Anda di halaman 1dari 3

Kode Kegiatan F6

JUDUL LAPORAN

Asma Bronkial
LATAR BELAKANG

Asma bronkial masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius diseluruh dunia.
Prevalensi asma menurut laporan Word Health Organization (WHO) tahun 2013, saat ini sekitar
235 juta penduduk dunia terkena penyakit asma. Behavioral Risk Factor Surveillance Survey
(BRFSS) tahun 2002 – 2007 melaporkan di Florida prevalensi asma dewasa sebanyak 10,7%.
Asma menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 menduduki urutan ke lima dari
10 penyebab kesakitan. Penderita asma Indonesia sebesar 7,7% dengan rincian laki-laki 9,2%
dan perempuan 6,6%. Prevalensi kasus asma di Jawa Tengah pada tahun 2012 sebesar 0,42%
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 0,55% dan prevalensi
tertinggi di Kota Surakarta sebesar 2,46%.
PERMASALAHAN

Asma bronkial merupakan penyakit ketujuh terbanyak di Puskesmas Perawatan Beringin Raya.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI

Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol manifestasi klinis dari penyakit
untuk waktu yang lama, meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita
asma dapat hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Global
Initiative for Asthma (GINA, 2009) dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI, 2006)
menganjurkan untuk melakukan penatalaksanaan berdasarakan kontrol. Untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma yang terkontrol terdapat dua faktor yang perlu dipertimbangkan,
yaitu:
1. Medikasi (non farmakologis dan farmakologis)
2. Pengobatan berdasarkan derajat

PELAKSANAAN

Terapi Non-farmakologis:
Terapi non farmakologis meliputi 2 komponen utama, yaitu:
o Kontrol terhadap faktor-faktor pemicu serangan asma.
Berbagai pemicu serangan asma antara lain adalah debu, polusi, merokok, olahraga,
perubahan temperatur secara ekstrim, termasuk penyakit-penyakit yang sering
mempengaruhi kejadian sama, seperti rhinitis, sinusitis, GERD, dan infeksi virus. Untuk
memastikan alergen pemicu serangan pasien, maka direkomendasikan untuk
mengetahui riwayat kesehatan pasien serta uji alergi pada kulit (skin prick test).
o Edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang asma.
Setelah jenis alergen telah diketahui, pasien perlu diedukasi mengenai berbagai cara untuk
mencegah dan mengatasi saat terjadi serangan asma. Edukasi juga meliputi pengetahuan
tentang patogenesis asma, bagaimana mengenal pemicu asma dan mengenal tanda-tanda
awal keparahan asma, cara penggunaan obat yang tepat, dam bagaimana memonitor fungsi
paru nya. Selain itu pasien diminta untuk melakukan fisioterapi napas (senam asma), vibrasi
dan atau perkusi toraks dan batuk yang efisien.
Terapi Farmakologi:
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang, terutama untuk asma persisten,
yang digunakan setiap hari untuk menjaga agar asma tetap terkontrol (PDPI, 2006).
Menurut PDPI (2006), pengontrol, yang sering disebut sebagai pencegah terdiri dari:
1. Glukokortikosteroid inhalasi dan sistemik
2. Leukotriene modifiers
3. Agonis -2 kerja lama (inhalasi dan oral)β
4. Metilsantin (teofilin)
5. Kromolin (Sodium Kromoglikat dan Nedokromil Sodium)
Pelega adalah medikasi yang hanya digunakan bila diperlukan untuk cepat
mengatasi bronkokonstriksi dan mengurangi gejala – gejala asma. Prinsip kerja obat ini
adalah dengan mendilatasi jalan napas melalui relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau
menghambat bronkokonstriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa
berat di dada, dan batuk. Akan tetapi golongan obat ini tidak memperbaiki inflamasi jalan
napas atau menurunkan hipersensitivitas jalan napas. Pelega terdiri dari:
1. Agonis -2 kerja singkatβ
2. Kortikosteroid sistemik
3. Antikolinergik (ipratropium bromide)
4. Metilsantin
Edukasi yang diberikan kepada pasien:
1. Menghindari faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan asma, misalnya
menghindari udara dingin.
2. Olahraga yang mampu melatih otot-otot pernapasan seperti berenang dan senam secara
rutin 1-2 kali/ minggu.
3. Istirahat yang cukup, konsumsi makanan yang bergizi dan buah-buahan.
4. Minum obat secara teratur dan kontrol secara rutin.
5. Segera datang ke IGD rumah sakit terdekat apabila keluhan sesak nafas tidak berkurang/
bertambah dengan pemberian obat
MONITORING & EVALUASI

Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi dan follow-up mengenai keluhan yang
dialami sudah berkurang atau belum. Dilakukan pemeriksaan pada kedua lapang paru untuk
menilai apakah masih ada wheezing. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Pasien juga
direncanakan untuk dirujuk ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan spirometri agar dapat
mengetahui fungsi paru, prognosis dan penatalaksaan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai