Anda di halaman 1dari 10

PERBANDINGAN TERAPI SLOW DEEP BREATHING (SDB) DAN

PERNAFASAN BUTEYKO TERHADAP KONTROL KEKAMBUHAN


PADA PASIEN DENGAN ASMA DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS JATIYOSO

PROPOSAL SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :
Kurniawan dwi utomo
ST191011

PROGRAM ALIH KREDIT SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Commented [P1]: Tambahkan pembahasan mengenai


variabel control kekambuhan Batasan, factor yang
mempengaruhi, penelitian terkait control kekambuhan, dsb
Kontrol asma bronchial yang buruk merupakan masalah kesehatan yang

serius.Asma bronkial terus menjadi masalah kesehatan masyarakat utama di

dunia (To et al., 2013). Adanya pemahaman yang beragam tentang gejala

asma menyebabkan sulitnya pengontrolan terhadap perburukan kekambuhan

yang mulai terjadi pada pasien. Pasien yang biasa mengalami serangan sesak

nafas berat mungkin tidak memperhatikan timbulnya batuk-batuk terutama

pada malam atau dini hari yang mengganggu tidur mereka (Sabri & Chan,

2014). Padahal keadaan ini sebenarnya sudah menunjukkan bahwa asma yang

mereka derita sudah tidak terkontrol lagi. Bila hal ini tidak cepat

ditanggulangi dengan penatalaksanaan yang sesuai, maka akan dapat

menyebabkan terjadinya serangan eksaserbasi asma yang akan meningkatkan

morbiditas serta mortalitas pasien (Rabe et al, 2010). Commented [P2]: Pindah ke bagian setelah paragraph yg
menerangkan angka kejadian. Fokus pada dampak asma jika
tidak tertangani dg baik terutama pada kualitas hidupnya
Di seluruh belahan dunia,prevalensi asma diperkirakan mencapai 334

juta orang darisegalausia (Global Asthma Network, 2014). World Health

Organization (2016) menunjukkan saat ini ada sekitar 300 juta orang yang

menderita asma di seluruh dunia. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang

disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di

negara dengan ekonomi rendah-sedang (WHO, 2016). Data National Health

Interview Survey (NHIS) tahun 2011 menunjukkan sebanyak 39,5 juta warga
Amerika yang terdiagnosa asma. Di Amerika Serikat menurut National

Center Health Statistic (NCHS) tahun 2016 prevalensi asma berdasarkan

umur, jenis kelamin, dan ras berturut-turut adalah 7,4% pada dewasa, 8,6%

pada anak-anak, 6,3% laki-laki, 9,0% perempuan, 7,6% ras kulit putih, dan

9,9% ras kulit hitam (NCHS, 2016). Di Indonesia, berdasarkan data

RISKEDAS tahun 2018 menunjukkan angka 2,4% dengan prevalensi asma di

Jawa Tengah sebanyak 2,2%. Hasil penelitian Andriani, Sabri & Anggrainy

(2019) menunjukkan bahwa kekambuhan asma sering terjadi pada usia 40-60

tahun sebanyak 47,6%, > 60 tahun sebanyak 38,1% dan 18-40 tahun

sebanyak 14,3%. Commented [P3]: Tambahkan hasil studi pendahuluan

Angka morbiditas yang diakibatkan oleh asma semakin meningkat

setiap tahunnya, sehinggga tujuan dari pengobatan asma yakni mengontrol

asma yang ditunjukkan oleh fungsi pulmonar yang kembali normal maupun

mendekati normal, mempertahankan level aktivitas normal, dan

meminimalkan kebutuhan beta2 agonist inhalers yang berfungsi sebagai quick

relief dari gejala asthma yang diberikan 2 kali seminggu dipantau secara

adekuat (Asthma, 2014). Penatalaksanaan asma bronkial yang saat ini

digunakan dengan terapi farmakologi untuk membantu mengurangi atau

meredakan serangan asma bronchial seperti bronkodilator dan kortikosteroid.

Kombinasi kedua obat tersebut (Long acting ß2 agonist + inhaled

kortikosteroid) terbukti efektif karena kedua obat ini dapat menaikan regulasi

ß2 adrenergik. Selain itu kombinasi ICS/long acting ß2 agonis lebih banyak

disukai orang dewasa (Greenstone, 2010).


Kelemahan dari penggunaan terapi farmakologi jangka panjang yaitu

memiliki efek samping terutama jika tidak melakukan control pengobatan.

Penggunaan anti-leukotrien ataupun kortikosteroid inhalasi beresiko memiliki

efek samping penekanan pertumbuhan pada anak-anak, peningkatan enzim

hati, sakit kepala, mual, supresi adrenal, osteopenia, dan kematian (Ducharme

& Chauhan, 2014). Ada beberapa bukti bahwa terlalu sering menggunakan

obat asma seperti bronkodilator dapat menjadi kontraproduktif dan dapat

berkontribusi untuk tingkat kematian meningkat (Thomas, 2014). Pengobatan

asma bronchial yang mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang tetapi

juga memiliki efek samping jika pasien tidak melakukan pengontrolan

penyakit kepada tim pelayanan kesehatan, tidak benar dalam penggunaan

obat, maka dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi seperti

osteoporosis, anemia, takikardi, aritmia, dan insomnia. Oleh karena itu, pada

pasien asma bronchial yang belum mengalami komplikasi diharapkan untuk

dapat mengontrol asma dengan terapi non farmakologis sehingga pasien tidak

mengalami kekambuhan asma (Abram et al, 2016).

Komplikasi dari pengobatan asma dapat dicegah dengan memberikan

pembaharuan terapi yaitu dengan diberikan terapi pendamping (terapi non

medis). Terapi non medis bertujuan mencapai gaya hidup yang normal,

menghindari serangan, dan mengembalikan fungsi paru yang optimal. Terapi

non medis dapat menggunakan terapi pendamping latihan slow deep

breathing dan pernafasan buteyko (Bruurs, Giessen, & Moed, 2013).


Kelebihan dari teknik pernapasan buteyko dapat menurunkan frekuensi

serangan asma (kekambuhan), mencegah tingkat keparahan, dan menurunkan Commented [P4]: Berarti Buteyko sudah terbukti dalam
mengontrol kekambuhan asma ya? Bisa ditunjukkan hasil
penelitian sebelumnya secara kuantitatif atau analisis
dosis kortikorsteroid inhalasi serta memperbaiki Peak Expiratory Flow Rate
berapa besar Buteyko terbukti mampu mengontrol
kekambuhan asma
(PEFR). PEFR alias puncak laju aliran pernapasan adalah tes yang mengukur

seberapa cepat seseorang bisa menghembuskan napas. Selain itu teknik

pernapasan buteyko dapat menghentikan batuk, hidung tersumbat, sesak

napas, wheezing, dan memperbaiki kualitas hidup.Teknik pernapasan buteyko

tidak memiliki efek samping (Hassan, Riad, & Ahmed, 2012). Penelitian

yang dilakukan oleh Prem, Sahoo, & Adhikari, (2013) bahwa kelompok yang

diberikan teknik pernapasan buteyko menunjukan peningkatan kualitas hidup

dengan 4 subdomain yaitu gejala, aktivitas, emosi, lingkungan dan kontrol

terhadap serangan asma.

Salah satu intervensi non farmakologi dalam kontrol kekambuhan asma

dengan relaksasi slow deep breathing. Relaksasi slow deep breathing

merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, dalam hal ini perawat

mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas

lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan

napas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik

relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan

meningkatkan oksigenasi darah (Apriana,

2018).

Hasil penelitian Dewy (2020) menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi

slow deep breathing terhadap peningkatan frekuensi pernafasan pada pasien


dengan gangguan pernafasan. Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti Commented [P5]: Hasil SDP untuk mengubah variabel
control kekambuhan asma ada tidak?
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbandingan terapi slow

deep breathing (SDB) dan pernafasan buteyko terhadap kontrol kekambuhan

pada pasien dengan asma di Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso.

1.2 Rumusan Masalah

Kekambuhan asma sering terjadi pada orang yang tidak patuh dalam

menjaga sebab alergi dan terapi farmakologis. Pemberian farmakologis yang

berlebihan dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi pasien sehingga

perlu upaya untuk mencegah kekambuhan asma dengan rumusan penelitian

Adakah Perbandingan terapi slow deep breathing (SDB) dan pernafasan Commented [P6]: Tambahkan terkait intervensi yg
ditawarkan
buteyko terhadap kontrol kekambuhan pada pasien dengan asma di Wilayah

kerja Puskesmas Jatiyoso.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui perbandingan terapi slow deep breathing (SDB) dan

pernafasan buteyko terhadap kontrol kekambuhan pada pasien dengan

asma di Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso..

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden (jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, umur) di Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso..

2. Mengidentifikasi distribusi kontrol asma sebelum diberikan terapi slow Commented [P7]: ????

deep breathing di Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso..


3. Mengidentifikasi distribusi kontrol asma sebelum diberikan latihan

pernafasan buteyko di Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso..

4. Mengidentifikasi distribusi kontrol asma setelah diberikan terapi slow

deep breathing di Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso..

5. Mengidentifikasi distribusi kontrol asma setelah diberikan latihan

pernafasan buteyko di Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso..

6. Menganalisis pengaruh latihan slow deep breathing terhadap kontrol

asma di Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso..

7. Menganalisis pengaruh pernafasan buteyko terhadap kontrol di Wilayah

kerja Puskesmas Jatiyoso..

8. Menganalisis perbedaan latihan slow deep breathing dan pernafasan

buteyko terhadap kontrol asma di di Wilayah kerja Puskesmas Jatiyoso..

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu

intervensi atau SOP terkait penanganan asma menggunakan terapi slow Commented [P8]: Dua hal yg berbeda

deep breathing dan pernafasan buteyko.

1.4.2 Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi tentang

intervensi dalam penanganan kontrol asma.


1.4.3 Manfaat bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan responden dalam

menjaga kondisi tetap stabil. Commented [P9]: Perjelas

1.4.4 Manfaat bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengalaman dan ilmu dalam

melakukan kontrol asma.

1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi peneliti lain dalam

melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Commented [P10]: Bukan ini

kekambuhan asma.
Daftar Pustaka

Aprina. (2018). Latihan Slow Deep Breathing Dan Aromaterapi Lavender


Terhadap Intensitas Nyeri Pada Klien Post Seksio Sesaria.http://ejurnal.-
poltekkestjk.ac.id/index.php/JK/article/view/982

Asthma, G. initiative for. (2014). Pocket guide for asthma management and
prevention( for adults and children older than 5 years). Retrieved from
http://www.ginasthma.org/

Bruurs, M. L. J., Van Der Giessen, L. J., & Moed, H. (2013). The effectiveness of
physiotherapy in patients with asthma: A systematic review of the literature.
Respiratory Medicine, 107(4), 483–494.
http://doi.org/10.1016/j.rmed.2012.12.017

Dewy, Tika Sari.(2020).Pengaruh Latihan Slowdeep Breathing Terhadap


Respiration Rate Pada Pasien ISPA. Jurnal Darul Azhar Vol 9, No.1 70 - 76

Ducharme, F., & Chauhan, B. (2014). Anti-leukotriene agents compared to


inhaled corticosteroids in the management of recurrent and / or chronic
asthma in adults and children ( Review ). Cochrane Database of Systematic
Reviews, (4). http://doi.org/10.1002/14651858.CD002314.pub3.Anti
leukotriene

Global Asthma Network. (2014). The Global Asthma Report 2014 (Vol. 5).
http://doi.org/ISBN:978-0-473-29125-9978-0-473-29126 (ELECTRONIC)

Greenstone.(2010). Addition of long-acting beta2-agonists to inhaled steroids


versus higher dose inhaled steroids in adults and children with persistent
asthma ( Review ) Addition of long-acting beta2-agonists to inhaled steroids
versus higher dose inhaled steroids in adult. The Cochrane Library, (4),2–4.
http://doi.org/10.1002/14651858.CD005533.pub2.Copyright

Hassan, Z. M., Riad, N. M., & Ahmed, F. H. (2012). Effect of Buteyko breathing
technique on patients with bronchial asthma. Egyptian Journal of Chest
Diseases and Tuberculosis, 61(4), 235–241.
http://doi.org/10.1016/j.ejcdt.2012.08.006

Melastuti, Erna & Husna, Lailya.2020. Efektivitas Teknik Pernafasan Buteyko


Terhadap Pengontrolan Asma Di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
Semarang. Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah. 1 (4). 1-7

Prem, V., Sahoo, R. C., & Adhikari, P. (2013). Comparison of the effects of
Buteyko and pranayama breathing techniques on quality of life in patients
with asthma - arandomized controlled trial. Clin Rehabil, 27(2), 133–141.
http://doi.org/10.1177/0269215512450521
Riskesdas. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Https://www.Depkes.Go.Id/Resourc
es/Download/General/Hasil%20Riskesdas%202013.Pdf

To, T., Stanojevic, S., Feldman, R., Moineddin, R., Atenafu, E. G., Guan, J., &
Gershon, A. S. (2013). Is asthma a vanishing disease? A study to forecast
the burden of asthma in 2022. BMC Public Health, 13(1), 254.
http://doi.org/10.1186/1471-2458-13-254

World Health Organization (WHO). 2016. Asthma Fact Sheets.


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs307/en/

Anda mungkin juga menyukai