PENDAHULUAN
2.1.3 Etiologi
Ada berbagai macam faktor penyebab terjadinya asma,
serangan berat, dan asma ringan. Faktor-faktor tersebut antara lain
yaitu :
1. Alergi
Alergi adalah zat-zat tertentu yang bila dihisap atau dimakan dapat
menimbulkan serangan asma misalnya debu rumah, jamur, spora,
bulu kucing, bulu binatang, beberapa makanan laut dan
sebagainya.
2. Infeksi saluran pernafasan
Infeksi saluran pernafasan terutama disebabkan oleh virus. Virus
influenza merupakan salah satu faktor pencetus yang paling sering
menimbulkan asma bronkial. Diperkirakan 2/3 penderita asma
dewasa serangan ditimbulkan oleh infeksi saluran pernafasan
3. Tekana jiwa
Tekanan jiwa bukan penyebab asma tetapi pencetus asma, karena
banyak orang menghadapi tekanan jiwa tetapi tidak menjadi
penderita asma bronkial. Faktor ini berperan mencetus serangan
asma terutama pada orang yang agak labil kepribadiannya. Hal ini
lebih menonjol pada wanita dan anak-anak.
4. Olahraga atau kegiatan jasmani yang berat
Sebagian penderita asma akan akan mendapatkan serangan asma
bila melakukan olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan. Lari
cepat dan bersepeda adalah dua jenis kegiatan paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena kegiatan
jasmani (exercise induced asma-EIA ) Terjadi olahraga atau
aktivitas fisik yang cukup berat dan serangan timbul beberapa jam
setelah olahraga.
5. Obat-obatan
Beberapa klien dengan asma bronkial sensitif atau alergi terhadap
obat tertentu seperti penisilin, beta bloker, kodein, salisilat, dan
sebagainya.
6. Polusi udara
Pada asma sangat peka terhadap udara berdebu, asap pabrik atau
kendaraaan dan oksida fotokemikal, serta bau yang tajam.
7. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja diperkirakan merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien dengan asma bronkial. (Fernando,
2018).
2.1.4 Patofisiologi
Asma merupakan obstruksi jalur nafas disfusi reversibel. Obstruksi
yang diakibatkan oleh satu ataupun lebih dari kontraksi otot-otot yang
mengelilingi brinkhi, yang bisa menyempitkan jalan napas, ataupun
pembengkakan membran yang melapis brionkhi, ataupun pengisian
bronkhi dengan mukus yang kental. Tidak hanya itu, ada otot-otot
bronkhial serta kelenjar mukosa membengkak, sputum yang kental,
yang banyak dihasilkan serta alveoli jadi hiperinflasi, dengan hawa
terperangkap didalam jaringan paru. Sebagian orang yang dengan
asma memiliki reaksi imun yang kurang baik terhadap area hidup
mereka. Antibodi yang dihasikan ( IgE ) setelah itu melanda sel-sel
mast serta paru. Menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast
misalnya histamin, bradikinin, serta prostaglandin dan anafilaksis dari
subtansi yang bereaksi lelet. Pelepasan mediator ini dalam jaringan
paru yang mempengaruhi otot polos serta kelenjar jakur napas.
Menimbulkan bronkopasme, pembengkakan membran mukosa serta
pembuatan mukus yang sangat banyak sehingga menyebabkan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas.
Mekanisme pada asma proses radang menyebabkan peningkatan
aktivitas jaaln napas. Oleh sebab itu, pengendalian atau pencegahan
radang merupakan inti manajemen asma. Asma sebagai respon
kompleks terkait pemicu. Saat proses tersebut mulai terjadi, sel mast
limposit T, makrofag dan sel epitel terlibat dalam pelepasan mediator
radang. Eosinofil dan noutrofil migrasi ke jalan nafas menyebabkan
cedera, mediator kimia, seperti leukotriene, bradikinin, histamin, dan
faktor pengaktif trombosit juga berperan dalam respons radang
tersebut. Adanya leokotrin menyebabkan konstriksi jalan nafas jangka
panjang. Kendali saraf otonom tonus jalan nafas terkena, sekresi
mukus jalan nafas meningkat, fungsi mukosilia berubah, responsifitas
otot polos jalan nafas meningkat. ( Indraswari, 2018 )
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang memusat hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga individu
mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah.
Respon fisiologi : sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik,
mulut kering, gelisah, konstipasi. Sedangkan respon kognitif yaitu
lahan persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima,
berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
c. Kecemasan Berat
Kecemasan berat sangat mempengaruhi persepsi individu, individu
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan
spesifik, serta tidak dapat berfikir tentang hal ini. Semua perilaku
ditunjukan untuk mengulangi ketegangan. Tanda dan gejala dari
kecemasan berat yaitu : persepsinya sangat kurang, berfokus pada
hal yang detail, rentang perhatian sangat terbatas, tidak dapat
berkonsentrasi atau menyelesaikan masalah, serta tidak dapat
belajar secara efektif. Pada tingkatan individu mengalami sakit
kepala, pusing mual, gemetar, insomnia, palpitasi takikardi,
hiverpentilasi, sering buang air kecil maupun besar dan diare. Secara
emosi individu mengalami ketakutan serta seluruh perhatian terfokus
pada dirinya.
d. Panik
Pada tingkat panik kecemasan berhungan dengan perpengarah,
ketakutan dan terror, karena mengalami kehilangan kendali, individu
yang mengalami panik tidak dapat mengalami sesuatu walaupun
dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang, kehilangan pemikiran yang rasional.
Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung
lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian. Tanda
dan gejala dari tingkat panik yaitu tidak dapat fokus pada sesuatu
kejadian.
2. Siapkan alat-alat
10. Anjurkan menegangkan otot kaki selama tidak lebih dari 5 detik
untuk menghindari kram
11. Anjurkan fokus pada sensasi otot yang menegang atau otot rileks