Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan adanya pelayanan kesehatan terhadap masyarakat yang
semakin baik, maka menimbulkan pertambahan jumlah penduduk khususnya pada
lanjut usia mengalami peningkatan pada tiap tahun. Menurut Biro Pusat Statistik
penduduk lanjut usia dengan usia 60 tahun keatas pada tahun 2010 penduduk
lanjut usia akan mencapai 9,77 %, dan pada tahun 2020 akan di prediksikan
penambahan jumlah penduduk lanjut usia menjadi 11,3 % . Dengan demikian
jumlah lanjut usia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang amat pesat
(Mujahidullah, 2012).

Proses menua secara individu mengakibatkan beberapa masalah baik masalah


secara fisik, biologis, mental maupun social ekonominya. Hal ini dapat dilihat
terkait dengan masalah kesehatan yang paling banyak dialami adalah penyakit
tidak menular salah satu diantaranya penyakit kronis, salah satu penyakit kronis
yang paling banyak menyerang pada lanjut usia adalah asam urat (Diantri dan
Candra, 2013).

Asam urat merupakan hasil dari sisa pengahancuran purin, dimana sumber
utama purin dalam tubuh berasal dari makanan dan dari hasil 2 metabolisme DNA
tubuh. Purin berasal dari makanan merupakan hasil dari pemecahan nukleoprotein
makanan yang dilakukan oleh dinding saluran cerna. Sehingga peningkatan kadar
asam urat darah diakibatkan oleh seseorang mengkonsumsi makanan yang
mengandung tinggi purin (Sukri, 2012).

Salah satu zat aktif yang dapat mengatasi penyakit asam urat yaitu
Allopurinol. Allopurinol adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat menurunkan
kadar asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin
oksidase yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin,
selanjutnya mengubah xantin menjadi asam urat.
Bentuk sediaan yang cocok untuk penyakit asam urat adalah tablet hisap.
Tablet terbukti menunjukkan suatu bentuk yang efisien, sangat praktis dan ideal
untuk pemberian zat aktif terapi secara oral. Pada umumnya, tablet adalah bentuk
obat untuk orang dewasa yang paling luas diterima oleh kalangan orang dewasa
yang mengalami penyakit asam urat. Tablet hisap adalah sediaan padat yang
mengandung satu atau lebih zat aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan
manis, yang dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan lahan dalam
mulut (FI, 1995).

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum:
Tujuan umum dari pembuatan portofolio adalah mampu membuat sediaan
tablet hisap dengan baik dan benar sehingga mampu diaplikasikan dengan baik
saat melakukan praktikum.
B. Tujuan Khusus:
Tujuan khusus dari pembuatan portipolio ini adalah sebagai berikut:
a. Mengetahui proses dan mampu membuat formulasi sediaan tablet kunyah
Allopurinol untuk mengatasi sakit asam urat
b. Mengetahui proses dan mampu membuat praformulasi sediaan tablet kunyah
Allopurinol untuk mengatasi sakit asam urat
c. Mengetahui proses dan mampu melakukan evaluasi sediaan tablet kunyah
Allopurinol untuk mengatasi sakit asam urat

1.3 Manfaat
A. Manfaat bagi masyarakat
Agar masyarakat lebih mudah mengobati penyakit asam urat khususnya di
kalangan orang dewasa dan lansia
B. Manfaat bagi mahasiswa
Mahasiswa lebih memahami proses pembuatan sediaan tablet kunyah
Allopurinol untuk mengatasi sakit asam urat
C. Manfaat bagi intitusi
Institusi menjadi lebih di kenal oleh masyarakat karena memiliki
mahasiswa-mahasiswa yang berkompeten di bidangnya
D. Manfaat Bagi Industri
Agar industri bisa mengembangkan dan memproduksi sediaan tablet
kunyah untuk penyakit asam urat di kalangan orang dewasa dan lansia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penyakit


2.1.1 Definisi Penyakit
Asam urat adalah sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan
yang kita konsumsi atau hasil samping dari pemecahan sel dalam darah. Kadar
normal asam urat adalah 2,4 – 6 untuk wanita dan 3,0 – 7 untuk pria. Penyakit
asam urat merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan serangan mendadak
dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal
monosodium urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya
kadar asam urat di dalam darah (hiperurisemia).
Pada keadaan normal, asam urat dikeluarkan dalam tubuh melalui feses dan
urin, tetapi karena ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat yang ada,
menyebabkan kadarnya meningkat dalam tubuh. Hal lain yang dapat
meningkatkan kadar asam urat adalah kita terlalu banyak mengkonsumsi bahan
makanan yang mengandung banyak purin. Asam urat yang berlebih selanjutnya
akan terkumpul pada persendian sehingga menyebabkan rasa nyeri atau bengkak.

2.1.2 Penyebab Penyakit


Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kadar asam urat dalam darah
seseorang meningkat. Dianataranya yaitu sebagai berikut
1) Banyaknya kristal asam urat yang berlebih menumpuk dipersendian.
2) Konsumsi zat-zat yang banyak mengandung purin secara berlebihan.
3) Terjadinya peningkatan Kadar asam urat dalamtubuh, sehingga ginjal kita
tidak mampu untuk membuang kelebihan asam urat.
4) Zat purin dalam jumlahbanyak masuk dalam tubuh, kemudian melalui
metabolisme berubah menjadi asam urat.

2.1.3 Gejala Penyakit


Berikut adalah beberapa gejala asam urat yang bisa dirasakan oleh korban.
1) Penderita akan mengalami serangan artritis yang khas dan serangan
tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu 5 sampai 7 hari.
Karena cepat menghilang, maka sering penderita menduga kakinya
keseleo atau kena infeksi sehingga tidak menduga terkena gejala penyakit
asam urat dan tidak melakukan pemeriksaan lanjutan.
2) Penderita akan merasakan artritis atau peradang yang khas. sakit  makin
lama makin panjang, serta jumlah sendi yang terserang makin banyak
3) Gejala penyakit asam urat tahap terakhir biasanya di juluki gout kronik
bertofus. Pada tahap ini akan terjadi benjolan2 di sekitar sendi yang sering
meradang yang disebut sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras
yang berisi serbuk seperti kapur yang merupakan deposit dari kristal
monosodium urat
4) kesemutan dan linu
5) sendi terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan terasa sangat nyeri
Selain nyeri sendi, asam urat yang tinggi dapat menyebabkan batu ginjal
serta dalam jangka waktu lama, akan merusak ginjal secara permanen hingga
diperlukan cuci darah seumur hidup. Kadar asam urat yang tinggi ternyata juga
berhubungan dengan kejadian diabetes mellitus (kencing manis) dan hipertensi.
Selain itu, gejala asam urat juga bisa terlihat dari keadaan tubuh tidak sehat seperti
demam, menggigil, dan rasa tidak enak badan. Gejala asam urat lain seperti
denyut jantung yang sangat cepat bisa juga terjadi. Gejala asam urat umumnya
akan muncul pada usia pertengahan untuk pria, sedangkan pada wanita gejala
asam urat akan mulai muncul setelah menopause. Serangan asam urat berupa
gejala awal yang terasa pada persendian biasanya akan berlangsung selama
beberapa hari dan kemudian menghilang sampai dengan serangan berikutnya.
Gejala asam urat harus benar-benar diwaspadai untuk menghindari serangan asam
urat yang lebih parah

2.1.4 Akibat Penyakit


Adanya asam urat tinggi dapat menimbulkan kesehatan yang serius bagi
penderitanya. Diantaranya yaitu :
1) Keluhan asidosis metabolik
Yaitu sebuah kondisi dimana organ tubuh yang bernama ginjal sangat sulit
atau bahkan tidak mampu melakukan tugas serta fungsi yang berhubungan
dengan asam urat yang melebihi urin.
2) Gagal ginjal
Pembentukan kristal-kristal asam urat akan mengakibatkan terhambatnya
kinerja organ ginjal
3) Gejala batu ginjal
Asam urat yang tinggi dapat menimbulkan adanya batu ginjal. Hal ini
terjadi karena pengkristalan dari asam urat yang kemudian akan
mengakibatkan tersumbatnya saluran urine yang tentu saja akan
menimbulkan rasa sakit atau nyeri pada saat buang air kecil.

2.1.5 Penanganan dan Pencegahan


Tingginya kadar asam urat bisa dicegah dengan beberapa cara berikut :
1) Konsumsi kopi (bukan teh) dapat menurunkan kadar asam urat secara
signifikan
2) Dalam kondisi terjadi serangan akut, obat penurun asam urat justru
memperberat rasa sakit sehingga harus dihindari
3) Konsumsi alkohol akan menurunkan buangan asam urat melalui ginjal
4) Minum air minimal 8 gelas sehari efektif untuk membuang asam urat

2.2 Tinjauan Zat Aktif


2.2.1 Definisi Ibuprofen
Ibuprofen merupakan golongan obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) dan
turunan sederhana asam fenil propionat. Pada dosis sekitar 2400 mg per hari, efek
anti inflamasi ibuprofen setara dengan 4 g aspirin. Obat-obat AINS termasuk
ibuprofen mempunyai 3 efek terapi utama, yaitu anti inflamasi, analgesik dan
antipiretik (Mary, et al. 2001).
2.2.2 Mekanisme Kerja
Alopurinol adalah obat penyakit pirai (gout) yang dapat menurunkan kadar
asam urat dalam darah. Alopurinol bekerja dengan menghambat xantin oksidase
yaitu enzim yang dapat mengubah hipoxantin menjadi xantin, selanjutnya
mengubah xantin menjadi asam urat. Dalam tubuh Allopurinol mengalami
metabolisme menjadi oksipurinol (alozantin) yang juga bekerja sebagai
penghambat enzim xantin oksidase. Mekanisme kerja senyawa ini berdasarkan
katabolisme purin dan mengurangi produksi asam urat, tanpa mengganggu
biosintesa purin.
2.2.3 Waktu Paruh obat
Allopurinol diabsorbsi kurang lebih 80% setelah pemberian peroral dan
mempunyai  waktu paruh 1-2jam hingga mencapai keseimbangan (terminal serum
half time). Seperti asam urat, allopurinol dimetabolisme oleh xanthine oxidase,
tapi hasil gabungannya, alloxanthine, mempunyai kemampuan untuk menghambat
xanthine oxidase dan mempunyai waktu kerja yang cukup lama sehingga
allopurinol hanya diberikan sekali per hari.
2.2.4 Efek Samping
Efek samping allopurinol dijumpai pada 3-5% pasien sebagai reaksi alergi
atau hipersensitivitas. Sindrom toksisitas allupurinol termasuk rruam, deman,
perburukan insufie\siensi ginjal, vaskulitis dan kematian. Sindrom ini lebih
banyak dijumpai pada pasien lanjut usia dengan insufisiensi ginjal. Erupsi kulit
adalah efek samping yang paling sering,
2.2.5 Interaksi Obat
Allopurinol dapat berinteraksi dengan beberapa obat, diantaranya yaitu :
1) Obat antineoplastik : Dosis 300-600mg dapat meningkatkan toksisitas
azathioprin dan mercaptopurin. Dosis obat antineoplastik harus diturunkan
25-33%. Obat yang meningkatkan konsentrasi asam urat seperti diuretik,
pirazinamid, diazoxide, alkohol & mecamylamine, dosis allopurinol harus
dinaikkan.
2) Antikoagulan : Allopurinol menghambat metabolisme decumarol.
3) Ampisilin & amoxisilin : Potensiasi efek alergi aminopenisilin.
4) Diuretik & zat urikosurik : Zat urikosurik meningkatkan efek allopurinol
(aditif).
5) Diuretik seperti tiazid : Meningkatkan konsentrasi serum alopurinol
sehingga dapat meningkatkan toksisitas allopurinol.
6) Chlorpropamide : Meningkatkan reaksi hepatorenal, monitor hipoglikemi.
7) Obat lain : Cotrimoxazole : Trombositopenia Cyclosporin : Meningkatkan
konsentrasi cyclosporin dalam darah (penyesuaian dosis).

2.3 Tinjauan Sediaan


2.3.1 Definisi Tablet
Tablet dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan Solid yang mengandung
satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan
mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesivitas, kecepatan
disintegrasi, dan sifat anti lekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk
dalam mesin tablet. Definisi lain tablet kempa adalah unit bentuk sediaan solid
dibuat dengan mengempa suatu campuran serbuk yang mengandung zat aktif
dengan atau tanpa bahan atau bahan tertentu yang dipilih guna membantu dalam
proses pembuatan dan untuk menciptakan sifat- sifat sediaan tablet yang
dikehendaki. Farmakope Indonesia Edisi IV mendefinisikan tablet sebagai sediaan
solid mengandung bahan obat (zat aktif) dengan atau tanpa bahan pengisi.

2.3.2 Keuntungan dan Kerugian Tablet


A. Keuntungan Sediaan Tablet

Karena popularitasnya yang besar dan penggunaanya yang sangat luas


sebagai sediaan obat, tablet terbukti menunjukkan suatu bentuk yang efisien,
sangat praktis dan ideal untuk pemberian zat aktif terapi secara oral. Pada
umumnya, tablet adalah bentuk obat untuk orang dewasa yang paling luas
diterima karena berbagai keuntungan berikut.

a. Rasa obat yang pahitt atau memuakkan atau tidak menyenangkan dibuat
agar dapat diterima dan bahkan enak dengan menutup keseluruhan tablet
atau granul tablet dengan suatu salut pelindung yang cocok. Salut ini di
desain hanya untuk melindungi, biasanya selama pemaparan dalam waktu
yang singkat ketika tablet bersentuhan dengan ujung rasa pada lidah.
b. Kemudahan pemberian dosis yang akurat. Dosis dapat didistribusikan
secara seragam dalam keseluruhan tablet untuk memberi kemudahan
dalam pemberiaan dosis yang akurat apabila tablet dipotong menjadi 2
bagian atau lebih untuk pemberiaan pada anak- anak.
c. Tablet tidak mengandung alkohol. Tidak adanya alkohol dalam tablet,
biasanya mengurangi biaya pembuatan dan meningkatkan lingkup pasien
yang dapat diberikan sediaan tanpa alkohol.
d. Kandungan tablet dapat segera disesuaikan dalam berbagai dosis zat aktif.
Oleh karena itu, pembuatan konsentrasi zat aktif secara tepat merupakan
hal yang mudah, dapat dilakukan dengan baik sekali dan ekonomis,
tersedia bagi dokter penulis resep, pasien, dan apoteker.
e. Mudah dibawa, bentuk kompak, stabilitas yang memadai, ekonomis
dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, segera tersedia, mudah
diberikan, memastikan kesan psikologis yang baik bagi penerimaan
hampir semua pasien sedunia.
B. Kerugian Sediaan Tablet
Selain keuntungan tablet yang besar, terdapat juga kekurangan sediaan
tablet sebagai berikut.
a. Beberapa zat aktif menahan atau menolak pengempaan menjadi kompak
padat karena sifat amorf atau karakter berbentuk jonjot (seperti kapas)
yang kepadatannya rendah.
b. Zat aktif dengan pembasahan yang buruk, sifat disolusi yang rendah,
tingkat dosis yang besar, atau kombinasi sifat-sifat tersebut mungkin sulit
atau tidak mungkin diformulasi dan dibuat sebagai sediaan tablet yang
akan memberikan ketersediaan hayati zat aktif yang memadai.
c. Zat aktif rasa pahit atau aroma yang tidak disenangi atau zat aktif yang
peka terhadap oksigen atau lembap atmosfir dipersyaratkan dienkapsulasi
sebelum dikempa (jika laik atau praktis), atau tablet mungkin di salut.
Dalam hal ini, sediaan kapsul memberikan pendekatan yang terbaik dan
harga termurah.
d. Kenyamanan dikaitkan dengan penggunaan tablet karena sediaan tablet
memang merupakan bentuk sediaan obat yang sangat praktis dan efisien.
Tablet sangat tepat bagi apoteker karena mudah dikemas dan diberikan.
Tablet juga mewujudkan kenyamanan bagi pabrik farmasi dalam
kemudahan produksi, penyimpanan, traspor yang ekonomis, dan dapat
diterapkan produksi skala besar dan banyak.

2.3.3 Penggolongan Tablet


No Golongan Jenis
1 Tablet oral yang di hantarkan  Tablet kempa (tablet
ke dalam saluran cerna. kempa standar) (TKS)/
tablet kempa konvensional
(pkk)
 Tablet multi tempa (TMK)
 Tablet berlapis (TB)
 Tablet salut tempa (TSK)
 Tablet kerja cepat (TKC)
 Tablet kerja diperpanjang
(tablet lepas-lambat) (TLL)
 Tablet salut enteric (TSE)
 Tablet salut gula (TSG)
 Tablet salut coklat (TSC)
 Tablet salut film (TSF)
 Tablet kunyah (TK)
Tablet yang di hantarkan ke  Tablet bukal (TB)
2 rongga mulut.  Tablet suplingual (TS)
 Tablet kulum (TI= tablet
isap)
3 Tablet yang dilarutkan  Tablet bukal (TB)
terlebih dulu dalam air lalu  Tablet suplingual (TS)
di minum  Tablet kulum (TI= tablet
isap)
4 Tablet untuk komponen  Tablet dispensing (TD)
sediaan racikan obat resep  Tablet triturate (TT)
5 Tablet untuk di injeksikan  Tablet hipodemik (TH)
setelah di larutkan dalam
pembawa
6 Tablet untuk dihantarkan ke  Tablet vaginal (TV)
rongga tubuh lainnya.  Tablet rektal (TR)
7 Tablet yang di tanam  Tablet implantasi (TI)
8 Tablet untuk menegakkan  Tablet diagnostic (TD)
diagnosis

2.3.6 Tablet Hisab


A. Definisi
Tablet hisap adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan
obat, ummunya sebagai bahan dasar beraroma yang dapat membuat tablet melarut
atau hancur perlahan dalam mulut. (Anonim, 1995)
B. Keuntungan dan kerugian Tablet hisap
1) Keuntungan Tablet hisap
a. Memiliki ketersediaan hayati yang lebih baik.
b. Memberikan kenyamanan pasien dengan meniadakan kebutuhan air
minum untuk menelan.
c. Melewati proses disintegrasi.
d. Dapat meningkatkan disolusi.
e. Dapat digunakan sebagai pengganti bentuk sediaan cair jika
diperlukan kerja obat (onset yang cepat).
f. Rasa yang enak di mulut sehingga dapat mengurangi presepsi bahwa
obat itu pahit untuk anak- anak dan dengan rasa yang enak terserbut
dapat pula meningkatkan kepatuhan pasien. Meningkatkan
penerimaan pasien terutama anak-anak karena citarasa yang
menyenangkan.
g. Memiliki keunikan produk dari sudut pandang pemasaran.
2) Kerugian Tablet hisap
a. Rasa zat aktif yang buruk dan zat aktif yang mempunyai konsentrasi
dosis yang tinggi memberikan kendala yang signifikan untuk diatasi
formulator.
b. Tablet mungkin meninggalkan rasa yang tidak enak di mulut jika
tidak diformulasi dengan baik.
C. Persyaratan Tablet hisap
a. Keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak
lebih dari 3kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
b. Keseragaman tablet. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat
keseragaman bobot yang ditetapkan.
2.3.4 Persyaratan Tablet
Tablet harus memenuhi syarat berikut.
a. Keseragaman ukuran kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih
dari 3 kali dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
b. Keseragaman tablet. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat
keseragaman bobot yang ditetapkan sebagai berikut:
Timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap tablet. Jika ditimbang satu
per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang masing-masing bobotnya
menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar dari harga yang
ditetapkan kolom A, dan tidak 1 tabletpun yang bobotnya menyimpang
dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang ditetapkan kolom B. Jika
tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10 tablet; tidak 1 tabletpun
yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan kolom A dan tidak 1 tabletpun yang bobotnya menyimpang
lebih besar dari bobot rata- rata yang ditetapkan kolom B.

Bobot Rata- rata Penyimpangan bobot rata- rata dalamn %


A B
25 mg atau kurang 15% 30%
26 mg – 150 mg 10% 20%
151mg – 300 mg 7,5% 15%
Lebih dari 300 mg 5% 10%

2.4 Study Formulasi dan Praformulasi


2.4.1 Persyaratan Mutu
Persyaratan mutu yang harus dimiliki oleh bahan-bahan dalam sediaan
suspensi adalah sebagai berikut:
a. Dapat diterima
Dapat diterimaartinya mempunyai estetika, penampilan, bentuk yag baik
serta menarik sehigga menciptakan rasa nyaman pada saat pengunaan
b. Aman
Aman artinya sediaan yang kita buat harus aman secara fisiologis maupun
psikologis, dan dapat meminimalisir suatu efek samping sehingga tidak
lebih toksik dari bahan aktif yang belum diformulasi.
c. Efektif
Efektif artinya sebagai dalam jumlah kecil mempunyai efek yang optimal.
Jumlah atau dosis pemakaian sekali pakai sehari selama pengobatan (1
kurun waktu) harus mampu mencapai reseptor dan memiliki efek yang
dikehendaki. Sediaan yang efektif adalah sediaan bila digunakan menurut
aturan pakai yang disarankan akan menghasilkan efek farmakologi yang
optimal untuk tiap-tiap bentuk sediaan dengan efek samping yang
minimal.
d. Stabilitas fisika
Stabilitas fisika adalah sifat-sifat fisika organoleptis, keseragaman,
kelarutan, dan viskositas tidak berubah.
e. Stabilitas kimia
Stabilitas kimia adalah secara kimia inert sehingga tidak menimbulkan
perubahan warna, pH, dan bentuk sediaan.
f. Stabilitas mikrobiologi
Stabilitas mikroba berarti tidak ditemukan pertumbuhan mikroorganisme
selama waktu edar.
g. Stabilitas farmakologi
Stabilitas farmakologi berarti selama penyimpanan dan pemakaian efek
terapeutiknya harus tetap sama.
h. Stabilitas toksikologi
Stabilitas toksikologi berarti pada penyimpanan dan pemakaian tidak
boleh ada kenaikan toksisitas.

2.4.2 Komponen Sediaan Tablet


A. Zat aktif
Senyawa sintetis kimia, selain itu dapat juga berasal dari hasil ekstraksi alam
(tumbuhan dan hewan ). Idealnya zat aktif yang akan diformulasikan mempunyai
sifat- sifat sebagai berikut : kemurniannya tinggi, stabil, kompatibel, dengan
semua eksipien, bentuk partikelnya baik, sifat alir baik, optimunmoisture content,
kompresibilitas baik, tidak mempunyai muatan pada permukaan, dan mempunyai
sifat organoleptis yang baik.
B. Bahan pengikat
Bahan yang melekatkan partikel serbuk satu dengan yang lain sehingga
membentuk granul yang spheris setelah dilewatkan melalui ayakan. Dengan
adanya pengikat diharapkan bentuk granul akan tetap utuh terutama setelah
pengeringan sampai proses percetakan. Contoh : PVP, mucilage amyly, gelatin,
Ac- Di –Sol.
C. Bahan pengisi
Bahan yang digunakan untuk mendapatkan ukuran tablet yang sesuai dan
mempermudah dalam proses pembuatan tablet. Biasanya jumlah paling banyak
dibandingkan dengan bahan yang lain. Contoh : laktosa, starch 1500, maistarke,
avicel.
D. Bahan pelicin
Bahan yang digunakan dalam proses pembuatan tablet untuk tujuan- tujuan
sebagai berikut :
1. Memperbaiki aliran granul agar daidapat bobot seragam. Contoh :
talcum, Aerosil.
2. Mencegah lekatnya masa siap cetak pada punch atau die, dalam hal ini
lubrikan disebut antiadheren. Contoh : Mg stearate dan talcum.
3. Mempermudah pengeluaran tablet secara utuh dari cetakan, dalam hal ini
lubrikan disebut lubrikan sejati. Contoh : Mg stearate.
E. Bahan Pewarna
Berfungsi untuk menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi produk,
dan untuk membuat suatu produk lebih menarik.
Pewarna Nama Umum
Red 3 Erytrosine
Red 40 Allura red AC
Yellow 5 Tartrazine
Yellow 6 Sunset yellow
Blue 1 Brillian Blue

F. Bahan Pemanis
Berfungsi untuk menambahkan rasa manis dan pemberi rasa biasanya hanya
untuk tablet kunyah, hisap, buccal, sublingual, effervesen dan tablet lain yang
dimaksudkan untuk hancur atau larut dlam mulut.
Pemanis Alami Pemanis Buatan
Mannitol Sakarin
Lactose Siklamat
Sukrosa Aspartame
G. Bahan Perasa
Bahan perasa atau zat yang memperikan perasa buah yang dapat menarik
perhatian anak- anak, terhadap tablet kunyah. Dan memberikan rasa yang enak
untuk pasien lasia yang mengkonsumsi tablet hisap.

2.4.3 Karakteristik Bahan


1) Ibuprofen (Zat Aktif)
Sinonim
Pemerian Serbuk hablur berwarna putih hampir putih berbau
khas lemah dan tidak berasa. Praktis tidak larut dalam
air, sangat larut dalam etanol 96% dan metanol.
Kepadatan
Titik Didih
Titik Lebur 75,0 – 77,5 ͦC
Ttitik Nyala
Berat Molekul
Khasiat Zat aktif (Analgesik antipiretik)
Penyimpanan Dalam wadah bertutup baik.
Alasana Pemilihan

2) CMC Na (Zat Pengikat)


Pemerian Serbuk atau granul, putih sampai krem, higroskopis
Titik Didih 1000 ⁰ C
pH 7
Konsentrasi 3-6 %
Bobot jenis 1 g/mL
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Alasan Pemilihan Memiliki konsentrasi yang cukup rendah sehingga
mempengaruhi waktu hancur tablet menjadi relatif
singkat dan cepat.

3) Sunset Yellow
Sinonim Pewarna Kuning
Pemerian 452, 37 gram/mol
absorbansi 487nm
Kelarutan Larut dalam air
Titik Leleh > 3000⁰ C

4) Laktosa (Pengisi dan Pemanis)


Sinonim Lactosum, Sacharum Lactis
Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa agak manis
Kepadatan
Titik Didih 668,9 ⁰C (1.236⁰ F, 942K)
Titik Lebur 202,8⁰C (397,0 ⁰F, 475,9 K)
Titik Nyala 357,8⁰C (676⁰ F, 631 K)
Berat Molekul 36, 30
Khasiat Zat Tambahan
Penyimpanan Dalam wadah bertutup baik
Alasan Pemilihan Karena laktosa biasanya menunjukkan kecepatan
pelepasan zat aktif dengan baik, mudah dikeringkan
dan tidak peka terhadap variasi moderat dalam
kekerasan tablet pada pengempaan, dan harganya
relatif lebih murah jika dibandingkan dengan bahan
pengisi lain.

5) Magnesium Stearat
Sinonim Magnesium stearat, Mg octadecanoic acid, mg salt,
stearic acid
Pemerian Hablur putih, mengkilap endapan putih.
Rumus molekul CH3H70MgO4
Organoleptis Tidak berbau atau bau seperti asam stearat, rasa khas,
berwarna putih
Konsentrasi 0,2-2%
Kelarutan Praktis tidak larut etanol 95% , eter dan air. Mudah
larut dalam benzena hangat dan etanol hangat.
Berat Molekul 591,24
Khasiat Sebagai zat pelicin
Titik leleh 117-150⁰C
Alasan Pemilihan Dapat menambah waktu hancur dari tablet karena
bentuk lapisan permukaannya yang tidak mudah
dipenetrasi dengan cairan lambung. Maghnesium
stearat mudah digunakan secara luas dalam kosmetik,
makanan dan formulasi farmasi. Magnesium stearat
mudah melekat dan melapisi granul serta lembut jika
disentuh dan bebas dari bongkahan kecil serta
merupakan lubrikan paling efektif dan digunakan
secara luas dan memiliki daya lubrikan yang baik,
kombinasi yang baik bersama dengan talk.

6) Talk
Sinonim Hydros magnesium calsium cilikat , hydros
magnesium cilikat
Pemerian
Rumus molekul
Organoleptis
Konsentrasi 1-10 %
Kelarutan
Berat molekul
Khasiat Lubricant (pelincir) & Glidan (pelicin)
Titik leleh
Alasan pemilihan Untuk dikombinasikan dengan magnesium stearat agar
bahan hasil lebih bagus dan efektif sebagai pelicin

2.5 Tinjauan Produksi


2.5.1 Definisi Produksi
Produksi adalah proses dan metode yang digunakan dalam transformasi
yang nyata input ( bahan baku, setengah jadi barang, atau subassemblies )
dan tidak berwujud masukan ( ide, informasi, tahu bagaimana ) menjadi
barang atau jasa, merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk
menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga
lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya
guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa.
Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah
sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk
memenuhi kebutuhanmanusia untuk mencapai kemakmuran. Kemakmuran
dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi.
2.5.2 Tujuan Produksi
Tujuan dilakukannya produksi adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan pasien
Adanya produksi sediaan farmasi tentu untuk menjawab kebutuhan
masyarakat mengenai obat-obatan. Tanpa adanya minat dan
permintaan dari masyarakat, tentu saja produksi sediaan farmasi tidak
akan dilakukan.
b. Aplikasi gagasan baru
Dengan adanya produksi diharapkan bahwa akan muncul
pengaplikasian dari gagasan-gagasan yang ada. Dengan dilakukannya
produksi maka akan terlihat pengaplikasiaan dari suatu formula dan
akan menambah beraneka ragam alternative pilihan masyarakat
terhadap sediaan farmasi.
c. Upgrade sediaan
Dengan adanya produksi, tentu akan ada pengembangan-
pengembangan baru terhadap sediaan farmasi. Setiap diadakan
produksi pasti juga akan dibarengi dengan praformulasi baru atau
membuat pembaharuan terhadap sediaan yang sudah ada.
d. Upgrade teknologi farmasi
Saat melakukan produksi tentu saja kita membutuhkan alat untuk
mempermudah kita melakukan proses produksi. Dengan adanya
produksi, maka kita akan lebih tau tentang perkembangan teknologi
farmasi.
e. Sarana evaluasi langsung
Sarana evaluasi langsung maksudnya, kita dapat langsung menguji
atau mengevaluasi sediaan kita. Dengan adanya produksi kita bisa
langsung mengetahui bentuk jadi sediaan kita, setelah proses produksi
selesai kita bisa langsung mengevaluasi sediaan yang kita buat secara
real atau langsung, bukan hanya secara teori ataupun perkiraan.
Dengan demikian, jika kita melakukan kesalahan atau ada kekurangan
pada sediaan kita, bisa kita pahami letak kesalahannya dan bisa
melakukan perbaikan di lain waktu.

2.5.3 Komponen Produksi


A. Ruang Produksi
Ruang produksi adalah suatu ruang yang dirancang dengan khusus sebagai
tempat dilaksanakan kegiatan produksi dimana di dalamnya mengakomodasi
berbagai macam kebutuhan produksi ( alat, bahan, personal, manajemen ) dengan
spesifikasi khusus.
Ruang produksi untuk pembuatan sediaan farmasi memiliki beberapa
karakteristik yaitu sebagai berikut:
a) Kontruksi bangunan tahan terencana
Maksudnya adalah sejak awal sudah ditentukan konsep awal untuk
pembuatan bangunan yang akan digunakan untuk pembuatan sediaan
farmasi. Kontruksi untuk bangunan ini harus bisa tahan gempa dan
ditempatkan ditempat yang aman, sehingga tidak akan mengganggu
produksi. Jadi kontruksi bangunan harus di rencanakan sejak awal secara
matang dan juga terencana sehingga tidak akan mengganggu proses
produksi kelak.
b) Mendukung alur produksi one way
Maksud dari alur one way adalah ruang produksi harus memiliki alur
produksi secara berurutan tanpa ada pemutaran kembali sediaan ke tahap
awal. Misalnya dalam ruang produksi pencampuran bahan dilakukan dari
sebelah barat ke sebelah timur ruangan, ruangan harus memiliki tempat
yang cukup mulai dari pencampuran bahan disebelah barat kemudian
berurutan hingga proses akhir produksi berada di paling timur ruangan.
c) Terdapat pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas
Pengaturan suhu, cahaya, tekanan dan higienitas sangat penting untuk
ruangan produksi. Hal ini dikarenakan untuk menghindari tumbuhnya
mikroorganisme dalam ruangan tersebut. Selain itu juga ada sediaan yang
dalam proses produksinya harus dalam suhu dan tekanan tertentu. Jadi
memang penting jika ruang produksi memiliki pengatur suhu, cahaya,
tekanan dan higienitas.
d) Ruang tidak bersudut
Ruang yang tidak bersudut akan lebih mudah dibersihkan sehingga tidak
akan ada debu, kotoran atau mikroorganisme yang akan bersarang disana.
Dengan tidak adanya debu, kotoran dan mikroorganisme maka proses
produksi akan lebih higienis.
e) Berlapiskan epoksi
Pori-pori dinding adalah tempat yang biasanya terdapat banyak bakteri atu
mikroorganisme. Epoksi adalah sejenis cat yang digunakan untuk
menutupi pori-pori permukaan dinding. Dengan memberikan epoksi pada
dinding, berarti tidak akan ada pori-pori di lubang tembok dan tidak ada
tempat lagi untuk bakteri atau mikroorganisme.
f) Terdapat interlock door
Maksud dari interlock door adalah jika pintu masuk dibuka, maka pintu
keluar akan terkunci secara otomatis sehingga tidak bisa dibuka. Hal ini
dilakukan agar sirkulasi udara dalam ruangan dapat terjaga sehingga tidak
mudah terkontaminasi oleh bakteri yang terbawa dari luar.

Macam-macam ruang produksi yang biasa digunakan untuk membuat sediaan


farmasi adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan Kelas
a) Ruang kelas I
Biasanya ruangan digunakan untuk pembuatan sediaan steril yang
memiliki tingkatan kelas tertinggi. Terdapat empat ruang filter yaitu
prefilter, medium filter, hipofilter dan LAF.
b) Ruang kelas II
Biasanya ruangan digunakan untuk penyiapan peralatan yang akan
digunakan di ruang kelas I.
c) Ruang kelas III
Biasanya ruangan digunakan untuk pembuatan sediaan semi solid yang
mudah terkontaminasi dengan bakteri atau mikroorganisme.
d) Ruang kelas IV
Biasanya ruangan yang digunakan untuk pembuatan sediaan serbuk dan
kapsul.

b. Berdasarkan Label Warna


a) Ruang kelas White
Ruangan kelas White biasanya diberikan untuk ruang kelas I.
b) Ruang Kelas Grey
Ruangan kelas Grey biasanya diberikan untuk ruang kelas II dan III.
c) Ruangan kelas Black
Ruangan kelas Black biasanya diberikan untuk ruang kelas IV.

c. Berdasarkan Nomer Area


a) Ruang kelas 100
Ruang kelas 100 diartikan bahwa hanya boleh ada 100 mikroorganisme
non patogen dan 10 mikroorganisme patogen dalam ruangan itu.
Biasanya ruang kelas 100 diberikan untuk ruang kelas I.
b) Ruang kelas 1.000
Ruang kelas 1.000 diartikan bahwa hanya boleh ada 1.000
mikroorganisme non patogen dan 100 mikroorganisme patogen dalam
ruangan itu. Biasanya ruang kelas 1.000 diberikan untuk ruang kelas II.
c) Ruang kelas 10.000
Ruang kelas 10.000 diartikan bahwa hanya boleh ada 10.000
mikroorganisme non patogen dan 1.000 mikroorganisme patogen dalam
ruangan itu. Biasanya ruangan kelas 10.000 diberikan untuk kelas III.
d) Ruang kelas 100.000
Ruang kelas 100.000 diartikan bahwa hanya ada boleh 10.000
mikroorganisme non patogen dan lebih dari 100.000 mikroorganisme
patogen dalam ruangan itu. Biasanya ruangan kelas 100.000 diberikan
untuk kelas IV.
B. Alat Produksi
Alat produksi adalah seperangkat instrument yang digunakan untuk
membuat, mengolah ataupun memodifikasi suatu bahan awal menjadi sediaan
ruahan maupun sediaan jadi dengan fungsi dan standar tertentu.
Alat produksi memiliki beberapa spesifikasi yaitu sebagai berikut:
a. Inert atau netral
Maksud dari inert dan netral adalah alat produksi yang digunakan tidak
memengaruhi sediaan. Misalnya alat produksi yang berasal dari plastik
yang dapat melepaskan zat-zat berbahaya penyusun plastik yang dapat
bereaksi dengan sediaan yang kita buat. Hal-hal seperti iniharus dihindari
agar kualitas sediaan yang diproduksi tetap terjaga dengan baik.
b. Fungsi tetap (stabil)
Alat denga fungsi tetap (stabil) adalah alat produksi yang walaupun
digunakan sampai 3 tahun tidak akan berubah atau berkurang dalam segi
fungsi. Misalnya alat pencetak tablet yang mampu mencetak 2000 tablet
perhari, akan tetap mampu mencetak 2000 tablet perhari dalam kurun
waktu 3 tahun yang akan datang.
c. Mudah dalam pengoperasian
Tujuan utama dari penggunaan alat-alat produksi adalah memudahkan kita
dalam pembuatan suatu sediaan. Alat yang digunakan pun harus mudah
dalam pengoperasiaan karena bukan hanya satu atau dua orang yang akan
menggunakannya melainkan beberapa orang dengan kemampuan yang
berbeda-beda. Sehingga untuk pengoperasiaanya alat produksi diusahan
semudah mungkin.
d. Terstandar dan terkalibrasi (menyertakan fungsi sesuai dengan bahan
baku)
Alat produksi yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi
haruslah sesuai dengan standar yang sudah ditentukan karena obat
nantinya akan bereaksi dalam tubuh. Jika dalam proses pembuatannya
tidak menggunakan alat yang terstandar maka akan menurunkan kualitas
dari obat yang akan dihasilkan pula.
e. Maintenence (perawatan)
Alat produksi harus memiliki panduan perawatan karena perawatan adalah
hal yang sangat penting. Ketahanan suatu alat juga bergantung dari cara
perawatan alat itu sendiri, sehingga alat produksi pun harus dirawat
dengan baik agar fungsinya tetap terjaga.
Penggolongan Alat Produksi

Alat produksi juga memiliki macam-macam pengelompokan. Macam-macam alat


produksi yaitu sebagai berikut:

1) Berdasarkan Kinerja Alat


a) Alat manual

Alat manual yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam


skala kecil misalnya adalah mortir. Namun alat manual jarang digunakan
dalam produksi sediaan farmasi dalam skala industri. Mungkin alat manual
hanya digunakan untuk melakukan uji-uji pada sediaan. (mortir)
b) Alat otomatis

Alat otomatis yang digunakan untuk memproduksi sediaan farmasi dalam


skala industri.
2) Berdasarkan ukuran alat
a) Alat ringan
Alat ringan yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam
skala kecil, misalnya labu ukur. Namun alat ringan jarang digunakan
dalam produksi sediaan farmasi dalam skala industri. Mungkin alat ringan
hanya digunakan untuk melakukan uji-uji pada sediaan.
b) Alat berat

Alat berat yang digunakan untuk memroduksi sediaan farmasi dalam skala
industri seperti mixer untuk mencampurkan bahan.
3) Berdasarkan bahan
a) Alat kaca

Alat yang terbuat dari kaca seperti labu ukur, tabung reaksi dan pipet tetes.
b) Alat logam
Alat yang terbuat dari logam seperti timbangan dan anak timbang.
c) Alat porselin

Alat yang terbuat dari poeselin misalnya adalah cawan porselin.


C. Personal Produksi

Personal produksi adalah praktisi produksi yang mengerjakan segala sesuatu


yang berhubungan dengan proses produksi baik secara langsung maupun tidak
langsung, dengan tujuan akhir membuat suatu sediaan farmasi yang terstandar.
Karena tanggung jawab seorang praktisi, maka seorang praktisi harus memiliki
persyaratan sebagai berikut:

a. Sehat jasmani dan rohani


Seorang praktisi haruslah sehat secara jasmani dan rohani, hal ini karena
kebersihan dan kehigienisan ruangan saja sangat dijaga, apalagi untuk
personal yang akan terjun langsung dalm pembuatan sediaan. Jika
personal tidak memiliki kesehatan jasmani maupun rohani itu justru akan
membahayakan orang lain baik dalam lingkup industri maupun
masyarakat
b. Lebih diutamakan pria
Untuk praktisi dibidang farmasi, lebih diutamakan pria karena mayoritas
wanita memakai berbagai macam kosmetik. Pemakaian kosmetik seperti
bedak di wajah, tentu saja akan memengaruhi kualitas obat karena bedak
juga mengandung zat-zat kimia yang mampu bereaksi dengan bahan
yang digunakan untuk pembuatan obat. Sehingga lebih di utamakan pria
sebagai seorang praktisi personal produksi.
c. Kompeten (menguasai ilmu)
Karena proses produksi sangat menentukan hasil ari sediaan yang akan
dihasilkan, maka praktisi atau personal produksi pun harus berkompeten.
Jika personal produksi tidak memiliki kompetensi yang baik, tentu saja
akan membahayakan masyarakat dan juga akan menyebabkan banyak
kerugian.
d. Menggunakan alat pelindung diri
Dalam proses produksi, tentu kita akan berhadapan dengan berbagai
bahan-bahan berbahaya dan terkena resiko kecelakaan kerja. Untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja, tentu kita harus menggunakan alat
pelindung diri sehingga resiko untuk terkena bahan kimia atau
kecelakaan kerja bisa dinetralisir.
e. Menguasai Grade Laboratori Practice (GLP), Grade Manufactoring
Practice (GMP) dan Grade Selling Practice (GSP)
Seorang personal produksi bukan hanya harus menguasai satu bidang,
namun juga semua bidang produksi. Untuk standar industri, minimal
personal produksi memiliki 2 keterampilan yaitu GLP dan GMP. Hal ini
difungsikan agar personal produksi mampu mengkondisionalkan diri saat
mereka berada di laboratorium maupun mengawasi secara langsung
proses produksi.
f. Memiliki sikap yang baik
Sikap merupakan hal yang tidak boleh disepelekan oleh setiap personal
produksi. Rasa tanggung jawab dan disiplin tinggi harus dimiliki oleh
personal produksi. Hal ini dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab
yang besar atas hasil dari produksi.

D. Metode Produksi Tablet


1) Granula Basah
Yaitu memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi
partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah
yang tepat sehingga terjadi masa lembab yang dapat di granulasi. Granulasi basah
digunakan untuk zat aktif yang tahan terhadap lembab dan panas. Prinsip dari
metode ini adalah membasahi massa atau campuran zat aktif dan eksipien dengan
larutan pengikat tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula.
Metode ini membentuk granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat
sebagai pengganti pengompakan, tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau
bubur yang mengandung pengikat yang biasanya di tambahkan ke campuran
serbuk atau dapat juga bahan tersebut di masukkan kering ke dalam campuran
serbuk dan cairan di masukkan secara terpisah. Cairan yang di tambahkan
memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di
antara partikel dan kekuatan ikatan akan meningkat bila jumlah cairan yang di
tambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tegangan kapiler paling
penting pada awal pada pembentukan granul, bila cairan sudah ditambahkan
pencampurannya di lanjutkan sampai tercapai disperse yang merata dan semua
bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh massa basah atau lembab
maka massa dilewatkan pada ayakan dan di beri tekanan dengan alat penggiling
atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga luas
permukaan meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah
pengeringan granul di ayak kembali, ukuran ayakan tergantung pada alat
penghancur yang digunakan dan ukuran tablet yang akan di buat.
Tahapan dari granula basah = campur kering, granula dengan
penambahan larutan pengikat , pengeringan, pengayakan, campur massa,
pencetakan.
Keuntungan granula basah:
a. Memperoleh aliran yang baik.
b. Meningkatkan kompresibilitas.
c. Mengontrol pelepasan.
d. Memisah pencegahan komponen campuran selama proses, distribusi
keseragaman kandungan, dan meningkatkan kecepatan disolusi.
Kerugian granula basah :
a. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi
b. Biaya yang cukup tinggi
c. Zat aktif yang tidak tahan lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan
cara ini.

2) Granula Kering
Granulasi kering di sebut juga dengan slugging, yaitu partikel zat aktif
dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat
yang selanjutnya di pecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih
besar dari serbuk semula (granul). Metode ini digunakan untuk zat aktif yang
tidak tahan terhadap panas dan kelembaban. Prinsip metode ini adalah membuat
granul secara mekanis, tanpa bantuan bahan pengikat dan pelarut. Ikatan di dapat
melalui gaya.
Pada proses ini komponen-komponen tablet di kompakan dengan mesin
cetak tablet lalu di tekan ke dalam die dan di kompakan dengan puch sehingga di
peroleh massa yang di sebut slug, prosesnya di sebut slugging, pada proses
selanjutnya slug kemudian di ayak dan di aduk untuk mendapatkan yang sifat
alirnya lebih baik dari campuran awal bila slug yang didapat belum memuaskan
maka proses di atas dapat di ulang. Dalam jumlah besar granulasi kering dapat
juga di lakukan pada mesin khusus yang di sebut roller compactor yang memiliki
kemampuan memuatbahan sekitar 500 kg, roller compactor memakai dua
penggiling yang putarannya saling berlawanan dengan yang lainnya, dan dengan
bantuan tehnik hidrolik pada salah satu penggiling mesin ini mampu
menghasilkan tekanan tertentu pada bahan serbuk yang mengalir di antara
penggiling.
Tahapan : campur kering- pencetakan menjadi slug- pengayakan –
campur massa-pencetakan
Keuntungan :
a. Peralatan yang di gunakan lebih sedikit.
b. Baik untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan kelembaban.
c. Mempercepat waktu hancur.
Kerugian :
a. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug
b. Tidak dapat mendistribusikan warna yang seragam.
c. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadi
kontaminasi silang.

3) Kempa Langsung
Pembuatan tablet dengan cara mengempa langsung campuran zat aktif
dan eksipen kering tampa melalui perlakuan awal terlebih dahulu. Metode ini
merupakan metode paling mudah, cepat, praktis dan mudah pengerjaannya,
namun hanya dapat di gunakan pada kondisi zat aktif yang kecil dosisnya,serta zat
aktif tersebut tidak tahan terhadap panas dan lembab. Secara umum zat aktif yang
cocok untuk metode kempa langsung adalah zat aktif yang sifat alirnya baik,
kompresibilitasnya baik, bentuknya Kristal dan mampu menciptakan adhesifitas
dan kohesifitas dalam massa tablet. Prinsip metode kempa langsung yaitu
mencampur zat aktif dengan eksipien yang memiliki aliran dan kompresibilitas
yang baik kemudian di cetak. Tahapan : Campur massa – pencetakan

Keuntungan :
a. Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit
b. Proses lebih sedikit dan tidak memakan waktu, tenaga, dan mesin yang
banyak
c. Dapat dgunakan untuk zat aktif yang tidak tahan terhadap panas dan
kelembaban
d. Waktu hancur disolusinya lebih baik

Kerugian :
a. Perbedaan ukuran partikelpada kerapatan bulk antara zat aktif dengan
pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yang selanjutnya.
b. Dapat menyebabkan tidak keseragamanya kandungan zat aktif di dalam
tablet, zat aktif dengan dosis yang besartidak mudah untuk di kempa
lansung
c. Sulit dalam pemilihan eksipien.
2.6 Tinjauan Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan akhir produksi di mana menekankan pada kegiatan
pemastian dan pemeriksaan sediaan telah sesuai dengan spesifikasi mutu standar
sediaan baik secara nasional maupun internasional.
2.6.1 Tujuan Evaluasi
Tujuan dilakukannya evaluasi pada sediaan adalah sebagai berikut:
a. Pemastian mutu sediaan
Evaluasi bertujuan untuk memastikan mutu dari sediaan yang diproduksi,
baik itu dimulai dari pemilihan bahan sampai dengan hasil jadi sediaan
tersebut. Dengan melakukan evaluasi kita dapat mengetahui kualitas mutu
dari sediaan yang kita buat. Jika kita memiliki sediaan yang memiliki
kualitas baik, maka kita kemungkinan besar sediaan kita akan diterima
dengan baik dipasaran.
b. Estimasi efek terapi bisa diketahui
Dengan melakukan evaluasi, biasanya ddengan melakukan evaluasi
sediaan yang sudah diprosuksi, kita akan mengetahui seberapa besar efek
terapi yang akan dihasilkan oleh sediaan kita terhadap tubuh pasien. Kita
akan mengetahui bahwa sediaan kita sudah memenuhi dosis yang tepat
atau belum. Jika kita tidak melakukan evaluasi terhadap sediaan,
dikhawatirkan obat akan memberikan efek samping yang berbahaya akibat
ketidaktahuan akan efek terapi yang diberikan.
c. Dasar tindakan reformulasi
Dengan dilakukan evaluasi, kita akn mengetahui kekurangan-kekurangan
sediaan yang kita buat. Sehingga kita akan bisa melakuka reformulasi
untuk memperbaiki sediaan kita. Jika kita tidak melakukan evaluasi, kita
tidak akan tahu letak kesalahan kita dan kita tidak tahu solusi untuk
memperbaiki sediaan kita.
d. Dasar pengembangan produk
Bukan hanya kekrangan yang akan kita ketahui saat melakukan evaluasi,
kelebihan dari suatu sediaan pun akan kita ketahui. Dengan mengetahui
kelebihan dari sediaan kita, misalnya saat pemilihan bahan, kita bisa
mengaplikasikan kelebihan itu kepada sediaan lainnya, sehingga kita dapat
melakukan pengembangan produk farmasi menjadi lebih baik lagi.

2.6.2 Penggolongan Evaluasi


Secara umum, penggolongan evaluasi dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Berdasarkan Tahapan Produksi
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan tahapan produksi adalah evaluasi
yang menekankan pada tahapan atau proses yang dilakukan sebelum produksi,
saat produksi dan setelah produksi.
a. Pre produksi
Evaluasi pada tahap pre produksi adalah evaluasi yang dilakukan pada
bahan yang akan dibuat. Biasanya meliputi identifikasi bahan, interaksi
bahan terhadapa bahan lain dan stabilitas fisik dari bahan. Misalnya
pada tahap praformulasi terdapat kendala-kendala untuk pemilihan
bahan sehingga kita harus mengevaluasi karakteristik bahan.
b. In Process Control
Evaluasi pada saat proses produksi adalah evaluasi yang lebih
menekankan pada saat pembuatan sediaan. Jadi kita mengevaluasi dari
cara-cara atau prosedur saat melakukan produksi. Misalnya keakuratan
penimbangan bahan dan kinerja alat produksi.
c. Post produksi
Evaluasi ini adalah evaluasi yang menekankan evaluasi pada sediaan
yang sudah jadi. Misalnya pada uji organolepttis, keseragaman bobot
dan kekentalan.
B. Berdasarkan Objek Sediaan
Berdasarkan pada objek sediaan, maka evaluasi dibagi menjadi tiga yaitu
sebagai berikut:

a. Bahan awal
Evaluasi yang dilakukan pada bahan awal adalah evaluasi yang
menekankan pada objek bahan yang digunakan, mulai dari karakteristik
bahan sampai dengan tingkat kelarutan dan titik didih bahan yang akan
digunakan. Hal ini untuk mencegah adanya bahan yang rusak karena
memiliki karakteristik yang tidak sesuai dengan sediaan yang akan
dibuat.
b. Ruahan
Evaluasi pada objek sediaan ruahan adalah evaluasi bahan saat sedang
dibuat menjadi bentuk sediaan setengah jadi. Untuk sediaan suspensi,
evaluasi pada tahap ruahan atau sediaan setengah jadi adalah saat
bahan-bahan obat bercampur membentuk mucilago. Saat dalam fase
mucilago inilah dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian terhadap syarat-
syarat mucilago yang baik.
c. Sediaan jadi
Evaluasi pada tahap ini adalah evaluasi yang ditekankan pada bentuk
sediaan jadinya, seperti pada suspensi evaluasi sediaan jadi yang
dilakukan adalah homogenitas, viskositas dan juga kecepatan terdispersi
kembali.

C. Berdasarkan Tujuan Evaluasi


Berdasarkan tujuan evaluasinya, evaluasi dibagi menjadi 4 yaitu sebagai
berikut:
a. Efektivitas
Evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas adalah evaluasi
yang dilakukan dengan berfokus pada efektivitas atau kemampuan obat
untuk memberikan efek terapi terhadap tubuh.
b. Mutu fisik
Mutu fisik menjadi penggolongan evaluasi karena dalam evaluasi mutu
fisik kita bisa mengetahui kualitas sediaan kita secara langsung, mulai
dari homogenitas sampai kekentalan sediaan.
c. Sterilitas
Evaluasi terhadap sterilitas berguna untuk mengetahui tingkat sterilitas
sediaan yang sudah dibuat. Hal ini untuk mengetahui sampai berapa
lama obat mampu bertahan tanpa ditumbuhi oleh mikroorganisme.
d. Kimia
Evaluasi kimia meliputi interaksi antara satu bahan dengan bahan.
Dengan melakukan evaluasi kimia, kita dapat mengertahui rencana
kerja obat dalam tubuhh manusia nantinya. Dengan mengetahui
evaluasi ini juga kita bisa menghindari reaksi-reaksi kimia antara obat
satu dengan obat yang lain.
2.6.3 Evaluasi sediaan Tablet
1) Uji Keseragaman Fisik
Mengamati penampilan fisik seluruh tablet hisap allopurinol yang
dihasilkan, antara lain tidak ada capping, cracking, picking dan
karakteristik lain yang menandakan adanya kerusakan tablet.
2) Uji Keseragaman Ukuran
Ukuran tablet berhubungan dengan volume granul yang diisikan pada
cetakan.
3) Uji Keseragaman Bobot
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot ini
ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat.
Tablet-tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki
kandungan bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek
terapi yang sama.
4) Uji Kekerasan
Digunakan untuk mengetahui kekerasan tablet agar tablet tidak rapuh
dan terlalu keras. Kekerasan tablet erat kaitanya dengan ketebalan
tablet, bobot dan waktu hancur tablet. Uji kekerasan juga dilakukan
untuk menjamin agar tablert tidak hancur mulai dari pengemasan,
pengangkutan, penyimpanan, sampai ke tangan konsumen dan sebagai
jaminan tablet hancur pada saat pemakaian.
5) Uji Kerapuhan
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk mengukur
ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan yang dialaminya sewaktu
pengemasan dan pengiriman
6) Uji Waktu Hancur
Dilakukan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi, kecuali dalam etiket
dinyatakan bahwa tablet digunakan sebagai tablet hisap atau kunyah
atau dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu, atau melepaskan obat dalam dua periode. Waktu
hancur tablet berkaitan dengan cepat lambatnya waktu obat
memberikan efek terapi.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Formulasi Standar

TiapTablet mengandung :

Allupurinolum 100 mg

Zat tambahan yang cocok secukupnya


3.2 Rancangan Formulasi

Ibuprofen 200 mg

CMC Na 6%

Magnesium Stearat 5%

Talk

Lactosa ad 100 %

3.3 Perhitungan Bahan


Tablet allopurinol dibuat dalam bentuk tablet dengan bobot sebesar 500 mg
dengan konsentrasi 100 mg. Maka perhitungan bahannya adalah sebagai berikut :
a. Allopurinol = 100 mg
6
b. Cmc-Na = x 500 mg = 30 mg
100
5
c. Magnesium Stearat = x 500 mg = 25 mg
100
1
d. Sunset Yellow = x 500 mg = 5 mg
100
e. Lactosa = 340 mg
 Jumlah bobot zat seluruhnya = 160 mg
 Jumlah lactosa = 500 mg – 160 mg = 340 mg
3.4 perhitungan Dosis
Berikut ini adalah perhitungan dosis efektif untuk zat aktif Allopurinol :
Diketahui :
 t ½ allopurinol = 2 jam
 dosis resep = 100 mg
ditanya : Dosis Efektif ?
jawab :
1 1 1
(
Dosis Efektif = 2
x Dosis ) x x t x 100 %
2 2
100
1 1
(
= 2
x 100 mg ) x x 2 x 100 %
2
100
50 mg x 1 x 100 %
=
100
= 50 %
Hasil nya sudah efektif, sesuai dengan ketentuan bahwa dosis efektif yaitu
50 % ≤ x ≤ 100%

3.5 Perincian Alat dan Bahan


Alat
a. Timbangan analitik
b. Ayakan
c. Oven listrik
d. Mixing
e. Single punch table pres
f. Hardness tester
g. Friability tester
h. Disintegration tester
i. Dissolution tester
Bahan
a. Allopurinol
b. Lactose
c. Sunset yellow
d. CMC- Na
e. Magnesium Stearat

3.5 Prosedur Pembuatan


Pembuatan tablet allopurinol menggunakan metode granulasi basah.
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Timbang semuabahan aktif dan bahan tambahan
3) Proses Mixing
a. Siapkan wadah mixing
b. Masukkan ke dalam wadah dari sediaan yang paling kecil atau sedikit
yaitu Sunset yellow 5 mg
c. Dimasukkan magnesium stearat 25 mg aduk hingga homogen
d. Ditambahkan Allopurinol 100 mg, aduk hingga homogen
e. Masukkan lactosa sebanyak 340 mg, aduk hingga semua bahan
homogen
4) Pembuatan Larutan Pengikat
a. Dtiimbang CMC-na Sebanyak 30 mg
b. Dimasukkan ke dalam gelas kaca
c. Ditambahkan aquadest secukupnya untuk melarutkan, diaduk hingga
larut sempurna dengan batang pengaduk dan membentuk mucilago
5) Proses Granulasi
a. Bahan yang sudah dimixing tadi ditambahkan larutan pengikat sedikit
demi sedikit sambil diaduk perlahan
b. diukur kelembapan serbuk, jika belum sesuai ditambahkan aquades
hingga sesuai
c. masukkan serbuk pada mesin granulasi
6) Proses Pengayakan
Granul yang sudah dibentuk kemudian diayak
7) Proses Pengeringan
a. granul ditempatkan dalam wadah yangpermukaannya luas
b. dimasukkan ke dalam oven dengan tempratur 37oC

3.5 Prosedur Evaluasi


3.5.1 Pengujian granul
A. Uji waktu Alir
a. Ambil granul tablet kemudian masukkan dalam corong (150 g)
b. Tutup bagian bawah corong
c. Nyalakan stopwatch.
d. Lepas tutup pada bagian bawah corong.
e. Catat waktu yang di tempuh granul yang melewati corong (waktu alir
tidak lebih dari 10 detik).

B. Uji pembentukan sudut


a. Granul yang telah melewati corong akan membentuk gundukan seperti
gunung.
b. Ukur tinggi tumpukan granul (h).
c. Ukur jari-jari tumpukan granul (r).
d. Hitung besar sudut yang di bentukdengan rumus :Tan a=h/r
C. Uji kompresibilitas/ kemampatan
a. Masukkan granul ke dalam gelas ukur.
b. Ukur tinggi awal dari granul.
c. Ketuk gelas ukur sampai tidak terjadi perubahan tinggi.
d. Ukur tinggi akhir granul.
e. Hitung presentase nilai kemampatannya dari selisih tinggi akhir dan
tinggi awal.
f. Hitung kompresibilitas dengan rumus :
Kompresibilitas = (Vi – V0) x 100 %
Keterangan V0 = Volume awal granul
Vi = Volume granul setelah diketukkan

Tabel kompresibilitas dan daya alir. (Lachman, 1989 : 400)

% Kompresibilitas Daya Alir


5- 15 Baik sekali
12- 16 Baik
18 – 21 Sedang –sedang lewat
23 -35 Buruk
33 – 38 Sangat buruk
>40 Sangat buruk sekali

3.6.2 Pengujian uji mutu fisik tablet


1. Uji keseragaman bobot
a. Ambil 20 butir tablet
b. Ditimbang satu per Satu.
c. Dihitung rata- rata tablet.
2. Uji kekerasan
a. Ambil 5 tablet.
b. Diletakkan di tengah dan tegak lurus dengan plan penekan
haerdness tester.
c. Atur skala pada skala 0 kemudian putar pelan- pelan sampai tablet
pecah.
3. Uji Waktu hancur
a. Ambil 6 tablet
b. Ambil kira –kira 1,5 L air kemudian dipanaskan pada suhu 37℃
selama 15 menit.
c. Masukkan masing- masing tablet pada alat disintegrator.
d. Masukkan pda air yang sudah dipanaskan.
e. Amati dan catat waktu sampai semua tablet pada tabung
disintegrator telarut sempurna.
4. Uji kerapuhan.
a. Di timbang 20 tablet bersama- sama kemudian masukkan ke dalam
alat friabilitor.
b. Tunggu sampai 100 putaran.
c. Kemudian tablet di ambil dan di timbang.
d. Hitung kerapuhan tablet.
5. Uji keseragaman ukuran
a. Di ambil 10 tablet.
b. Hitung diameter dan ketebalan dari masing –masing tablet dengan
menggunakan jangka sorong.
c. Amati dan catat hasilnya.
6. Uji organoleptis
Penampilan fisik tablet yang diamati meliputi tidak ada capping,
cracking, picking dan karakteristik lain yang menandakan adanya
kerusakan.
7. Uji tangapan rasa
a. Dipilih respond secara acak.
b. Kemudian di rasakan rasanya.
c. Mengisi angket yang telah di sediakan
8. Uji homogenitas
Di lihat dari segi organoleptis apakah saat pencampuran dan pembuatan
warna rata dan cara penyampurannya sudah homogen.

Anda mungkin juga menyukai