Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN DEWASA

“ ASMA BRONKIAL ”

Dosen Pengampu: Ns. Dayan Hisni, MNS

Oleh:

Fatimah Tuz Zahra (224201516113)

Muhammad Ridha Sahara (224201516095)

Revina Anastasya (224201516083)

Rachel Deva Sanita (224201516086)

Resita Aula Remaja (224201516119)

Sabrina Putri Anisa (224201516103)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NASIONAl

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul
“ASMA BRONKIAL”. Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas kuliah serta menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini kami menyadari bahwa penulisannya
masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna.

Namun, besar harapan kami semoga makalah yang disusun ini bisa bermanfaat. Kami
selaku penulis makalah ini dapat terselesaikan atas usaha keras kami dalam diskusi untuk
mengisi kekurangannya. Dalam pembuatan makalah ini kami sangat menyadari bahwa baik
dalam penyampaian maupun penulisan masih banyak kekurangannya oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma adalah penyakit kronis bronchial atau saluran pernapasan pada paru-paru. Sebagian
besar kematian yang disebabkan karena asma terjadi di Negara berpenghasilan rendah dan
menengah kebawah. Faktor risiko yang memicu terjadinya asma adalah zat yang di hirup dan
partikel yang dapat memicu reaksi alergi atau iritasi pada saluran udara. Asma dapat dikontrol
dengan obat dan menghindari pemicu asma, yang dapat mengurangi keparahan asma.
Manajemen asma yang tepat dapat memungkinkan orang untuk menikmati kualitas hidup yang
baik. Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang ditandai oleh inflamasi,
peningkatan reaktivitas terhdap berbagai stimulus, dan sumbatan saluran napas hyang bisa
kembali spontan atau dengan pengobatan yang sesuai.

Asma adalah penyakit gangguan pernapasan yang dapat menyerang anak-anak hingga orang
dewasa, tetapi penyakit ini lebih banyak terjadi pada anak-anak. Menurut para ahli, prevalensi
asma akan terus meningkat. Sekitar 100-150 juta penduduk dunia terserang asma dengan
penambahan 180.000 setiap tahunnya.

Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi gangguan pada sistem penapasan yang
menyebabkan penderita mengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk dan sesak di dada
terutama ketika malam hari atau dini hari.

Prevalensi asma menurut World Health Organization (WHO) tahun 2019 sekitar 235 juta.
Asma merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, yang mempengaruhi kurang lebih 1-18%
populasi di berbagai negara di dunia. Menurut WHO yang bekerja sama dengan Global Asthma
Network (GAN) yang merupakan organisasi asma di dunia, memprediksikan pada tahun 2025
akan terjadi kenaikan populasi asma sebanyak 400 juta dan terdapat 250 ribu kematian akibat
asma. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit utama yang menyebabkan pasien memerlukan
perawatan, baik dirumah sakit maupun di rumah (Ikawati, 2016).

Angka kejadian asma di Indonesia yang dilaporkan oleh Puskesmas melalui sistem informasi
surveilans Penyakit Tidak Menular (PTM) yaitu sebanyak 18.748 jiwa. Jumlah orang dengan
penyakit asma menurut kelompok umur paling banyak pada kelompok umur 35-59 tahun sebesar
7.694 jiwa (Kementerian Kesehatan RI, 2017b).

Menurut Kementerian Kesehatan RI, (2017) dalam Sistem informasi Rumah Sakit (SIRS)
Provinsi Bali termasuk 10 provinsi dengan kasus penyakit asma terbanyak. Menurut Riskesdas
tahun 2018 angka kejadian Asma di Indonesia sebanyak 2,4% dan Bali termasuk ke dalam tiga
besar provinsi dengan prevalensi asma terbanyak. Berdasarkan data tahun 2020 penderita asma
di IGD RSUD Sanjiwani Gianyar pada bulan Januari-Desember sebanyak 18 orang, sedangkan
data di tahun 2021 di IGD RSUD Sanjiwani Gianyar pada bulan Januari-Mei sebanyak 22 orang.

Terdapat berbagai macam faktor pemicu terjadinya serangan asma bronkialyang sering dijumpai
antara lain alergen, exercise (latihan), polusi udara, factor kerja (occupational factors), infeksi
pernapasan, masalah hidung dan sinus, sensitif terhadap obat dan makanan, penyakit refluk
gastroesophageal (Gastroesophageal Reflux Disease/GERD) dan faktor psikologis (stres
emosional)(Lewis, 2014).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

- Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pola Napas Tidak Efektif pada Pasien dengan Asma
Bronkial ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menggambarkan Asuhan Keperawatan
Pola Napas Tidak Efektif pada Pasien dengan Asma Bronkial

2. Tujuan khusus

a. Menggambarkan hasil pengkajian asuhan keperawatan pada pasien asma

bronkial dengan pola napas tidak efektif.

b. Menggambarkan hasil diagnosis keperawatan pada pasien asma bronkial

dengan pola napas tidak efektif.

1.4 . Manfaat Penulisan

- Makalah ini dapat memberikan banyak informasi terkait dengan asuhan keperawatan pada klien
asma bronkial yang mengalami pola napas tidak efektif.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asma Bronkial

Asma merupakan salah satu penyakit saluran napas yang banyak dijumpai, baik pada anak-
anak maupun dewasa. Kata asma berasal dari bahasa Yunani yang berarti “terengah-engah”.
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi.
Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas,
dan gejala pernafasan (mengi atau apabila bernafas berbunyi dan terjadi sesak). Obstruksi jalan
nafas pada umumnya bersifat reversible, namun dapat terjadi kurang reversibel bahkan relative
nonreversibel tergantung berat dan lamanya penyakit.
asma menimbulkan beberapa seperti sesak nafas, produksi mucus berlebih, peningkatan
frekuensi pernafasan , terdengar suara mengi (Yuiana,2017). Dengan adanya peningkatan
masalah keperawatan pola nafas tidak efektif.
Menurut (NANDA,2015) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan
untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan
bersihan jalan nafas. Batasan karakteristik ketidakefektifan bersihan jalan nafas meliputi :
dyspnea, penurunan suara nafas, orthopneu, sianosis, batuk tidak efektif, produksi sputum,
perubahan frekuensi dan irama nafas.

2.2 Penyebab Asma Bronkial

Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti apa penyebab asma bronchial. Namun,
kombinasi faktor lingkungan dan genetic diketahui berhubungan dengan penyakit ini.
Beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya asma bronchial adalah sebagai berikut :

- Polusi udara, seperti asap industry maupun asap dari kendaraan.


- Perubahan cuaca atau suhu yang terjadi secara ektrem.
- Paparan zat atau partikel asing, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, pasir, dan lain-
lain.
- Stress dan kecemasan yang berlebih.
- Asap rokok, baik pada perokok aktif maupun perokok pasif.
- Parfum atau wewangian.
- Refluks asam lambung (GERD)
- Infeksi saluran pernafasan, seperti flu/pilek dan pneumonia.
- Bahan kimia yang ditambahkan ke dalam makanan atau minuman, misalnya bahan
penyedap, pewarna,dan pengawet.
- Obat-obatan, seperti aspiriijn, beta blocker, ibuprofen, dan sejenisnya.

2.3 Tanda dan Gejala


Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom yang dihasilkan mekanisme
multiple yang akhirnya menghasilkan kompleks gejala klinis termasuk obstruksi jalan napas
reversibel. Serangan asma ditandai dengan batuk, mengi, serta sesak napas. Gejala yang
sering terlihat jelas adalah penggunaan oto napas tambahan, dan timbulnya pulsus paradokus
(Djojodibroto,2016).
Secara umum tanda-tanda serangan asma bronchial yaitu sering batuk (terutama pada malam
hari), sulit bernapas/sesak napas, merasa lelah/lemah saat berolahraga, ,mengi/batuk setelah
latihan, merasa mudah lelah, kesal atau murung, adanya penurunan fungsin paru-paru diukur
dengan peakflowmeter, tanda flu/ alergi dan sulit tidur.

2.4 Jenis-Jenis Asma Bronkial

Jenis asma berdasarkan penyebab terbagi menjadi alergi, diopatik, dan non-alergik atau
campuran (mixed) antara lain :

1. Asma Alergik / Ekstrinsik, merupakan asma dengan alergen seperti bulu binatang,
debu, ketombe, tepung sari, makanan, dan lain-lain. Alergi terbanyak adalah airbone
dan musiman (seasonal). Pasien asma alergik biasanya mempunyai riwayat penyakit
alergi pada keluarga dan riwayat pengobatan ekstrim atau rhinitis alergik. Paparan
terhadap alergik akan mencetus serangan asma. Asma ini biasanya di mulai sejak
kanak kanak.
2. Idiopatik atau non-arelgik asma / instrinsik, tidak berhubungan secara langsung
dengan alergen spesifik. Faktor-faktor seperti common cold / flu, infeksi saluran
nafas atas, aktivitas, emosi / stres dan populasi lingkungan akan mencetuskan
serangan. Beberapa agen farmakologi seperti antagonis b-adrenergik dan bahan sulfat
(penyedap makanan) juga dapat menjadi faktor penyebab. Serangan dari asma
idiopatik atau non-alergik menjadi lebih berat dan sering kali berjalannya waktu
dapat berkembang menjadi emfisma. Bentuk asma ini dimulai saat dewasa (> 35
tahun).
3. Asma campuran (mixed asma), merupakan bentuk asma yang paling sering. Asma
campuran dikarateristikkan dengan bentuk kedua jenis asma alergik dan idiopatik
atau non-alergik.

2.5 Pencegahan Asma Bronkial

Pencegahan asma lebih baik daripada mengobati.


Sahabat sehat, asma merupakan jenis penyakit yang dapat dikendalikan dengan mengatur
pola hidup sehat. Selain itu, sebaiknya perhatikan beberapa hal berikut untuk memaksimalkan
pencegahan asma:

•Mengenali & menghindari pemicu asma.


•Mengikuti anjuran rencana penanganan asma dari dokter.
•Melakukan langkah pengobatan yang tepat dengan •Mengenali penyebab serangan asma.
•Menggunakan obat-obatan asma yang telah dianjurkan oleh dokter secara teratur.
•Memonitor kondisi saluran napas.
•Berhenti merokok
•Hindari paparan asap rokok, debu, polusi udara, bau-bauan yang mengiritasi seperti parfum,
obat semprot serangga, deterjen cucian
•Jangan memelihara hewan seperti anjing dan kucing
•Gunakan kasur dan bantal sintesis atau jika tidak ada gunakan kain penutup yang terbuat dari
bahan sintesis
•Usahakan tidak memakai karpet di dalam rumah/kamar tidur
Jemur dan tepuk-tepuk kasur secara rutin

Perlu diperhatikan, penggunaan inhaler dapat meningkatkan reaksi asma. Oleh karena itu,
wajib untuk mendiskusikannya dengan dokter, supaya rencana penanganan asma disesuaikan
dengan kebutuhan. Vaksinasi flu dan pneumonia pun sangat disarankan untuk dilakukan,
supaya asma tidak memburuk.
Jika ada keluhan tentang kesehatan anda, segera periksa diri anda ke dokter. Jangan lupa cek
kondisi kesehatan kita secara teratur untuk dapat membantu menemukan permasalahan dalam
tubuh sebelum ada gejala terlihat.
2.5.1 Pengobatan Asma Bronkial

Pengobatan asma dilakukan dengan dua cara :


4. Terapi non obat :
Yang dapat dilakukan dengan cara menghindari pemicu atau terapi dengan nafas
(senam asma).
2. Melibatkan obat obat asma yang digolongkan menjadi 2 yaitu – Untuk penggunaan jangka
panjang dan
- Obat asma untuk penggunaan jangka pendek.

2.5.2 Pengobatan Asma Bronkial

Penderita asma bronkial disarankan untuk rutin menggunakan obat pengontrol asma, serta
menghindari sejumlah faktor pemicu asma agar dapat meminimalisir terjadinya serangan
asma. Jenis obat pengontrol asma yang biasa diresepkan oleh dokter untuk penderita asma
bronkial adalah:

1. Obat Pengontrol Asma Jangka Pendek

Obat pengontrol asma jangka pendek digunakan untuk meredakan serangan asma akut yang
muncul atau kambuh secara tiba-tiba. Obat pengontrol asma jangka pendek yang banyak
digunakan adalah salbutamol.

2. Obat Pengontrol Asma Jangka Panjang

Sementara itu, obat pengontrol asma jangka panjang biasanya diberikan kepada pasien
dengan penyakit asma kronis atau asma persisten berat. Tujuan pengobatan ini adalah untuk
mengontrol keparahan gejala dan mencegah risiko kekambuhan serangan asma.

Selain itu, jangan lupa untuk menerapkan pola hidup sehat, salah satunya dengan tidak
merokok, menggunakan masker untuk melindungi diri dari paparan debu dan asap, serta
mengonsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga kesehatan sistem pernapasan dan
tubuh secara keseluruhan.
BAB III
PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai