Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan suatu kegawatdaruratan medis yang mana

semakin lambat pertolongan medis yang diperoleh, maka akan semakin

banyak kerusakan sel saraf yang terjadi, sehingga semakin banyak waktu

yang terbuang, semakin banyak sel saraf yang tidak bisa diselamatkan dan

semakin buruk kecacatan yang didapat (Yurida Olviani, 2017). Stroke

merupakan suatu sindrom yang terdiri dari gejala hilangnya fungsi sistem

saraf pusat fokal atau global yang mana suplai darah yang menuju keotak

terhambat, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada otak maupun

sumsum tulang belakang (Dian A. Juwita, 2018).

Stroke atau dikenal dengan penyakit serebrovaskuler, merupakan

penyakit neurologik yang terjadi karena gangguan suplai darah menuju ke

otak. Ada dua tipe stroke yaitu stroke hemoragik dan stroke iskemik. Stroke

iskemik banyak disebabkan karena trombotik atau sumbatan emboli,

sedangkan stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan akibat pecahnya

pembuluh darah di suatu bagian otak (Wayunah & Saefulloh, 2018).

Menurut Anies (2018) stroke adalah suatu kondisi yang terjadi

ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu, karena

sebagian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah

karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Stroke dibagi

menjadi dua yaitu stroke hemoragik dan stroke non hemoragik. Stroke

hemoragik merupakan perdarahan yang terjadi karena pecahnya pembuluh

darah pada daerah otak tertentu dan stroke non hemoragik merupakan
terhentinya sebagaian atau keseluruhan aliran darah ke otak akibat

tersumbatnya pembuluh darah.

Sri Hartati Pratiwi (2017) Penyakit stroke dapat disebabkan oleh

berbagai penyakit sistemik lain seperti hipertensi, diabetes melitus, dan

hiperkolesterol. Selain itu, stroke dapat disebabkan oleh gaya hidup yang

tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, terpapar berbagai polusi dan

kurangnya aktivitas. Pencegahan stroke sangat penting dilakukan untuk

menghindari dampak yang ditimbulkan oleh penyakit stroke yang begitu

besar kepada pasien dan keluarganya.

Berdasarkan WHO (2018) stroke merupakan penyebab kematian

terbanyak kedua di dunia setelah penyakit jantung dan merupakan penyebab

utama dari disabilitas. Secara global 70% dari stroke dan 87% dari kematian

akibat stroke diperkirakan mencapai 6,7 juta pada tahun 2012. Di Amerika

Serikat angka kejadian stroke sekitar 795.000 orang per tahun (Kristine K.

Miller, 2016). Sekitar 15 juta orang di Cina mengalami stroke setiap

tahunnya, dari hasil tingginya angka kejadian Hipertensi, Diabetes Militus,

dan penyakit Kardiovaskuler, ada lebih dari 2,4 juta korban, sekitar 70-80%

kemampuan mereka untuk bekerja, 40% mengalami disfungsi, 15-30% yang

mengalami cacat (Qi Lu, 2019).

Prevalensi stroke di dunia pada tahun 2010 adalah sebanyak 33

juta, dengan 16,9 juta orang terkena stroke serangan pertama. Dari data

South East Asian Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa

angka kematian stroke terbesar di Asia Tenggara terjadi di Indonesia yang

kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia,

dan Thailand. Di Indonesia angka kejadian stroke Berdasarkan data terbaru


dari hasil RISKESDAS (2018) merupakan penyebab kematian utama di

Indonesia. Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis Nakes dan gejala

tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), Yogyakarta (16,9%), Sulawesi

Tengah (16,6%), dan diikuti Jawa Timur sebesar (16%). Terjadi peningkatan

prevalensi stroke juga meningkat dari 8,3% pada tahun 2007 menjadi 12,1%

(Riskesdas, 2018).

Berdasarkan Studi Pendahuluan pada tanggal 08 Januari 2021 Di desa

Condong Kecamatan Gading dengan metode wawancara dan observasi

pada 10 orang penderita, Di dapatkan 8 orang (80%) mengalami Kadar gula

darah tinggi dan Kadar kolesterol tinggi. Sedangkan 2 orang (20%) hanya

mengalami Kadar gula darah yang tinggi. Dari hasil wawancara dan

observasi dengan 10 orang tersebut di dapatkan semuanya (100%).

Upaya untuk mengurangi jumlah pasien dengan stroke berulang,

penting bagi pasien untuk tidak hanya memahami pentingnya proses

rehabilitasi saja tetapi juga memahami pentingnya pengendalian faktor risiko.

Pedoman Stroke Nasional mengidentifikasi faktor gaya hidup adalah faktor

risiko yang harus ditargetkan untuk pencegahan sekunder. Berdasarkan

American Heart Association (AHA)/American Stroke Association (ASA),

pedoman dari pencegahan stroke seperti kontrol hipertensi, diabetes mellitus,

dislipidemia, dan program berhenti merokok, terutama dalam mengurangi

asupan garam, membatasi asupan gula, olahraga teratur, manajemen stres

yang baik, dan berhenti mengkonsumsi alkohol dapat menurunkan angka

kematian stroke dan juga kekambuhan stroke (Langhorne, Bernhardt, &

Kwakkel, 2011; Risk, Of, & In, 2015).


Selain faktor risiko stroke diatas, masih ada faktor risiko lain yang

perlu diperhatikan oleh setiap orang baik muda maupun dewasa. Faktor risiko

ini menyangkut dengan keadaan status kesehatan seseorang, yaitu

hiperkolesterolemia (kadar kolesterol berlebih) dan hipertensi (tekanan darah

tinggi) (Anies, 2018).

Sri Hartati Pratiwi (2017) Pencegahan stroke sangat penting

dilakukan pada kelompok yang beresiko dengan menghindari berbagai

penyebab penyakit stroke. Penyakit stroke dapat disebabkan oleh berbagai

penyakit sistemik lain seperti hipertensi, diabetes melitus, dan

hiperkolesterol. Selain itu, stroke dapat disebabkan oleh gaya hidup yang

tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, terpapar berbagai polusi dan

kurangnya aktivitas.Pencegahan stroke sangat penting dilakukan untuk

menghindari dampak yang ditimbulkan oleh penyakit stroke yang begitu

besar kepada pasien dan keluarganya.

Menurut Mutmainna (2013) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa faktor resiko kejadian stroke pada usia muda adalah perilaku

merokok, penyalahgunaan obat, riwayat diabetes militus, riwayat hipertensi,

riwayat hiperkolesterolemia. Variabel jenis kelamin bukan merupakan faktor

resiko kejadian stroke. Sedangkan hasil penelitian Handayani (2013)

menyebutkan bahwa insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki

dibandingkan perempuan. Faktor resiko stroke lain adalah

hiperkolesterol. Hiperkolesterol memang bukan merupakan penyebab stroke

yang paling utama. Bersama dengan faktor lainnya, hiperkolesterol dapat

menyebabkan stroke iskemik (Saeed et.al., 2015). Sama dengan tingginya

kadar gula darah, hiperkolesterolpun menyebabkan viskostas darah


meningkat dan dapat menyebabkan steriostrombosis yang dapat

menyumbat pada pembuluh darah otak. Selain itu, hiperkolesterol juga dapat

menyebabkan sumbatan pada pembuluh darah koroner sehingga

menyebabkan penyakit jantung koroner.

Menurut Rahayu (2016) hiperkolesterolemia (kadar kolesterol

berlebih) juga menjadi faktor risiko terjadinya stroke pada seseorang.

Hiperkolesterolemia merupakan suatu keadaan yang menunjukkan kadar

low destiny lipoprotein (LDL) dalam darah yang melebihi normal, sehingga

dapat mengakibatkan terbentuknya plak pada pembuluh darah yang

semakin lama semakin banyak dan menumpuk sehingga aliran darah

menuju otak dapat terganggu. Bila aliran darah terganggu maka akan

terjadinya stroke.

Salah satu faktor resiko terjadinya stroke adalah diabetes mellitus.

Diabetes mellitus dapat menyebabkan stroke iskemik. Hal ini berkaitan

dengan proses metabolisme glukosa pada pasien diabetes mellitus

terganggu. tingginya kadar glukosa dalam darah akan meningkatkan

viskositas darah dan dapat menyebabkan aterotrombosis yang dapat

menyumbat di pembuluh darah lakunar di daerah otak sehingga dapat

menye-babkan stroke iskemik (Tuttolomondo et.al., 2015).

Sehingga tingginya kadar gula dan kolesterol dalam darah dapat

dicegah dengan cara menerapkan pengelolaan diet dan menjaga pola hidup

sehat merupakan hal yang paling utama untuk mencegah terjadinya

peningkatan kadar gula darah dan kolestrol, seperti mengatur pola makan

,mengatur asupan energi yang berlebihan, menghindari makanan berlemak

karena karena makanan yang mengandung lemak tinggi akan menyebabkan


naiknya kadar kolesterol sedangkan asupan energi atau asupan glukosa

yang berlebihan akan meningkatkan resistensi insulin, cukup olah raga, serta

menjaga pola hidup yang baik. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin

mengetahui apakah kolerasi antara peningkatan kadar gula darah dan

peningkatan kadar kolesterol terhadap risiko stroke.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti

merumuskan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat kolerasi

antara peningkatan kadar gula darah dengan peningkatan kolesterol

terhadap risiko stroke di Wilayah Desa Condong Probolinggo?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui “Kolerasi antara peningkatan kadar gula darah

dengan peningkatan kolesterol terhadap risiko stroke di Wilayah Desa

Condong Probolinggo.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Kadar gula darah

2. Mengidentifikasi Kadar kolesterol

3. Mengidentifikasi Risiko Stroke

4. Menganilis Kolerasi Peningkatan Kadar gula darah dan Peningkatan

Kadar kolesterol dengan Risiko Stroke

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Profesi Keperawatan

Setelah dilakukan penelitian ini dapat memberikan informasi baru

bagi profesi keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah tentang


Kolerasi antara peningkatan Kadar Gula Darah dan Peningkatan Kolesterol

dengan risiko Stroke di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten

Probolinggo.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat berguna sebagai sumber data baru yang

bisa digunakan sebagai pemecahan yang ada kaitannya dengan Kolerasi

antara peningkatan kadar gula darah dan peningkatan kadar kolesterol

dengan risiko stroke. Dan sebagai tambahan pengetahuan dari hasil

penelitian untuk dikembangkan pada penelitian berikunya.

1.4.3 Bagi Lahan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi baru bagi lahan penelitian

tentang Kolerasi antara peningkatan Kadar Gula Darah dan Peningkatan

Kolesterol dengan risiko Stroke di Desa Condong Kecamatan Gading

Kabupaten Probolinggo.

1.4.4 Bagi Responden

Dapat digunakan untuk mengurangi beban pada penderita

Hiperkolesterol dan Hiperglikemia di Desa Condong Kecamatan Gading

Kabupaten Probolinggo.

1.1.1 Bagi Peneliti

Dapat menambah pemahaman terhadap ilmu pengetahuan tentang

Kolerasi antara peningkatan Kadar Gula Darah dan Peningkatan Kolesterol

dengan risiko Stroke di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten

Probolinggo.

Anda mungkin juga menyukai