Anda di halaman 1dari 10

1.

Jenis Kegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


Menular dan Tidak Menular tanggal 12 Maret 2020
Dokter Pendamping      :  dr. Ranu Vera
Judul Lap. Kegiatan    :  Posbinaan Terpadu (POSBINDU) Sijangtang Koto

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG
Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi isu strategis dalam agenda SDGs 2030
sehingga harus menjadi prioritas pembangunan di setiap negara. Penyebab kematian di dunia
sekitar 71 persen adalah penyakit tidak menular (PTM) yang membunuh 36 juta jiwa per tahun.
Peningkatan prevalensi penyakit tidak menular menjadi ancaman yang serius dalam
pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi nasional. 73% kematian saat ini
disebabkan oleh penyakit tidak menular, 35% diantaranya karena penyakit jantung dan
pembuluh darah, 12% oleh penyakit kanker, 6% oleh penyakit pernapasan kronis, 6% karena
diabetes, dan 15% disebabkan oleh PTM lainnya (data WHO, 2018).
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posibindu adalah upaya kesehatan berbasis masyarakat
(UKBM) yang dilaksanakan di pos pembinaan terpadu (Posbindu). Dasar Hukum dan Pedoman
pelaksanaan posbindu adalah instruksi Presiden No.1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat dan peraturan Menteri Kesehatan No. 1 Penyakit Tidak Menular. Posbindu PTM
merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya pengendalian faktor risiko secara
mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya
yang telah terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan
pencegahan faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan.
PERMASALAHAN
1.Banyak masyarakat yang belum memahami faktor risiko yang dapat menimbulkan dan
memperparah penyakit tidak menular
2. Adanya anggapan masyarakat untuk berobat dan kontrol tekanan darah dan kadar gula darah
hanya pada saat adanya keluhan, sehingga terjadi ketidak patuhan minum obat dan berakibat
pada tidak terkontrolnya tekanan darah dan kadar guladarah dan meningkatnya risiko terhadap
komplikasi yang terjadi.
3. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi hipertensi, diabetes mellitus,
hiperuremia jika tidak terkontrol

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program Posbindu ini dilakukan untuk mendata, mengontrol dan mencegah kejadian
Penyakit Tidak Menular di masyarakat sehingga angka penyakit tidak menular dapat dikurangi
dan ditatalaksana secara cepat.

PELAKSANAAN
Program Posbindu dilakukan pada hari Kamis, 12 Maret 2020. Jumlah peserta 35 orang
berusia antara 30-60 tahun. Kegiatan meliputi pencatatan dan pengukuran tekanan darah, kadar
gula darah sewaktu, kolestrol, asam urat. Kemudian diakhiri dengan sesi konseling dan edukasi.

MONITORING & EVALUASI


Jumlah peserta yang hadir cukup banyak. Peserta hadir dilakukan pemeriksaan pada
tekanan darah, gula darah dan kadar asam urat. Beberapa pasien memiliki riwayat hipertensi,
diabetes melitus dan asam urat. Pasien tampak antusias dalam menjalani setiap pemeriksaan
dan sangat kooperatif.
2. Jenis Kegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular dan Tidak Menular tanggal 18 Maret 2020
Dokter Pendamping      :  dr. Ranu Vera
Judul Lap. Kegiatan    :  Penyuluhan Tuberculosis di Posyandu Sikalang

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG

Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman


Mycobacterium tuberculosis, yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Gejala
utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti
dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas,
nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa kegiatan
fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta
kasus insiden TBC (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk.
Indonesia menduduki peringkat kedua dari lima negara dengan indsiden TB tertinggi di dunia
setelah India. Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017
(Infodatin TB, 2018). Peningkatan tuberkulosis paru di tanggulangi dengan beberapa strategi
dari Kementrian Kesehatan, salah satunya yaitu meningkatkan perluasan pelayanan DOTS
(Directly Observed Treatment Short-course). Walaupun setiap orang dapat mengidap TBC,
penyakit tersebut berkembang pesat pada orang yang hidup dalam kemiskinan, kelompok
terpinggirkan, dan populasi rentan lainnya. Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Kemenkes RI 2018 mencatata bahwa masih tingginya angka prevalensi TB di Indonesia, selama
10 tahun terakhir angka notifikasi dan cakupan pengobatan kasus TBC cenderung terdapat
peningkatan yang signifikan.
PERMASALAHAN
1. Masih tingginya angka prevalensi TB di Indonesia termsuk di Sumatera Barat
2. Masih rendahnya angka penemuan kasus TB Baru di Sumatera Barat
3. Angka keberhasilan pengobatan Indonesia telah mencapai target, namun angka
kesembuhan cenderung mempunyai gap dengan angka keberhasilan pengobatan,
sehingga kontribusi pasien yang sembuh terhadap angka keberhasilan pengobatan
menurun
4. Hasil pengobatan TB selama tahun 2017 sebanyak 5,4% kasus hilang dari pengobatan,
2,7% tidak dievaluasi, 0,4% gagal dan 2,5% Meninggal (Infodatin TB, 2018)

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program dilakukan untuk memberikan edukasi pada masyarakat mengenai infeksi
tuberculosi, gejala awal dan penularan yang dapat menyebabkan penyakit tersebut, dan
bagaimana cara pencegahan penularan dari penyakit. Pada kegiatan akan dilakukan penyuluhan
mengenai tuberculosis.

PELAKSANAAN

Penyuluhan dan sosialisasi TB dilakukan di Posyandu Sikalang. Kegiatan dimulai pukul


10.00 WIB – selesai. Kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh ibu-ibu balita, kader, petugas
puskesmas, dan peserta PIDI. Rangkaian acara berupa penyuluhan mengenai penyakit TB (cara
penularan, pencegahan, pengobatan PMO TB), membudayakan perilaku hidup sehat, etika batuk
yang benar, dan melakukan pemeliharaan dan perbaikan kualitas perumahan dan lingkungannya
sesuai dengan standar rumah sehat. Selain penyuluhan juga disesiakan sesi diskusi dan tanya
jawab dari peserta kegiatan.

MONITORING & EVALUASI

Jumlah peserta yang hadir cukup banyak. Peserta hadir mengikuti kegiatan dengan baik.
Pasien cukup kooperatif dan lebih memahami mengenai penyakit TB setelah penyuluhan.
3. Jenis Kegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular dan Tidak Menular tanggal 24 Maret 2020
DokterPendamping      :  dr. Ranu Vera
Judul Lap. Kegiatan    :  Penyuluhan dan penjaringan TB anak TK Pertiwi Talawi
Hilir

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Saat ini, TB
telah menjadi ancaman global oleh karena morbiditas dan mortalitas yang tinggi, terutama pada
negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Data WHO tahun 2007 menyatakan
bahwa Indonesia menempati posisi tiga di dunia setelah India dan China. Insiden tuberkulosis
sekitar 528 ribu kasus denganjumlah kematian sekitar 91.369 orang pertahun.1 Dari seluruh
prevalensi tuberkulosis, kejadian sakit tuberkulosis pada anak 15%. Data Dinas Kesehatan Kota
Semarang tahun 2010 menemukan 15% kasus sakit tuberkulosis anak dari semua kasus TB.
Anak yang terinfeksi TB tidak selalu akan mengalami sakit TB, 10%-15% yang terinfeksi TB
akan menjadi sakit TB. Pemberian terapi pencegahan pada anak infeksi TB mengurangi
kemungkinan berkembangnya sakit TB. Anak yang terinfeksi tuberkulosis dapat memperlihatkan
hasil uji tuberkulin positif tanpa ditemukan kelainan manifestasi klinis, radiologis, ataupun
laboratorium. Anak yang sudah terinfeksi TB harus dicegah untuk berkembang menjadi sakit
tuberkulosis. Faktor yang memengaruhi seseorang anak sakit TB adalah daya tahan tubuh yang
lemah, sosial dan ekonomi yang rendah, kemiskinan, perumahan yang kurang memenuhi syarat
kesehatan, kepadatan penduduk, besar keluarga, gizi kurang, serta kebersihan lingkungan.
Disamping itu, ada faktor lain, seperti sumber penularan penyakit, usia, tidak mendapat
imunisasi, virulensi serta jumlah kuman memegang peran penting dalam sakit TB paru. Pada
tahun 2010, di Semarang, tercatat cukup banyak kasus TB usia di bawah 5 tahun atau balita dan
mengalami peningkatan dari 4,7% dari tahun 2009 menjadi 8,7% pada tahun 2010. Diperkirakan
kasus TB pada anak di masyarakat masih cukup banyak dan perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut.
PERMASALAHAN
1.Banyak masyarakat yang belum memahami penyakit TB pada anak
2. Ketidaktahuan masyarakat terhadap adanya komplikasi dari TB pada anak
3. Masih kurangnya kesadaran dan pengetahuan bagaimana melakukan pencegahan dan
pengobatan penyakit TB pada anak.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program dilakukan untuk melakukan penjaringan dan memberikan edukasi pada orangtua
dan anak tentang TB pada anak, faktor resiko yang dapat menyebbkannya, dan bagaimana cara
pencegahan dan alur pengobatannya.

PELAKSANAAN
Program Penjaringan TB dilakukan pada hari Selasa, 24 Maret 2020 Pukul 09.00 sampai
dengan selesai. Jumla peserta sekitar 20 yaitu anak TK Pertiwi Talawi Hilir berusia 4-6 tahun
dan orangtua siswa berusia antara 20-40tahun. Kegiatan meliputi edukasi dan pemaparan
mengenai TB anak dan pengisian kueioner.

MONITORING & EVALUASI


Jumlah peserta yang hadir cukup banyak. Peserta hadir mengikuti kegiatan dengan
baik.Peserta cukup kooperatif meski ada beberapa yang tidak hadir orangtuanya sehingga dirasa
tidak mungkin anak sendiri saja tanpa orangtua dapat mengerti tentang edukasi TB ini.
4. Jenis Kegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular dan Tidak Menular tanggal 19 Maret 2020
Dokter Pendamping      :  dr. Ranu Vera
Judul Lap. Kegiatan    :  Penyuluhan Hipertensi di Posyandu Lansia Bukit Gadang

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan pembuluh darah yang persisten ditandai

dengan tekanan sistolik ≥140 mmHg dan/atau tekanan diastolik ≥90 mmHg. Hampir 1 milyar

orang diseluruh dunia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah salah satu penyebab

utama kematian dini diseluruh dunia. Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun

di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur-Selatan. Sekitar

sepertiga dari orang dewasa di Asia Timur-Selatan menderita hipertensi.

Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 kematian di seluruh dunia setiap

tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51%

kematian karena penyakit stroke. Kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler,

terutama penyakit jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3

juta kematian pada tahun 2030.

PERMASALAHAN
1. Tingginya angka prevalensi hipertensi di Indonesia termsuk di Sumatera Barat
2. Tingginya angka kasus hipertensi di Puskesmas Talawi
3. Adanya faktor gaya hidup yang dapat dimodifikasi sebagai salah satu bagian
pengontrolan hipertensi, namun kebanyakan pasien sulit melakukan modifikasi gaya
hidup.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program dilakukan untuk memberikan edukasi pada masyarakat mengenai hipertensi,
gejala dan bagaimana cara pengobatan dari penyakit tersebut. Pada kegiatan akan dilakukan
penyuluhan mengenai hipertensi.

PELAKSANAAN

Penyuluhan dan sosialisasi Hipertensi dilakukan di Posyandu Lansia Batu Tanjung.


Kegiatan dimulai pukul 10.00 WIB – selesai. Kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh masyarakat
yang umumnya lansia, petugas puskesmas, dan peserta PIDI. Rangkaian acara berupa
penyuluhan mengenai penyakit Hipertensi, membudayakan perilaku hidup sehat dan modifikasi
gaya hidup sesuai dengan standar kesehatan. Selain penyuluhan juga disesiakan sesi diskusi dan
tanya jawab dari peserta kegiatan.

MONITORING & EVALUASI

Jumlah peserta yang hadir cukup banyak. Peserta hadir mengikuti kegiatan dengan baik.
Pasien cukup kooperatif dan lebih memahami mengenai penyakit hipertensi setelah penyuluhan.
5. Jenis Kegiatan :  F5 –Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Menular dan Tidak Menular tanggal 10 Maret 2020
Dokter Pendamping      :  dr. Ranu Vera
Judul Lap. Kegiatan    :  Penyuluhan Diabetes Melitus di Posyandu Lansia Tumpuk
Tangah

PESERTA HADIR
  Peserta PIDI
  Masyarakat
  Lain-lain

LATAR BELAKANG

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan problema anatomik dan kimiawi yang

merupakan akibat dari sejumlah faktor dimana terdapat defisiensi insulin absolut atau relatif, dan

gangguan fungsi insulin.

International Diabetes Federation (IDF) pada tahun 2013 melaporkan bahwa


diestimasikan sekitar 382 juta atau 8,3% usia dewasa di dunia menderita DM. Sebanyak 80%
diantaranya berasal dari negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Jika tren ini
berlanjut, pada tahun 2035, sekitar 592 juta orang, atau 1 diantara 10 dewasa akan menderita
DM. Prevalensi DM pada populasi Asia meningkat secara progresif dalam 1 dekade terakhir.
Pada tahun 2007, lebih dari 110 juta penduduk di Asia menderita DM.
Secara global, Indonesia menduduki peringkat ke 7 kejadian tertinggi untuk DM (IDF,
2013).World Health Organization memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia
dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. International
Diabetes Federation pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0
juta jiwa pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta jiwa pada tahun 2030.

PERMASALAHAN

1. Tingginya angka prevalensi diabetes melitus di Indonesia termsuk di Sumatera Barat


2. Tingginya angka kasus diabetes melitus di Puskesmas Talawi
3. Adanya faktor gaya hidup yang dapat dimodifikasi sebagai salah satu bagian
pengontrolan diabetes melitus, namun kebanyakan pasien sulit melakukan modifikasi
gaya hidup.

PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI


Program dilakukan untuk memberikan edukasi pada masyarakat mengenai diabetes
melitus, gejala dan bagaimana cara pengobatan dari penyakit tersebut. Pada kegiatan akan
dilakukan penyuluhan mengenai diabetes melitus.

PELAKSANAAN

Penyuluhan dan sosialisasi diabetes melitus dilakukan di Posyandu Lansia Tumpuk


Tangah. Kegiatan dimulai pukul 10.00 WIB – selesai. Kegiatan sosialisasi ini dihadiri oleh
masyarakat yang umumnya lansia, petugas puskesmas, dan peserta PIDI. Rangkaian acara
berupa penyuluhan mengenai penyakit Diabetes Melitus, membudayakan perilaku hidup sehat
dan modifikasi gaya hidup sesuai dengan standar kesehatan. Selain penyuluhan juga disesiakan
sesi diskusi dan tanya jawab dari peserta kegiatan.

MONITORING & EVALUASI

Jumlah peserta yang hadir cukup banyak. Peserta hadir mengikuti kegiatan dengan baik.
Pasien cukup kooperatif dan lebih memahami mengenai penyakit diabetes melitus setelah
penyuluhan.

Anda mungkin juga menyukai