Anda di halaman 1dari 13

1

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROPATI

MOCH SYAEFUL HUDA

(2302032494)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN

TAHUN 2022/2023
2

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Pengertian
Gastropati erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung
yang akut dengan kerusaan-kerusakan erosi. Disebabkan oleh kuman-kuman
(misalnya pada pneumonia), virus ( influensa, variola, morbili dan lain-lain) atau
karena makanan-minuman (bahan-bahan kimia, arsen, plumbum, obat-obat yang
mengndung salisilat, asam-basa kuat, KMnO4 dan lain-lain). Terjadinya radang
difus di mukosa lambung, dengan erosi-eosi yang mungkin berdarah. Sering kali
nyeri epigastrium tiba-tiba dan hematemesis. Disebut erosif akibat kerusakan
yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis (Melly, 2016).
Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan
erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari
gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat (Hidayati, 2018)
Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat samping pemakaian obat,
sebagai penyakit-penyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui. Perjalanan
penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang menyebabkan
kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita
gastropati akut erosif yang tidak mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak
tercapai (Hidayati, 2018)
Untuk menegakkan diagnosa tersebut diperlukan pemeriksaan khusus yang
sering dirasakan tidaka sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja.
B. Etiologi
1. Obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin.
2. Bahan-bahan kimia
3. Merokok
4. Alkohol
5. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
6. Refluks usus ke lambung.
Endotoksin. (Sembiring 2018).
3

C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat
ringan asimptomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian.
Manifestasi tersebut adalah: (Hidayati, 2018)
1. Muntah darah
2. Nyeri epigastrium
3. Neusa dan rasa ingin vomitus
4. Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang
mengalami perdarahan hebat hingga menimbulkan gangguan hemodinamik yang
nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan
kesadaran.

D. Tanda dan Gejala


Sebagian penderita datang berobat karena muntah darah. Sering penderita
tersebut tidak mempunyai keluhan tertentu sebelumnya dan sebagian besar
penderita hanya mempunyai keluhan yang ringan saja, seperti : Nyeri epigastrium
yang tidak hebat, kadang-kadang disertai mual dan muntah .Pemeriksaan fisik
sering tidak membantu. Kadang-kadang dijumpai nyeri tekan yang ringan saja
pada daerah epigastrium (Hidayati, 2018)
E. Patofisiologi Penyakit
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan mukosa lambung. Faktor-
faktor itu adalah :
1. Kerusakan mucosal barrier sehingga difusi balik ion H meninggi.
2. Perfusi mukosa lambung yang terganggu
3. Jumlah asam lambung merupakan faktor yang sangat penting.
Faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri. Misalnya strees fisis menyebabkan
perfusi mukosa lambung terganggu, sehingga timbul daerah-daerah infark kecil.
Disamping itu sekresi asam lambung juga terpacu. Mucosal barrier pada penderita
strees fisis biasanya tidak terganggu. Hal itu yang membedakannya dengan
gatritis erosif karena bahan kimia atau obat. Pada gastritis refluks, gastritis karena
bahan kimia, obat, mucosal barrier rusak sehingga difusi balik ion H meninggi.
Suasana asam yang terdapat pada lumen lambung akan mempercepat kerusakan
mucosal barrier oleh cairan usus. (Sembiring 2018).
4

F. Pathway
5

G. Penatalaksanaan Medis
1. Istirahat baring
2. Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak. Hindari
bahan-bahan yang merangsang.
3. Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 – 100
mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh kuman-
kuman, berikan antibiotika yang sesuai.
4. Bila nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit
sebelum makan.
5. Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan.
(Sembiring 2018).
H. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnostik gastritis akut erosif, ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan histologi biopsi mukosa lambung. Pemeriksaan
radiologis biasanya tidak mempunyai arti dan baru dapat membantu apabila
digunakan kontras ganda.
1. Endoskopi
Pada pemeriksaan endoskopi akan nampak erosi multipel yang sebagian
biasanya tampak berdarah dan letaknya tersebar. Kadang-kadang dijumpai
erosi yang mengelompok pada satu daerah. Mukosa umumnya tampak merah.
Kadang-kadang dijumpai daerah erosif yang ditemukan pada mukosa yang
tampak normal. Pada saat pemeriksaan dapat dijumpai adanya lesi yang terdiri
dari semua tingkatan perjalanan penyakit nya. Akibatnya pada saat itu
terdapat erosi yang masih baru bersama-sama dengan lesi yang sudah
mengalami penyembuhan.
2. Histopatologi
Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah sembuh sempurna
dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pemeriksaan
endoskopi , sebaiknya dilakukan seawal mungkin.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita gastritis,
tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi perdarahan.
Batas serum gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin B 12 dapat
dikaji untuk melihat kekurangan vitamin B 12 (Melly, 2016).
6

I. Komplikasi
1. Komplikasi yang penting adalah :
2. Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis.
Kadang-kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan
kematian.
3. Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.
4. Jarang terjadi perforasi.
(Hidayati, 2018)
7

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara

sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis

data tersebut sehingga dapat pengkajian adalah memberikan gambaran secara

terus menerus mengenai keadaan pasien .Adapun tujuan utama dari pada

pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus-menerus mengenai

keadaan pasien yang mungkin perawat dapat merencanakan asuhan

keperawatan. (Arif mutaaq 2013).

Pengkajian pada laparatomu meliputi identitas klien keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga,

riwayat penyakit psikososial.

a. Identitas klien

Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,

pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor

register, dan diagnosis medis.

B. Keluhan Utama

Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah

nyeri pada abdomen.

C. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil

sebelum akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan

penanganan secara medis.


8

b. Riwayat kesehatan dahulu

Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.

c. Riwayat kesehatan keluarga

Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes

melitus,atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.

d. Riwayat psikososial dan spiritual

Peranan pasien dalam keluarga status emosional meningkat, interaksi

meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,

hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan. Dan

apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari.

D. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala

pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hematoma atau riwayat

operasi.

2. Mata

penglihatan adanya kekaburan, akibat akibat adanya gangguan nervus

optikus (nervus II), gangguan dalam mengangkat bola mata (nervus III),

gangguan dalam memutar bola mata (nervus IV) dan gangguan dalam

menggerakkan boal mata kalateral (nervus VI).

3. Hidung

Adanya gangguan pada penciuman karna terganggu pada nervus olfatorius

(nervus I).

4. Mulut

Adanya gangguan pengecapan (lidah ) akibat kerusakan nervus vagus

adanya kesulitan dalam menelan.

5. Dada

- Inspeksi : kesimetrisan bentuk, dan kembang kempih dada.

- Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan dan massa.


9

- Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi.

- Auskultasi : mengetahui suara nafas, cepat dan dalam.

6. Abdomen

- Inspeksi : bentuk, ada tidaknya pembesaran.

- Auskultasi : mendengar bising usus.

- Perkusi : mendengar bunyi hasil perkusi.

- Palpasi : ada tidaknya nyeri tekan pasca operasi.

7. Ekstremitas

Pengukuran otot menurut (Arif Mutaqqin, 2012)

- Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.

- Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada

sendi.

- Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan

grafitasi.

- Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan

tekanan pemeriksaan.

- Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi

kekuatanya berkurang.

- Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan

penuh
10

E. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b/d Agen Pencederaan fisiologis (D.0077)


2. Defisit Nutrisi b.d Ketidakmampuan Absorbsi Nutrien (D.0019)
3. Nausea berhubungan dengan ganguan pada esophagus (D.0076)
F. Rencana Kep[erawatan

Diagnosis Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan (SIKI)


Keperawatan Hasil (SLKI)
(SDKI)

Nyeri akut b/d Setelah Manajemen nyeri (I.08238)


Agen dilakukanIntervensisela
Pencederaan ma3x24jam,di harapkan Observasi
fisiologis tingkat nyeriMenurun: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
(D.0077) Kriteriahasil durasi, frekuensi, kualitas,
1. Keluhan nyeri intensitas nyeri
menurun (5) 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor yang
(5) memperberat nyeri dan
3. Sikap protektif memperingn nyeri
menurun (5) 4. Identifikasi pengetahuan dan
4. Gelisah menurun (5) keyakinan nyeri
5. Kesulitan tidur 5. Identifikasi respon nyeri non
menurun (5) verbal
6. Berfokus pada diri 6. Identifikasi Pengaruh nyeri pada
sendiri menurun(5) kualitas hidup
7. Monitor efek samping pengunaan
analgesik
Terapeutik

1. Berikan teknik non famakologi


untuk menggurangi rasa nyeri
destraksi relaksasi
Edukasi

1. Anjurkan teknik non farmakologi


untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
3. Fasilitas istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi

1. Jelaskan penyebab, priode dan


11

pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan monior yeri secara
mandarin
4. Anjurkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
analgesik

Defisit Nutrisi Setelah di lakukan Manajemen Nutrisi (I.


b.d tindakan Asuhan 03119)
Ketidakmampu Keperawatan selama Observasi
an Absorbsi 3x24 jam di 1. Monitor Status Nutrisi
Nutrien harapkan tingkat 2. Identifikasi Alergi atau
nyeri menurun : Intoleransi makanan
(D.0019) Kriteriahasil 3. Identifikasi makanan yang di
1. Keluhan nyeri sukai
menurun (5) 4. Monitor Asupan makanan
2. Meringis menurun 5. Monitor berat badan
(5) 6. Monitor
3. Sikap protektif hasilpemeriksaanlaboratorium
menurun (5) Terapiutik
4. Gelisah menurun 1. Lakukan oral Hygine sebelum
(5) makan, jika perlu
5. Kesulitan tidur 2. Sajikan makanan secara
menurun (5) menarikdan suhu yang sesuai
6. Berfokus pada diri 7. Berikannutrisisedikittapisering
sendiri menurun(5) 8. Berikanmakanantinggiserat
9. Berikanmakanantinggikaloridant
inggi protein
10. Berikan suplemen makanan
Edukasi
1. Anjurkanposisiduduk,jikamampu
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian medikasi


Setelah di lakukan MANAJEMEN MUAL (I.03117)
Nausea
tindakan Asuhan Observasi
berhubungan
Keperawatan selama 1. Identifikasi pengalaman mual
dengan ganguan
8 jam di harapkan 2. Identifikasi dampak mual terhadap
pada esophagus
Tingkat Nausea kualitas hidup
(D.0076)
menurun dengan 3. Monitor mual
Kriteriahasil : 4. Monitor Asupan Nutrisi
12

(L.08065) Terapiutik
1. Nafsu makan 1. Kurangi atau hilangkan
meningkat (5) keadaan penyebab mual
2. Keluhan Mual 2. Berikan jumlah makanan
menurun (5) dalam bentuk kecil dan
3. Perasaan ingin menarik
muntah menurun Edukasi
(5) 1. Anjurkan Istirahat dan tidur
4. Diaforesis yang cukup
menurun (5) 2. Anjurkan sering membersikan
5. Pucat mulut
Membaik(5) 3. Anjurkan makanan tinggi
6. Takikardia karbohidrat
membaik (5) 4. Ajarkan teknik non
farmakologi untuk mengatasi
mual
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian antimetik

G. Implementasi Keperawatan

Setela tindakan keperawatan di laksanakan evaluasi proses dan hasil

mengacuh pada kriteria evaluasi yang telah di tentukan pada masing masing

diagnoa keperawatan sehingga:

a. Masalah teratasi atau tujuan tercapai (intervnsi di hentikan)


b. Masalah teratasi atau tercapai sebagian (intervensi di lanjutkan )
c. Maalah teratasi atau tujuan tidak tercapai (perlu di lakukan pengkajian
ulang dan intervensi dirubah)
13

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2002. Prosedur Suatu Penelitian: Pendekatan Praktek. Edisi Revisi

Kelima. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Brunner and suddart. (2011). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition.

J.B. Lippincott Campany, Philadelpia.

Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (2011). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.

Mansjoer, Arif. 2012. Capita ,Selekta Kedokteran. Bakarta :Media Aesculapius.

Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pencernaan. Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan NANDA : Masalah Yang Lazim Muncul

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nursalam. 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan,

Edisi II. Salemba Medika. Jakarta

Prasetyo, S. N. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Soeparman, dkk. 2010. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Smeltzer, Suzanne C. 2010. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and

SuddarthEd.8 Vol.3. EGC : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai