Anda di halaman 1dari 49

TRIGGER 3 TUTOR VI

Fasilitator : dr. Jefri Henky, Sp.BS,M.Kes

fk.unbrah.ac.id @infofkunbrah
Ketua : PUTRI KURNIA QURRATA .A. (2110070100049)
Sekretaris : FANZA ANUGRAH (2110070100068)

Anggota :
1. GHIFFARI NAUFAL CAHYADI (2010070100051)
2. SHINTA NOVIAMANDA (2010070100119)
3. RINGGA ANJANI SYAHPUTRA (2110070100001)
4. AGNES YESICA SARI (2110070100088)
5. WULANDRA AFRILOSA (2110070100130)
6. M ZHAFRAN AL GHOZI (2110070100142)
7. ANNISA DIVA DHIERSA (2110070100003)
2
fk.unbrah.ac.id
TRIGGER 3. AKU MENCIUT

Seorang laki-laki, 21 tahun, datang ke IGD RS dengan keluhan sesak napas sejak 1 jam yang lalu,
disertai bunyi mengi. Ini merupakan serangan yang ke-empat dalam sebulan terakhir. Saat
sesaknya kambuh, biasanya pasien melakukan nebulisasi dan kondisinya akan membaik. Pasien
juga mengeluhkan batuk berdahak, dan didahului dengan demam. Ibu pasien juga menderita
penyakit yang sama.
Pasien tampak sianosis dan ditemukan retraksi otot bantu nafas. Pada saat dianamnesis, pasien
hanya dapat mengucapkan satu-dua kata. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan tekanan darah
130/90 mmHg, frekuensi nadi 120 kali/menit, frekuensi nafas 30 kali/menit, suhu 38,8OC. SaO2
< 90%, APE < 50% nilai prediksi. Pada pemeriksaan fisik toraks ditemukan wheezing di kedua
lapang paru. Dokter juga meminta untuk dilakukan pemeriksaan rontgen toraks dan didapatkan
gambaran dalam batas normal.
Bagaimana Anda menjelaskan apa yang terjadi pada pasien?
STEP 1: CLARIFY UNFAMILIAR
TERMS
1. Wheezing :suara siulan bernada tinggi yang muncul saat bernapas
2. Sianosis : tanda kebiruan pada kulit karna kekurangan oksigen dalam darah
3. APE : jumlah aliran udara maksimal yang dicapai dalam ekspirasi paksa saat waktu tertentu
4. Kontraksi otot bantu napas : bernapas memerlukan bantuan otot otot pernapasan karena tubuh mengalami kekurangan
oksigen
STEP 2: DEFINE THE PROBLEM & STEP 3:
BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS OR
EXPLANATION
1. Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan wheezingpada kedua lapangan paru ?
2. Apa interpretasi pada pemeriksaan APE?
3. Apa yang menyebabkan pasien mengalami retraksi otot bantu napas?
4. Apa yang menyebabkan pasien batuk dan didahului dengan demam?
5. Apa yang menyebabkan pasien sesak naps disertai suara mengi?
6. Bagaimana mekanisme nebulisasi bisa mengatasi sesak ?
7. Mengapa pasien sesak nafas bisa mengalami sianosis ?
3: BRAINSTORM POSSIBLE HYPOTHESIS OR
EXPLANATION
• Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan wheezingpada kedua lapangan paru ?
• Karena adanya penyempitan atau penyumbatan pada saluran pernafasan trakea atau bronkus
• Apa interpretasi pada pemeriksaan APE?
• Pasien berada dalam kondisi membutuhkan pengangganan gawat darurat karna normalnya 80-
100%
• Apa yang menyebabkan pasien mengalami retraksi otot bantu napas?
• Karena sesak yang dialami pasien itu menyebabkan dia berusaha menarik udara sebanyak
banyaknya ke paru paru sehingga terjadi retraksi pada otot bantu napas
• Apa yang menyebabkan pasien batuk dan didahului dengan demam?
• Karena adanya respon inflamasi terhadap penyerangn virus, paru paru mengeluarkan lendir
sebagai respon masukya virus sehingga tubuh mengeluarkan lendir melalui batuk
• Apa yang menyebabkan pasien sesak naps disertai suara mengi?
• Karena adanya penyempitan di saluran napas itulah yang membuat sien sesak yang disertai suara menciut atau
mengi ketika bernapas
• Penyempitan pita suara juga bisa menyebabkan mengi
• Bagaimana mekanisme nebulisasi bisa mengatasi sesak ?
• Karena nebulisasi memiliki manfaat relaksasi ke spasmeotot pernafasan membuat sputum atau sekret menjadi
encer yang bisa membuatkan jalan napas menjadi lembab
• Mengapa pasien sesak nafas bisa mengalami sianosis ?
• Karena terjadi kekurangan oksigen pada pasien
STEP 4: ARRANGE EXPLANATION
INTO TENTATIVE SOLUTION
Laki-laki 21 tahun

PEMERIKSAAN FISIK
1. SIANOSIS Anamesis Pemeriksaan Penunjang
2. Retraksi otot bantu 1. Sesak napas 4 x dalam - Rotgen Toraks (N)
nafas sebulan
3. Wheezing saat 2. Wheezing
auskultasi 3. Batuk berdahak
4. TD 130/90 MMHg 4. Demam
5. F Nadi 120 x / menit 5. Riwayat keluarga
6. Nafas 30 x / menit 6. Riwayat pengobatan
7. Suhu 38,8 c ( NEBULISASI )
8. SO <90 % 7. Hanya bisa menjawab 1-2
9. APE <50% kata

Diagnosis Asma Bronkial

Tata laksana dan edukasi


STEP 5: DEFINE LEARNING
OBJECTIVE
Pertussis :
1. Asma Bronkial
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemiologi
d. Klasifikasi asma
e. Faktor resiko
f. Patofisioogi
g. Gejala klinis
h. Diagnosis
i. Pemeriksaan penunjang
i. Spirometri
ii. Hitung jenis eousinofil
j. Diagnosis banding
k. Tatalaksana
i. Asma stabil
ii. Asma eksersebasi
l. Edukasi dan pencegahan
m. Komplikasi
n. prognosis
STEP 7: SHARE THE RESULTS OF
INFORMATION GATHERED AND
PRIVATE STUDY
01
KLASIFIKASI
ASMA
1. Ringan sampai sedang. Mengi/ batuk tanpa distres berat, dapat berbicara dengan
normal.
2. Sedang sampai berat. Mengi/ batuk disertai dengan distres, berbicara dalam kalimat
atau frasa pendek, didapatkan nilai saturasi oksigen antara 90%-95% jika diukur
dengan oksimetri nadi perifer.
3. Berat, mengancam nyawa Distres pernafasan berat, kesulitan berbicara, sianosis, lelah
dan bingung, usaha respirasi buruk, suara nafas lemah, takipnea, bradikardia,
hipotensi, saturasi oksigen kurang dari 90% jika diukur dengan oksimetri nadi perifer.
Tahap I : Intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu
2) Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari)
3) Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
4) Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode eksaserbasi
5) PEF atau FEV1 : ≥ 80% dari prediksi Variabilitas < 20%
6) Pemakaian obat untuk mempertahankan kontrol : Obat untuk mengurangi
gejala intermitten dipakai hanya kapan perlu inhalasi jangka pendek β2 agonis
7) Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi kortikosteroid
oral mungkin dibutuhkan.
b. Tahap II : Persisten ringan
Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :
1) Gejala ≥ 1 kali seminggu tetapi < 1 kali sehari
2) Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
4) PEF atau FEV1 : > 80 % dari prediksi , Variabilitas 20-30%
5) Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol : Obat-obatan
pengontrol serangan harian mungkin perlu bronkodilator jangka panjang
ditambah dengan obat-obatan antiinflamasi (terutama untuk serangan
asma malam hari.
c. Tahap III : Persisten sedang
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala harian
2) Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
3) Gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
4) Pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
5) PEV atay FEV1 : > 60% - < 80% dari prediksi Variabilitas > 30%
6) Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol : Obat-
obatan pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid
bronkodilatorjangka panjang (terutama untuk serangan asma malam hari)
Tahap IV : Persisten berat
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
1) Gejala terus-menerus
2) Gejala eksaserbasi sering
3) Gejala serangan asma malam hari sering
4) Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
5) PEF atau FEV1 : ≤ 60% dari prediksi
6) Variabilitas > 30%
02
ASMA BROKIAL
DEFINISI ASMA BRONKIAL
Asma bronkial adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran nafas yang menyebabkan
hiperaktivitas bronkus terhadap berbagal rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang berupa mengi,
batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel
baik dengan atau tanpa pengobatan. Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak
mengganggu aktivitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat bahkan dapat menimbulkan
kematian.
Asma bronkial adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperesponsif sel
imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan gejala
dyspnea whezzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang.
EPIDEMIOLOGI ASMA BRONKIAL
Jumlah penduduk dunia yang mengidap penyakit asma sudah mencapai angka 334 juta orang. Hasil ini
didapatkan dari analisis secara luas terakhir yang di laksanakan oleh Global Burden of Disease Study (GBDS) pada
tahun 2008-2010 sementara Global Asthma Report tahun 2011 menyebutkan adanya jumlah sekitar 235 juta orang di
dunia yang mengidap penyakit asma berdasarkan penelitian GBDS tahun 2000-2002, sehingga dapat disimpulkan
terjadi peningkatan drastis dalam kurun waktu 10 tahun penelitian. Dari penelitian-penelitian tersebut juga didapatkan
bahwa prevalensi asma terbanyak tidak lagi dari negara dengan penghasilan tinggi, tetapi dari negara berpenghasilan
rendah hingga menengah, bahkan prevalensi di negara tersebut ditemukan meningkat secara drastis. Indonesia
merupakan salah satu negara berpenghasilan menengah ke bawah yang mempunyai prevalensi asma yang tinggi, yaitu
mencapai 10,8% untuk umur 13-14 tahun
Di Indonesia didapatkan hasil prevalensi nasional untuk penyakit asma pada
semua umur adalah 4,5 %. Dengan prevalensi asma tertinggi terdapat di Sulawesi
Tengah (7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%), di Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi
Selatan (6,7%). Dan untuk provinsi Jawa Tengah memiliki prevalensi asma sebesar 4,3 %.
Dan prevalensi asma lebih tinggi pada perempuan dibandingkan pada laki-laki
ETIOLOGI ASMA BRONKIAL
1. Asma alergik Dapat disebabkan oleh alergen, misal serbuk sari, binatang, makanan dan jamur. Kebanyakan alergen
terdapat di udara dan bersifat musiman, biasanya pasien juga memiliki riwayat keluarga yang alergik dan riwayat
medis eczema atau rhinitis alergik. Pajanan terhadap alergen mencetuskan asma. Anak-anak dengan asma alergik
sering dapat mengatasi kondisi sampai masa remaja.
2. Asma idiopatik atau nonalergik Jenis asma ini tidak berhubungan dengan alergen spesifik. Faktor seperti common
cold, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan. Selain itu
beberapa agen farmakologi juga dapat menjadi faktor seperti aspirin dan agen antiinflamasi nonsteroid lain, pewarna
rambut, antagonis beta-adrenergik dan pengawet makanan. Serangan pada asma ini menjadi lebih berat dan sering,
kemudian dapat berkembang menjadi bronkitis kronis dan emfisema.
3. Asma gabungan Merupakan bentuk asma yang paling umum. Asma ini memiliki karakteristik dari bentuk alergik
maupun idiopatik/nonalergik
FAKTOR RESIKO ASMA
Adapun faktor predisposisi pada asma yaitu: BRONKIAL
1) Genetik Diturunkannya bakat alergi dari keluarga dekat, akibat adanya bakat alergi ini penderita sangat mudah
terkena asma apabila dia terpapar dengan faktor pencetus.
Adapun faktor pencetus dari asma adalah:
a. Alergen Merupakan suatu bahan penyebab alergi. Dimana ini dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, bakteri, dan polusi.
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan dan obat-obatan tertentu seperti penisilin, salisilat, beta
blocker, kodein, dan sebagainya.
3) Kontaktan, seperti perhiasan, logam, jam tangan, dan aksesoris lainnya yang masuk melalui kontak dengan kulit.
b. Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa yang dingin sering
mempengaruhi asma, perubahan cuaca menjadi pemicu serangan asma.
c. Lingkungan kerja Lingkungan kerja merupakan faktor pencetus yang
menyumbang 2-15% klien asma. Misalnya orang yang bekerja di pabrik kayu,
polisi lalu lintas, penyapu jalanan.
d. Olahraga Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan asma
bila sedang bekerja dengan berat/aktivitas berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan asma
e. Stres Gangguan emosi dapat menjadi pencetus terjadinya serangan asma,
selain itu juga dapat memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma harus segera diobati penderita asma yang mengalami stres harus
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalahnya
MANIFESTASI KLINIS ASMA
a. Stadium Dini BRONKIAL
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
1) Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
2) Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang timbul
3) Wheezing belum ada
4) Belum ada kelainan bentuk thorak
5) Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
6) BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
7) Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
8) Wheezing
9) Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
10) Penurunan tekanan parsial O2
b. Stadium lanjut/kronik
7) Sianosis
1) Batuk, ronchi
8) BGA Pa O2 kurang dari 80%
2) Sesak napas berat dan dada
9) Terdapat peningkatan
seolah-olah tertekan
gambaran bronchovaskuler
3) Dahak lengket dan sulit
kiri dan kanan pada Rongen
dikeluarkan
paru
4) Suara napas melemah bahkan
10) Hipokapnea dan alkalosis
tak terdengar (silent chest)
bahkan asidosis respiratorik.
5) Thorak seperti barel chest
6) Tampak tarikan otot
stenorkleidomastoideus
DIAGNOSISI ASMA BRONKIAL
KUNJUNGAN 1 KUNJUNGAN 2 KUNJUNGAN 2
PENILAIAN GEJALA AWAL
Kapan kita curiga Asma pada
ASMA
• BATUK
seorang anak • Tentukan Klasifikasi
• Faktor pencetus
• NAFAS CEPAT Derajat Penyakit Asma
– golongan hirupan: debu
• NAPAS BUNYI rumah dengan tungaunya, • Jika dalam keadaan
(NGIKK,NGIKK) asap (rokok, obat nyamuk ), serangan : tentukan
• GEJALA MEMBURUK PADA kapuk, bulu binatang, kecoa derajat serangan asma
MALAM/DINI HARI (kotoran & serpihannya)
• SESAK NAPAS, SAKIT DADA, – golongan makanan: coklat,
kacang tanah, es, makanan dg
GELISAH DAPAT DISERTAI
MSG, tomat dsb
KEBIRUAN DI MULUT & – infeksi saluran napas (flu)
SEKITARNYA – perubahan cuaca, dll
– Olahraga yang berlebihan
KUNJUNGAN 3 : LEVEL KONTROL
1. Anamnesis
Gejala-gejala berikut merupakan karakteristik asma, antara lain:
Lebih dari 1 gejala (mengi, sesak, batuk dan dada terasa berat) terutama pada orang
dewasa ,Gejala umumnya lebih berat pada malam atau awal pagi hari, Gejala
bervariasi menurut waktu dan intensitas , Gejala dicetuskan oleh infeksi virus (flu),
aktivitas fisik, pajanan alergen, perubahan cuaca, emosi, serta iritan seperti asap
rokok atau bau yang menyengat
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat bervariasi dari normal sampai didapatkan adanya
kelainan. Selain itu perlu diperhatikan tanda-tanda asma dan penyakit alergi lainnya.
Tanda asma yang paling sering ditemukan adalah wheezing (mengi), tetapi pada
sebagian pasien asma tidak didapatkan mengi diluar serangan. Pada serangan asma
umumnya terdengar mengi, disertai tanda-tanda lainnya, pada asma yang sangat
berat mengi dapat tidak terdengar (silent chest) dan pasien dalam keadaan sianosis
dan kesadaran menurun
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Spirometer. Alat pengukur faal paru,
selain penting untuk menegakkan
diagnosis juga untuk menilai beratnya
obstruksi dan efek pengobatan.
2. Peak Flow Meter/PFM. Peak flow
meter merupakan alat pengukur faal
paru sederhana, alat tersebut digunakan
untuk mengukur jumlah udara yang
berasal dari paru. Oleh karena
pemeriksaan jasmani dapat normal,
dalam menegakkan diagnosis asma
diperlukan pemeriksaan obyektif
(spirometer/FEV1 atau PFM).
Spirometer lebih diutamakan dibanding PFM
oleh karena; PFM tidak begitu sensitif
dibanding FEV. untuk diagnosis obstruksi
saluran napas, PFM mengukur terutama
saluran napas besar, PFM dibuat untuk
pemantauan dan bukan alat diagnostik, APE
dapat digunakan dalam diagnosis untuk
penderita yang tidak dapat melakukan
pemeriksaan FEV1.
3. X-ray dada/thorax. Dilakukan untuk
menyingkirkan penyakit yang tidak disebabkan
asma
DIAGNOSIS BANDING ASMA
BRONKIAL
TATALAKSANA ASMA BRONKIAL
TATALAKSANA ASMA BRONKIAL TERBAGI ATAS 2 YAITU :
• RELIEVER : No ‘package system’
• CONTROLLER : Dose adjusment: maintain, increase, decrease

Obat pereda (reliever)


Obat untuk meredakan serangan atau gejala bila sedang timbul serangan Digunakan seperlunya, bila gejala reda,
obat dihentikan Antara lain :
• Agonis β2 kerja pendek
• Ipratropium bromida
• Steroid sistemik
• Adrenalin
• Magnesium sulfat Steroid inhalasi
TERAPI ASMA TERAPI ASMA
AKUT BERAT MONITORING

B-agonist tunggal : Tidak ada respon setelah • Vital sign: kesadaran, RR, HR,
• terbutaline pemberian Nebulisasi 3 kali suhu
Atau secara klinis dari awal
• salbutamol Sudah menunjukkan
• Sianosis, retraksi, wheezing
• Status hidrasi, asam basa dan
kombinasi serangan berat elektrolit
• Oxygen
• B-agonist + • IV line: dehydration and
• komplikasi: pneumothorax,
atelectasis, encephalopathy
ipatropium bromida acidosis
Rute Pemberian : • Steroid sistemik: oral or IV
• Frequent nebulization
• Inhalasi • Aminophylline IV drip: initial
• Oral + maintenance
• Chest X ray Ter
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
b. Mencegah kekambuhan
c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
e. Menghindari efek samping obat asma
f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Farmakologi, obat anti asma :
a.Bronchodilator : Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
b. Antikolinergin : Iptropiem bromid (atrovont)
c. Kortikosteroid : Predrison, hidrokortison, orodexon.
d. Mukolitin : BPH, OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.
KOMPLIKASI ASMA BRONKIAL
• Gagal napas, akibat saluran pernapasan melebar dan penuh lendir
• Henti jantung, yang terjadi akibat kekurangan oksigen
• Hipoksemia, yaitu kerusakan atau kematian otak akibat darah tidak mengandung cukup oksigen dalam waktu
yang lama
• Alkalosis respiratorik, yang terjadi ketika tubuh kekurangan karbondioksida akibat bernapas terlalu cepat
• Hiperkarbia, terutama pada pengguna ventilator, akibat ketidakmampuan paru-paru dalam membuang
karbondioksia sehingga menumpuk di dalam tubuh
• Pneumotoraks, yaitu ketika paru-paru kolaps atau rusak sehingga udara bocor ke ruang di antara paru-paru dan
dinding dada
• Pneumonediastinum, yang terjadi ketika udara bocor dari paru-paru ke rongga dada
EDUKASI DAN PENCEGAHAN
ASMA BRONKIAL
Edukasi yang diberikan mencakup, kapan pasien dengan asma berobat atau harus mencari pertolongan,
mengenali gejala serangan asma secara dini, mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol dan cara penggunaannya,
mengenali dan menghindari faktor pencetus, dan melakukan kontrol teratur. Alat edukasi untuk dewasa yang dapat
digunakan oleh dokter dan pasien disebut dengan pelangi asma yang terdiri dari tiga warna yaitu hijau (kondisi
baik/serangan asma ringan), kuning (serangan asma sedang) dan merah (serangan asma berat), sedangkan pada anak
digunakan lembaran harian.
PROGNOSIS ASMA BRONKIAL
• Prognosis asma dipengaruhi oleh respon terapi, kepatuhan terapi, teknik penggunaan inhaler, derajat keparahan
asma, dan frekuensi eksaserbasi. Asma telah dikaitkan dengan berbagai komplikasi, termasuk peningkatan angka
mortalitas
• Informasi mengenai perjalanan klinis asma mengatakan bahwa prognosis baik ditemukan pada 50-
80 % pasien, khususnya pasien yang penyakitnya ringan timbul pada masa kanak-kanak
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai