Anatomi fisiologi
Anatomi fisiologi jantung (David R&Yerizal K. 2018)
3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada lanjut usia menurut (Brunner& Suddarth, 2000) dalam
jurnal (Dibetriyana harefa 2019) dikarenakan terjadinya perubahan:
1. perubahan pada; elastisitas dinding aorta menurun,
2. katup jantung menebal dan menjadi kaku,
3. kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun, sehingga kontraksi dan volumenya pun
ikut menurun,
4. kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurang efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigen,
5. meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Menurut Gunawan dalam Pithaloka (2011) dalam jurnal (Jon Piter S. & Novi
Silvia V. 2019) faktor dan penyebab terjadinya hipertensi antara lain :
1. Faktor keturunan
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menderita
hipertensi jika orangtuanya penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
yaitu umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan
menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria
umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Data statistik di
Amerika menunjukkan hipertensi pada orang kulit hitam hampir dua
kali lebih banyak dibandingkan dengan orang kulit putih.
3. Kebiasaan hidup, antara lain: Konsumsi garam yang tinggi.
Berdasarkan data statistik diketahui bahwa hipertensi jarang diderita
oleh suku bangsa atau penduduk dengan konsumsi garam yang
rendah. Dunia kedokteran juga telah membuktikan bahwa
pembatasan konsumsi garam (natrium) oleh obat diuretik (pelancar
kencing) akan menurunkan tekanan darah lebih lanjut. Kegemukan
atau makan yang berlebihan.
1. Faktor Usia
hal ini terjadi karena pada umur tua arteri besar kehilangan
kelenturan dan menjadi kaku sehingga darah yang dipaksa untuk
melalui pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya dan
mengakibatkan naiknya tekanan darah. Tekanan darah tinggi banyak
terjadi pada usia dewasa tengah yaitu diatas 40 tahun (Hartanti &
Mifbakhuddin, 2015). dalam (Lusiane Adam 2019)
2. Faktor Obesitas
Obesitas dapat memicu terjadinya Hipertensi akibat terganggunya
aliran darah. Dalam hal ini orang dengan obesitas biasanya
mengalami peningkatan kadar lemak dalam darah (hiperlipidemia)
sehingga berpotensi menimbulkan penyempitan pembuluh darah
(atersklerosis). Penyempitan terjadi akibat penumpukan plak
ateromosa yang berasal dari lemak. Penyempitan tersebut memicu
jantung untuk bekerja memompa darah lebih kuat agar kebutuhan
oksigen dan zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh dapat terpenuhi. Hal
inilah yang menyebabkan tekanan darah meningkat (Sari, 2017).
3. Faktor Aktivitas/Olahraga
Seseorang penderita Hipertensi yang melakukan aktivitas
fisik/olahraga setiap hari dapat memperkecil resiko terjadinya
Hipertensi, demikian pula sebaliknya bila seseorang tidak pernah
atau jarang melakukan aktivitas fisik/olahraga setiap hari dapat
meningkatkan resiko terjadinya Hipertensi. Kegiatan fisik yang
dilakukan secara teratur dapat menyebabkan perubahan-perubahan
misalnya jantung akan bertambah kuat pada otot polosnya sehingga
daya tampung besar dan konstruksi atau denyutannya kuat dan
teratur, selain itu elastisitas pembuluh darah akan bertambah karena
adanya relaksasi dan vasodilatasi sehingga timbunan lemak akan
berkurang dan meningkatkan kontrksi otot dinding pembuluh darah
tersebut (Marliani & Tantan dalam Karim, 2018).
4. Faktor Konsumsi Garam
Konsumsi garam berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah. Garam membantu menahan air dalam tubuh. Dengan
begitu, akan meningkatkan volume darah tanpa adanya penambahan
ruang. Peningkatan volume tersebut mengakibatkan bertambahnya
tekanan di dalam arteri. Penderita Hipertensi hendaknya
mengkonsumsi garam tidak lebih dari 100 mmol/hari atau 2,4 gram
natrium, 6 gram natrium klorida (Widyanto dkk, 2013) dalam jurnal
(Lusiane Adam 2019)
5. Faktor Konsumsi Rokok
Rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya seperti nikotin dan
karbon monoksida. Zat tersebut akan terisap melalui rokok sehingga
masuk ke aliran darah dan menyebabkan kerusakan lapisan endotel
pembuluh darah arteri sehingga mempercepat aterosklerosis. Bagi
penderita yang memiliki aterosklerosis atau penumpukan lemak pada
pembuluh darah, merokok dapat memperparah kejadian Hipertensi
(Sari, 2017).
Merokok merupakan faktor utama penyebab penyakit pembuluh
darah jantung serta peningkatan tekanan darah. Seseorang menghisap
rokok denyut jantungnya akan meningkat sampai 30%. Rokok
mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan dan merangsang
pelepasan adrenalin sehingga kerja jantung lebih cepat dan kuat,
akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah (Purwanti, 2018).
Hipertensi banyak terjadi pada lansia Hal ini dapat disebabkan karena beberapa
faktor (Athi’ Lindayani dkk 2018) seperti:
1. Usia
2. riwayat penyakit hipertensi pada masa lalu,
3. pola makan yang tinggi garam dan
4. kurang nya aktivitas fisik seperti olahraga
1. faktor genetik,
2. obesitas,
3. kebiasaan merokok,
4. konsumsi garam,
5. penggunaan minyak jelantah, dan
6. stress.
Sementara pada penelitian lain yang dilakukan oleh Montol (2015) di Kota
Tomohon menyebutkan bahwa faktor risiko hipertensi pada penduduk usia
produktif (25-42 tahun) dalam jurnal (Yuniar Tri Gesela Arum, 2019) adalah
Penyebab hipertensi sesuai dengan menurut (Brunner & Suddart, 2015) dalam
(Maria Sumaryati 2019)
1. keturunan,
2. usia,
3. jenis kelamin, dan
4. gaya hidup seperti kebiasaan pola makan yang tinggi garam dan
lemak Manifestasi klinis
4. Patofisiologi
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa
cara yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi
kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa
darah melaui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Ini lah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dindingnya arterinya telah
menebal dan kaku karena arterioskalirosis (Ihsan Kurniawan dkk, 2019)
Dalam Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
(2000) dalam jurnal (Ibrahim 2017) menjelaskan patofisiologi hipertensi terdapat
pada, mekanisme yang mengatur atau mengontrol kontriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak di pusat vasonator. Pada medula otak, dari pusat
vasomotor inilah bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna, medula spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron pre ganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meski tidak diketahui dengan jelas mengapa bisa terjadi hal tersebut. Pada saat
yang bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang. Hal ini mengakibatkan
tambahan aktifitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid
lainnya untuk memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal dan memicu pelepasan renin.
Pelepasan renin inilah yang merangsang pembentukan angiotensin I yang akan
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat yang nantinya akan
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon aldosteron ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, sehingga terjadi
peningkatan volume intra vaskular. Semua faktor ini dapat mencetus terjadinya
hipertensi. Pada keadaan gerontologis dengan perubahan struktural dan
fungsional sistem
pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah
usia lanjut. Perubahan itu antara lain aterosklerosis hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah. Akibatnya akan
mengurangi kemampuan aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume secukupnya) dan curah jantung pun
ikut menurun, sedangkan tahanan perifer meningkat (Darmojo & Hadimartono,
1999) dalam jurnal (Ibrahim 2017)
5. Pathway
Penurunan relaksasi
otot polos Volume darah
meningkat
Hipertensi
vasokontriksi
Gangguan sirkulasi
Sistemik Tekanan
sistemik darah
Afterload
meningkat Resiko
penurunan
perfusi jaringan
Penurunan
curah jantung Intoleransi
aktivitas
Koroner
Iskemia miokard
Nyeri
6. Manifestasi Klinis
Gejala yang muncul pada hipertensi adalah
1. sakit kepala,
2. telinga berdengung (tinnitus),
3. jantung berdebar-debar,
4. mudah Ielah,
5. pusing (vertigo),
6. penglihatan kabur, dan
7. mimisan. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse group of
disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok,
umur, sosial, dan kelompok (Depkes 2013) dalam jurnal (Hasbi
Taobah R. dkk 2017)
Tanda dan gejala hipertensi atau tekanan darah tinggi juga terkadang tidak
dirasakan adanya gejala, namun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi. Gejala dapat
bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit
lainnya seperti
1. sakit kepala/rasa berat di tengkuk,
2. pusing/vertigo,
3. jantung berdebar-debar,
4. mudah lelah,
5. penglihatan kabur,
6. telinga berdengung dan
8. hidung berdarah (ruhyanuddin 2007) dalam jurnal (Hasbi Taobah R.
dkk 2017)
Pada hipertensi tanda dan gejala dibedakan menjadi 2 dalam jurnal (Ibrahim
2017)
1. Tidak Bergejala
maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa.
2. Gejala yang lazim
gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah
1) nyeri kepala,
2) kelelahan. Namun hal ini menjadi gejala yang terlazim pula
pada kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhlaeni (2001) dalam jurnal (Ibrahim 2017)
8. Penatalaksanaan
Untuk penanganan hipertensi terdapat dua cara yaitu secara secara
farmakologidansecaranon-farmakologi. (Athi’ Lindayani dkk 2018).
1. non farmakologi
Upaya non farmakologis adalah dengan menjalani pola hidup sehat
seperti menjaga berat badan, mengurangi asupan garam, melakukan
olahraga, mengurangi konsumsi alkohol dan tidak merokok.
2. farmakologis. Terapi farmakologis adalah tatalaksana hipertensi
menggunakan obat (Ann et al, 2015) dalam jurnal (Destiara H.Z &
Riris D.R 2017)
Penatalaksanaan medis menurut Sobel (1999) dalam jurnal (Ibrahim 2017) yaitu:
9. Komplikasi
Komplikasi dari hipertensi adalah
1. stroke,
2. penyakit jantung,
3. infark miokard,
4. gagal ginjal dan kebutaan (Kemenkes RI, 2018) dalam jurnal (Siti Eka Yanti,
dkk. 2020)
Komplikasi yang terjadi apabila tekanan darah tinggi tidak diobati dan
ditanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri
didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.
Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ jantung, otak, ginjal dan mata,
sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung, resiko stroke, kerusakan pada
ginjal dan kebutaan (Yolanda, 2017) dalam jurnal (Maria Sumaryati 2019)
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama
(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi
secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Penyakit hipertensi dapat
menyebabkan berbagai komplikasi. Hipertensi mencetuskan timbulnya plak
aterosklerotik di arteri serebral dan arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi
arteri, cedera iskemik dan stroke sebagai komplikasi jangka panjang (Yonata,
2016) dalam jurnal (Destiara H.Z & Riris D.R 2017)
5. Intervensi (SIKI)
Terapeutik
Edukasi
DAFTAR PUSTAKA
Athi’ Lindayani,dkk . 2018. Gambaran hipertensi pada lansia diwilayah kerja puskesmas
CukirJombang.JURNALEDUNursing,Vol.2,No.2,September2018http://journal.u
nipdu.ac.id ISSN:2549-8207 e-ISSN:2579-6127
David R&Yerizal K. 2018. Anatomi dan Fisiologi Kompleks Mitral. Jurnal Kesehatan
Andalas. 2018; 7(Supplement 2)
Destiara H.Z, Riris D. 2017. Hubungan Pengetahuan Dan Riwayat Hipertensi Dengan
Tindakan Pengendalian Tekanan Darah Pada Lansia. ©2017 FKM_UNAIR All
right reserved. Open access under CC BY–SA license
doi:10.20473/jbe.v5i2.2017.174-184 Received 23 March 2017, Received in
Revised Form 07 June 2017 Accepted 24 July2017, Published online: 31 August
2017 .
Hasbi Taobah R. dkk. 2017. Hubungan Tingkat Stres Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Penderita Hipertensi. Jurnal Keperawatan `Aisyiyah Volume 4 | Nomor 1 |
Juni 2017 JKA.2017;4(1): 37-45 ISSN 2355-67773
Heni Lutfiyati, dkk. 2017. Pola Pengobatan Hipertensi Pada Pasien Lansia Di
Puskesmas Windusari, Kabupaten Magelang Kabupaten Magelang. Jurnal
Farmasi Sains dan Praktis, Vol. III, No. 2, November 2017
Ibrahim. 2017. Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Hipertensi. Idea Nursing
Journal Vol.II No.1 ISSN:2087-2879
Ihsan Kurniawan dkk. 2019. Hubungan Olahraga, Stress dan Pola Makan dengan
Tingkat Hipertensi di Posyandu Lansia di Kelurahan Sudirejo I Kecamatan
Medan Kota. Vol. 1 No.1 Januari 2019 | JHSP
Imelda dkk. 2020. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
Lansia di Puskesmas Air Dingin Lubuk Minturun. Health & Medical Journal
Heme, Vol II No 2 July 2020.
Jon Piter S.&Novi Silvia V. 2019. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Lansia Di Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Simpang Bahjambi Kabupaten Simalungun. Jurnal Penelitian Kesmasy Vol. 2
No. 1 Edition: May – October 2019.
Karim, N.S. (2018) Hubungan Aktivitas Fisik dengan Derajat Hipertensi pada Pasien
Rawat Jalan di Wilayah Kerja Puskesmas Tugulandang Kabupaten Sitaro. Jurnal
Universitas Sam Ratulangi, 6(1). Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/19468/19019
Lusiane Adam. 2019. Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia . Jambura Health and
Sport Journal Vol. 1, No. 2, Agustus 2019 p-ISSN: 2654-718X, e-ISSN: 2656-
2863
Maria Sumaryati. 2018. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Keluarga
Ny”M” Dengan Hipertensi Dikelurahan Barombong Kecamatan Tamalate
Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada Vol.6,Issue 2, pp. 1379-
1383, Desember 2018 ISSN 2654-4563
Siti Eka Yanti, dkk. 2020. Hubungan Tingkat Pengetahuan Komplikasi Hipertensi
Dengan Tindakan Pencegahan Komplikasi. Jurnal Keperawatan Volume 12 No
3, Hal 439 - 448, September 2020 p-ISSN 2085-1049 Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kendal e-ISSN 2549-8118
Yuniar Tri Gesela Arum. 2019. Hipertensi pada Penduduk Usia Produktif (15-64
Tahun). Higeia Journal Of Public Health Research And Development
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia p ISSN 1475-362846 e ISSN
1475-222656