Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Luka adalah terjadinya kerusakan jaringan kulit yang sebelumnya


normal menjadi tidak normal yang telah diakibatkan oleh trauma; mekanis,
elektris, termis dan kimia. Luka yang tidak ditangani secara langsung akan
menyebabkan penyakit ataupun komplikasi karena adanya resiko tinggi
untuk luka mengalami infeksi.

Penyembuhan luka terdiri dari 3 fase, yaitu fase inflamasi,


proliferasi dan maturasi. Kecepatan penyumbuhan luka tergantung pada
seberapa dalam terjadinya luka terhadap kulit. Secara normal tubuh kita
akan memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan dengan cara
mempertumbuhkan jaringan baru sampai luka akan tertutup. Adanya juga
beberapa cara dan pengobatan yang bisa digunakan dalam proses
penyumbuhan luka.

Povidone iodine adalah suatu obat yang biasa digunakan sebagai


antiseptik kulit untuk penyembuhan luka. Selain menggunakan povidone
iodine sebagai salah satu bahan untuk menyembukan luka, masyarakat
sudah juga menggunakan obat alami atau obat tradisional untuk mengobati
luka. Salah satunya adalah daun sirih (Piper betle L).

Tanaman daun sirih (Piper betle L) telah diketahui dari beberapa


penelitian bisa mengatasi beberapa penyakit, salah satunya untuk proses
penyembuhan luka. 1

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ekstrak daun sirih (Piper betle L) efektif terhadap


penyembuhan luka sayat dibandingkan dengan Povidone iodine?
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk membandingkan efektifitas ekstrak daun sirih (Piper betle
L) terhadap penyembuhan luka sayat.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melihat lama penyembuhan luka sayat yang diberikan ekstrak daun
sirih.
2. Melihat lama penyembuhan luka sayat yang diberikan povidone
iodine.

1.4 Manfaat Penilitian

1.4.1 Bagi Responden


Untuk menambah pengetahuan dan memberikan informasi bahwa
daun sirih (Piper betle L) dapat dipakai sebagai obat yang mengobati luka
sayat.
1.4.2 Bagi Institusi
Dapat menjadi bahan bacaan mahasiswa sebagai referensi dan
sumber informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.4.3 Bagi Peneliti


Untuk mengetahui dan melihat bagaimanakah daun sirih (Piper
betle L) bisa menjadi obat alternatif untuk penyumbuhan luka.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.5 Daun Sirih

1.5.1 Morfologi Daun Sirih

Tanaman Piper betle L termasuk keluarga Piperaceae dan banyak tumbuh


di daerah beriklim tropis yang lembab di Asia Tenggara dengan aroma pedas dan
aromatik yang banyak dikonsumsi sebagai penyegar mulut.2
Daun sirih adalah tanaman veda dan namanya veda adalah Saptasira dan
dalam Sanskrit dikenal sebagai Tambool, Nagvelleri, Nagani yang digunakan
sebagai obat melawan berbagai penyakit. 3

Gambar 2.1 Daun sirih (Piper betle L)


Klasifikasi botanika dan taksonomi :
a. Class : Magnolipsida
b. Order : Piperales
c. Family : Piperaceae
d. Genus : Piper
e. Species : Betle
f. Binomial name : Piper betle L. 3
1.5.2 Unsur Kimia Daun Sirih

Daun sirih telah dideskripsikan memiliki Piperol-A, Piperol-B, methyl piper


betol yang telah dipisahkan. Daun sirih memiliki zat tepung, gula, diastasis dan
komposisi minyak terpinen-4-ol, safrole, alkyl pyrocatechol monoasetat,
egugenol, eugenyl asetat, hidroksil chavivol, minyak eugenol dan betol yang
mengandung cadinene, carvacrol, allyl catechol, chavicol, p-cymene,
caryophyllene, chavibetol, cineole, estragol dan lain-lain sebagai komponen
penting, dan chavibetol asetat (16%). 4
Analisis fitokimia pada daun sirih mengungkapkan adanya alkaloid, tannin,
karbohidrat, asam amino, dan komponen steroid. Komponen pada daun ini adalah
minyak yang mudah menguap yang disebut dengan minyak Betle dan
mengandung 2 fenol, fenol betel (chavibetol dan chavicol). Serta codinene juga
telah ditemukan pada daun ini 4
Detail Unsur Kimia pada Daun Sirih :
a. Chavibetol
Chavibetol adalah senyawa kimia alami kelas fenilpropanoid. Ini adalah
komponen paling penting dari minyak esensial pada daun tanaman sirih. Ini
adalah sebuah senyawa aromatik dengan bau pedas dan merupakan isomer
dari eugenol 4
b. Eugenol
Eugenol, salah satu unsur utama daun sirih juga terbukti dalam berbagai
studi eksperimen pada hewan memiliki sifat anti inlamasi dengan berbagai
peradangan, antimikroba, analgesik, anti oksidan, anti virus dan anti kanker,
anti potensi ulcerogenik dan efeknya pada osteoporosis juga pengaruhnya
pada kontrol kejang yang meliputi SSP, penyakit parkinson, efek anti
depresan dan lain-lain 4
c. Allylpyrocatechol
Unsur fenolik allylpyrocatechol diperoleh pada daunnya yang menunjukkan
aktivitas anaerob yang bertanggung jawab untuk halitosis. Ekstrak daunnya
juga memiliki hasil stimulasi pada lipase pankreas dan aktivitas antioksidan4
d. Hydroxychavicol (HC)
Daun baru yang belum matang mengandung berbagai manfaat senyawa
bioaktif, di antaranya adalah Hydroxychavicol yang paling banyak senyawa
fenolik penting yang dilaporkan memiliki efek antikarsinogenik,
antinitrosasi, antimutagenik, memiliki potensi besar untuk bertindak sebagai
antiinflamasi, antioksidan, antibakteri, anti-platelet dan efek antitrombotik
tanpa mengganggu fungsi hemostatik. Dalam ekstrak daun sirih dilaporkan
menunjukkan kegiatan bioaktifitas yang bermanfaat sebagai antimutagenik
dan antikarsinogenik, sedangkan ekstrak daun sirih menunjukkan pemisahan
dan penghambatan penarikan kloroform bersama dengan patogen rongga
mulut. 0,5% Hydroxychavicol menghambat biofilm yang diproduksi oleh
anaerob dan biofilm dalam saliva sebagai agen perawatan mulut.
Hydroxychavicol menunjukkan tindakan antiinflamasi yang kuat dengan
sangat menghambat frasa sitokin proinflamasi TNF-α. Metil chavicol, suatu
biogenik senyawa aromatik teroksigenasi, dilaporkan memiliki aktivitas
antioksidan 4
e. Quercetin
Quercetin adalah salah satu flavonoid yang paling penting dalam kelompok
flavonol. Turunan quersetin lainnya telah diakui baik terutama glikosida.
Bergabung dengan substituen mengubah aktivitas biokimia dan
bioavailabilitas molekul bila dibandingkan dengan aglikon. Quercetin juga
telah diverifikasi sebagai antivirus, antibakteri, anti kanker dan anti
inflamasi. Bukti evidence dari binatang menunjukkan efek antioksidan.
Quercetin mmeberikan perlindungan terhadap otak, jantung dan jaringan
lain yang berhubungan dengan cedera iskemik perfusi dari senyawa
beracun, dan faktor lain yang dapat meningkatkan stress oksidatif 4
f. β-Caryophyllene
β-Caryophyllene adalah senyawa volatil utama yang terbentuk dalam
jumlah besar pada berbagai rempah dan tanaman pangan. β-caryophyllene
telah terbukti memiliki sifat anti-inflamasi yang kuat. βcaryophyllene adalah
FDA- approved food additive dan senyawa tidak beracun tanpa genotoksik
atau efek sitotoksik in vivo. Studi klinis membuktikan efisiensinya dalam
mengobati endometriosis. β-caryophyllene memberikan aktivitas
antiinflamasi dengan bertindak sebagai potesn, selektif dan agonis penuh
nonpsychoactive untuk reseptor CB2 in vivo. Piper betle L digunakan
sebagai anti-depresan, stimulan SSP, imunomodulator, antioksidan,
antibakteri, antiulcer, kardiovaskular, anti diabetes, anti infeksi. Piper aman
dalam hal hepatotoksisitas, renotoksisitas dan hematotoksisitas 4

1.5.3 Manfaat Daun Sirih


Penggunaan daun sirih secara tradisional telah dilakukan sejak dua ribu
tahun yang lalu. Daun sirih membantu menyembuhkan penyakit-penyakit seperti
berikut:
a. Luka
Daun sirih dapat digunakan untuk menyembuhkan luka. Jus beberapa daun
harus diekstraksi dan dioleskan pada luka. Kemudian daun sirih harus
dibungkus dan dibalut. Luka akan sembuh dengan satu aplikasi dalam 2 hari.
b. Sakit kepala
Daun sirih adalah obat rumah yang populer untuk sakit kepala. Daun sirih
memiliki sifat analgesik dan bersifat dingin. Hal ini bermanfaat jika
diletakkan pada area yang sakit untuk meredakan sakit kepala yang hebat.
c. Radang tenggorokan
Daun sirih adalah obat rumah yang sangat baik dalam pengobatan batuk dan
sakit tenggorokan. Aplikasi daun sirih secara lokal efektif mengobati sakit
tenggorokan. Buah atau berry yang dihancurkan harus dicampur dengan
madu dan diminum untuk menghilangkan batuk yang mengiritasi.
d. Konstipasi
Dalam kasus konstipasi pada anak-anak, suatu supositoria yang terbuat dari
batang daun sirih yang dicelupkan ke dalam minyak kastor dapat dimasukkan
ke dalam dubur. Hal ini secara instan meredakan konstipasi.
e. Bisul
Daun sirih juga merupakan obat yang efektif untuk bisul. Selembar daun
dihangatkan dengan lembut sampai menjadi lunak, dan kemudian dilapisi
dengan lapisan minyak kastor. Daun diminyaki tersebar di bagian yang
meradang. Daun ini harus diganti, setiap beberapa jam. Setelah beberapa
aplikasi, bisul akan pecah hingga bernanah. Aplikasi dapat dibuat pada
malam hari dan dibersihkan pada pagi hari 5

Berbagai nilai terapeutik daun sirih yang telah terbukti:


a. Anti inflamasi
Daun sirih digunakan sebagai obat rumah tangga biasa untuk radang di
rongga mulut. Sengupta (2017) telah menunjukkan bahwa ekstrak etanol
daun sirih telah dilaporkan memiliki aktivitas antiinflamasi pada konsentrasi
tidak beracun. Pada arthritis yang diinduksi adjuvant lengkap Freund pada
tikus. Eugenol, salah satu unsur utama daun sirih juga telah terbukti memiliki
efek anti-inflamasi dalam berbagai model penelitian hewan dengan berbagai
peradangan 5
b. Penyembuhan luka
Patra et al pada tahun 2014 melakukan penelitian eksperimental untuk
mengevaluasi aktivitas penyembuhan luka dengan daun sirih dan ekstrak
batang daun sirih pada tikus wistar. Penyembuhan luka sangat rumit karena
melibatkan berbagai proses selular dan biokimia. Hasilnya menunjukkan
penyembuhan dan perbaikan luka dipercepat dengan mengoleskan salep
formulasi yang mengandung daun sirih dan ekstrak batang Piper pada area
luka oleh epidermis yang terorganisir. Tikus albino jantan diobati dengan
formulasi salep yang mengandung 10% daun dan batang Piper batle
menunjukkan hasil yang signifikan jika dibandingkan dengan kelompok yang
sakit dan kelompok kontrol 6

2.1.4 Mekanisme Kerja Ekstrak Daun Sirih (Piper bitle)


Zat aktif yang terkandung dalam daun sirih (Piper betle L) berperan dalam
percepatan proses penyembuhan luka ini. Daun sirih mengandung vitamin C,
dimana vitamin ini dapat meningkatkan stimulasi pembentukan kolagen oleh sel
fibroblast. Dari beberapa penelitian didapatkan hasil bahwa derivat vitamin C,
yaitu magnesium ascorbyl phosphate mampu meningkatkan proliferasi sel dan
menstimulasi sintesis kolagen, karena proliferasi kolagen adalah hal yang penting
dalam proses perbaikan jaringan. Daun sirih juga mengandung hidroxychavicol
suatu senyawa antiinflamasi yang berperan dalam mempercepat proses
penyembuhan luka.7
Daun sirih (Piper betle L) memiliki kandungan senyawa saponin yang
berfungsi sebagai antioksidan, antifungal, antimikroba. Daun sirih juga mampu
meningkatkan jumlah kolagen IV yang merupakan jaringan penghubung dermo-
epidermal atau dermo-epidermal junction pada kultur keratinosit manusia. Hasil
penelitian ini menguatkan hasil penelitian sebelumnya dimana salep ekstrak
etanol daun sirih dapat mempercepat proses penyembuhan luka.7

1.6 Povidone Iodine

2.2.1 Pengertian
Povidone iodine adalah suatu agen antimikroba spektrum luas yang
mengandung polivinil pirolidon, di mana yodium elemen secara perlahan di
lepaskan untuk desinfeksi secara terus menerus. Persenyawaan ini merupakan
suatu kompleks yang larut dalam air yang melepaskan yodium bebas di dalam
larutan. Yodium telah diakui sebagai antiseptik yang berharga selama lebih dari
satu abad.8
2.2.2 Mekanisme Kerja
Povidon-iodine bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 µg/ml dan bersifat
bakterisid pada kadar 960 µg/ml. Mikobakteria tuberkulosa bersifat resisten
terhadap bahan ini. Povidon-iodine memiliki toksisitas rendah pada jaringan,
tetapi detergen dalam larutan pembersihnya akan lebih meningkat toksisitasnya .
Dalam 10% Povidone iodine mengandung 1% iodium yang mampu membunuh
bakteri dalam 1 menit dan membunuh spora dalam waktu 15 menit. Mekanisme
kerja povidone iodine dimulai setelah kontak langsung dengan jaringan maka
elemen iodine akan dilepaskan secara perlahan-lahan dengan aktifitas
menghambat metabolisme enzim bakteri sehingga mengganggu multiplikasi
bakteri yang diserap masuk ke dalam aliran darah, sehingga menyebabkan efek
sistemik dengan akibat shock asfiksia jaringan. Povidone iodine yang biasa
digunakan dalam perawatan luka hanya 10%. Hasil suatu penelitian menyatakan
bahwa semakin tinggi konsentrasi iodine yang digunakan semakin mempercepat
penyembuhan luka. 9

2.2.3 Struktur
Unsur Iodium merupakan suatu germisid efektif. Mekanismenya tidak diketahui
dengan jelas. Larutan iodium 1:20.000 membunuh bakteri dalam 1 menit dan
spora dalam 15 menit. Tahun 1955, povidone iodine mulai diperdagangkaan
setelah banyak diminati sebagai desinfektan. Merupakan antiseptik eksternal
dengan spektrum mikrobisidal untuk pencegahan atau perawatan pada infeksi
topikal yang berhubungan dengan operasi, luka sayat, lecet, mengurangi iritasi
mukosa ringan. Povidone iodine terdiri dari polyvinylpyrrolidone (povidone,
PVP) dan elemen iodine sekitar 9.0 % - 12.0% iodine. 10
Unsur Iodium merupakan suatu germisid efektif. Mekanismenya tidak diketahui
dengan jelas. Larutan iodium 1:20.000 membunuh bakteri dalam 1 menit dan
spora dalam 15 menit. Tahun 1955, povidone iodine mulai diperdagangkaan
setelah banyak diminati sebagai desinfektan. Merupakan antiseptik eksternal
dengan spektrum mikrobisidal untuk pencegahan atau perawatan pada infeksi
topikal yang berhubungan dengan operasi, luka sayat, lecet, mengurangi iritasi
mukosa ringan. Povidone iodine terdiri dari polyvinylpyrrolidone (povidone,
PVP) dan elemen iodine sekitar 9.0 % - 12.0% iodine. 10
Gambar 2.2 Struktur Povidone iodine

2.2.4 Komposisi
Bahan aktif Betadine adalah Povidone iodine, yang merupakan zat
antimikroba dengan spektrum paling luas yang mampu membunuh bakteri, jamur,
protozoa dan virus. Povidon-iodin secara efektif mampu mengendalikan
penyebaran infeksi topikal bagi penggunanya. Studi In-Vitro menunjukkan bahwa
Povidon-iodin sebagai bahan aktif utama Betadine dapat mengatasi 99.99%
kuman penyebab infeksi dalam 15 detik seperti virus MERS-CoV, SARS-CoV,
EBOLA, dan Influenza; dan tidak menimbulkan resistensi yang bermakna secara
klinis yang artinya kalua sering digunakan tanpa perlu ditakuti kehilangan
efektifitasnya dalam membunuh bakteri, jamur, protozoa ataupun virus. 11

2.2.6 Dosis Pemakaian


Dosis povidone iodine diberikan dalam jumlah yang berbeda-beda, dilihat
dari kondisi pasien. Gunakan povidone iodine secukupnya saat anda
membersihkan luka. Penggunaannya hanya pada area yang membutuhkan dan
selama jangka waktu yang diperlukan saja. Untuk mengobati radang tenggorokan,
povidone iodine dapat disemprotkan 2-3 kali pada tenggorokan dan dapat diulang
hingga beberapa kali. Sebagai obat kumur pencegah infeksi dan inflamasi pada
rongga mulut, povidone iodine dapat dikumur selama 30 detik dengan selang
waktu 3-4 jam dalam satu hari. Untuk menghilangkan gatal dan aroma tidak sedap
pada vagina, campurkan povidone iodine dengan air sebelum digunakan. 12
Selalu perhatikan keterangan pada kemasan dan selalu ikuti takaran yang
telah dianjurkan dokter sebelum mengonsumsi obat ini.Walau povidone iodine
juga dapat diperoleh secara bebas pada toko obat atau apotik, jangan
menggunakan povidone iodine secara berlebihan dan dalam jangka waktu
Panjang. 12
2.2.7 Efek Samping
Povidone iodine berpotensi menimbulkan efek samping. Pada obat semprot,
povidone iodine dapat menyebabkan reaksi berupa rasa panas, mual, dan iritasi
pada mulut. Efek samping lainnya yang bisa muncul adalah iritasi lokal,
kemerahan hingga bengkak yang muncul di sekitar area yang diaplikasikan obat
12
ini

1.7 Jaringan Kulit. 13,14

Kulit adalah suatu jaringan pembungkus seluruh permukaan luar tubuh.


Struktur kulit tersusun atas 2 lapis yaitu epidermis dan dermis. Kedua lapisan ini
bersamasama membentuk membran yang sangat erat melekat yang terletak diatas
lapisan jaringan ikat longgar yaitu lapisan subkutan mempunyai banyak lemak
dan menghubungkan kulit dangan struktur yang lebih dalam.

Gambar 2.3 Lapisan Kulit


1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan terluar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng, bertanduk, mengandung sel melanosit, lagerhans dan sel
merkel. Fungsi utamanya adalah sebagai proteksi barier, organisasi sel, sintesis
vitamin D dan sitoksin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi dan
pengenalan allergen.
Epidermis mempunyai melanocytes yang membuat melanin dan
memberikan warna pada kulit. Fungsi pada lapisan epidermis adalah melindungi
dari masuknya bakteri, toksin, untuk keseimbangan cairan yaitu menghindari
pengeluaran cairan secara berlebihan.
2. Dermis
Dermis adalah lapisan tebal jaringan ikat tempat melekatnya epidermis dan
lapisan terdalamnya melanjutkan diri ke jaringan subkutan yang berisi lemak
tanpa suatu batas yang jelas. Dermis terletak dibawah epidermis dan dibatasi oleh
lamina basalis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3
mm.
Suriadi (2004), menyatakan lapisan dermis lebih tebal dari pada lapisan
epidermis. Fungsi utamanya sebagai penyokong epidermis. Regenerasi
merupakan proses penyembuhan dari sel parenkim terjadi dengan mengganti sel
yang rusak dengan sel yang baru dan sama sehingga fungsi tubuh atau jaringan
akan pulih kembali dengan sempurna.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari
elektrolit, trauma mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi
mikroorganisme patogen. Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan
cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur kulit
dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur
meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia
yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,
pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan
panas

2.4 Proses Penyembuhan Luka Sayat. 13,14


Perdanakusuma (2007), menyatakan penyembuhan luka adalah suatu bentuk
proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Fibroblas adalah sel
yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi penyembuhan luka
secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini:
1. Fase inflamasi
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Setelah terjadinya
luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi
hemostasis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan
darah. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit
Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator
inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF β1) yang juga dikeluarkan
oleh makrofag. Adanya TGF β1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis
kolagen.
Pada fase inflamasi terjadi proses angiogenesis, dimana pembuluh-
pembuluh darah yang baru mulai tumbuh dalam luka injuri dan sangat penting
peranannya dalam fase proliferasi. Dalam proses inflamasi adalah suatu
perlawanan terhadap infeksi dan sebagai jembatan antara jaringan yang
mengalami injury dan untuk pertumbuhan sel-sel baru.
2. Fase proliferasi
Fase proliferasi ditandai dengan pembentukan jaringan granulasi dalam
luka, pada fase ini makrofag dan limfosit masih ikut berperan. Proses ini
tergantung pada metabolik, konsentrasi oksigen dan faktor 10 pertumbuhan.
Dalam beberapa jam setelah injury, terjadi epitelialisasi dimana epidermal yang
mencakup sebagian besar keratin mulai bermigrasi dan mulai stratifikasi dan
deferensiasi untuk menyusun kembali fungsi barrier epidermis.Pada fase
proliferasi fibroblas merupakan elemen sintetik utama dalam proses perbaikan dan
berperan dalam produksi struktur protein yang digunakan selama rekonstruksi
jaringan. Secara khusus fibroblas menghasilkan sejumlah kolagen yang banyak.
Fibroblas biasanya akan tampak pada sekeliling luka. Pada fase ini juga terjadi
angiogenesis yaitu suatu proses dimana kapiler-kapiler pembuluh darah yang baru
tumbuh atau pembentukan jaringan baru (granulasi tissue). Secara klinis akan
tampak kemerahan pada luka. Kemudian pada fase kontraksi luka, kontraksi disini
adalah berfungsi dalam memfasilitasi penutupan luka.
3. Fase maturasi
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses
penyembuhan luka. Terjadi proses yang dinamis berupa remodelling kolagen,
kontraksi luka dan pematangan parut. Fase ini berlangsung mulai 3 minggu
sampai 2 tahun. Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang matang
yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal.

Serabut-serabut kolagen meningkat secara bertahap dan bertambah tebal


kemudian disokong oleh proteinase untuk perbaikan sepanjang garis luka. Serabut
kolagen menyebar dengan saling tertarik dan menyatu, berangsur-angsur
menyokong pemulihan jaringan. Remodeling kolagen selama pembentukan skar
terjadi pada sintesis dan katabolisme kolagen secara terus menerus.

2.5 Kerangka Teori


2.6 Kerangka Konsep

Waktu
Ekstrak daun sirih (Piper penyembuhan luka
bitle linn) Makroskopis luka
yang mengalami
Infeksi lokal
luka sayat
Povidone iodine
Reaksi alergi
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional

3.2 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan Quasy Experiment yaitu bentuk penelitian
eksperimen yang menggunakan kelompok kontrol tetapi kelompok kontrolnya
tidak dapat berfungsi sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang dapat
mempengaruhi karena pembagian kelompok tidak dilakukan secara random
(Hidayat, A.Aziz Alimul, 2010). Bentuk penelitian ini adalah Non Equivalent
Control Group yaitu membandingkan hasil intervensi dengan suatu kelompok
kontrol yang serupa (Notoatmodjo, 2010).

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia dan
mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiah Sumatra
Utara. Waktu penelitian ini akan dilakukan dari bulan November 2019
sampai Januari 2019
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah mencit jantan yang dilukai pada bagian
punggung. Sampel yang digunakan adalah 10 ekor mencit jantan dengan umur 2
bulan dan berat badan kira-kira 150 gr - 200 gr.
3.4.1 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan peluang (probability
sampling). Penelitian ini akan memakai teknik simple random sampling karena
sampel yang digunakan relatif sama (homogen) dari aspek umur dan berat badan.
Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan dengan 5 kali ulangan, dimana setiap
ulangan berisi 1 ekor mencit jantan. Pada kelompok K1 dengan perlakuan
Povidone iodine 10% sebanyak 2 tetes, dan K2 dengan perlakuan ekstrak daun
sirih.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Independent
Variabel bebas independent merupakan variabel yang apabila ia berubah
akan mengakibatkan perubahan pada variabel tergantung (Sastroasmoro, 2013).
Variabel bebas pada penelitian ini adalah ekstrak daun sirih dengan dosis 5% dan
povidone iodine 10%.

3.5.2 Variabel Dependent


Variabel dependent merupakan variabel yang nilainya akan berubah
dengan perubahan variabel bebas (Sastroasmoro, 2013). Variabel terikat pada
penelitian ini adalah lama penyembuhan luka.

3.6 Alat dan Bahan


Tabel 3.1 Alat yang digunakan untuk pembuatan ekstrak
No. Nama Alat Kegunaan

1. Sarung tangan Memegang mencit

2. Tempat berbahan plastik Membuat ekstrak

3. Saringan Menyaring ekstrak

4. Timbangan Menimbang bahan buat ekstrak

5. Oven Mengeringkan ekstrak

6. Mortar dan Penggerus Menghaluskan ekstrak

7. Kandanag Menempatkan tikus

Tabel 3.2 Alat yang digunakan untuk menyayat tikus putih


No. Nama Alat Keterangan

1. Gunting Mencukur rambut punggung mencit


2. Mata pisau (scapel steril) Membuat luka pada punggung mencit

3. Sarung tangan Memegang mencit

4. Kamera digital Memfoto luka sayat

5. Cuttonbud Mengoleskan sediaan

6. Masker Menutup mulut

Tabel 3.3 Bahan yang digunakan


No. Nama Bahan

1. Alkohol 70%

2. Povidone iodine 10%

3. Tikus

4. Makan

5. Minum

6. Ekstrak daun sirih

3.7 Tahap Pelaksanaan


Tahapan pelaksanaan dimulai dengan menyiapkan 10 ekor mencit jantan
yang dibagi secara acak menjadi 2 kelompok dengan masing-masing kelompok
terdiri dari 5 ekor. Mencit ditempatkan dengan kandang individu dan diaklimasi
selama 5 hari. Perlakuan penelitian secara rinci seperti dibawah ini.
a. Pengelompokan hewan coba
1) 10 ekor mencit dibagi menjadi 2 kelompok setiap kelompok terdiri dari
5 ekor. Masing-masing kelompok disebut kelompok K1 dan K2.
2) Mencit ditempatkan kandang individu dengan diberikan makan dan
minum.
3) Punggung mencit dilukai dengan mata pisau (scalpel) sepanjang 1 cm.
4) Luka sayat pada punggung mencit diolesi dengan Povidone iodine
10% dan salep ekstrak daun sirih.
5) Perlakuan diberikan sampai luka dinyatakan sembuh.
6) Pengamatan dilakukan 2x/hari pada pagi dan sore dan
mendokumentasikan dengan kamera digital.
b. Prosedur pengujian efek penyembuhan luka sayat
Rambut mencit dibersihkan sampai bersih kemudian dicukur bagian
punggungnya dan dibersihkan dengan alkohol 70%, kemudian disayat
dengan panjang 1 cm dengan mata pisau (scalpel). Luka yang terjadi
diolesi dengan sediaan uji (ekstrak daun sirih). Hari berikutnya mengamati
dan mendokumentasikan kondisi luka sayat. Dilakukan 2x/hari sampai
luka sembuh (bila luka sudah tertutup dengan jaringan baru) atau dengan
adanya indikator tidak adanya eritema, pembengkakan dan luka menutup.

10 ekor mencit jantan

Dilukai dengan sayatan pada


punggung

Dibagi 2 kelompok

Ekstrak daun sirih Povidone iodine 10%

Ditempatkan pada kandang individual

Observasi 2x/hari

Luka menutup/dikatakan
sembuh:
a. Eritema
b. Bengkak
c. Luka menutup
d.
Gambar 3.1 Alur Penelitin Analisis data
3.8 Pengolahan dan Analisis Data
Semua data yang diperoleh dari eksperimen yang dilakukan akan diolah
menggunakan program perangkat komputer sesuai dengan tujuan penelitian yaitu
untuk mengetahui perbandingan efektifitas ekstrak daun sirih (Piper betle L)
dengan povidone iodine terhadap luka sayat pada mencit.
Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat
dan uji yang akan digunakan adalah uji paired samples T test. Hasil penelitian
akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan grafik. Jika
didapatkan p<0,05 dengan confidence interval 95% maka ada perbandingan
efektifitas ekstrak daun sirih (Piper betle L) dengan povidone iodine terhadap luka
sayat pada mencit.

Anda mungkin juga menyukai