Kelompok: 2
Disusun Oleh:
Kelas: 3B
2.ETIOLOGI
1. Asma lebih mungkin terjadi jika anggota keluarga lain juga menderita asma
terutama kerabat dekat seperti orang tua atau saudara kandung.
2. Asma lebih mungkin terjadi pada orang yang memiliki kondisi alergi lain
seperti eksim dan Rintis.
3. Urbanisasi dikaitkan dengan peningkatan prevalensi Asma mungkin karena
beberapa faktor gaya hidup.
4. Peristiwa di awal kehidupan mempengaruhi perkembangan paru-paru dan
dapat meningkatkan risiko asma. ini termasuk berat badan lahir rendah,
prematuritas, paparan asap tembakau dan sumber polusi udara lainnya, serta
infeksi virus pernapasan.
5. Paparan terhadap berbagai alergi dan iritasi lingkungan juga dianggap
meningkatkan risiko asma, termasuk polusi udara dalam dan luar ruangan,
tungau debu rumah, jamur dan paparan bahan kimia, asap atau debu di tempat
kerja.
6. Anak-anak dan orang dewasa yang kelebihan berat badan atau obesitas
memiliki risiko asma yang lebih besar.
3.PATOFISIOLOGI
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu alergi
dan psikologis kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi
otot-otot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya
kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga
terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara pada jalan nafas
maka akan menimbulkan gangguan seperti ventilasi (hipoventilasi), distribusi
ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di
tingkat alveoli. Tiga kategori asma (asma akstrinsik) ditemukan pada klien dewasa
yang disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit
atopik seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma.
Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya
faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan
fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma (Amin Huda, 2016).
4.MANIFESTASI KLINIS
Terdiri dari trias sesak nafas, batuk, dan mengi. Gejala lainnya dapat
berupa rasa berat di dada, produksi sputum, penurunan toleransi kerja, nyeri
tenggorokan, dan pada asma alergik dapat disertai dengan pilek atau bersin.
Timbulnya gejala juga sangat dipengaruhi oleh adanya faktor pencetus seperti
paparan terhadap alergi, udara dingin, infeksi saluran nafas, obat-obatan atau
aktivitas fisik.faktor sosial juga mempengaruhi munculnya serangan pada pasien
asma, seperti karakteristik rumah, merokok atau tidak, karakteristik tempat
bekerja atau sekolah, tingkat pendidikan pennderita,atau pekerjaan.
5.PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
Edukasi yang baik akan menurunkan morbiditi dan mortaliti. Edukasi
tidak hanya ditunjukan untuk penderita dan keluarga tetapi juga pihak lain
yang membutuhkan seperti pemegang keputusan, pembuat perencanaan
bidang kesehatan/asma, profesi kesehatan.
2. Menilai dan monitor berat asma secara berkala
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh
penderita sendiri mutlak dilakukan pada penatalaksanaan asma. Hal
tersebut disebabkan berbagai faktor antara lain:
a. Gejala dan berat asma berubah, sehingga membutuhkan perubahan
terapi
b. Pajanan pencetus menyebabkan penderita mengalami perubahan
pada asmanya.
c. Daya ingat(memori) dan motivasi penderita yang perlu direview,
sehingga membantu penanganan asma terutama asma mandiri.
3. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
4. Merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk mengontrol penyakit, disebut
sebagai asma terkontrol. Terdapat 3 faktor yang perlu dipertimbangkan:
a. Medikasi(obat obatan)
b. Tahapan pengobatan
c. Penanganan asma mandiri (Pelangi asma)
5. Menetapkan pengobatan pada serangan akut
6. Kontrol secara teratur
Pada penatalaksanaan jangka panjang terdapat 2 hal yang perlu
diperhatikan oleh dokter yaitu:
a. Tindak lanjut (follow up) teratur
b. Rujuk ke ahli paru untuk konsultasi atau penanganan lanjut bila
diperlukan.
7. Pola hidup sehat
a. Meningkatkan kebugaran fisik
b. Berhenti atau tidak pernah merokok
c. Lingkungan kerja
KASUS
A. DEMOGRAFI
Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 September 2021 pukul 21.00 WIB.
1. BIODATA
A. Identitas Pasien
1) Nama : NN. Y
2) Umur : 23 th
3) Jenis Kelamin : Perempuan
4) Agama : Islam
5) Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
6) Pekerjaan/sumber : Mahasiswi
7) No Rekam Medik : G2A02000
2. RIWAYAT KESEHATAN
DS :
DO :
- Pasien tampak
sesak.
- Pasien tampak
lemah.
- Bunyi wheezing
pada auskultasi
paru.
- TTV :
TD : 100/70 mmHg
N : 90x/mnt
S : 37,40 C
RR : 30x/mnt
B. ANALISA DATA
7.PATHWAYS
Hipoventilasi
Distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru
Gangguan difusi gas di alveoli
Gangguan
Pertukaran Gas
Hipoxemia
8.DIAGNOSA KEPERAWATAN
9.RENCANA KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI
O:
TTV :
TD : 100/70 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu :37,40C
RR :30x/menit
Pasien terlihat lebih nyaman
tetapi masih mengeluhkan sesak
A: masalah Teratasi sebagian
P: mengobservasi TTv pasien dan
menganjurkan relaksasi nafas dalam dan
menganjurkan posisi duduk.
2. 23/09/2021 S:
07.00 WIB Memonitor adanya sumbatan Pasien mengatakan sering nafas
jalan napas pasien terlalu cepat karena merasa sesak
mengauskultasi bunyi napas, Pasien mengatakan nafasnya
mencatat adanya bunyi nafas berbeda dengan 2 minggu
mengatur interval pemantauan sebelumnya
respirasi seusai kondisi pasien Pasien bersedia untuk di pantau
Mendokumentasikan seluruh kondisinya
hasil pemantauan Pasien mengatakan bersedia untuk
di tanya men genai kondisinya.
O:
RR pasien 30x/ menit
Terdapat suara whezzing
Pola nafas pasien tidak teratur dan
akan semakin parah terhadap
udara dingin dan debu
Setelah di dokumentasi pasien
mengalami sesak sejak 2 minggu
yang lalu
A: masalah belum teratasi
P: mengkaji RR pasien,
mendokumentasikan kondisi
perkembangan pasien
3. 24/09/2021 S:
12.00 WIB Memonitor frekuensi, irama, Pasien mengatakan nafasnya
kedalaman dan upaya napas sangat cepat dan pasien sering
pasien, lalu mencatatnya menghirup obat hisap inhaler u
Memonitor bunyi napas ntuk meredakan sesaknya
tambahan pada pasien Pasien mengatakan terdapat bunyi
Mempertahankan kepatenan setiap pasien bernafas saat kondisi
jalan napas pasien sesak
Memberikan minuman hangat Pasien sering posisi duduk untuk
mengurangi sesak sehingga nafas
bisa stabil dan tidak terlalu cepat
Pasien mengatakan sudah
mengkonsumsi minuman hangat
tadi pagi 2 gelas dan tadi sore
minum hangat 1 gelas
O:
Frekuensi nafas cepat 30x/menit
Posisi duduk membantu pasien
saat sesak
Terdapat bunyi whezzing
Pasien mengkonsumsi obat hisap
inhaler untuk mengurangi
sesaknya
Air hangat sangat membantun
pasien saat sedang sesak.
A: masalah teratasi sebagian
P: beri obat inhaler untuk menguramgi
sesak
EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
6.Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). DPP PPNI.