Anda di halaman 1dari 14

BANTUAN VENTILASI DENGAN TEKNIK PERNAPASAN TIUP

BALON DALAM MENINGKATKAN STATUS PERNAPASAN PADA


ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL

Warti Ningsih1. Lestyani2. Mardatul Muffatahah 3


Akademi Keperawatan YAPPI
Sragen Email :
mardatunmufa@gmail.com

Abstrak
Latar belakang. Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas. Disebabkan adanya
gangguan ventilasi dimana diameter bronckeolus banyak berkurang. Masalah yang timbul adalah
penurunan status pernapasan. Intervensi dapat dilakukan dengan teknik pernapasan tiup balon
merupakan terapi non farmakolgis untuk meningkatkan status pernapasan. Tujuan. Tujuan dari
studi kasus ini adalah menganalisis bantuan ventilasi dengan teknik pernapasan tiup balon dalam
meningkatkan status pernapasan pada asuhan keperawatan asma bronkial. Metode. Desain yang
digunakan adalah studi kasus deskriptif. Instrument yang digunakan adalah format pengkajian
Keperawatan Medikal Bedah, lembar observasi klien dan SOP teknik pernapasan tiup balon.
Hasil. Hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluhkan sesak napas, auskultasi napas whezing,
irama pernapasan takipnea, frekuensi pernapasan 26 x/menit, tampak retraksi dinding dada,
tampak pernapasan cuping hidung, tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan. Diagnosis
keperawatan ketidakefektifan pola napas berhubugan dengan hiperventilasi. Tindakan
keperawatan yang dilakukan adalah teknik pernapasan tiup balon. Hasil evaluasi menunjukan
latihan tiup balon belum dapat meningkatkan status pernapasan dari delapan indikator
keberhasilan telah tercapai tujuh indikator. Kesimpulan. Bantuan ventilasi dengan teknik
pernapasan tiup balon belum dapat meningkatkan status pernapasan pada asuhan keperawatan
asma bronkial .
Kata kunci : Teknik pernapasan tiup balon, status pernapasan, asma bronkial.

VENTILATION SUPPORT WITH BALLOON BREATHING


TECHNIQUES IN IMPROVING BREATHING STATUS ON
NURSING
CARE ASTHMA BRONCHIAL
Abstract
Background. Asthma is a chronic inflammation of the respiratory track.. Caused of ventilation
disruption in which the diameter of the bronchkeolus is reduced. The problem that is a decrease
in respiratory status. Intervension can be carried out by ballon breathing technique which a non-
pharmacological therapy improve respiratory status. purpose. The purpose of this case study is to
analyze ventilation support with ballon breathing techniques in improving respiratory status on
nursing bronchial asthma care. Method. The design used was a descriptive case study with one
case study subject. The instruments used were the surgical medical nursing assessment format,
client observation sheets and SOP for balloon breathing techniques. Results. The results
assesment showed the patient complained of shortness of breath at rest, auscultated whezing
breath sounds, tachypnea breathing rhythm, respiratory frequency 26 x / minute, visible retraction
of the chest wall, visible nasal lobe breathing, visible not use of respiratory muscles. Nursing
diagnosis of the ineffeciency breath patternis link to hyperventilating. The implementati on are:
balloon breathing techniques. Evaluation results show that balloon training cannot improve
breathing status because of the eight indicators of success only seven indicators are achieved.
Conclusion. Ventilation support with balloon breathing exercises has not been able to improve
respiratory status in nursing care asthma bronchial.
Keywords: Balloon breathing techniques, breathing status, asthma bronchial.
Warti Ningsih: Bantuan Ventilasi Dengan Teknik Pernapasan Tiup Balon Dalam
Meningkatkan Status Pernapasan Pada Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

PENDAHULUAN

Asma adalah penyakit inflamasi asma termasuk anak-anak (GAN,


(peradangan) kronik saluran napas 2014).
yang ditandai adanya mengi, batuk, Hasil Riset Kesehatan Dasar
dan rasa sesak di dada yang (2018), membandingkan data
berulang dan timbul terutama pada penderita asma pada tahun 2013 dan
malam atau menjelang pagi akibat tahun 2018. Pada tahun 2013 hasil
penyumbatan saluran pernapasan. prevelensi nasional untuk penyakit
Penyakit ini masih menjadi masalah asma pada semua umur adalah 4,5
kesehatan masyarakat di hampir %. Sedangkan pada tahun 2018
semua negara di dunia, diderita oleh menyebutkan bahwa hasil
anak-anak sampai dewasa dengan prevelensi nasional untuk penderita
derajat penyakit dari ringan sampai asma menurun dengan prevelensi
berat, bahkan beberapa kasus 2,4%. Dengan prevelensi asma
menyebabkan kematian tertinggi terdapat di DI Yogyakarta
(Kementrian Kesehatan Indonesia, 4,5%.
2015). Jumlah kasus asma pada orang
Penyakit asma telah dewasa di Provinsi Jawa Tengah
mempengaruhi lebih dari 5 % khususnya di Kota Semarang
penduduk dunia, dan beberapa berdasarkan data dari Dinas
indikator telah menunjukkan bahwa Kesehatan Kota Semarang
prevalensinya terus menerus menunjukkan bahwa Tahun 2013
meningkat. World Health kasus asma mengalami penurunan
Organization (WHO) bekerja sama dari tahun sebelumnya yakni 1.108
dengan Global Asthma Network kasus, kemudian menurun menjadi
(GAN) memprediksikan saat ini 895 kasus pada tahun 2014 dan
jumlah pasien asma di dunia kembali meningkat pada tahun 2015
mencapai 334 juta orang, menjadi 1.281.5 kasus. Tahun 2015
diperkirakan angka ini akan terus salah satu puskesmas dengan
mengalami peningkatan sebanyak prevalensi jumlah kasus serangan
400 juta orang pada tahun 2025 dan asma yang cukup tinggi adalah
terdapat 250 ribu kematian akibat Puskesmas Gunungpati. Tahun 2014

terdapat 76 kasus dan mengalami kenaikan pada tahun 2015 yaitu sebesar 91
Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.1 (2019)
Warti Ningsih: Bantuan Ventilasi Dengan Teknik Pernapasan Tiup Balon Dalam
Meningkatkan Status Pernapasan Pada Asuhan Keperawatan Asma Bronkial
kasus asma bronkial serta pada mencetus kejadian asma. Beberapa
tahun 2016 dari bulan Januari penelitian menyebutkan bahwa
sampai dengan Agustus terdapat 50 setiap unsur di udara yang kita hirup
kasus penderita dewasa asma dapat mencetus kambuhnya asma
bronkial (Putra, 2016). pada penderita. Faktor pencetus
Berdasarkan studi kasus asma dibagi dalam dua kelompok,
diperoleh 20% pasien menderita yaitu genetik, di antaranya atopi /
penyakit asma dari jumlah alergi bronkus, eksim; faktor
keseluruhan 221 pasien di ruang pencetus di lingkungan, seperti asap
Anggrek, RSUD Dr. Moewardi kendaraan bermotor, asap rokok,
bulan Oktober 2019 berdasarkan asap dapur, pembakaran sampah,
usia, jenis kelamin, lama rawat inap kelembaban dalam rumah, serta
dan penyakit penyerta. alergen seperti debu rumah, tungau,
Asma dengan gangguan ventilasi dan bulu binatang (Damayanti, Dkk,
dimana diameter bronckeolus lebih 2015).
banyak berkurang selama ekspiransi Intervensi secara farmakologi
dibanding inspirasi, karena maupun nonfarmakologis penting
peningkatkan tekanan dalam paru diberikan pada pasien asma
selama ekspirasi menekan paksa untuk mencegah perburukan
bagian luar bronkeolus, penyakit dan untuk meningkatkan
mengakibatkan obstruksi berat kualitas hidup pasien asma.
terutama selama ekspirasi. Penderita Intervensi non farmakalogis
asma dapat melakukan inspirasi yang sederhana tetapi memberikan
dengan baik namun sangat sulit saat manfaat yang besar pada pasien
ekspirasi (Guyton and Hall, 2009). salah satunya adalah dengan
Tiap penderita asma akan relaksasi pernapasan (breathing
memiliki faktor pencetus yang relaxation). Relaksasi pernapasan
berbeda dengan penderita asma yang dianjurkan untuk pasien asma
lainnya sehingga perlu adalah diafragmatic breathing dan
mengidentifikasi faktor yang dapat teknik pernapasan dalam. Teknik
pelaksanaan relaksasi pernapasan
dapat bermacam-macam, salah

satunya adalah dengan meniup balon (Tunik, 2016).

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.1 (2019)


Warti Ningsih: Bantuan Ventilasi Dengan Teknik Pernapasan Tiup Balon Dalam
Meningkatkan Status Pernapasan Pada Asuhan Keperawatan Asma Bronkial
Menurut penelitian yang kelenturan rongga dada sehingga
dilakukan Royani (2017), latihan fungsi paru menjadi meningkat.
napas dalam adalah bernapas Fungsi paru terutama ventilasi paru
dengan perlahan dan menggunakan sangat dipengaruhi oleh recoil dan
diafragma,sehingga memungkinkan compliance paru. Terapi meniup
abdomen terangkat perlahan dan balon dapat meningkatkan kekuatan
dada mengembang penuh.Tujuan otot pernapasan sehingga akan
penelitian ini adalah diketahuinya memaksimalkan recoil dan
pengaruh terapi aktivitas bermain compliance paru sehingga fungsi
meniup balon terhadap perubahan paru akan meningkat pula.
fungsi paru sebelum dan sesudah Tujuan dari studi kasus untuk
dilakukan tindakan terapi meniup menganalsisi Bantuan Ventilasi
balon. Dengan Teknik Pernapasan Tiup
Hal ini sesuai dengan pernyataan Balon Dalam Meningkatkan Status
Arfianto (2014), terapi bermain Pernapasan Pada Asuhan
meniup balon ditujukan pada pasien Keperawatan Asma Bronkial”.
yang mengalami gangguan pada
sistem pernapasan khususnya asma METODE
dengan tujuan agar fungsi paru akan Desain penelitian ini adalah
meningkat dan menjadi normal. deskriptif dengan pendekatan case
Terapi ini dapat dianalogkan dengan study research (Studi kasus) yang
latihan napas dalam dan Pursed Lip meliputi pengkajian, diagnosis
Breathing. Pursed Lip Breathing keperawatan, perencanaan,
adalah inspirasi dalam dan ekspirasi pelaksanaan, dan evaluasi.
memanjang dengan mulut Penelitian studi kasus ini dilakukan
dimonyongkan dengan tujuan untuk di ruang penyakit dalam di RSUD
membantu pasien mengontrol pola DR. Moewardi Surakarta.
napas, menurunkan sesak napas, Subjek studi kasus ini adalah
meningkatkan kekuatan otot pasien yang dirawat di Ruang
pernapasan dan memperbaiki penyakit dalam sejumlah 1 orang ,
dengan kriteria: laki-
laki/perempuan,usia 15-50 tahun,

mengeluhkan sesak napas, frekuensi pernapasan >24x/menit.

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.1 (2019)


Warti Ningsih: Bantuan Ventilasi Dengan Teknik Pernapasan Tiup Balon Dalam
Meningkatkan Status Pernapasan Pada Asuhan Keperawatan Asma Bronkial
Metode pengumpulan data yang berhubungan dengan Hiperventilasi.
dipakai yaitu meliputi: observasi Perencanaan keperawatan yang
dan pemeriksaan, wawancara, diberikan kepada Ny. S adalah
metode pengukuran, metode pemberian bantuan ventilasi. Tujuan
dokumentasi sedangkan instrumen ditetapkan NOC yaitu status
yang digunakan dalam studi kasus pernapasan dengan diharapkan
yaitu meliputi: lembar asuhan sesak saat istirahat tidak ada, tidak
keperawatan KMB, lembar tampak pernapasan cuping hidung,
observasi dan SOP (standar tidak tampak retraksi dinding dada,
operasional prosedur). penggunaan otot bantu pernapasan,

HASIL DAN PEMBAHASAN tanda-tanda vital dalam rentan

Hasil pengkajian didapatkan normal, irama pernapasan teratur,

dilakuan pada tanggal 15 Oktober dan frekuensi pernapasan normal.

2019 Diruang Anggrek 1 RSUD Dr. Tindakan yang diberikan pada

Moewardi Surakarta dengan data Bantuan ventilasi dengan teknik

yang didapatkn pada pasien: pasien pernapasan tiup balon yakni dengan

menggatakan sesak saat istirahat, :

merasa tidak nyaman, tampak a. Monitor status pernapasan

Tampak irama pernapasan takipne, sebelum dan sesudah tindakan tiup

Frekuensi pernapasan meningkat, balon

Retraksi dinding dada kiri lebih b. Posisikan pasien semifowler,

rendah dari kanan, Tidak tampak c. Anjurkan pasien bernapas pelan,

penggunaan otot bantu pernapasan, d. kaloborasi pemberian

Tampak pernapasan cuping hidung, farmakologi,

N:78 x/menit ,RR: 26 x/menit, Spo2 e. ajarkan teknik pernapasan

: 96% menggunakan nasal canul 5 tiup balon.

lpm. Implementasi/tindakan keperawatan

Berdasarkan dari data tersebut yang diberikan kepada Ny. S yang

diagnosa yang muncul pada Ny. S dapat dilihat pada tabel 1 :

yaitu ketidakefektivan pola napas Tabel 1 Implementasi


keperawatan

Jurnal Keperawatan CARE, Vol. 9 No.1 (2019)


Hari/t Implementa Respon pasien er teknik sulit di kembangkan
gl/jam si terhadap tindakan 2018 pernapasan dan dada pasien
Pre intervensi 10.00 tiup balon belum menggembang
15 Mengkaji S : pasien WIB maksimal
Oktob keluhan menggatakan sesak O : frekuensi napas
er pasien dan saat istirahat dan 26x/menit
2018 monitor merasa tidak nyaman Tampak retraksi
07.30 status O : frekuensi napasa dinding dada kanan
WIB penapasan 26x/menit lebih rendah dari kiri
Tampak retraksi Tampak pernapasan
dinding dada kanan cuping hidung
lebih rendah dari kiri Tidak tampak
Tampak pernapasan penggunaan otot
cuping hidung bantu pernapasan
Tidak tampak Suara napas
penggunaan otot tambahan whezing
bantu pernapasan Irama pernapasan
Suara napas takipnea
tambahan whezing Sop2 97% dengan
Irama pernapasan nasal canul 5 lpm
takipnea 15 Mengatur S: pasien
Sop2 96% dengan Oktob posisi menggatakan sesak
nasal canul 5 lpm er pasien semi sedikit berkurang
15 Memberika S : pasien 2018 fowler O : tampak pasien
Oktob n injeksi menggatakan sesak 11.15 bernapas dengan
er aminopilin sedikit berkurang WIB pelan dan tampak
2018 10 mg/8 O: tampak irama nyaman
08.40 jam pernapasan takipnea, Post intervensi
WIB frekuensi pernapasan 15 Mengkaji S : pasien
26x/menit, Oktob keluhan menggatakan tidak
15 Mengajarka S : pasien er pasien, merasa sesak saat
Oktob n pasien menggatakan balon 2018 memonitor istirahat

08.45 WIB status pernapasan, ausk ultasi suara napas tambahan,


dan O: tampak pernapasan takipnea
kaloboras frekuensi cuping hidung Sop2 98% dengan
i napasa tidak tampak nasal canul 5 lpm
pemberia 25x/menit penggunaan otot S:pasien
15 Mengatur
n Tampak bantu pernapasan menggatakan
Oktob posisi semi
analgesik retraksi er fowler nyaman dan sesak
dinding 2018 kepada berkurang
dada kanan 11.20 pasien O : tampak pasien
lebih rendah WIB lebih nyaman dan
dari kiri bernapas pelan .
Suara napas whezing Berdasarkan hasil evaluasi pada
Irama pernapasan tabel 1 pada Ny. S didapatkan sesak
takipnea saat istirahat berkurang, irama
Sop2 98% dengan pernapasan tekipnea, suara napas
nasal canul 5 lpm whezing, frekuensi pernapasan 25
15 Mengajarka S : pasien x/menit, nadi 75 x/menit, Td 120/80
Oktob n teknik menggatakan sesak mmhg, tidak tampak penggunaan
er pernapasan sedikit berkurang otot bantu pernapasan, tampak
201
tiup balon O : frekuensi napasa pernapasan cuping hidung, tampak
8
10.10
25x/menit retraksi dinding dada kanan lebih
WIB
Nadi 75x/menit, TD rendah dari kiri, sop2 98% dengan
120/80 mmhg nasal canul 5 lpm.
Tampak retraksi
PEMBAHASAN
dinding dada kanan
Asma adalah suatu penyakit
lebih rendah dari kiri
yang heterogen, yang dikarakterisir
Tampak pernapasan
oleh adanya inflamasi kronis pada
cuping hidung
saluran pernafasan. Hal ini
Tidak tampak
ditentukan oleh adanya riwayat
penggunaan otot
gejala gangguan pernafasan seperti
bantu pernapasan
mengi, nafas terengah-engah, dada
Suara napas whezing
terasa berat / tertekan, adanya batuk
Irama pernapasan
yang bervariasi waktu dan
intensitasnya diikuti dengan gabungan antara ekstrinsik dan
keterbatasan aliran udara eksprirasi instrinsik menurut Riyadi (2011),
yang bervariasi (Zullies, 2016). sehingga pasien tidak memiliki
Data yang di dapatkan pada Ny. keluhan mengenai batuk.
S tidak sama dengan karakteristik Manifestasi klinis asma yaitu
pasien asma menurut teori Zullies sesak mendadak disertai fase
(2016), karena pada Ny. S tidak inspirasi yang lebih pendek diikuti
mengalami batuk yang khas seperti bunyi mengi, pernapasan cuping
yang di jelaskan teori pengertian hidung, tidak tampak penggunaan
asma diatas. Pada beberapa pasien otot bantu pernapasan sesuai dengan
asma batuk hanya merupakan data Ny. S. Diagnosa yang di
gejala, bronkospasme tidak dapat terapkan penulis pada Ny. S adalah
menjadi cukup parah yang ketidakefektifan pola napas
menyebabkan gangguan udara tetapi berhubungan dengan hiperventilasi ,
tidak meningkatkan tonus bronkial dimana terjadi terdapat gangguan
dan menyebabkan iritasi dengan ventilasi dimana diameter bronkus
menstimulasi reseptor batuk. banyak berkurang diakibatkan
Beberapa pasien mungkin hanya spasme bronkus yang menyebabkan
memiliki batuk yang tidak sering pola napas tidak efektif.
bahkan tidak ada, dipercepat dan Penulis mengambil diagnosa ini
diperberat dengan banyak pemicu karena sudah sesuai dengan teori
pada penyakit asma (Putu, 2012). hieraki maslow yaitu kebutuhan
Jadi pada Ny. S tidak mengalami fisiologis apabila oksigen tidak
bronkopsme yang berat sehingga tercukupi maka status oksigen
tidak menimbulkan gejala batuk pasien tidak akan mampu memenuhi
karena iritasi tidak menstimulasi kebutuhan dalam tubuhnya dan akan
reseptor batuk, dan tidak diperberat menyebabkan sesak yang semakin
oleh pemicu serangannya seperti berat sehingga saluran napas dan
asma yang di akibatkan oleh faktor alveoli akan tertutup oleh mukus
pencetus seperti sama yang di sehingga memungkinkan terjadinya
akibatkan stres, asma yang di hambatan pertukaran gas. Hal ini
akibatkan oleh keturunan, dan asma menyebabkan hipoksemia dan kerja

otot-otot pernapasan akan semakin berat sehingga terjadi peningkatan produksi co2
yang disertai penurunan ventilasi maksimal sehingga akan berespon
alveolus menyebabkan retensi co2 sesak napas dan menurunkan status
dan terjadi asidosis respiratorik atau pernapasan.
gagal napas (Khairunisa, 2015). Tindakan keperawatan yang
Jika tubuh kekurangan oksigen dilakukan untuk meningkatkan
maka tubuh akan berespon status pernapasan pada pasien asma
melakukan ekspirasi semaksimalnya bronkial yang penulis lakukan
akan dapat mencukupi kebutuhan adalah dengan terapi tiup balon
oksigen di dalam tubuh. Menurut yang di berikan sebelum pemberian
Hidayat dan Uliyah (2015), terapi obat yang merupakan
Berdasarkan NOC Status tindakan rumah sakit. Pemberian
penapasan dari asuhan keperawatan terapi tiup balon untuk mengetahui
pada pasien asma bronkial dengan peningkatan status pernapasan pada
kriteria hasil frekuensi pernapasan pasien asma. Manajemen non
normal (16-24 x/menit), Irama farmakologi yang sering di terapkan
pernafasan teratur, Dipsnea saat untuk menggurangi serangan asma
istirahat tidak ada, Suara nafas yakni, dapat dilakukan fisioterapi
tambahan tidak ada, Retraksi napas (senam asma), vibrasi,
dinding dada tidak ada, Pernafasan perkusi toraks, batuk efektif dan tiup
cuping hidung tidak ada, balon (Zullies, 2016).
Penggunaan otot bantu pernafasan, Menurut Tunik (2016), teknik
tidak ada suara napas tambahan. tiup balon mempunyai manfaat
Faktor yang mempengaruhi fungsi dalam memperbaiki fungsi paru,
oksigen seseorang Menurut Hidayat meniup balon akan memberikan
dan Uliyah (2015), yaitu kondisi efek relaksasi pada sistem
kesehatan, perkembangan, perilaku, neuromuskular, sistem saraf
gaya hidup dan lingkungan. Pada parasimpatis dan secara umum
penderita asma pasien tidak dapat bisa menurunkan tonus otot.
mengekpirasikan oksigen secara Meniup balon terdapat
penggunaan otot respirasi dan
peningkatan tekanan meniup
pada saat memasukkan udara

kedalam balon. Relaksasi pernapasan dengan meniup balon pada


akhirnya akan meningkatkan fungsi pasien mengontrol otot pernapasan
paru yang ditunjukkan dengan pada aplikasi tiup balon saat
adanya peningkatan arus puncak inspirasi akan mefasilitasi
respirasi maupun peningkatan peningkatan volume tidal, dan
saturasi oksigen pasien. Efek penurunan frekuensi pernapasan
relaksasi dari meniup balon juga sehingga akan meningkatkan
memberikan pengaruh rileks pada efesiensi ventilasi alveolus serta
tubuh sehingga bisa menurunkan meringankan beban jantung
kecemasan pada pasien. memompa darah keseluruh tubuh
Tindakan latihan penapasan tiup serta memperpanjang udara inspirasi
balon dilakukan selama 10 menit dan ekspirasi mencegah air trapping
satu hari 3 kali pada waktu pagi, di dalam alveolus (Khazanah, 2013).
sore dan malam dengan alasan Hal ini sejalan dengan penelitian
pasien belum di berikan terapi yang dilakukan Royani (2017),
farmakolgi karena untuk latihan napas dalam adalah bernapas
membandingkan efektivitas dengan perlahan dan menggunakan
peningkatan status pernapasan diafragma, sehingga memungkinkan
sebelum di berikan terapi abdomen terangkat perlahan dan
farmakologi. Pemberian bantuan dada mengembang penuh. Tujuan
ventilasi menggunakan balon yang penelitian ini adalah diketahuinya
di tiup oleh pasien selama tindakan pengaruh terapi aktivitas bermain
untuk meningkatkan status meniup balon terhadap perubahan
pernapasan pada pasien asma. fungsi paru sebelum dan sesudah
Sesuai dengan teori Natalia dilakukan tindakan terapi meniup
(2017) efektivitas terapi tiup balon balon. Pemberian terapi tiup balon
pada pasien asma dilakukan dilakukan tiga kali dalam sehari
maksimal empat kali sehari (dengan dengan menggunakan media balon
jarak 4-5 jam), masing-masing 10 kemudian pasien meniup
menit, selama tiga hari. Membantu semaksimalnya atau hingga balon
mengembang, Setelah tiga kali tiup
balon, pasien akan di nilai status
pernapasannya. Terapi tiup balon di

berikan tiga kali sesi dalam 24 jam yakni saat pagi, sore, malam ( Tunik, 2018).
Dalam pemberian tiup balon keberhasilan hanya tercapai 7
terdapat beberapa hambatan, Ny. S indikator dan 1 indikator pada
memiliki usia yang sudah tidak retraksi dinding dada tidak tercapai.
muda yakni 50 tahun, kurang Disebabkan pasien memiliki
pengetahuan akan keutungan latihan penyakit penyerta yakni
tiup balon, kurang informasi pneumothorak yang merupakan
mengenai manfaat tiup balon serta identifikasi masalah pada variabel
sebelumnya belum pernah independen yakni pergerakan
melakukan tiup balon sehingga retraksi antara dinding kanan dan
menyebabkan defisit pengetahuan. kiri tidak akan sama maka indikator
Sesuai dengan teori Ningrum keberhasilan tindakan belum
(2012) yang mengatakan ketika tercapai dengan latihan tiup balon
pasien memiliki pengetahuan yang tiga kali sehari selama tiga hari.
baik tentang penyakit asma, yaitu Pada penderita pneumothorak
tindakan yang baik dalam memiliki keluhan pergerakan
pencegahan penyakit asma, maka dinding dada yang tertinggal
pasien akan berperilaku benar dalam diakibatkan oleh adanya udara yang
pencegahan penyakit asma, berkumpul di ruang paru, menurut
sehingga upaya yang dilakukan Widjaya dan Amin (2014), sehingga
dalam pencegahan penyakit asma akan menghambat kefektifan
menjadi baik. pemberian latihan tiup balon yang
Evaluasi tindakan pada Ny. S diindikasikan untuk meningkatkan
dilakukan di hari ketiga yakni fungsi paru yang ditunjukkan
tanggal 17 Oktober 2019, maka dengan adanya peningkatan arus
dapat di evaluasi bahwa tindakan puncak respirasi maupun
latihan tiup balon belum peningkatan saturasi oksigen
meningkatkan status pernapasan pasien (Tunik, 2018).
secara maksimal pada pasien asma Dalam pemberian latihan tiup
bronkial karena dari 8 indikator balon terdapat faktor perancu yang
mempengaruhi fungsi pernapasan
untuk meningkatkan status
pernapasan menurut Hidayat dan

Uliyah (2015) yakni kerja saraf otonom, hormon dan obat, alergi pada saluran
pernapasan, perilaku gaya hidup dan aminopilin tidak menjadi faktor
lingkungan. Faktor perancu dalam perancu pada hari kedua dan ketiga
tindakan tiup balon Pada Ny. S pemberian latihan pernapasan tiup
yakni mendapatkan terapi balon
farmakologi pada tanggal 15 Hasil penelitian diperoleh
Oktober 2018 yakni aminopilin 2 Arfianto (2014), terapi bermain
jam sebelum pemberian latihan meniup balon ditujukan pada pasien
terapi tiup balon, terapi aminopilin yang mengalami gangguan pada
intravena diberikan sebanyak 6 sistem pernapasan khususnya asma
mg/kgBB selama 20 menit, dalam dengan tujuan agar fungsi paru akan
waktu 6-7 jam berefek kedalam meningkat dan menjadi normal.
tubuh dan dilakukan pengamatan Sehingga membantu pasien
penurunan gejala asma, efek mengontrol pola napas, menurunkan
toksisitas ringan, dan kejang pada sesak napas, meningkatkan kekuatan
serangan awal penyakit asma otot pernapasan dan memperbaiki
(Lorensia, 2018). Jadi efek dari kelenturan rongga dada sehingga
aminopilin dalam menggurangi fungsi paru menjadi meningkat,
sesak berlangsung selama 6-7 jam akan memaksimalkan recoil dan
untuk membantu kesulitan bernapas compliance paru sehingga fungsi
pada penyakit asma yang paru akan meningkat pula. Namun
dikhususkan mengalami serangan tidak dapat mencapai indikator
awal berupa perbaikan gejala. Pada keberhasilan retraksi dinding dada
ny. S terapi farmakologi aminopilin pada pasien diakibatkan pergerakan
hanya di berikan pada hari pertama dada yang tertinggal pada penyakit
sedangkan hari kedua, ketiga terapi penyerta pada Ny. S yakni
aminopilin dihentikan oleh dokter pneumothorak, maka dari ke
karena pasien tidak mengalami delapan indikator hanya tercapai
serangan dan juga kondisi pasien tujuh indikator dan satu indikator
mengalami perbaikan gejala. pada retraksi dinding dada belum
Sehingga terapi farmakologi tercapai dengan latihan tiup balon
tiga kali sehari selama tiga kali.

KESIMPULAN pernapasan tiup balon belum dapat


Bantuan ventilasi dengan teknik meningkatkan status pernapasan pada asuhan
keperawatan asma bronkial karena Balon Terhadap Perubahan
dari data Ny. S dari delapan Fungsi Paru Dengan Asthma.
Analisis jurnal ilmiah . 3 (2), hal
indikator hanya tercapai tujuh 4-8. http://www.jurnalpenelitian.
indikator dan satu indikator belum Diakses 24 Juli 2018.
dapat tercapai karena adanya Damayanti, dkk. 2015. Asma di
penyakit penyerta pneumothorak Indonesia: Penyebab dan
Pencetus. Jurnal Kesehatan
pada Ny. S Diharapkan bagi Rumah Masyarakat Nasional. 9( 4), hal
Sakit karya tulis ini dapat digunakan 330-332
file:///C:/Users/Win10/Downloa
sebagai bahan pertimbangan dalam ds/738-1559-1-PB(1).pdf.
memberikan perawatan langsung Diakses 20 Juli 2018

kepada pasien dengan asam bronkial Guyton, A. C, dan Hall, J. E. 2009.


yang mengalami penurunan status Buku ajar fisiologi kedokteran
edisi12. Singapura:Elsevier.
pernapasan, khususnya dalam
Hidayat, A. A. & Uliyah, M. 2015.
tindakan memberikan bantuan
Kebutuhan dasar manusia edisi
ventilasi dengan teknik pernapasan 2. Surabaya: Health Books
tiup balon. Ikawati, Zullies. 2016.
Farmakoterapi Penyakit Sistem
Pernafasan. Yogyakarta:
DAFTAR PUSTAKA Pustaka AdipuraPublishing.
Adi, putra. 2016. Gambaran Tingkat Khairunisa, Berawa. 2015. Faktor-
Kecemasan Dan Derajat faktor yang berpengaruh pada
Serangan Asma Pada Penderita timbulnya kejadian sesak napas
Dewasa Asma Bronkial Studi Di pada penderita asma bronkial.
Wilayah kerja Puskesmas Jurnal Majority. 4(9). Hal 64-
Gunungpati, Kota Semarang 65.
Tahun 2016. Jurnal kesehatan http://journal.biologiuniversitasl
masyarakat UNDIP. 6 (1),hal ampung.ac.id diakses 26 Juli
359 - 360. 2018 Khazanah. 2013. Pengaruh
https://ejournal3.undip.ac.id/ind pursed lip breathing dan meniup
ex.php/jkm . Diakses 20 Juli balon terhadap kekuatan otot
2018. pernapasan, saturasi oksigen,
dan respiratory rate. Jurnal
Arfianto. 2014.Pengaruh Terapi
keperawatan stikes jombang.
Aktivitas Bermain Meniup
6(2). 15-16.
http://jurnalStikespemkabjomba
ng.ac.id. diakses 15 Juli 2018.

Kementrian kesehatan. 2015. Profil


Kesehatan Indonesia tahun
2015. Jakarta Kementrian
Kesehatan. http://jurnal.kemenkes.ac.id. Diakses 5
Agustus 2018 Rumah Sakit Islam Siti
Khodijah Palembang. Jurnal
Lorensia, Amelia. 2018. Efektivitas
Masker medika. 5 (1), 80- 84.
dan Resiko Toksisitas
http://journalstikesmp.ac.id
Aminopilin intravena pada
Diakses 10 Agustus 2018 .
pengobatan awal serangan asma.
Jurnal farmasi Unpad. 7(2). The Global Asthma Report. 2014.
Hal 25-28. .Asthma may affect as many as
http://jurnal.unpad.ac.id diakses 334 million people.
5 Agustus 2018.
Tunik. 2016. Breathing Relaxation
Natalia, Dewi. 2017. Efektivitas Dengan Teknik Balloon
pursed lips breathing dan tiup Blowing Pada Penyakit Paru
balon pada peningkatan arus Obstruksi Kronis. Tesis.
puncak ekspirasi (APE) pasien Fakultas keperawatan
asma bronkial di Rsud Universitas Muhamadiyah
banyumas. Jurnal yogyakarta.
Repiratory Umy. http://repository.umy.ac.id.
http://joernal.respiratoriumy.ac.i diakses 01 Agustus 2018.
d diakses 7 Agustus 2018.
Widjaya dan Amin. 2014.
Ningrum, Arin. 2012. Hubungan Karakteristik dan faktor- faktor
pengetahuan tentang asma dan yang mempengaruhi kesintasan
upaya pencegahannya. Jurnal pasien pnemotoraks di Rumah
Kesehatan Masyarakat Ums. sakit Cipto Mangunkusumo
3(2). Hal 7-10. Jakarta. Indonesia jurnal of
http://eprints.ums.ac.id . chest critical and emergency
Diakses 7 Agustus 2018. medicine. 1(3). Hal 117-122.
http://indonesiajoernalchest.ac.id
Putu, Niluh. 2012. Analisis faktor-
Diakses 01 Agustus 2018
faktor pemicu dominan
terjadinya serangan asma pada Wahyudi, A. S, & Wahid, A. 2016.
pasien asma. Tesis. Fakultas Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Ilmu keperawatan Univesitas Dasar. Jakarta: Mitra Wacana
Indonesia. http://asma.ui.ac.id. Medika
diakses 10 Agustus 2018.

Riskesdas. 2018. Laporan Nasional


Riskesdas 2018.
http://www.depkes.go.id/
Diakses 10 Agustus 2018 .

Royani, Evi. 2017. Pengaruh Terapi


Aktivitas Bermain Meniup
Balon Terhadap Perubahan
Fungsi Paru Dengan Asma Di

Anda mungkin juga menyukai