Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN ASMA DI RUANG DELIMA

Kelompok: 2

Disusun Oleh:

1.Ani Setya Ningrum (G2A020097)

2.Dian Estika (G2A020111)

3.Hasnaa Putri Aziizah (G2A020075)

4.Naufal Arifianto (G2A020114)

5.Nuria Suci Fahreza (G2A020066)

6.Shofi Roosalina Mustikasari (G2A020067)

7.Syifaa Un Nisaai (G2A020080)

8.Zahra Nurhaliza (G2A020085)

Kelas: 3B

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2021
1.PENGERTIAN

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran


napas yang menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas
dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya
bersifat resible baik dengan atau tanpa pengobatan.

Menurut WHO, Asma adalah kondisi paru-paru umum yang


menyebabkan kesulitan bernapas sporadic. Ini sering dimulai pada masa kanak-
kanak, meskipun juga dapat berkembang pada orang dewasa, dan mempengaruhi
orang-orang dari segala usia. Saat ini tidak ada obatnya, tetapi pengobatan dapat
membantu mengendalikan gejalanya. Pasien dapat menjalani kehidupan yang
penuh dan bermanfaat dengan perawatan dan manajemen yang tepat. Asma
disebabkan oleh pembengkakan dan penyempitan saluran yang membawa udara
ke dan dari paru-paru.

2.ETIOLOGI

Menurut berbagai penelitian patologi dan etiologi asma belum diketahui


dengan pasti penyebababnya, akan tetapi hanya menunjukan dasar gejala asma
yaitu inflamasi dan respon saluran nafas yang berlebihan ditandai dengan dengan
adanya kalor (panas karena vasodilatasi), tumor (esudasi plasma dan edema),
dolor (rasa sakit karena rangsagan sensori), dan function laesa fungsi yang
terganggu (Sudoyo Aru, dkk, 2015).

Sebagai pemicu timbulnya serangan dapat berupa infeksi (infeksi virus


RSV), iklim (perubahan mendadak suhu, tekanan udara), inhalan (debu, kapuk,
tunggau, sisa serangga mati, bulu binatang, serbuk sari, bau asap, uap cat),
makanan (putih telur, susu sapi, kacang tanah, coklat, biji- bijian, tomat), obat
(aspirin), kegiatan fisik (olahraga berat, kecapaian, tertawa terbahak-bahak), dan
emosi (Sudoyo Aru, dkk, 2015)
Menurut WHO banyak faktor yang berbeda telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko asma meskipun seringkali sulit untuk menemukan satu
penyebab langsung

1. Asma lebih mungkin terjadi jika anggota keluarga lain juga menderita asma
terutama kerabat dekat seperti orang tua atau saudara kandung.
2. Asma lebih mungkin terjadi pada orang yang memiliki kondisi alergi lain
seperti eksim dan Rintis.
3. Urbanisasi dikaitkan dengan peningkatan prevalensi Asma mungkin karena
beberapa faktor gaya hidup.
4. Peristiwa di awal kehidupan mempengaruhi perkembangan paru-paru dan
dapat meningkatkan risiko asma. ini termasuk berat badan lahir rendah,
prematuritas, paparan asap tembakau dan sumber polusi udara lainnya, serta
infeksi virus pernapasan.
5. Paparan terhadap berbagai alergi dan iritasi lingkungan juga dianggap
meningkatkan risiko asma, termasuk polusi udara dalam dan luar ruangan,
tungau debu rumah, jamur dan paparan bahan kimia, asap atau debu di tempat
kerja.
6. Anak-anak dan orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas
memiliki risiko asma yang lebih besar.

3.PATOFISIOLOGI

Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu alergi
dan psikologis kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi
otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya
kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga
terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara pada jalan nafas
maka akan menimbulkan gangguan seperti ventilasi (hipoventilasi), distribusi
ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di
tingkat alveoli. Tiga kategori asma (asma akstrinsik) ditemukan pada klien dewasa
yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit
atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma.
Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya
faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan
fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma (Amin Huda, 2016).

4.MANIFESTASI KLINIS

Terdiri dari trias sesak nafas, batuk, dan mengi. Gejala lainnya dapat
berupa rasa berat di dada, produksi sputum, penurunan toleransi kerja, nyeri
tenggorokan, dan pada asma alergik dapat disertai dengan pilek atau bersin.
Timbulnya gejala juga sangat dipengaruhi oleh adanya faktor pencetus seperti
paparan terhadap alergi, udara dingin, infeksi saluran nafas, obat-obatan atau
aktivitas fisik.faktor sosial juga mempengaruhi munculnya serangan pada pasien
asma, seperti karakteristik rumah, merokok atau tidak, karakteristik tempat
bekerja atau sekolah, tingkat pendidikan pennderita,atau pekerjaan.

5.PENATALAKSANAAN

Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan


mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal tanpa
hambatan dalam melakukan aktivitas sehari hari. Program penatalaksanaan asma
meliputi 7 komponen, yaitu: (perhimpunan Dokter Paru Indonesia)

1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi
tidak hanya ditunjukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain
yang membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan
bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh
penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal
tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain:
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan
terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan
pada asmanya.
c. Daya ingat(memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut
sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan:
a. Medikasi(obat obatan)
b. Tahapan pengobatan
c. Penanganan asma mandiri (Pelangi asma)
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang perlu
diperhatikan oleh dokter yaitu:
a. Tindak lanjut (follow up) teratur
b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila
diperlukan.
7. Pola hidup sehat
a. Meningkatkan kebugaran fisik
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja

KASUS

Seminar 2: Asma Seorang perempuan 23 tahun dibawa ke RS karena mengalami


sesak nafas, pasien mengatakan sering mengalami sesak nafas pada 2 minggu
terakhir karena setelah pulang dari berkemah. Ibu pasien mengatakan pasien
biasanya sesak nafas timbul saat udara sangat dingin dan menghirup debu. Saat
dilakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik didapat data; terdengar suara
wheezing, T 100/70 mmHg, Nadi 90X/mnt,RR 30X/mnt, Suhu 37,40 C. Ibu
pasien mengatakan sesak nafas biasanya mereda dengan menghisap obat hisap
inhaler, tapi saat ini tidak bisa reda.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN. Y DENGAN


ASMA DI RUANG DELIMA RS ROEMANI
6.PENGKAJIAN FOKUS

A. DEMOGRAFI
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 September 2021 pukul 21.00 WIB.
1. BIODATA
A. Identitas Pasien
1) Nama : NN. Y
2) Umur : 23 th
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
6) Pekerjaan/sumber : Mahasiswi
7) No Rekam Medik : G2A02000

B. Tanggal Masuk RS : 22 September 2021 pukul 21.00


WIB.
C. Dx. Medis : Asma Akut

2. RIWAYAT KESEHATAN

A. Keluhan Utama :Sesak nafas


B. Riwayat Penyakit Sekarang :Pasien dibawa ke RS karena
mengalami sesak nafas, Pasien mengatakan sering mengalami
sesak nafas pada 2 minggu terakhir karena setelah pulang dari
berkemah.
C. Riwayat Penyakit Dahulu :Pasien biasanya sesak nafas timbul
saat udara sangat dingin dan menghirup debu.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Kesehatan Umum
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
BB :
TB :
TTV
 Tekanan Darah : 100 / 70 mmHg
 Nadi : 90 x / menit
 Suhu : 37,40 C
 RR : 30 x / menit
b. Dada :
 Paru-paru
Auskultasi : terdapat suara wheezing
c. Terapi
1. Obat Hisap Inhaler

DATA (DS dan DO MASALAH KEPERAWATAN ETIOLOGI

DS :

- Pasien mengatakan - Bersihan Jalan Nafas - Benda asing dalam


sering mengalami Tidak Efektif jalan napas
sesak nafas pada 2
minggu terakhir - Gangguan Pertukaran Gas - Ketidakseimbangan
karena setelah ventilasi-perfusi
pulang dari
berkemah.
- Ibu pasien - Pola Napas Tidak Efektis - Hambatan upaya napas
mengatakan pasien
biasanya sesak
nafas timbul saat
udara sangat dingin
dan menghirup
debu.

DO :

- Pasien tampak
sesak.
- Pasien tampak
lemah.
- Bunyi wheezing
pada auskultasi
paru.
- TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 90x/mnt
S : 37,40 C
RR : 30x/mnt
B. ANALISA DATA

7.PATHWAYS

(Amin Huda, 2016).

(Alergen, Emosi/Stress, Obat-Obatan, Infeksi)

Reaksi Antigen dan Antibodi

Release Vasoactive Substance


(Histamin, Bradikinin, Anafilatoxin)
Kontraksi Otot Polos Permeabilitas Kapiler Sekresi
Mukus

Bronchospasme Kontraksi Otot Polos Produksi


Mukus
Edema Mukosa
Hipersekresi

Bersihan Jalan Nafas


Tidak Efektif Obstruksi Saluran Nafas

Hipoventilasi
Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
Gangguan difusi gas di alveoli
Gangguan
Pertukaran Gas
Hipoxemia
8.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan benda asing


dalam jalan napas dibuktikan dengan mengi, wheezing
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
ventilasi-perfusi dibuktikan dengan bunyi napas tambahan
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan uoaya
napas dibuktikan dengan pola napas abnormal

9.RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Nn.Y


Umur : 23 tahun
No TUJUAN DAN DIAGNOSA INTERVENSI
DP KRITERIA HASIL
1. Setelah dilakukan Bersihan  Mengkaji TTV pasien
tindakan keperawatan jalan nafas  Memonitor tanda dan
selama 3 x 24 jam tidak efektif gejala infeksi saluran
bersihan jalan nafas pernapasan pasien dan
tidak efektif membaik mencatatnya
dengan kriteria:  Menyediakan tempat yang
 Nn.Y merasa nyaman untuk pasien
nyaman dan  Mengatur posisi pasien
rileks yang nyaman dan rileks
 Nn.Y dapat  Menganjurkan pasien
melakukan untuk tarik napas dalam
tarik napas melalui hidung selama 4
dalam sesuai detik, ditahan selama 2
anjuran detik, kemudian keluarkan
 Tekanan darah dari mulut selama 8 detik
Nn.Y normal  Menganjurkan pasien
120/80mmHg mengulangi tarik napas
 Denyut nadi dalam hingga 3 kali
Nn.Y normal
berkisar 60-
100x/menit

2. Setelah dilakukan Gangguan  Memonitor adanya


indakan keperawatan Pertukaran sumbatan jalan napas
selama 3 x 24 jam Gas pasien
gangguan pertukaran  Auskultasi bunyi napas,
gas akan berkurang mencatat adanya bunyi
dengan kriteria hasil: nafas
 Pertukaran gas  Atur interval pemantauan
Nn.Y membaik respirasi seusai kondisi
 Perfusi pasien
jaringan paru  Mendokumentasikan
baik seluruh hasil pemantauan
 Respon
ventilasi
mekanis
perfusi
jaringan baik
 Status
pertukaran gas
CO2 dan O2
dialveoli
membaik
 Suara
wheezing
berkurang

3. Setelah dilakukan Pola Napas  Memonitor frekuensi,


indakan keperawatan Tidak irama, kedalaman dan
selama 3 x 24 jam Efektif upaya napas pasien, lalu
pola napas tidak mencatatnya
efektif akan membaik  Memonitor bunyi napas
dengan kriteria: tambahan pada pasien
 Frekuensi,  Mempertahankan
irama, suara kepatenan jalan napas
pernafasan pasien
Nn.Y dalam  Memberikan minuman
batas normal hangat
 Jalan nafas
Nn.Y paten
 Tidak lagi
terdengar suara
wheezing
 Nn.Y dapat
bernafas
normal

IMPLEMENTASI

Nama Klien : Nn. Y


Umur : 23 tahun

NO. TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI


/JAM
1. 22/09/2021 S:
21.00 WIB  Mengkaji TTV pasien  Pasien mengatakan bersedia untuk
 Memonitor tanda dan gejala melalukan pemeriksaan TTV
infeksi saluran pernapasan  Pasien mengatakan mengalami
pasien dan mencatatnya sesak nafas sudah 2 minggu
setelah pulang dari berkemah,
pasien juga mengatakan merasa
sesak saat udara dingin dan saat
 Menyediakan tempat yang menghirup debu.
nyaman untuk pasien
 Pasien mengatakan bersedia untuk
 Mengatur posisi pasien yang berada di tempat nyaman
nyaman dan rileks
 Pasien mengatakan merasa
 Menganjurkan pasien untuk nyaman dengan posisi duduk atau
00.00 WIB tarik napas dalam melalui setengah duduk
hidung selama 4 detik, ditahan
selama 2 detik, kemudian  Pasien mengatakan merasa lebih
keluarkan dari mulut selama 8 nyaman setelah melakukan
detik relaksasi nafas dalam yang di
 Menganjurkan pasien anjurkan oleh perawat
mengulangi tarik napas dalam
hingga 3 kali  Pasien mengatakan bersedia
melakukan relaksasi nafas dalam
lagi hingga 3 kali

O:
 TTV :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu :37,40C
RR :30x/menit
 Pasien terlihat lebih nyaman
tetapi masih mengeluhkan sesak
A: masalah Teratasi sebagian
P: mengobservasi TTv pasien dan
menganjurkan relaksasi nafas dalam dan
menganjurkan posisi duduk.
2. 23/09/2021 S:
07.00 WIB  Memonitor adanya sumbatan  Pasien mengatakan sering nafas
jalan napas pasien terlalu cepat karena merasa sesak
 mengauskultasi bunyi napas,  Pasien mengatakan nafasnya
mencatat adanya bunyi nafas berbeda dengan 2 minggu
 mengatur interval pemantauan sebelumnya
respirasi seusai kondisi pasien  Pasien bersedia untuk di pantau
 Mendokumentasikan seluruh kondisinya
hasil pemantauan  Pasien mengatakan bersedia untuk
di tanya men genai kondisinya.
O:
 RR pasien 30x/ menit
 Terdapat suara whezzing
 Pola nafas pasien tidak teratur dan
akan semakin parah terhadap
udara dingin dan debu
 Setelah di dokumentasi pasien
mengalami sesak sejak 2 minggu
yang lalu
A: masalah belum teratasi
P: mengkaji RR pasien,
mendokumentasikan kondisi
perkembangan pasien
3. 24/09/2021 S:
12.00 WIB  Memonitor frekuensi, irama,  Pasien mengatakan nafasnya
kedalaman dan upaya napas sangat cepat dan pasien sering
pasien, lalu mencatatnya menghirup obat hisap inhaler u
 Memonitor bunyi napas ntuk meredakan sesaknya
tambahan pada pasien  Pasien mengatakan terdapat bunyi
 Mempertahankan kepatenan setiap pasien bernafas saat kondisi
jalan napas pasien sesak
 Memberikan minuman hangat  Pasien sering posisi duduk untuk
mengurangi sesak sehingga nafas
bisa stabil dan tidak terlalu cepat
 Pasien mengatakan sudah
mengkonsumsi minuman hangat
tadi pagi 2 gelas dan tadi sore
minum hangat 1 gelas
O:
 Frekuensi nafas cepat 30x/menit
 Posisi duduk membantu pasien
saat sesak
 Terdapat bunyi whezzing
 Pasien mengkonsumsi obat hisap
inhaler untuk mengurangi
sesaknya
 Air hangat sangat membantun
pasien saat sedang sesak.
A: masalah teratasi sebagian
P: beri obat inhaler untuk menguramgi
sesak

EVALUASI

No. Diagnosa Evaluasi Hasil TTD


1. Bersihan jalan nafas tidak S : Nn. Y mengatakan merasa lebih nyaman setelah
efektif melakukan relaksasi nafas
O:
 Nn.Y merasa nyaman dan rileks
 Nn.Y dapat melakukan tarik napas dalam sesuai
anjuran
 Tekanan darah Nn.Y normal 120/80mmHg
 Denyut nadi Nn.Y normal berkisar 60-
100x/menit
A:
Masalah Nn. Y terselesai sebagian
P:
Monitoring kondisi Nn. Y dengan melihat
perkembangan tekanan darah, denyut nadi dan
menganjurkan relaksasi nafas dalam dan menganjurkan
posisi duduk.
2. Gangguan Pertukaran Gas S:
 Pasien mengatakan sering nafas terlalu cepat
karena merasa sesak
 Pasien mengatakan nafasnya berbeda dengan 2
minggu sebelumnya
O:
 Pertukaran gas Nn.Y membaik
 Perfusi jaringan paru baik
 Respon ventilasi mekanis perfusi jaringan baik
 Status pertukaran gas CO2 dan O2 dialveoli
membaik
 Suara wheezing berkurang
A:
Masalah Nn. Y terselesaikan sebagian
P:
Monitoring kondisi pernafasan Nn. Y

3. Pola Napas Tidak Efektif S:


 Nn. Y mengatakan nafasnya sangat cepat dan
pasien sering menghirup obat hisap inhaler u
ntuk meredakan sesaknya
 Pasien mengatakan sudah mengkonsumsi
minuman hangat tadi pagi 2 gelas dan tadi sore
minum hangat 1 gelas
O:
 Frekuensi, irama, suara pernafasan Nn.Y dalam
batas normal
 Jalan nafas Nn.Y paten
 Tidak lagi terdengar suara wheezing
 Nn.Y dapat bernafas normal
A:
Masalah Nn. Y terselesaikan sebagian
P:-

DAFTAR PUSTAKA

1. Amin Huda, H. K. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid 1.


Jogjakarta: Mediaction.

2. Asmarani, I. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ASMA


BRONKIAL DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG
LAIKAWARAKA RSU BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA.
http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/629/1/KTI%20Indar%20Asmarani.pdf

3. Kemenkes RI. (2018).


Keputusan_Menteri_Kesehatan_RI_Tentang_Pedoman_Pengendalian_Asma1.pdf
(p. 34).

4.Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasrkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (1st ed.). Mediaction Jogja.

5.Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). DPP PPNI.

6.Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.

7.World Health Organization (WHO). 2020. Chronic respiratory diseases: asthma.


Diunduh dari https://www.who.int/news-room/q-a-detail/chronic-respiratory-
diseases-asthma 22 September 2021

Anda mungkin juga menyukai