Anda di halaman 1dari 9

F.6.

Usaha Kesehatan Masyarakat


Upaya Pengobatan Dasar
Puskesmas Kutoarjo, Kab. Purworejo
Juni 2020 - Oktober 2020

ASMA BRONKIAL
dr. David Yudhojati

Latar Belakang Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang
ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat
penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma
terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di
negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru-
baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan Eropa.
Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit
dan melakukan kunjungan kebagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal
tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh
dari pedoman yang direkomendasikan Global Initiative for Asthma
(GINA).
Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius
diseluruh dunia. Prevalensi asma menurut laporan Word Health
Organization (WHO) tahun 2013, saat ini sekitar 235 juta penduduk
dunia terkena penyakit asma. Behavioral Risk Factor Surveillance
Survey (BRFSS) tahun 2002 – 2007 melaporkan di Florida prevalensi
asma dewasa sebanyak 10,7%. Asma menurut Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 1986 menduduki urutan ke lima dari10 penyebab
kesakitan. Penderita asma Indonesia sebesar 7,7% dengan rincian laki-
laki 9,2% dan perempuan 6,6%. Prevalensi kasus asma di Jawa Tengah
pada tahun 2012 sebesar 0,42% mengalami penurunan bila
dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 0,55% dan prevalensi tertinggi
di Kota Surakarta sebesar 2,46%.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting.
Dokter sebagai pintu pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam
menolong penderita asma, harus selalu meningkatkan pelayanan, salah
satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan
keluarganya akan sangat berarti bagi penderita, terutama bagaimana
sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu menghadapi
serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.
Permasalahan Identitas
Nama : Nn. S
Usia : 19 tahun
Alamat : Kutoarjo
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawati
Tanggal pemeriksaan : 03 Juni 2020

Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 03 Juni 2020
di Poliklinik Umum Puskesmas Kutoarjo
- Keluhan Utama
Sesak napas

- Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan sesak napas sejak pagi. Keluhan
dirasakan terus menerus, tidak berkurang dengan istirahat maupun
perubahan posisi. Pasien masih dapat berbicara dalam bentuk
kalimat, masih dapat berjalan sendiri. Pasien belum mengkonsumsi
obat untuk mengatasi keluhannya. Biasanya pasien mengkonsumsi
salbutamol bila sesak timbul.
Pasien sudah merasakan keluhan tersebut sejak kecil. Keluhan
timbul bila terpapar udara dingin atau debu. Sudah dalam satu bulan
terakhir keluhan beberapa kali timbul. Serangan dapat terjadi dua
kali dalam satu minggu, namun dalam satu hari hanya satu kali.
- Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat asma : (+)
d. Riwayat sakit jantung : disangkal
e. Riwayat alergi : (+) udara dingin dan debu
- Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : disangkal
b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
- Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat asma : (+) ibu pasien
d. Riwayat sakit jantung : disangkal

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik dilakukan pada tanggal 03 Juni 2020
- Keadaan Umum : tampak sesak, compos mentis
- Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 92 x / menit
c. Laju Napas : 32 x / menit
d. Suhu : 36,7⁰C
e. Berat Badan : 45 kg
f. Tinggi Badan : 160 cm
g. Status Gizi : 17,5 (normoweight)
- Status Generalis
a. Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklea ikterik (-/-)
b. Leher : Pembesaran KGB (-), JVP (5-2) cm H2O
c. Thoraks : bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal (-)
Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : HR 92 x/m, BJ I-II normal regular, murmur(-),
gallop (-)
Pulmo : Inspeksi : simetris, sela iga tidak melebar, pengembangan
dada simetris kanan = kiri.
Palpasi : nyeri tekan (-), stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
Auskultasi : vesikuler (+) normal, wheezing (+/+) saat
ekspirasi minimal, ronkhi (-/-)
d. Abdomen :
Inspeksi : venektasi (-), sikatrik (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani, ascites (-), undulasi (-)
e. Genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
f. Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

Perencanaan dan DIAGNOSIS


Pemilihan Asma Bronkial
Intervensi
TERAPI
Tujuan utama dari penatalaksanaan asma adalah dapat mengontrol
manifestasi klinis dari penyakit untuk waktu yang lama, meningkatkan
dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup
normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Global
Initiative for Asthma (GINA, 2009) dan Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia (PDPI, 2006) menganjurkan untuk melakukan
penatalaksanaan berdasarakan kontrol. Untuk mencapai dan
mempertahankan keadaan asma yang terkontrol terdapat dua faktor
yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Medikasi (non farmakologis dan farmakologis)
2. Pengobatan berdasarkan derajat

Terapi Non-farmakologis
Terapi non farmakologis meliputi 2 komponen utama, yaitu:
- Kontrol terhadap faktor-faktor pemicu serangan asma
Berbagai pemicu serangan asma antara lain adalah debu, polusi,
merokok, olahraga, perubahan temperatur secara ekstrim, termasuk
penyakit-penyakit yangsering mempengaruhi kejadian sama, seperti
rinitis, sinusitis, GERD, dan infeksi virus. Untuk memastikan
alergen pemicu serangan pasien, maka direkomendasikan untuk
mengetahui riwayat kesehatan pasien serta uji alergi pada kulit (skin
prick test).
- Edukasi pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal
tentang asma
Setelah jenis alergen telah diketahui, pasien perlu diedukasi
mengenai berbagai cara untuk mencegah dan mengatasi saat terjadi
serangan asma. Edukasi juga meliputi pengetahuan tentang
patogenesis asma, bagaimana mengenal pemicu asma dan mengenal
tanda-tanda awal keparahan asma, cara penggunaan obat yang tepat,
dan bagaimana memonitor fungsi paru nya. Selain itu pasien diminta
untuk melakukan fisioterapi napas (senam asma), vibrasi dan atau
perkusi toraksdan batuk yang efisien.

Terapi Farmakologis
Menurut PDPI (2006), medikasi asma dapat diberikan melalui berbagai
cara seperti inhalasi, oral dan parenteral. Dewasa ini yang lazim
digunakan adalah melalui inhalasi agar langsung sampai ke jalan napas
dengan efek sistemik yang minimal ataupun tidak ada. Macam–macam
pemberian obat inhalasi dapat melalui inhalasi dosis terukur (IDT), IDT
dengan alat bantu (spacer), Dry powder inhaler (DPI), breath–actuated
IDT, dan nebulizer. Medikasi asma terdiri atas pengontrol (controllers)
dan pelega (reliever).
Pengontrol adalah medikasi asma jangka panjang, terutama untuk asma
persisten,yang digunakan setiap hari untuk menjaga agar asma tetap
terkontrol (PDPI, 2006).
Menurut PDPI (2006), pengontrol, yang sering disebut sebagai
pencegah terdiri dari :
1. Glukokortikosteroid inhalasi dan sistemik
2. Leukotriene modifiers
3. Agonis β-2 kerja lama (inhalasi dan oral)
4. Metilsantin (teofilin)
5. Kromolin (Sodium Kromoglikat dan Nedokromil Sodium)
Pelega adalah medikasi yang hanya digunakan bila diperlukan untuk
cepatmengatasi bronkokonstriksi dan mengurangi gejala – gejala asma.
Prinsip kerja obat ini adalah dengan mendilatasi jalan napas melalui
relaksasi otot polos, memperbaiki dan atau menghambat
bronkokonstriksi yang berkaitan dengan gejala akut seperti mengi, rasa
berat di dada, dan batuk. Akan tetapi golongan obat ini tidak
memperbaiki inflamasi jalan napas atau menurunkan hipersensitivitas
jalan napas. Pelega terdiri dari:
1. Agonis β-2 kerja singkat
2. Kortikosteroid sistemik
3. Antikolinergik (Ipratropium bromide)
4. Metilsantin

Pasien menolak dirujuk ke rumah sakit, diberikan terapi obat-obatan


oral dan juga edukasi kepada pasien.
Terapi Oral:
R/ Dexametason tab 0,5mg No. X
S 3 dd tab I
R/ CTM tab 4mg No. X
S 3 dd tab I
R/ Salbutamol tab 4mg No. X
S 3 dd tab I prn sesak
Nebulizer Ventolin No I

Edukasi yang diberikan kepada pasien:


1. Menghindari faktor pencetus yang dapat menimbulkan serangan
asma, misalnya menghindari udara dingin.
2. Olah raga yang mampu melatih otot-otot pernapasan seperti berenang
dan senam secara rutin 1-2 kali/ minggu.
3. Istirahat yang cukup, konsumsi makanan yang bergizi dan buah-
buahan.
4. Minum obat secara teratur dan kontrol secara rutin.
5. Segera datang ke IGD rumah sakit terdekat apabila keluhan sesak
nafas tidak berkurang/bertambah dengan pemberian obat.
Pelaksanaan Anamnesis, pemeriksaan fisik dan upaya pengobatan dasar dilaksanakan
di Puskesmas Kutoarjo pada tanggal 03 Juni 2020. Sebelum memulai
kegiatan, terlebih dahulu meminta persetujuan dan kesediaan pasien
untuk mengikuti alur upaya pengobatan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pengobatan.

Upaya pengobatan

Setelah dilakukan anamnesis, didapatkan hal – hal yang mendukung


penegakan diagnosis: adanya gejala asma bronkial yang dibuktikan
dengan adanya wheezing ekspirasi di kedua lapangan paru pada
pemeriksaan.

Diagnosis Banding :

- Asma bronkial
- PPOK
- Pnuemonia

Pemeriksaan Fisik :

Pada auskultasi paru didapatkan : vesikuler (+) normal, wheezing (+/+)


saat ekspirasi minimal, ronkhi (-/-)

Diagnosis sementara :

Asma bronkial

Pengobatan dasar yang diberikan :


R/ Dexametason tab 0,5mg No. X
S 3 dd tab I
R/ CTM tab 4mg No. X
S 3 dd tab I
R/ Salbutamol tab 4mg No. X
S 3 dd tab I prn sesak
Nebulizer Ventolin No. I

Monitoring dan Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi dan follow up
Evaluasi mengenai keluhan yang dialami sudah berkurang atau belum. Dilakukan
pemeriksaan pada kedua lapang paru untuk menilai apakah masih ada
wheezing. Ditanyakan apakah obat masih ada atau tidak. Pasien juga
direncanakan untuk dirujuk ke rumah sakit untuk melakukan
pemeriksaan spirometri agar dapat mengetahui fungsi paru, prognosis
dan penatalaksaan selanjutnya.

Dokumentasi

Komentar / saran pendamping :


Kutoarjo, 03 Juni 2020
Peserta Pendamping

dr. David Yudhojati dr. Hendi Rastiawan

Anda mungkin juga menyukai