Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASAM URAT

Disusun Oleh :
Jenny Puspita Sari Situmeang
14901-16228

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XV


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2017

1
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit asam urat merupakan penyakit yang diakibatkan karena penimbunan kristal

monosodium urat di dalam tubuh. Asam urat merupakan hasil samping dari pemecahan sel

yang terdapat di dalam darah, karena tubuh secara berkesinambungan memecah dan

membentuk sel yang baru. Kadar asam urat meningkat aau abnormal ketika tidak mampu

mengeluarkan melalui urin, sehingga dapat menyebabkan nyeri sendi, terbentuknya

benjolan-benjolan pada bagian tubuh tertentu seperti pada jari kaki, serta gangguan pada

saluran kemih.

Faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang terserang penyakit asam urat antara lain

adalah pola makan, kegemukan, dan suku bangsa/ ras. Jumlah penderita asam urat dari

tahun ke tahun semain meningkat.

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh mahasiswa Program Profesi Ners

angkatan XV yang mempunyai wilayah binaan praktek Keperawatan Komunitas di Desa

Tenjolaya , Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung didapatkan data bahwa terdapat

21% lansia mengalami asam urat.

Masalah ini merasa perlu memotivasi warga melalui penambahan pengetahuan, sehingga
warga dapat secara mandiri untuk mengontrol kesehatannya. Agar dengan segala
keterbatasan yang dimiliki oleh warga bukan menjadi suatu hambatan untuk paham
mengenai penyakit yang dideritanya dan tidak kontrol secara rutin.

Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan warga, Desa Tenjolaya,


Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung sehingga dapat mengetahui tanda, gejala

2
serta pengobatan penyakit Asam Urat secara tradisional dan juga diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran warga warga untuk kontrol secara rutin.

B. KONSEP TEORI
1. Definisi
Gout adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan penumpukan asam urat yang nyeri
pada tulang sendi, sangat sering ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki
bagian tengah (Merkie, Carrie. 2005).
2. Etiologi
Penyebab utama yaitu reaksi inflamasi jaringan terhadap pembentukan kristal medosium
urat monohidrat, termasuk dalam golongan kelainan metabolik dengan gangguan kinetik
asam urat, yaitu hiperurisemia. Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan.
a. Gout primer metabolik, disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik, disebabkan pembentukan asam urat berlebihan karena
penyakit lain seperti leukemia, terutama bila diobati dengan sitostatika, psoriasis,
polisitemia vera, dan mielofibrosis.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal.
a. Gout primer renal, terjadi karena gangguan ekskresi asam urat di tubuli distal
ginjal yang sehat. Penyebabnya tidak diketahui.
b. Gout sekunder renal, disebabkan oleh kerusakan ginjal, misalnya pada
glomerulonefritis kronik atau gagal ginjal kronik (Buku Kapita Selekta Kedokteran
Jilid I, Edisi III, 2011).

3. Faktor Resiko
Tidak semua orang dengan peningkatan asam urat dalam darah (hiperuremia) akan
menderita penyakit asam urat. Namun ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan
seseorang menderita penyakit asam urat, diantaranya:
1. Pola makan yang tidak terkontrol. Asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh
dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat
purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat.
2. Seseorang dengan berat badan berlebih (obesitas).
3. Suku bangsa tertentu. Menurut penelitian, suku bangsa di dunia yang paling tinggi
prevalensinya terserang asam urat adalah orang Maori di Australia. Prevalensi orang

3
Maori terserang penyakit asam urat yang sangat tinggi. Sedangkan di Indonesia
prevalensi tertinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado
Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan mengkonsumsi alkohol.
4. Peminum alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan asam urat lewat urine
ikut berkurang, sehingga asam urat tetap bertahan di dalam darah.
5. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit asam urat.
6. Seseorang kurang mengkonsumsi air putih.
7. Seseorang dengan gangguan ginjal dan hipertensi.
8. Seseorang yang menggunakan obat obatan dalam jangka waktu lama.
9. Seseorang yang mempunyai penyakit Diabetes Melitus.(Brunner & Suddarth, 2001)

4. Klasifikasi
1. Tahap Asimtomatik
Kadar asam urat darah meningkat, tapi tidak menimbulkan gejala. Selanjutnya encok
menyebabkan tekanan darah tinggi atau sakit punggung berat.
2. Tahap akut
Serangan akut pertama datang tiba tiba dan cepat memuncak. Umumnya serangan
pertama kali terjadi pada tengah malam atau menjelang pagi. Serangan itu berupa rasa
nyeri yang hebat pada pangkal ibu jari kaki. Rasa nyeri ini timbul secara mendadak
dan didahului oleh keluhan lain. Rasa nyeri ini begitu hebat sehingga bila bagian yang
sakit tersentuh bahkan selimut lembut pun akan terasa sakit. Rasa nyeri tersebut
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan perlahan lahan akan sembuh spontan
dan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu.
3. Tahap Interkritikal
Penderita dapat kembali bergerak normal serta melakukan berbagai aktivitas seperti
olahraga tanpa rasa sakit sama sekali. Kalau rasa nyeri pada serangan pertama itu
hilang, bukan berarti penyakit itu sembuh total, biasanya beberapa tahun kemudian
aka nada serangan kedua.
4. Tahap kronik
Terjadi bila penyakit diabaikan. (Brunner& Suddarth, 2001)

4
5. Patofisiologi

Hipertermia

6. Tanda dan Gejala


Secara klinis ditandai dengan adanya arthritis, tofi, dan batu finjal. Menurut Puspitasari,
(2010), Tanda dan gejala yang khas pada penderita gout adalah :
1. Nyeri pada satu atau beberapa sendi dimalam hari, makin lama makin memburuk.
2. Pada sendi yang bengkak, kulit kemerahan hingga keunguan, kencang, licin dan
hangat.
3. Demam, menggigil, tidak enak badan pada beberapa penderita terjadi
peningkatan denyut jantung
4. Bila benjolan kristal disendi pecah akan keluar massa seperti kapur
5. Kadar Asam Urat dalam darah tinggi

5
7. Diagnostik Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam darah (> 6
mg %). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8 mg % dan pada wanita 7 mg %.
Pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepat lagi bila dilakukan dengan cara
enzimatik. Kadang kadang didapatkan leukositosis ringan dan LED meninggi sedikit.
Kadar asam urat dalam urin juga sering tinggi (500 mg % / liter per 24 jam).
Disamping pemeriksaan tersebut, pemeriksaan cairan tofi juga penting untuk menegakkan
diagnosis. Cairan tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali
sehingga sukar diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan gambaran kristal
asam urat (berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik (Buku Kapita Selekta Kedokteran
Jilid I, Edisi III, 2001).

C. Fokus Pengkajian
a. Data umum/wawancara
1) Identitas klien
2) Riwayat kesehatan sekarang
3) Riwayat kesehatan masa lalu
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
b) TTV : Tekanan Darah, Nadi, Suhu, Respirasi
2) Head To Toe
a. Kepala
Bentuk kepala : (simetris/tidak),ada ketombe/tidak,ada kotoran pada kulit
kepala/tidak,pertumbuhan rambut merata/tidak,ada lesi/tidak,ada nyeri
tekan/tidak.
b. Mata
Bola mata (simetris/tidak), Pergerakan bola mata normal/tidak,refleks pupil
terhadap cahaya normal/tidak, Kornea (bening/tidak) ,Konjungtiva
(anemis/tidak) ,sclera ada ikterik/tidak ,ketajaman pengelihatan normal/tidak.
c. Hidung
Bentuk (simetris/tidak), fungsi penciuman (baik/tidak), peradangan (ada /
tidak ) , ada polip/tidak.

6
d. Telinga
Bentuk daun telinga (simetris/tidak), letaknya (simetris/tidak), peradangan
(ada/tidak), fungsi pendengaran (baik/tidak), ada serumen /tidak,ada
cairan/tidak.
e. Mulut
Bibir (warnanya pucat /cyanosis /merah), kering/ tidak, pecah/ tidak,
Gigi(bersih/tidak),gusi(berdarah/tidak),tonsil(radang/tidak),Lidah(tremor/tidak
, kotor/tidak),Fungsi pengecapan (baik/tidak), Mucosa mulut (warnanya) ,ada
stomatitis/tidak.
f. Leher
Benjolan /massa (ada/tidak), ada kekakuan /tidak,ada nyeri tekan/ tidak,
pergerakan leher( ROM): bisa bergerak fleksi/ tidak, rotasi/tidak, lateral
fleksi/tidak, hiperekstension /tidak,tenggorokan: ovula (simetris/tidak),
kedudukan trachea (normal/tidak), gangguan bicara(ada/tidak).
g. Dada
Bentuk(simetris/tidak),bentuk dan pergerakan dinding dada
(simetris/tidak),ada bunyi/irama pernapasan seperti: teratur/tidak,ada cheynes
stokes/tidak,ada irama kussmaul/tidak,stridor/tidak,wheezing
ada/tidak,ronchi/tidak,pleural friction-Rub/tidak,ada nyeri tekan pada daerah
dada/tidak,ada/tidak bunyi jantung seperti:Bunyi jantung I yaitu bunyi
menutupnya katup mitral dan trikuspidalis,Bunyi Jantung II yaitu bunyi
menutupnya katup aorta dan pulmonalis.

h. Abdomen
Bentuk datar/tidak,ada nyeri tekan pada epigastrik/tidak,ada peningkatan
peristaltic usus/tidak,ada nyeri tekan pada daerah suprapubik/tidak,ada
odem/tidak.
i. Genetalia dan anus
Kelengkapan pada genetalia dan anus, ada kelainan/tidak.
j. Ekstremitas

Biasanya pada klien rematik ada pembatasan gerak,ada odem/tidak,varises


ada/tidak, tromboplebitis ada/tidak ,nyeri pada daerah sendi, tanda-tanda
infeksi (ada/tidak),ada kelemahan tungkai/tidak.

7
D. Analisa Data
No Data Masalah
1. DS : Ketidakefektifan Pemeliharaan
Kesehatan Mayarakat
- Kurang Minat Dalam Meningkatkan
Hidup Sehat
DO:

- Riwayat Kurang perilaku sehat


- Menunjukkan kurang pengetahuan
tentang praktik dasar kesehatan
2. DS: Ketidakefektifan Koping
- Komunitas
DO:

- Defisit Partisipasi Komunitas

3. DS: Ketidakefektifan
- Masyarakat Mengungkapakan Keinginan Penatalaksanaan Program
untuk mengelola terapi penyakit dan Teraupetik Komunitas
pencegahan penyakit
DO:
- Pilihan Aktifitas Harian yang tepat untuk
mencapai Tujuan terapi atau program
pencegahan
4. DS: Defisiensi Pengetahuan
- Mengungkapkan Masalah Secara Verbal Masyarakat
DO:
- Tidak mengikuti instruksi secara akurat

8
E. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1) Ketidakefektifan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat RW 16
2) Ketidakefektifan Koping Komunitas
3) Ketidakefektifan Penatalaksanaan Program Teraupetik
4) Defisiensi Pengetahuan Masyarakat RW 16

9
F. Rencana Asuhan Keperawatan
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN (KRITERIA) (INTERVENSI)
1. Ketidakefektifan 1. Menyatakan dan menunjukan pengetahuan 1. Jelaskan tentang sitem system perawatan kesehatan,
pemeliharaan kesehatan terhadap tindakan perlindungan kesehatan bagaimana cara kerjanya dan apa yang dapat
(misalnya, melakukan pilihan sendiri, diharapkan oleh masyarakat
berpartisipasi dalam penapihan kesehatan) 2. Informasikan kepada pasien tentang ketersediaan
2. Menyusun angaran sumber daya untuk sumber komunitas dan orang yang dapat dihubungi
pencegahan dan perawatan penyakit. 3. Memberikan bimbingan dan pengalaman belajar
3. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi untuk memfasilitasi adaptasi secarasa dari perilaku
kemampuan komunitas untuk memenuhi yang kondusi funruk kesehatan individu, keluarga,
kebutuhan layanan kesehatan kelompok atau komunitas mengenai pencegahan
4. Memperoleh advokat yang bertanggung gugat penyakit rematik
terhadap pelayanan kesehatan agregat tertentu 4. Memfasilitasi dukungan bagi pasien dari keluarga,
kelompok untuk kelancaran program perilaku hidup
sehat
5. Membantu pasien untuk memahami informasi yang
berhubungandengan proses penyakit yang diderita

10
2 Ketidakefektifan koping 1. Sampaikan program pendidikan untuk 1. Berikan informasi factual terkait dengan diagnosa,
komunitas kelompok target yang berisiko terapi, dan proknosis Rematik
2. Mencari informasi terkait penyakit dan 2. Tingkatkan pemahaman masyarakat mengenai
pengobatan sumber-sumber perawatan kesehatan yang relevan :
3. Mengunakan strategi koping yang paling pengobatan tradisional penyakit Asam urat dan
efektif Rematik
4. Menunjukan pengendalian diri terhadap 3. Memfasilitasi lokasi masyarakat dan pengunaan
masalah dengan mempertahankan pelayanan kesehatan yang sesuai penyakit tersebut
pengendalian diri secara konsisten 4. Anjurkan pada masyarakat untuk dapat
5. Berkolaborasi dalam program tindakan memodifikasi lingkungan agar lebih bersih dans
pengembangan masyarakat ehat
5. Mempersiapkan masyarakata untuk menghadapi
keadaan krisis situasional dari dampak penyaki
tersebut
3 Ketidakefektifan 1. Kompetensi komunitas : kapasitas komunitas 1. Perkembangan kesehatan komunitas : membantu
pentalaksanaan program untuk secara kolektif menyelesaikan masalah anggota komunitas untuk mengidentifikasi masalah
teraupetik : komunitas : pola guna mencapai tujuan komunitas. kesehatan komunitas,memobilisasi sumber daya,
pengaturan dan 2. Pengendalian resiko komunitas: penyakit dan mengimplementasikan solusi
pengintegrasian ke dalam kronik: tindakan komunitas untuk 2. Manajemen lingkungan komunitas: memantau dan

11
proses komunitas program menurunkan resiko penyakit kronik dan mempengaruhi kondisi
terapi penyakit dan skala komplikasi terkait fisik,social,budaya,ekonomi,dan politik yang
penyakit tersebut yang mempengaruhi kesehtan kelompok dan komunitas.
Status kesehtan komunitas : status
menganggu pencapaian 3. Pendidikan kesehtan : mengembangkan dan
kesejatraan umum pada komunitas atau
tujuan kesehatan. member arahan dan pengalaman belajar untuk
populasi
memfasilitasi adaptasi prilaku yang kondusif bagi
kesehaan komunitas
4. Manjemen lingkungan komunitas : lakukan
program edukasi untuk kelompok sasaran
komunitas
5. Pengembangan program :
merencanakan,mengimplementasikan,dan
mengevaluasi serangkain aktifitas yang
terkoordinasi yang di rancang meningkatkan
kesejatraan atau
mencegah,mengurangi,menghilangkan masalah
kesehtan masalah komunitas

Evaluasi program terhadap relevansi,efisiensi,dari

12
program yang di berikan pada komunitas
4 Defisiensi Pengetahuan : 1. Komunitas menyatakan pemahaman tentang 1. Berikan penilaian komunitas tentang tingkat
tidak ada atau kurang penyakit, kondisi dan program pengobatan tentang proses penyakit.
informasi kognitif tentang 2. Komunitas mampu melaksanakan prosedur 2. Jelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
topik tertentu. yang dijelaskan dengan benar penyakit
Komunitas mampu mmenjelaskan kembali 3. Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara
apa yang dijelaskan perawat yang tepat.
4. Sediakan informasi pada komunitas tentang
kondisi, dengan cara yang tepat
5. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan yang
tepat
Memfasilitasi masyarakat tentang pelayaan
kesehatan yang sesuai

13
DAFTAR PUSTAKA

Bangun, A. 2010. Pengobatan Ajaib untuk Rematik dan Asam Urat. Bandung: Indonesia Publishing House.
Guyton, A, C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC
Mujahidullah, 2012. Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Pustaka Pejuang
Price. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Riskesdas. 2013. Pravalensi Penderita Asam uratdi Indonesia. Jakarta : Riskesdas
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1 & 2.
Jakarta. EGC.
Wilkinson. M, Judith. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai