Anda di halaman 1dari 31

Aborsi, Menstruasi

regulation, dan Eugenetika


dalam islam
Kelompok 4 :
 Yona Afritin
(2110070100018)
 Sri Maharani (2110070100023)
 Rinna Putriana (2110070100025)
Pengertian, klasifikasi, dan
hukum aborsi
a. Pengertian aborsi
 Bahasa Inggris (Abortion)  gugur, keguguran, pengakhiran
kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau berat janin
sebelum mencapai 1000 gram.
 Fiqih (Hukum Islam)  isqath, ilqa, dan inzal
 Ilmu kedokteran  pengeluaran hasil konsepsi dari rahim
sebelum hasil konsepsi tersebut dapat hidup diluar Rahim
 Ilmu hukum  mengugurkan anak yang berada dalam
kandungan
b. Klasifikasi aborsi
Versi perspektif medis
1. Spontaneus Abortus (Aborsi spontan), yaitu abortus yang tidak disengaja,
bisa terjadi karena salah satu pasangan berpenyakit kelamin/ kecelakaan
2. Provocatus Abortus (Aborsi yang disengaja)
 Abortus artificialis therapicus  aborsi yang dilakukan oleh dokter atas
dasar indikasi medis. Misalnya jika kehamilan diteruskan bisa
membahayakan jiwa si calon ibu (TBC
 Abortus provocatus criminalis  aborsi yang dilakukan tanpa dasar
indikasi media. Misalnya aborsi yang dilakukan untuk meniadakan hasil
hubungan seks di luar perkawinan
Versi Perspektif Fiqh
a. Abortus spontan (al-isqat al-dhaty)  janin gugur secara alamiah tanpa
adanya pengaruh dari luar, atau gugur dengan sendirinya.
b. Abortus karena darurat (al-isqat al- d arury)  abortus yang dilakukan
karena ada indikasi fisik yang mengamcam nyawa ibu bila kehamilannya
dilanjutkan. Abortus model ini dibolehkan dan didukung oleh kaidah fiqh
yaitu: “Yang lebih ringan di antara dua bahaya bila dilakukan demi
menghindari resiko yang lebih membahayakan”.
c. Abortus karena khilaf atau tidak disengaja (khata ‟)  misalnya seorang
ibu kena peluru nyasar, sehingga janin yang dikandungnya mengalami
keguguran. Menurut pendapat ulama orang yang menembak tersebut
harus bertanggung jawab dan dikenakan ghurrah. Ghurrah ialah uang
kompensasi atau pembayaran diyat (uang tebusan).
d. Abortus yang menyerupai kesengajaan (syibh al-amd)  misalnya
seorang suami menyerang istrinya yang tengah hamil muda hingga
mengakibatkan ia keguguran. Dikatakan menyerupai kesengajaan karena
serangan memang tidak ditujukan langsung pada janin, tetapi pada
ibunya sehingga keguguran

e. Aborsi sengaja dan terencana (al-amd)  misalnya seorang ibu sengaja


meminum obat dengan maksud kandungannya gugur, atau sengaja
menyuruh dokter, dukun atau lainnya untuk menggugurkan
kandungannya. Abortus jenis ini dianggap berdosa dan pelakunya
dihukum pidana.
c. Hukum aborsi
Berdasarkan KUHP pasal 299, 346,348 dab 349 negara melarang
abortus, termasuk menstrual regulation dan sanksi hukumnya
cukup berat, bahkan hukumnya tidak hanya ditujukan kepada
wanita yang bersangkutan, tetapi semua orang yang terlibat
dalam kejahatan ini dapat dituntut, seperti dokter, dukun bayi,
dan sebagainya mengobatinya, yang menyuruhnya atau yang
membatu
Hukum Aborsi menurut pandangan islam
a. Aborsi sebelum ditiupkan roh
 Dibolehkan secara mutlak tanpa dikaitkan dengan uzur sama sekali.
Pendapat ini dikemukakan oleh ulama mazhab Zaidiyah, sebagian mazhab
Hanafi, dan sebagian mazhab Syafi‟ i.

 Dibolehkan apabila ada uzur, dan makruh hukumnya apabila tanpa uzur.
Uzur yang dimaksudkan adalah mengeringnya air susu ibu ketika
kehamilan sudah mulai kelihatan, sementara sang ayah tidak mampu
membiayai anaknya untuk menyusu kepada wanita lain apabila anaknya
lahir nanti. Pendapat ini dikemukakan oleh sebagian mazhab Hanafi dan
sebagian mazhab Syafi‟ i.
 Makruh secara mutlak apabila belum ditiupkan roh. Pendapat ini
dikemukakan oleh mazhab Maliki.

 Haram melakukan aborsi, sekalipun belum ditiupkan roh, karena air


mani apabila telah menetap dalam rahim, meskipun belum melalui masa
40 hari, tidak boleh dikeluarkan. Pendapat ini dikemukakan oleh
jumhur ulama mazhab Maliki dan mazhab Zahiri.

b. Aborsi setelah ditiupkan roh


Ulama fiqhi sepakat bahwa melakukan aborsi terhadap kandungan yang telah
menerima roh hukumnya haram. Dalil QS. al-An’am (6): 151
“Katakanlah, Marilah kubacakan apa yang diharamkan Allah atas kamu:
janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan-Nya, dan kepada kedua ibu
bapak melakukan kebaktian. Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu
karena kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepada kamu dan kepada mereka;
dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang
nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu
membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali berdasar sesuatu yang benar.
Demikian itu yang diwasiatkan kepada kamu, supaya kamu memahami.”
c. Aborsi karena darurat
 Aborsi yang dilakukan apabila ada uzur yang benar-benar tidak mungkin
dihindari, yang dalam istilah fiqhi disebut keadaan “darurat”, seperti apabila
janin dibiarkan tumbuh dalam rahim akan berakibat kematian ibu. Ulama
sepakat bahwa aborsi dalam hal ini hukumnya mubah. Kebolehannya ini guna
menyelamatkan nyawa sang ibu.
Hukum menstrual regulation
dalam islam
Menstruasi regulation juga dapat digolongkan ke dalam abortus
Provocatus Kriminal. Menstruasi regional adalah pengaturan menstruasi bisanya
dilakukan oleh seseorang wanita yang merasa terlambat waktu menstruasi dan
berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium ternyata positif dan mulai
mengandung. Dalam keadan demikian wanita yang terlambat menstruasi
meminta kepada dokter untuk membereskan janinnya. Karena itu abortus dan
menstrual regulation itu pada hakikatnya adalah pembunuhan jamin secara
terselubung.
Karena itu, berdasarkan Kitab UU Hukum Pidana (KUHP) pasal 299,
4346, 348 dan 349, negara melarang abortus, termasuk menstrual regulation dan
sangsi hukumannya cukup berat. islam juga melarangnya karena pada
hakikatnya sama dengan abortus, merusak, menghancurkan janin calon manusia
yang dimuliakan oleh Allah karena ia berhak tetap dalam keadaan hidup
sekalipun hasil dari hubungan yang tidak sah (di luar perkawinan yang sah)
sebab menurut islam bahwa setiap anak lahir dalam keadaan suci sesuai dengan
hadis nabi: "Semua anak dilahirkan atas fitrah. Kemudian orang tuanya lah yang
menyebabkan anak itu menjadi yahudi, nasrani, majusi" (H.R Abu ya' la, al-
thabrani dan al-baihaqi dari al-aswad bin sari')
Eugenetika perspektif islam
Eugenetika, artinya seleksi ras unggul, dengan tujuan agar janin yang
dikandung oleh ibu dapat diharapkan lahir sebagai bayi yang normal dan sehat
fisik, mental dan intelektual. Sebagai konsekuensinya, apabila janin diketahui
dari hasil pemeriksaan medis yang canggih, menderita cacat atau penyakit yang
sangat berat, maka digugurkan janin tersebut dengan alasan hidup anak yang
demikian tidak ada artinya dan menderita sepanjang hidupnya, dan juga menjadi
beban keluarga dan masyarakat/negara.
Ditinjau dari hukum Islam dan hukum positif, penerapan aborsi atau
menggugurkan kandungan terhadap janin pada dasarnya dilarang karena hal
tersebut menghilangkan nyawa sang bayi. Namun ada beberapa kondisi yang
dapat dijadikan alasan sehingga aborsi boleh dilakukan, seperti kandungan yang
mengancam keselamatan nyawa ibu dan kehamilan yang disebabkan
pemerkosaan, dengan catatan praktik tersebut memiliki legitimasi yang meliputi
saran dan pertimbangan dari dokter yang ahli dibidangnya serta lembaga yang
berwenang.
berdasarkan kaidah fiqih yang artinya:
¨Keadaan darurat itu dapat menghalalkan hal-hal yang dilarang¨
Kemudian mempertimbangkan dari segi madharat dan maslahatnya baik
secara fisik dan beberapa faktor lain yang memiliki potensi dan pengaruh
terhadap kehamilan. Dibolehkannya eugenetika karena seorang anak yang
hidup dengan kondisi down syndrom akan merasakan tidak memiliki arti
dalam hidup, kemudian mengalami penderitaan sepanjang hidupnya, dan juga
memberikan dampak beban terhadap keluarga maupun Masyarakat.
Manusia dan kehormatan
hidup perspektif islam
Secara bahasa kehormatan berasal dari kata hormat yang artinya
menghargai, takzim, khidmat dan sopan. Sedangkan menurut istilah
kehormatan adalah menyangkut nilai hidup manusia itu sendiri yakni
harkat, martabat dan harga diri manusia. Kehormatan manusia adalah
sebagai nilai hidup manusia itu sendiri. Karena pada dasarnya semua
manusia adalah sama, dan kedudukannya lebih tinggi dari makhluk lain.

Kehormatan Manusia Dalam Al-Qur’an :


a. Kehormatan berdasarkan Fitrah Manusia  dalam Q.s. al-Isra’ ayat 70
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-
baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. al-Isra (17): 70)

Manusia dianugerahi Allah Swt keistimewaan yang tidak


dianugerahkan-Nya kepada selainnya dan itulah yang menjadikan manusia
mulia serta harus dihormati dalam kedudukannya sebagai manusia.
b. Kehormatan Manusia Berdasarkan Ketakwaan
Sebagaimana firman Allah dalam Qs. al-Hujurat ayat 13 yang artinya
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. al-Hujurat (49): 13

Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku


bertujuan agar manusia saling kenal satu sama lain dan saling bekerja sama
agar tercipta persaudaraan yang rukun. Dan sesungguhnya yang paling mulia
dari seluruh manusia adalah yang bertakwa.
Abdurrahman An-Nahlawi, mengatakan manusia menurut pandangan Islam
meliputi :
1) Manusia sebagai makhluk yang dimuliakan, artinya Islam tidak memposisikan
manusia dalam kehinaan, kerendahan atau tidak berharga seperti binatang,
benda mati atau makhluk lainnya (QS..al-Isro: 70 dan al-Hajj : 65).
2) Manusia sebagai makhluk istimewa dan terpili. Salah satu anugrah Allah yang
diberikan kepada manusia adalah menjadikan manusia mampu membedakan
kebaikan dan kejahatan atau kedurhakaan dari ketakwaan.
3) Manusia sebagai makhluk yang dapat dididik. Allah telah melengkapi manusia
dengan kemampuan untuk belajar, dalam surat al-Alaq : 3 dan 5, Allah telah
menganugrahi manusia sarana untuk belajar, seperti penglihatan, pendengaran
dan hati.
Menelaah Q.S Al-Isra’ (17) : 70
dan Q.S Al-An’am (6) : 151
Q.S Al-Isra’ (17) : 70

“Dan sesungguhnya Kami telah menghormati anak-anak Adam dan Kami


angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami berikan rezeki dari yang baik-
baik kepada mereka, dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang Kami ciptakan.”
Ayat ini mengandung makna yang sangat penting bagi kehidupan
manusia. Allah SWT memberikan kehormatan dan keistimewaan bagi
manusia sebagai makhluk paling mulia di antara makhluk-makhluk ciptaan-
Nya. Manusia diberikan kekuasaan untuk mengelola bumi dan memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di dalamnya. Namun, dengan kekuasaan tersebut
juga diiringi dengan tanggung jawab besar untuk menjaga kelestarian alam
dan memanfaatkannya dengan bijak. Oleh karena itu, manusia harus
menghargai nilai diri sebagai manusia dengan cara tidak merendahkan diri
sendiri dan tidak merendahkan orang lain
Q.S Al-An’am (6) : 151
Artinya :
Katakanlah: "Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Tuhanmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu
membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan memberi
rezeki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu
yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).
Para ulama menamakan sepuluh ajaran pokok itu “al-Wasaya al-‘Asyr”
(sepuluh perintah), yang mana dalam ayat 151 ini disebutkan lima yaitu:
1. Jangan mempersekutukan Allah,
2. Berbuat baik kepada kedua orangtua (ibu dan bapak),
3. Jangan membunuh anak karena kemiskinan,
4. Jangan mendekati (berbuat) kejahatan secara terang-terangan maupun
secara tersembunyi,
5. Jangan membunuh jiwa yang diharamkan membunuhnya oleh Allah.
Adapun larangan tidak boleh mempersekutukan Allah adalah pokok
pertama yang paling mutlak, baik dengan perkataan atau iktikad. Seperti
mempercayai bahwa Tuhan itu bersekutu, atau dengan perbuatan seperti
menyembah berhala-berhala atau sembahan-sembahan lainnya.
Terimakasih..

Anda mungkin juga menyukai