Anda di halaman 1dari 43

ABORTUS

DALAM PANDANGAN ISLAM


1. Pengertian Abortus
2. Cara Pelaksanaan Abortus
3. Macam-macam Abortus
4. Tahap Pertumbuhan Janin Dalam Rahim
5. Pandangan Hukum Islam Terhadap Abortus
a. Dari Aspek Moral
b. Dari Aspek Hukum Jinayat (Pidana Islam)
6. Hukuman Bagi Pelaku Abortus
BEBERAPA KASUS;
1.
Bolehkah menggugurkan kandungan dengan
operasi bedah ?
Fatwa Syaikh Asy-Syinqithi;
Tidak boleh menggugurkan dengan cara itu,
baik dilakukan sebelum ditiupkannya ruh
maupun sesudahnya,
berdasarkan pendapat yang paling kuat,
Kecuali pada keadaan-keadaan berikut:
Keselamatan sang ibu dikhawatirkan,
misalnya jika kehamilan yang terjadi di luar kandungan.
Keadaan janin dikhawatirkan, karena diprediksi kuat
bahwa janin akan mati bila tidak dilakukan operasi.
Dikhawatirkan terjadinya kedua keadaan di atas sekaligus.
2.
Seorang perempuan yang melahirkan anaknya melalui
operasi cesar. Lalu dia disuruh menjaga diri agar tidak
hamil dalam tempo dua tahun sesudahnya, sampai
rahimnya sembuh dari luka akibat operasi
pembedahannya,
akan tetapi ternyata empat bulan kemudian
dia hamil lagi, dan itu membahayakan kehidupannya.
Kemudian dia menggugurkan kandungannya, sedang
janin yang dikandungnya
belum ditiupkan ruh padanya.
Apakah dia menanggung dosa
akibat perbuatan itu?
Fatwa Syaikh Al-Syinqithi;
Jika aborsi itu dilakukan sesudah peniupan ruh
maka hampir menjadi ijma’ ulama
bahwa itu haram.
Jika aborsi dilakukan sebelum ditiupkannya ruh ,
maka sebagian ulama membolehkannya, tetapi
ada pula yang melarangnya.
Pendapat terkuat adalah yang menyatakan
bahwa aborsi itu haram atau terlarang,
karena tindakan itu tidak sejalan
dengan tujuan syari’at.
Akan tetapi bila terjadi keadaan darurat
misalnya dikhawatirkan keselamatan sang ibu
atau janin yang dikandungnya,
dengan persaksian dua orang dokter yang adil,
seperti kasus hamil di luar rahim,
maka dalam keadaan itu
aborsi diperkenankan.
3.
Bolehkah menggugurkan janin
yang betul-betul telah diketahui
bahwa ia cacat ?
Tidak boleh menggugurkan janin
dan mengeluarkannya dari rahim
kecuali dengan dalil syar’i.
Yang paling sering terjadi adalah
ketika diduga kuat
bahwa kalau janin itu tetap dipertahankan
maka ibunya akan meninggal dunia.
Itulah yang biasa disebut dengan kehamilam ektopik (hamil
di luar kandungan).
Jenis kehamilan ini akan membesar
kemudian dapat menyebabkan
pembuluh darah pecah
sehingga ibu dan janinnya meninggal dunia.
Demikian juga ketika janin yang ada
dalam perut ibu dipastikan sudah mati.
Cacat tidaknya janin itu
bukanlah hasil rekayasa dokter,
Hal itu berada di luar batas kemampuan makhluk.
Allah yang menciptakannya dan membentuknya,
Pasti Dia lebih mengetahui keadaan makhluk-Nya.
Betapa banyak anak yang dilahirkan
dalam keadaan cacat fisiknya
tetapi kemudian dia menjadi orang
yang mengungguli teman-temannya
dalam ilmu dan aktifitasnya.
4.
Ketika seseorang perempuan mengandung janin
kembar sebanyak 7 atau 8 janin.
Maka apakah boleh menggugurkan sebagiannya
dengan tujuan agar janin tidak mati
seluruhnya ?
Masalah ini jarang terjadi, untuk membahasnya secara fikih
memerlukan beberapa hal sebagai berikut:
Pertama, bertanya kepada para dokter tentang ancaman
bahaya kehamilan kembar ini.
Kedua, dampak buruk yang ditimbulkan bila dilakukan
pengguguran janin-janin itu.
Lantas membandingkan antara dampak buruk akibat
eliminasi beberapa janin dan dampak buruk bila seluruh
janin dibiarkan hidup.
Selanjutnya harus dilakukan kajian dan telaah tentang
apakah ada cara lain untuk menggantinya ataukah tidak?
Kemudian hukumnya akan ditetapkan sesudah hasil
yang diketahui.
(Syaikh Asy-Syinqithi)
5.
Ada sejumlah wanita hamil yang mengalami
keguguran janin, baik janin itu sudah
sempurna bentuk fisiknya, maupun belum
sempurna. Bagaimana hukum mengerjakan
shalat pada kedua keadaan itu ?
Apabila seorang perempuan mengalami
keguguran, sedang fisik janin jelas bentuknya,
baik kepala, tangan, kaki, atau anggota tubuh
lainnya, maka dia termasuk wanita yang
mengalami nifas.
Hukum nifas berlaku terhadap dirinya.
Jika dia bersih walau belum mencapai waktu
empat puluh hari dia wajib mandi.
Adapun ketika janin yang dikeluarkan oleh seorang
perempuan itu tidak jelas bentuk fisiknya, misalnya
bentuknya hanya sekerat daging tanpa ada lekuk
tubuh padanya, atau itu hanya berupa darah,
Maka pada saat itu hukum yang berlaku baginya
adalah hukum istihadhah, bukan nifas dan bukan
pula hukum haid.
Dia diperkenankan menjamak shalat, disyariatkan
pula untuk mandi sebelum menunaikan dua shalat
yang dijamaknya itu, dan mandi khusus untuk
shalat subuh. Hadis Hamnah binti Jahsy.
(Syaikh Bin Baz).
I. PENGERTIAN ABORTUS
Abortus (bhs.Inggris),
abortion berasal dari bhs latin
berarti “gugur kandungan atau keguguran”.
Ensiklopedi Indonesia;
abortus diartikan sebagai pengakhiran kehamilan
sebelum masa gestasi 28 minggu
atau sebelum janin mencpai berat 1000 gram.
Sardikin Ginaputra (FK.UI),
Abortus sebagai pengakhiran masa kehamilan
atau hasil konsepsi (pembuahan)
sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Ada tiga unsur terjadinya abortus

1. Adanya embrio (janin), yang merupakan hasil


pembuahan antara sperma dan ovum,
dalam rahim
2. Pengguguran itu adakalanya terjadi dengan
sendirinya, tetapi lebih sering disebabkan
oleh perbuatan manusia.
3. Keguguran itu terjadi sebelum waktunya.
II. CARA PELAKSANAAN ABORTUS
Menggunakan jasa ahli medis di rumah sakit
( di negara yang diizinkan dan tidak dikenakan
ancaman tuntutan kejahatan).
Dilakukan oleh dukun-dukun yang tidak memiliki keahlian
medis, biasanya menggunakan cara yang kasar dan keras.
Pengguguran yang dilakukan secara medis,
biasanya menggunakan metode ;
1. Curattage & dilatage (c&d)
2. Mempergunakan alat khusus untuk memperlebar mulut rahim,
kemudian janin dikiret (di-curet) dengan alat
seperti sendok kecil.
3. Aspirasi, yaitu penyedotan isi rahim dengan pompa kecil.
4. Hysterotomi (melalui operasi)
II. MACAM-MACAM ABORTUS
1. Abortus spontan,
pengguguran tidak sengaja dan terjadi tanpa tindakan apa pun
( tidak menimbulkan akibat hukum).
2. Abortus buatan,
pengguguran yang terjadi sebagai akibat dari suatu tindakan.
Di sini campur tangan manusia tampak jelas.
Abortus dalam bentuk ini dapat dibedakan
dalam dua macam;
1) Abortus artificialis therapicus,
pengguguran yang dilakukan oleh dokter atas dasar
indikasi medis.
Dalam istilah lain, sebagai tindakan mengeluarkan
janin dari rahim sebelum masa kehamilan.
Dilakukan sebagai penyelamatan terhadap jiwa ibu
yang terancam bila kelangsungan kehamilan
dipertahankan.
Para fuqaha dan ulama kontemporer menyebutnya
dengan istilah al-isqath al- dharuri.
2. Abortus Provocatus Criminalis,
pengguguran yang dilakukan
tanpa dasar indikasi medis.
Tindakan mengeluarkan janin dari rahim
secara sengaja
dan tanpa sebab yang membolehkan
(dharurat)
sebelum masa kelahiran tiba.
Pada umumnya wanita melakukan apc
didorong oleh bbp hal;
a. Dorongan individual,
kekhawatiran terhadap kefakiran,
tdk ingin mempunyai keluarga besar,
memelihara kecantikan, status wanita karir.
b. Dorongan kecantikan,
biasanya bila ada kekhawatiran janin dalam kandungan
akan lahir cacat, mis. Pengaruh radiasi, obat-obatan.
c. Dorongan moral,
biasanya karena wanita yang mengandung janin
tidak sanggup menerima sanksi sosial dari masyarakat, mis.
Kehamilan di luar nikah, kumpul kebo.
4. Tahap Pertumbuhan Janin Dalam Rahim
1. Tahap al-nuthfah ( setetes sperma)
Bukankah ia dulu setetes mani yang ditumpahkan (QS.Al-
Qiyamat;37)
Sperma yang berasal dari laki-laki
bertemu dengan ovum perempuan
sehingga terjadi pembuahan.
Kemudian turun bersarang di dalam rahim (uterus), dalam al-
qur’an (qararin makin).
Di dalam rahim telur mengisap zat yang perlu
dari dinding rahim.
Pertumbuhan seperti itu mengokohkan telur
dalam rahim.
2. Tahap al-’Alaqah ( segumpal darah,
sayid quthb; sesuatu yang melekat).
Perkembangan janin selanjutnya adalah
pertumbuhan pembuahan antara sperma
dan ovum menjadi zat yang melekat
pada dinding rahim.
3. Tahap al-Mudhghah (segumpal daging)
Sayid Quthb, bahwa perpindahan dari tahap
‘Alaqat ke mudhghat terjadi di saat sesuatu
yang melekat (al-mudhghat) berubah menjadi
darah beku yang bercampur.
Berikutnya tampaklah tulang (al-’idham),
lalu tulang itu diselubungi oleh daging.
..Tulang-tulang itu lalu kami bungkus
dengan daging
(QS. Al-mukminun;14).
4. Tahap Pemberian Nyawa (Nafkh Al-ruh)

Setelah melalui tiga tahapan, pertumbuhan janin semakin


sempurna dengan ditiupkannya ruh
ke dalamnya.
HR. Al-Bukhari dari Ibn Mas’ud;
setiap kamu dikumpulkan dalam rahim ibumu
selama empat puluh hari,
kemudian berubah menjadi sesuatu yang melekat
juga dalam masa empat puluh hari,
kemudian berubah menjadi gumpalan daging
juga dalam masa empat puluh hari.
Setelah itu Allah mengutus Malaikat untuk melengkapi
empat hal, yaitu rezeki, ajal, sengsara dan bahagia.
Barulah setelah itu ditiupkan ruh ke dalamnya.
5.
Pandangan Hukum Islam
Terhadap Abortus.
A. Dari Aspek Moral
Pengguguran
berarti merusak dan menghancurkan janin,
calon manusia yang dimuliakan Allah,
karena ia berhak tetap hidup dan lahir
dalam keadaan hidup,
sekalipun hasil dari hubungan tidak sah.
Sungguh telah kami muliakan manusia (bani adam)
lalu kami mudahkan baginya di darat dan di laut
(QS. Al-Isra’ ;70).
Ajaran Islam memandang bahwa setiap anak yang lahir berada
dalam keadaan suci.
HR. Muslim..
Setiap anak dilahirkan berdasarkan fithrah…..
Dari hadits tersebut dapat dipahami;
Bahwa tindakan pengguguran adalah melanggar
moral keislaman
serta merusak kemuliaan manusia
yang dianugerahkan Allah.
Menurut Imam al-Ghazali,
ada kemiripannya
dengan praktek kaum jahiliyah
yang menguburkan setiap balita perempuan
yang lahir.
Muhammad saw, diutus Allah justru untuk
memperbaiki moral dan etika umat manusia.
B. Dari Aspek Hukum Jinayat (Pidana Islam)

Para Ulama sepakat


untuk mengharamkan pengguguran yang dilakukan
pada waktu janin sudah diberi nyawa.
Pengguguran seperti itu sama dengan pembunuhan
terhadap manusia yang telah sempurna wujudnya.
Para Ulama berbeda pendapat
bila pengguguran dilakukan pada saat janin
belum diberi nyawa.
Perbedaan dapat diklasifikasikan
dalam tiga golongan; yaitu:
Pertama,
golongan yang mengharamkan pengguguran
pada setiap tahap-tahap pertumbuhan janin
sebelum diberi nyawa.
Sebagian ulama hanafiah
Sebagian ulama malikiyah
Imam al-ghazali
Ibn al-jauzi
Alasan (dalil), diantaranya:
1. HR.Al-Thabrani,
Menunjukkan bahwa tahap penciptaan dan
pembentukan manusia
dimulai pada sperma (al-nuthfah).
Kalau pembentukan sudah dimulai
pada tahap ini,
maka menggugurkan sperma
adalah suatu hal yang tidak dibolehkan.
2. HR. Al-Bukhari,
Menunjukkan bahwa Allah swt menghimpun
penciptaan janin dalam rahim ibunya,
yang berupa cairan sperma dalam keadaan
tersembunyi.
Karena penciptaan itu
sudah dimulai pada sperma,
maka ia tidak dianiaya dan digugurkan.
Kedua,
golongan yang membolehkan pengguguran
pada salah satu tahap dan melarang
pada tahap-tahap yang lain.
1). Makruh pada tahap al-nuthfah
dan haram pada tahap al-’alaqah dan al-mudhghah.
Ini adalah pendapat;
Malikiyah,
dan Ulama al- Syafi’iyah
menyebutnya sebagai makruh tanzih,
dengan syarat pengguguran itu seizin suami.
2). Boleh pada tahap al-nuthfah
dan haram pada tahap al-’alaqah serta al-
mudhghah.

3). Boleh pada tahap al-nuthfah dan al’alaqah,


tetapi haram pada tahap al-mudhghah.
Ketiga,
golongan yang membolehkan pengguguran
pada setiap tahap dari tahap-tahap
sebelum pemberian nyawa
(al-nuthfah, al-’alaqah, dan al-mudhghah).

Ini adalah pendapat yang kuat


Dikalangan Ulama Hanafiyah;
Alasan-alasannya;
1. Setiap yang belum diberi nyawa
tidak akan dibangkitkan Allah pada hari kiamat.
Setiap yang tidak dibangkitkan
berarti keberadaannya tidak diperhitungkan.
Dengan demikin
tidak ada larangan untuk menggugurkannya.
2. Janin sebelum diberi nyawa
tidak tergolong sebagai manusia.
Maka tidak ada larangan baginya.
Analisis
Bila janin dibiarkan dalam rahim,
ia akan tumbuh sampai diberi nyawa.
Merusak janin sebelum diberi nyawa
berarti menghentikan pertumbuhannya tanpa alasan hukum,
dan ini dianggap berdosa
Dengan demikian
pengguguran adalah perbuatan keji
dan suatu tindak pidana yang kejam ( abortus provocatus criminalis).
Namun demikian jika timbul keadaan darurat,
mis. Jika keberadaan janin dipertahankan
maka jiwa si ibu akan terancam.
Jumhur Ulama madzhab
al-Hanafiyah, al-Malikiyah, al-Syafi’iyah, al-Hanabilah
dan Ulama-Ulama Kontemporer
(di antaranya Mahmoud Syaltout
dan Yusuf al-Qardhawi)
lebih mengutamakan keselamatan jiwa si ibu.
Jumhur Ulama membolehkan al-isqath al-dharuri
guna keselamatan jiwa si ibu.
KAEDAH FIQHIYAH
‫الضرر يزال‬
Kemudharatan harus dihilangkan.
. ‫• اذا تعارض مفسدتان رعي اعظمهما ضررا بارتكاب اخفهما‬
Apabila bertemu dua mafsadah, maka yang lebih besar
kemudharatannya harus diutamakan
dengan mengorbankan
yang lebih ringan kemudharatannya.
HARAM MENGGUGURKAN KANDUNGAN YANG TERJADI
DI LUAR NIKAH, DALAM KEADAAN APA PUN TAHAP
PERTUMBUHAN JANIN.
(Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi).
Dan seseorang tidak akan memikul dosa orang lain
(QS.AL-ISRA’:15)
Membolehkan pengguguran
dari hasil hubungan yang tidak sah,
bertentangan dengan tuntutan
SAD AL – ZARI’AH.
Artinya hilanglah efek
yang dapat mencegahnya dari perbuatan jahat.
Dalam KUHP Indonesia,
rumusan yang terdapat dalam pasal 299, 346, 348,
349, tampak terlalu tegas, tanpa pengecualian.
Tidak menguntungkan bagi profesi dokter.
Di pihak lain tampak keluwesan hukum Islam.
6. Hukuman Bagi Pelaku Abortus

Hukuman bagi pelaku abortus tidak dapat disamakan dengan hukuman


terhadap pelaku pembunuhan.
Pembunuhan
dianggap sebagai kejahatan terhadap manusia
yang keberadaannya di alam nyata sudah pasti.
Ia memiliki hak dan kewajiban di hadapan hukum.
Janin yang dihancurkan
kemungkinannya untuk hidup masih bersifat semu.
Artinya keberadaannya di alam nyata
masih dipertanyakan.
Hukuman yang dijatuhkan bagi pelaku abortus
adalah hukuman denda,
dalam istilah fiqh disebut dengan ghurrat
( nishf ‘usyr diyat ).
Hukuman
berlaku bagi pelaku abortus secara mutlak
(pada semua tahap perkembangan janin).

Yang harus menanggung


denda kejahatan pengguguran
adalah pelaku.
Hadits Abu Hurairah,
dampak ghurrat tergolong dalam kategori diyat.
Diyat kejahatan yang disengaja
diwajibkan kepada si pelaku sendiri,
diyat kejahatan yang tidak disengaja
dikenakan kepada keluarga pelaku.
‫وهللا أعلم بالصواب‬

Anda mungkin juga menyukai