSME) Terhadap
Perilaku Perawatan Mandiri Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di
Klinik Holistic Nursing Therapy Probolinggo

Berdasarkan tabel 4 diatas dapat diketahui dari 32 responden, bahwa


perilaku perawatan mandiri sebelum diberikan Diabetes Self Management
Education (DSME) dengan kategori kurang sejumlah 21 responden (65,6%),
kategori cukup 9 responden (28,1%), dan kategori baik sejumlah 2 responden
(6,2%). Sedangkan perilaku perawatan mandiri sesesudah diberikan Diabetes
Self Management Education (DSME) dengan kategori kurang 9 responden
(28,1%), kategori cukup 12 responden (37,5%), dan kategori baik 11 responden
(34,4%).
Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang mempengaruhi bahwasannya
dari 21 responden (65,6%) dengan kategori kurang sebelum diberikan Diabetes
Self Management Education (DSME) menjadi 9 responden (28,1%) dengan
kategori kurang sesudah diberikan Diabetes Self Management Education
(DSME). Faktor yang mempengaruhi ialah berdasarkan tingkat pendidikan
responden, bahwasanya 9 responden (28,1%) tersebut tidak mengalami
perubahan walaupun sudah diberikan Diabetes Self Management Education
(DSME) dikarenakan mayoritas 9 responden (28,1%) tersebut memiliki tingkat
pendidikan rendah, dimana jika tingkat pendidikan rendah maka responden
tersebut mengalami kurangnya pengetahuan.
Pada hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Citri (2018) pada
penderita diabetes melitus tipe II yang mengalami kurangnya pengetahuan
perilaku perawatan mandiri berdasarkan tingkat pendidikan, didapatkan
mayoritas pendidikan pada responden sebagian besar berpendidikan SD sebanyak
13 responden (40,6%). Semakin tinggi tingkat pendidikan, resiko untuk terkena
diabetes melitus semakin rendah dan semakin rendah tingkat pendidikan resiko
untuk terkena diabetes melitus semakin tinggi. Orang yang tingkat pendidikannya
tinggi biasanya akan memiliki banyak pengetahuan tentang kesehatan dan orang
yang memiliki tingkat pendidikannya rendah biasanya kurang pengetahuan.
Dengan adanya pengetahuan tersebut orang akan memiliki kesadaran untuk
menjaga kesehatan. Pengobatan diabetes melitus akan berhasil jika
penatalaksanaan diabetes melitus dilakukan berdasarkan kemampuan penderita
dalam melakukan tindakan perawatan secara mandiri, perawatan mandiri yang
harus dilakukan oleh penderita diabetes mellitus tipe II dalam kehidupannya
sehari-hari dalam pelaksanaannya meliputi kontrol kadar gula darah, pola
makan, olahraga, pengobatan, dan perawatan kaki.

3.5 KESIMPULAN DAN SARAN


3.5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa Perilaku


perawatan mandiri di Klinik Holistic Nursing Therapy Probolinggo sebelum
diberikan Diabetes Self Management Education (DSME) didapatkan nilai
perilaku perawatan mandiri tergolong kurang yaitu 21 responden (65,6%),
sedangkan nilai perilaku perawatan mandiri tergolong cukup yaitu 9 responden
(28,1%), dan nilai perilaku perawatan mandiri tergolong baik yaitu 2 responden
(6,2%). Perilaku perawatan mandiri di Klinik Holistic Nursing Therapy
Probolinggo sesudah diberikan Diabetes Self Management Education (DSME)
didapatkan nilai perilaku perawatan mandiri tergolong kurang yaitu 9 responden
(28,1%), sedangkan perilaku perawatan mandiri tergolong cukup yaitu 12
responden (37,5%), dan nilai perilaku perawatan mandiri tergolong baik yaitu 11
responden (34,4%).
Maka ada Pengaruh Diabetes Self Management Education (DSME)
Terhadap Perilaku Perawatan Mandiri Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II Di
Klinik Holistic Nursing Therapy Probolinggo  = 0,002 < α = 0,05.

3.5.2 Saran
Pada peneliti selanjutnya diharapkan khususnya bagi responden yang
memiliki tingkat pendidikan rendah (SD) lebih dikhususkan lagi saat pemberian
Diabetes Self Managament Education (DSME) atau bisa dibuatkan kelompok
kecil khusus tingkat pendidikan rendah (SD) agar saat penyampaian materi lebih
mudah untuk dipahami oleh responden.
3.6 DAFTAR PUSTAKA

Dewi Qurniawatil., dkk 2020 Pengaruh Diabetes Self-Management Education (DSME)


Terhadap Perawatan Diri Pasien Luka Diabetes Melitus http://e-
repository.unsyiah.ac.id/JIK/article/view/17849
Diyah Fatmasari., dkk 2019 Terapi Kombinasi Diabetic Self Management Education
(DSME) dengan Senam Kaki Diabetik terhadap Ankle Brachial Index (ABI) pada
Penderita Diabetes Tipe II https://doi.org/10.36408/mhjcm.v6i2.389
Linda Riana Putri dan Yuni Dwi Hastuti, 2016 Gambaran Self Care Penderita Diabetes
Melitus (DM) Di Wilayah kerja Puskesmas srondol Semarang http://ejournal-
s1.undip.ac.id/
Putri Mei Sundari, 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Self Management
Diabetes Mellitus Dngan Tingkat Stres Menjalani Diet Penderita Diabeets
Mellitus http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/780
Kusnanto. 2017. Asuhan Keperawatan Klien dengan Diabetes Mellitus: Pendekatan
Holistik Care. Pertama. Edited by Kusnanto. Surabaya: Airlangga University
Press., dilihat 29 maret 2020, http://.repository.unair.ac.id

Linda Riana Putri dan Yuni Dwi Hastuti, 2016 Gambaran Self Care Penderita Diabetes
Melitus (DM) Di Wilayah kerja Puskesmas srondol Semarang http://ejournal-
s1.undip.ac.id/
Restyana. 2015. Hubungan Durasi Penyakit Dan Kadar Gula Darah Dengan Keluhan
Subyektif Penderita Diabetes Melitus. Riau: Medika Journal
https://doi.org/10.33482/medika.v7i1.119
Vini Paskalini., dkk 2017 Hubungan Dukungan Sosial dan Motivasi dengan Perawatan
Mandiri pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Penyakit ddalam
RSUD Mokopido Toli-Toli
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/14856

Anda mungkin juga menyukai