Abstrak
Latar belakang. Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas. Disebabkan adanya
gangguan ventilasi dimana diameter bronckeolus banyak berkurang. Masalah yang timbul adalah
penurunan status pernapasan. Intervensi dapat dilakukan dengan teknik pernapasan tiup balon
merupakan terapi non farmakolgis untuk meningkatkan status pernapasan. Tujuan. Tujuan dari
studi kasus ini adalah menganalisis bantuan ventilasi dengan teknik pernapasan tiup balon dalam
meningkatkan status pernapasan pada asuhan keperawatan asma bronkial. Metode. Desain yang
digunakan adalah studi kasus deskriptif. Instrument yang digunakan adalah format pengkajian
Keperawatan Medikal Bedah, lembar observasi klien dan SOP teknik pernapasan tiup balon.
Hasil. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluhkan sesak napas, auskultasi napas whezing,
irama pernapasan takipnea, frekuensi pernapasan 26 x/menit, tampak retraksi dinding dada,
tampak pernapasan cuping hidung, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan. Diagnosis
keperawatan ketidakefektifan pola napas berhubugan dengan hiperventilasi. Tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah teknik pernapasan tiup balon. Hasil evaluasi menunjukan
latihan tiup balon belum dapat meningkatkan status pernapasan dari delapan indikator
keberhasilan telah tercapai tujuh indikator. Kesimpulan. Bantuan ventilasi dengan teknik
pernapasan tiup balon belum dapat meningkatkan status pernapasan pada asuhan keperawatan
asma bronkial .
Kata kunci : Teknik pernapasan tiup balon, status pernapasan, asma bronkial.
PENDAHULUAN
terdapat 76 kasus dan mengalami kenaikan pada tahun 2015 yaitu sebesar 91
Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.1 (2019)
Warti Ningsih: Bantuan Ventilasi Dengan Teknik Pernapasan Tiup Balon Dalam
Meningkatkan Status Pernapasan Pada Asuhan Keperawatan Asma Bronkial
kasus asma bronkial serta pada mencetus kejadian asma. Beberapa
tahun 2016 dari bulan Januari penelitian menyebutkan bahwa
sampai dengan Agustus terdapat 50 setiap unsur di udara yang kita hirup
kasus penderita dewasa asma dapat mencetus kambuhnya asma
bronkial (Putra, 2016). pada penderita. Faktor pencetus
Berdasarkan studi kasus asma dibagi dalam dua kelompok,
diperoleh 20% pasien menderita yaitu genetik, di antaranya atopi /
penyakit asma dari jumlah alergi bronkus, eksim; faktor
keseluruhan 221 pasien di ruang pencetus di lingkungan, seperti asap
Anggrek, RSUD Dr. Moewardi kendaraan bermotor, asap rokok,
bulan Oktober 2019 berdasarkan asap dapur, pembakaran sampah,
usia, jenis kelamin, lama rawat inap kelembaban dalam rumah, serta
dan penyakit penyerta. alergen seperti debu rumah, tungau,
Asma dengan gangguan ventilasi dan bulu binatang (Damayanti, Dkk,
dimana diameter bronckeolus lebih 2015).
banyak berkurang selama ekspiransi Intervensi secara farmakologi
dibanding inspirasi, karena maupun nonfarmakologis penting
peningkatkan tekanan dalam paru diberikan pada pasien asma
selama ekspirasi menekan paksa untuk mencegah perburukan
bagian luar bronkeolus, penyakit dan untuk meningkatkan
mengakibatkan obstruksi berat kualitas hidup pasien asma.
terutama selama ekspirasi. Penderita Intervensi non farmakalogis
asma dapat melakukan inspirasi yang sederhana tetapi memberikan
dengan baik namun sangat sulit saat manfaat yang besar pada pasien
ekspirasi (Guyton and Hall, 2009). salah satunya adalah dengan
Tiap penderita asma akan relaksasi pernapasan (breathing
memiliki faktor pencetus yang relaxation). Relaksasi pernapasan
berbeda dengan penderita asma yang dianjurkan untuk pasien asma
lainnya sehingga perlu adalah diafragmatic breathing dan
mengidentifikasi faktor yang dapat teknik pernapasan dalam. Teknik
pelaksanaan relaksasi pernapasan
dapat bermacam-macam, salah
yang didapatkn pada pasien: pasien pernapasan tiup balon yakni dengan
otot-otot pernapasan akan semakin berat sehingga terjadi peningkatan produksi co2
yang disertai penurunan ventilasi maksimal sehingga akan berespon
alveolus menyebabkan retensi co2 sesak napas dan menurunkan status
dan terjadi asidosis respiratorik atau pernapasan.
gagal napas (Khairunisa, 2015). Tindakan keperawatan yang
Jika tubuh kekurangan oksigen dilakukan untuk meningkatkan
maka tubuh akan berespon status pernapasan pada pasien asma
melakukan ekspirasi semaksimalnya bronkial yang penulis lakukan
akan dapat mencukupi kebutuhan adalah dengan terapi tiup balon
oksigen di dalam tubuh. Menurut yang di berikan sebelum pemberian
Hidayat dan Uliyah (2015), terapi obat yang merupakan
Berdasarkan NOC Status tindakan rumah sakit. Pemberian
penapasan dari asuhan keperawatan terapi tiup balon untuk mengetahui
pada pasien asma bronkial dengan peningkatan status pernapasan pada
kriteria hasil frekuensi pernapasan pasien asma. Manajemen non
normal (16-24 x/menit), Irama farmakologi yang sering di terapkan
pernafasan teratur, Dipsnea saat untuk menggurangi serangan asma
istirahat tidak ada, Suara nafas yakni, dapat dilakukan fisioterapi
tambahan tidak ada, Retraksi napas (senam asma), vibrasi,
dinding dada tidak ada, Pernafasan perkusi toraks, batuk efektif dan tiup
cuping hidung tidak ada, balon (Zullies, 2016).
Penggunaan otot bantu pernafasan, Menurut Tunik (2016), teknik
tidak ada suara napas tambahan. tiup balon mempunyai manfaat
Faktor yang mempengaruhi fungsi dalam memperbaiki fungsi paru,
oksigen seseorang Menurut Hidayat meniup balon akan memberikan
dan Uliyah (2015), yaitu kondisi efek relaksasi pada sistem
kesehatan, perkembangan, perilaku, neuromuskular, sistem saraf
gaya hidup dan lingkungan. Pada parasimpatis dan secara umum
penderita asma pasien tidak dapat bisa menurunkan tonus otot.
mengekpirasikan oksigen secara Meniup balon terdapat
penggunaan otot respirasi dan
peningkatan tekanan meniup
pada saat memasukkan udara
berikan tiga kali sesi dalam 24 jam yakni saat pagi, sore, malam ( Tunik, 2018).
Dalam pemberian tiup balon keberhasilan hanya tercapai 7
terdapat beberapa hambatan, Ny. S indikator dan 1 indikator pada
memiliki usia yang sudah tidak retraksi dinding dada tidak tercapai.
muda yakni 50 tahun, kurang Disebabkan pasien memiliki
pengetahuan akan keutungan latihan penyakit penyerta yakni
tiup balon, kurang informasi pneumothorak yang merupakan
mengenai manfaat tiup balon serta identifikasi masalah pada variabel
sebelumnya belum pernah independen yakni pergerakan
melakukan tiup balon sehingga retraksi antara dinding kanan dan
menyebabkan defisit pengetahuan. kiri tidak akan sama maka indikator
Sesuai dengan teori Ningrum keberhasilan tindakan belum
(2012) yang mengatakan ketika tercapai dengan latihan tiup balon
pasien memiliki pengetahuan yang tiga kali sehari selama tiga hari.
baik tentang penyakit asma, yaitu Pada penderita pneumothorak
tindakan yang baik dalam memiliki keluhan pergerakan
pencegahan penyakit asma, maka dinding dada yang tertinggal
pasien akan berperilaku benar dalam diakibatkan oleh adanya udara yang
pencegahan penyakit asma, berkumpul di ruang paru, menurut
sehingga upaya yang dilakukan Widjaya dan Amin (2014), sehingga
dalam pencegahan penyakit asma akan menghambat kefektifan
menjadi baik. pemberian latihan tiup balon yang
Evaluasi tindakan pada Ny. S diindikasikan untuk meningkatkan
dilakukan di hari ketiga yakni fungsi paru yang ditunjukkan
tanggal 17 Oktober 2019, maka dengan adanya peningkatan arus
dapat di evaluasi bahwa tindakan puncak respirasi maupun
latihan tiup balon belum peningkatan saturasi oksigen
meningkatkan status pernapasan pasien (Tunik, 2018).
secara maksimal pada pasien asma Dalam pemberian latihan tiup
bronkial karena dari 8 indikator balon terdapat faktor perancu yang
mempengaruhi fungsi pernapasan
untuk meningkatkan status
pernapasan menurut Hidayat dan
Uliyah (2015) yakni kerja saraf otonom, hormon dan obat, alergi pada saluran
pernapasan, perilaku gaya hidup dan aminopilin tidak menjadi faktor
lingkungan. Faktor perancu dalam perancu pada hari kedua dan ketiga
tindakan tiup balon Pada Ny. S pemberian latihan pernapasan tiup
yakni mendapatkan terapi balon
farmakologi pada tanggal 15 Hasil penelitian diperoleh
Oktober 2018 yakni aminopilin 2 Arfianto (2014), terapi bermain
jam sebelum pemberian latihan meniup balon ditujukan pada pasien
terapi tiup balon, terapi aminopilin yang mengalami gangguan pada
intravena diberikan sebanyak 6 sistem pernapasan khususnya asma
mg/kgBB selama 20 menit, dalam dengan tujuan agar fungsi paru akan
waktu 6-7 jam berefek kedalam meningkat dan menjadi normal.
tubuh dan dilakukan pengamatan Sehingga membantu pasien
penurunan gejala asma, efek mengontrol pola napas, menurunkan
toksisitas ringan, dan kejang pada sesak napas, meningkatkan kekuatan
serangan awal penyakit asma otot pernapasan dan memperbaiki
(Lorensia, 2018). Jadi efek dari kelenturan rongga dada sehingga
aminopilin dalam menggurangi fungsi paru menjadi meningkat,
sesak berlangsung selama 6-7 jam akan memaksimalkan recoil dan
untuk membantu kesulitan bernapas compliance paru sehingga fungsi
pada penyakit asma yang paru akan meningkat pula. Namun
dikhususkan mengalami serangan tidak dapat mencapai indikator
awal berupa perbaikan gejala. Pada keberhasilan retraksi dinding dada
ny. S terapi farmakologi aminopilin pada pasien diakibatkan pergerakan
hanya di berikan pada hari pertama dada yang tertinggal pada penyakit
sedangkan hari kedua, ketiga terapi penyerta pada Ny. S yakni
aminopilin dihentikan oleh dokter pneumothorak, maka dari ke
karena pasien tidak mengalami delapan indikator hanya tercapai
serangan dan juga kondisi pasien tujuh indikator dan satu indikator
mengalami perbaikan gejala. pada retraksi dinding dada belum
Sehingga terapi farmakologi tercapai dengan latihan tiup balon
tiga kali sehari selama tiga kali.