Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS JURNAL

KEPERAWATAN GERONTIK

DISUSUN OLEH:

SERLI YASIMA
21220062

Dosen Pembimbing : Agus Suryaman, M.Kep

INSTITUTE KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
PROGRAM PROFESI NERS
TAHUN 2020-2021

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
Gout adalah peradangan akibat endapan kristal asam urat pada sendi
(Pusdiknakes, 1995).
Gout bisa diartikan sebagai sebuah penyakit dimana terjadi
penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan, baik akibat produksi
yang meningkat , pembuangan yang menurun, atau akibat peningkatan
asupan makanan kaya purin (Sholeh, 2012).
Asam urat merupakan kelainan metabolik yang disebabkan karena
penumpukan purin atau eksresi asam urat yang kurang dari ginjal.
Asam urat merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia,
serangan artritis akut  yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal
urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu
saluran kemih (Edu S. Tehupeiory, 2000)

B. Etiologi
1.      Faktor genetik dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan
metabolisme yang dapat mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat.
2.      Jenis kelamin dan umur. Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih
beresiko terjadinya asam urat yaitu umur (30 tahun keatas), sedangkan wanita
terjadi pada usia menopouse (50-60 tahun).
3.      Berat badan. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia
dan gout berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau
kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi asam urat.
4.      Konsumsi alkohol. Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan
hiperurisemia, karena alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat
dari tubuh.

2
5.      Diet. Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau
memperburuk gout. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-kacangan,
rempelo dll.
6.      Obat-Obatan Tertentu. Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada
risiko untuk mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan
obat jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.

C. Klasifikasi
1. Gout Primer
Gout primer adalah gout yang disebabkan faktor genetik dan lingkungan.
2. Gout Sekunder
Gout yang timbul karena adanya komplikasi dengan penyakit lain (hipertensi
dan aterosklerosi).

D. Manifestasi Klinis
Menurut Sholeh (2012), manifestasi gout yaitu,
1. Hiperurisemia
2. Arthritis pirai/gout akut, bersifat eksplosif, nyeri hebat, bengkak,merah,
teraba panas pada persendian, dan akan sangan terasa pada saat bangun tidur
pada pagi hari.
3. Terdapat kristal urat yang khas dalam cairan sendi
4. Terdapat tofi dalam pemeriksaan kimiawi
5. Telah terjadi lebih dari satu serangan akut
6. Adanya serangan pada satu sendi, terutama sendi ibu jari kaki
7. Sendi terlihat kemerahan
8. Terjadi pembengkakan asimetris pada satu sendi
9. Tidak ditemukan bakteri pada saat serangan dan inflamasi.

3
F.  Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar x dari sendi yang sakit : Menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang ketika menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak
sendi dan subluksasio.
2. Scan radionuklida : Identifikasi peradangan sinovium.
3. Atroskopi langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/degenerasi tulang pada sendi.
4. Aspirasi cairan sinovial
5. Biopsi membran sinovial : Menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas. (Doengus, 2000).

G. Pathofisiologi
Adanya gangguan metabolisme purin dan ekskresi asam urat yang kurang
dari ginjal menyebabkan akumulasi asam urat yang berlebihan dalam darah,
selanjutnya akumulasi asam urat dalam darah membentuk kristal asam urat
yang mana kristal asam urat (Uric acid crystal) merupakan produk akhir
metabolisme purin yang dan berkumpul atau menumpuk di sendi dan
jaringan pengikat sebagai hasil dari konsumsi purin yang terlalu banyak atau
metabolisme yang tidak normal, kemudian menumpuk dalam tubuh, setelah
itu menimbulkan iritasi lokal pada sendi dan menimbulkan respon inflamasi.
I. Komplikasi
1. Penyakit batu ginjal
Asam urat dalam tubuh dikelurkan dalam bentuk air seni melalui ginjal.
Dikarenakan asam urat menciptakan endapan-endapan di dalam ginjal,
terlebih jika kadarnya yang tingi. Umumnya endapan-endapan tesebut
berukuran mikro dan dapat secara alami dikeluarkan melalui saluran kemih.
Namun jika ukurannya terlalu besar, makan akan menimbulkan penyakit batu
ginjal.
2. Muculnya benjolan-benjolan tofi

4
Gumpalan yang terbentuk akibat endapan-endapan krisal asam urat dibawah
kulit.
3. Kerusakan pada sendi
Kerusakan terjadi akibat penyakit gout yang tidak kunjung ditangani. Kristal-
kristal natrium urat yang terus menumpuk dan membentuk tofi didalam
tulang rawan dan tulang sendi, lambat laun akan terus merusak sendi dan
bahkan kerusakan tersebut pada akhirnya menjadi permanen.

J. Penatalaksanaan
1. Pengobatan dengan serangan akut dengan Colchicine 0,9 mg (pemberian
oral), Colchicine 1,0-3,0 mg (dalam NaCl intravena), Phenilbutazone
(Butazolidin), Indometachin (Indocin).
2. Sendi diistirahatkan
3. Kompres dingin
4. Diet rendah purin
5. Analgesik dan antipiretik
6. Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan
Probenecid (Benemid) 0,5 g/hari atau Sulfinpyrazole (Anturane) pada pasien
yang tidak terhadap Benemid atau menurunkan pembentukan asam urat
dengan Allopurinol (Zyloprim) 100mg 2 kali/hari. (Suratun, 2008).

K. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri persendian
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. KASUS

Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 16 Maret 2019 pukul 09.30
WIB didapatkan biodata klien yaitu nama: Ny.P, pendidikan : SD, umur : 55
tahun, pekerjaan: IRT, agama : islam, alamat :Plaju. Jenis tipe keluarga Single
Parent, karena dalam keluarga terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung
atau angkat), yang disebabkan oleh kematian. Masalah yang terjadi dengan tipe
tersebut Ny.P menderita penyakit Gout Arthritis. Sebelumnya klien menderita
penyakit jantung koroner pada tahun 2009 dan pernah MRS selama 5 kali, dan
klien kontrol satu bulan sekali. Pemenuhan gizi pada keluarga Ny.P gizi seluruh
anggota keluarga sudah terpenuhi, makan 3 kali sehari dengan porsi sedang
dengan lauk pauk seperti sayur, tempe, ikan. Klien juga sering mengonsumsi
bahan makanan dari kacang – kacangan sepeti tempe tahu dan sambal pecel.
Tanda – tanda vital TD : . 120/80 mmHg, nadi : 93x/mnt, pernafasan :
20x/mnt, suhu: 36,2˚C. Pemeriksaan ekstermitas klien dapat berdiri sendiri, cara
berjalan klien tampak memegangi kedua lutut kanan dan kiri serta siku, tidak ada
kemerahan pada kedua lutut dan siku, nyeri terus – menerus tidak ada bengkak,
nyeri seperti ditusuk – turuk, dengan skala nyeri 5, nyeri dirasakan kerika
beraktivitas dan tidak beraktivitas, tidak ada tofi, nyeri pada kedua lutut dan siku.
Pemeriksaan asam urat pada tanggal 18 januari 2021 pemeriksaan Asam Urat hari
pertama 9,3 dl.
Data subjektif Ny.P mengatakan nyeri pada persendian terutama pada kedua
lutut dan siku, nyeri ketika beraktivitas maupun tidak beraktivitas, nyeri seperti
ditusuk – tusuk, skala nyeri 5, nyeri terus – menerus. Data Objektif: TD : 120/
80 mmHg, nadi : 92x/ mnt, pernafasan : 20X/ mnt, suhu : 36,2˚C, hasil
pengecekan asam urat 9,5 mg/ dl (tinggi).

2. PERTANYAAN KLINIS

6
Bagaimana pengaruh air rebusan daun salam (syzgium polyanthum) dalam
menurunkan kadar asam urat?

3. PICO
P : 24 reponden
I : air rebusan daun salam (syzgium polyanthum)
C : tidak ada pembanding
O : menurunkan kadar asam urat

4. SEARCHING LITERATURE ( JOURNAL )


Setelah dilakukan Searching Literature ( Journal ) di google scholar, didapatkan
298 journal yang terkait dan dipilih jurnal dengan judul “ Peran Air Rebusan
Daun Salam (Syzgium Polyanthum) Dalam Menurunkan Kadar Asam Urat “
Dengan alasan :
a. Jurnal tersebut sesuai dengan kasus
b. Jurnal tersebut up to date

5. VIA
Validity:
a) Desain : Quasy eksperimen
b) Sampel : sampel sebanyak 24 responden

c) Kriteria inklusi dan ekslusi:

Kriteria inklusi:
Kriteria inklusi adalah kadar asam urat pria > 7,0 mg/dl dan wanita > 6,0 mg/dl,
bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent.
Kriteria eksklusi:
Kriteria eksklusi adalah permintaan responden untuk berhenti, mengalami
gangguan ginjal, dan sedang minum obat asam urat.

7
Randomisasi : Teknik sampling dalam penelitian ini adalah concecutive
sampling.

1) Importance dalam hasil


a. Karakteristik subjek:
Karakteristik subjek dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia dan
berat badan.
b. Beda proporsi :
Hasil analisis data pada responden berdasarkan tabel 1 pada umur
didapatkan bahwa rata-rata umur adalah 59.83 tahun, median 60 tahun
dengan standar deviasi 10.569 tahun. Umur terendah adalah 33 tahun dan
tertinggi 80 tahun. Dari hasil estimasi interval didapatkan bahwa 95% rata-
rata umur adalah di antara 55.37 tahun sampai dengan 64.30 tahun.
Sedangkan hasil analisis data pada responden berdasarkan berat badan
didapatkan bahwa rata-rata berat badan adalah 54.17 kg, median 53 kg
dengan standar deviasi 13.057 kg. Berat badan terendah adalah 34 kg dan
tertinggi 95 kg. Dari hasil estimasi interval didapatkan bahwa 95% rata-
rata berat badan adalah di antara 48.65 kg sampai dengan 59.68 kg.
Pada tabel 2. penelitian ini jenis kelamin responden perempuan sebesar
83.3% (n = 20) dan laki-laki sebesar 16.7% (n=4).

c. Beda mean :
Hasil analisis data tabel 3 pada responden sebelum pemberian air rebusan
daun salam didapatkan bahwa rata-rata kadar asam urat adalah 7.279 mg/dl
(95% CI:6.75-7.8), median 7 mg/dl dengan standar deviasi 1.24 mg/dl.
Kadar asam urat terendah adalah 6 mg/dl dan tertinggi 11.2 mg/dl. Dari hasil
estimasi interval didapatkan bahwa 95% rata-rata kadar asam urat sebelum
intervensi adalah di antara 6.75 sampai dengan 7.8 mg/dl. Hasil analisis data
tabel 4 pada responden setelah pemberian air rebusan daun salam didapatkan

8
bahwa rata-rata kadar asam urat adalah 6.76 mg/dl (95% CI:6.124-7.401),
median 6.55 mg/dl dengan standar deviasi 1.51 mg/dl. Kadar asam urat
terendah adalah 4.3 mg/dl dan tertinggi 11.4 mg/dl. Dari hasil estimasi
interval didapatkan bahwa 95% rata-rata kadar asam urat setelah intervensi
adalah di antara 6.124 sampai dengan 7.401 mg/dl.

d. Nilai p value :
Berdasarkan hasil analisis normalitas data tebel 5 pada kadar asam urat
sebelum diberikan intervensi didapatkan nilai p: 0.001. Karena nilai p < 0.05
maka dapat disimpulkan distribusi tidak normal. Sedangkan berdasarkan
hasil analisis normalitas data pada kadar asam urat setelah diberikan
intervensi didapatkan nilai p: 0.031. Karena nilai p < 0.05 maka dapat
disimpulkan distribusi tidak normal. Hasil analisis data tabel 6 menunjukkan
perbandingan kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian air rebusan
daun salam, terdapat 19 responden dengan hasil setelah pemberian rebusan
daun salam lebih rendah daripada sebelum intervensi, terdapat 5 responden
mengalami kenaikan kadar asam urat setelah pemberian air rebusan daun
salam dan tidak ada responden yang mempunyai kadar asam urat yang sama
pada sebelum maupun sesudah intervensi.
Hasil analisis uji Wilcoxon menunjukkan nilai significancy 0.009 (p < 0.05),
dengan demikian disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna antara
sebelum pemberian air rebusan daun salam dengan sesudah pemberian air
rebusan daun salam.

2) Applicability
a. Dalam diskusi :
Obat penurun asam urat yang umum digunakan saat ini adalah jenis
allopurinol, namun obat ini dilaporkan kadang menimbulkan efek berupa
alergi sebanyak 13- 21%. Ekstrak daun salam (Syzgium polyanthum) telah
teruji secara preklinis dapat menurunkan kadar asam urat darah pada mencit

9
dengan hiperurisemia dan meningkatkan eksresi asam urat urin, sehingga
peneliti ingin menerapkan bagaimana pengaruh rebusan daun salam dalam
menurunkan kadar asam urat pada responden manusia. Penelitian
menggunakan rebusan daun salam sudah pernah dilakukan untuk
menurunkan kadar kolesterol dengan hasil yang bermakna.Penelitian lain
menggunakan daun salam juga sudah dilakukan, di mana didapakan hasil
bahwa air rebusan daun salam dapat menahan laju peningkatan kolesterol
total setelah simvastatin dan ekstrak daun salam. Pemberian air rebusan daun
salam dapat menurunkan rasa nyeri pada penderita hiperurisemia karena
dapat menurunkan kadar IL-6 dan TNF-α dan ekstrak herbal penurun asam
urat terbukti dapat menurunkan rasa nyeri pada penderita hiperurisemia
simptomatik pada hari ke 28 dibanding dengan kelompok plasebo, diduga
karena penurunan pelepasan sitokin pro inflamasi (TNF-α, IL-6, IL-1β).
Penurunan kadar asam urat yang signifikan pada 19 responden masih tetap
berada di rentang hiperurisemia yaitu rentang 6.124 sampai dengan 7.401
mg/dl, sedangkan 5 orang responden lainnya justru mengalami kenaikan
kadar asam urat. Hal ini disebabkan karena dalam peneilitian ini, peneliti
tidak mengontrol faktor risiko selain penggunaan obat asam urat. Sehingga
perlu dilakukan kontrol pada faktor risiko yang lain pada penelitian
selanjutnya dengan sampel yang lebih besar.

b. Karakteristik klien :
Hasil analisis data pada responden berdasarkan tabel 1 pada umur
didapatkan bahwa rata-rata umur adalah 59.83 tahun, median 60 tahun
dengan standar deviasi 10.569 tahun. Umur terendah adalah 33 tahun dan
tertinggi 80 tahun. Dari hasil estimasi interval didapatkan bahwa 95% rata-
rata umur adalah di antara 55.37 tahun sampai dengan 64.30 tahun.
Sedangkan hasil analisis data pada responden berdasarkan berat badan
didapatkan bahwa rata-rata berat badan adalah 54.17 kg, median 53 kg

10
dengan standar deviasi 13.057 kg. Berat badan terendah adalah 34 kg dan
tertinggi 95 kg. Dari hasil estimasi interval didapatkan bahwa 95% rata-rata
berat badan adalah di antara 48.65 kg sampai dengan 59.68 kg. Pada tabel 2.
penelitian ini jenis kelamin responden perempuan sebesar 83.3% (n = 20)
dan laki-laki sebesar 16.7% (n=4).

c. Fasilitas biaya :Tidak dicantumkan jumlah biaya yang


digunakan

1. Diskusi (membandingkan jurnal dan kasus)

Berdasarkan jurnal yang berjudul “Peran Air Rebusan Daun Salam


(Syzgium Polyanthum) Dalam Menurunkan Kadar Asam Urat “ Dalam
penelitian ini didapatkan air rebusan daun salam mampu menurunkan kadar asam
urat, dengan uji Wilcoxon menunjukan nilai significancy 0.009 (p<0.05), dengan
demikian terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum pemberian air rebusan
daun salam dengan sesudah pemberian air rebusan daun salam. Responden
berdasarkan umur didapatkan bahwa rata-rata umur adalah 59.83 tahun, median
60 tahun dengan standar deviasi 10.569 tahun. Responden berdasarkan berat
badan didapatkan bahwa rata-rata berat badan adalah 54.17 kg, median 53 kg
dengan standar deviasi 13.057 kg.

11
BAB III
KESIMPULAN
Air rebusan daun salam mampu menurunkan kadar asam urat, dengan uji
Wilcoxon menunjukan nilai significancy 0.009 (p<0.05), dengan demikian terdapat
perbedaan yang bermakna antara sebelum pemberian air rebusan daun salam dengan
sesudah pemberian air rebusan daun salam. Responden berdasarkan umur didapatkan
bahwa rata-rata umur adalah 59.83 tahun, median 60 tahun dengan standar
deviasi 10.569 tahun. Responden berdasarkan berat badan didapatkan bahwa rata-rata
berat badan adalah 54.17 kg, median 53 kg dengan standar deviasi 13.057 kg.
Perbandingan jumlah jenis kelamin responden perempuan sebesar 83.3% (n = 20)
dan laki-laki sebesar 16.7% (n=4). Responden sebelum pemberian air rebusan daun
salam didapatkan bahwa rata-rata kadar asam urat adalah 7.279 mg/dl (95% CI:6.75-
7.8), median 7 mg/dl dengan standar deviasi 1.24 mg/dl. Kadar asam urat terendah
adalah 6 mg/dl dan tertinggi 11.2 mg/dl. Responden setelah pemberian air rebusan
daun salam didapatkan bahwa rata-rata kadar asam urat adalah 6.76 mg/dl (95%
CI:6.124-7.401), median 6.55 mg/dl dengan standar deviasi 1.51 mg/dl. Kadar asam
urat terendah adalah 4.3 mg/dl dan tertinggi 11.4 mg/dl. Untuk kadar asam urat yang
normal sebanyak 6 responden.

12
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2012). Penduduk Lanjut Usia Menurut Provinsi.


Buletin Jendela Data Dan Informasi Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.
Chun, et al. (2014). Music therapy improves sleep quali ty in acu te and chronic
sleep disorders :A meta-analysis of 10 randomized studies. International
Journal Of Nursing Studies. 51. (1 : 51-62).
G.R. Falsarella. (2012). Impact of rheumatic diseases and chronic joint
symptoms on quality of life in the elderly. Journal of Archives of
Gerontology and Geriatrics , 54, 77–82.
Hanum, L. (2012). Manajemen Nyeri untuk Meningkatkan Penerimaan Nyeri
Kronis pada Lansia dengan Intervensi Multi- komponen Kelompok
Cognitive Behavior Therapy (CBT). Tesis Fakultas Psikologi UI Tidak
Dipublikasikan.

13

Anda mungkin juga menyukai