A. Latar Belakang
Aborsi, menjadi suatu mimpi buruk bagi setiap keluarga manapun. Tentu pada
dasarnya setiap keluarga mengharapkan buah hati yang dinilai menjadi salah satu karunia
Tuhan paling indah. Ketika seorang keluarga melakukan aborsi tentu akan ada berbagai hal
yang menyangkut di dalamnya, baik itu permasalahan moral, agama, bahkan hukum
nasional yang pada dasarnya melarang keras tindakan aborsi. Tentu akan menjadi hal yang
bebeda apabila terdapat suatu pertimbangan atapun pengecualian tertentu yang tentunya
sangat mendesak.
Memang, fenomena aborsi sendiri telah lama menjadi isu yang kontroversial.
Berbagai sudut pandang turut mewarnai pindakan aborsi, baik yang menolak secara tegas
tanpa adanya pengecualian hingga kaum yang menilai bahwa aborsi perlu dilakukan
dengan melihat berbagai pertimbangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi aborsi dan apa saja jenisnya?
2. Bagaimana aborsi dalam perspektif hukum, moral, agama?
C. Tujuan Makalah
1. Menjelaskan definisi aborsi beserta jenis-jenisnya.
2. Menjelaskan praktek aborsi dalam perspektif hukum, moral, dan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
Semua agama sepakat bahwa mengambil nyawa seseorang adalah sangat-sangat tidak
diperbolehkan dalam bentuk atau alasan apapun. Namun akan ada pengecualian apabila kita
menilik dari sudut pandang agama Islam dalam hal aborsi. Dalam Islam, aborsi dapat dilakukan
dengan melihat kondisi keadaan janin dan ibunya serta melihat pula usia janin yaitu 4 bulan.
Aborsi yang dirasa perlu dilakukan kemudain dituang dalam Fatwa MUI Nomor 4
Tahun 2005 tentang Aborsi menjelaskan bahwa (Resmini, 2010):
1. Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu
(nidasi).
2. Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat.
Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang membolehkan aborsi adalah
perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut, TBC dengan
caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter
serta dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu. Keadaan hajat yang
berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi adalah ketika janin yang
dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir kelak sulit disembuhkan,
kehamilan akibat perkosaan yang ditetapkan oleh Tim yang berwenang yang didalamnya
terdapat antara lain keluarga korban, dokter, dan ulama, kebolehan aborsi ini harus
dilakukan sebelum janin berusia 40 hari.
3. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina.
Melihat dari fatwa diatas dapat dilihat bahwa para ulama sepakat bahwa aborsi atau
pengguguran kandungan dengan menilik berbagai pertimbangan demi keselamatan sang
ibu atau bahkan sang buah hati sendiri setelah usia 4 bulan atau sebelum terjadinya
implantasi blastosis pada dinding rahim ibu (nidasi). Karena diyakini bahwa pada saat itu
telah terjadi kehidupan manusia secara penuh. Pengguguran pada fase setelah terjadinya
implantasi blastosis tersebut dianggap sama dengan merusak jiwa yang dapat dikenai
hukuman, baik di dunia maupun di akhirat.
Aborsi dipandang sebagai tindakan yang tidak sesuai dengan norma dan etika
sebagaimana yang ada di Indonesia.
Bukan tidak mungkin tindakan aborsi dapat menyebabkan masalah dalam keluarga yang
merupakan bagian dari masyarakat. Memang pada dasarnya sangat penting bagi seorang
wanita untuk memiliki suasana harmonis diantara kerabat terdekat, baik orang tua dan
kerabat dari suami. Perlu juga digaris bawah disini yaitu seorang dokter sebenarnya sangat
tidak merekomendasikan keputusan aborsi, apabila tidak ditemukan suatu keadaan yang
sangat darurat. Memang benar jika apa yang disebut pada ketentuan hukum positif di
Indonesia, khususnya pada UU Kesehatan yang telah disebut sebelumnya bahwasanya
aborsi dapat dilakukan apabila dalam keadaan tertentu ataupun sudah menemui titik
dimana nyawa sang bunda sudah berada dalam keadaan genting. Pun Tindakan aborsi yang
dilihat juga perlu melihat kondisi janin sebagaimana juga tercantum dalam UU Kesehatan.
Meskipun berbahaya dan secara moral tidak bisa diterima, aborsi masih tetap
dilakukan dengan berbagai pertimbangan diatas. Dalam khazanah intelektual yang
mencermati persoalan aborsi, terdapat pemikir-pemikir yang pandangannya dapat
dikelompokkan dalam tiga tipe yakni pandangan konservatif, pandangan liberal dan
pandangan moderat. (Astalim, 2011).
Pertama yang akan dibahas adalah pandangan konservatif. Kaum konservatif beranggapan
bahwa janin memiliki kedudukan moral yang utuh sebagaimana manusia hidup pada umumnya
sehingga dapat dikatakan memiliki hak untuk menikmati hidup. Salah satu tokohnya yaitu John
Noonan, yang menegaskan bahwa apapun risikonya, janin memiliki hak mutlak untuk hidup. Pun
hak ini berlaku tanpa adanya pengecualian, entah karena janin merupakan akibat dari korban
perkosaan atau karena ia memiliki kelainan-kelainan serius. Aborsi itu pada intinya adalah
membunuh. Pandangan atas pemikiran bahwa perlu dilakukan aborsi untuk menyelamatkan ibu
atau karena kelainan serius pada janin, tidak lebih dari sikap berkompromi atas tindakan
pembunuhan.
Kemudian yang kedua yaitu pandangan liberal yang menentang pandangan kaum
konservatif. Salah satu tokohnya adalah Judith Jarvis Thomson. Thomson beranggapan
bahwa aborsi masih bisa dibenarkan secara praktis dalam berbagai persoalan dan
pertimbangan. Janin tidak bisa hidup sendiri melainkan hidup dari tubuh ibunya. Maka,
seorang ibu memiliki hak untuk melakukan aborsi, pun termasuk juga dalam kasus
perkosaan. Tentu saja pandangan ini mengabaikan karakter khas dari janin yang
notabenenya memiliki hak untuk hidup dan menikmati kehidupan. Hal ini tentu sangat
tidak sesuai dengan pandangan moral, khususnya di Indonesia yang bahkan dalam kasus
perkosaan pun, pembunuhan terhadap bayi tidak bisa diterima, meskipun perkosaan itu
secara moral merupakan tindakan terkutuk.
Kemudian yang ketiga adalah pandangan kaum moderat, atau dapat dikatakan
sebagai jalan tengah dari perdebatan antara kaum konservatif dan liberal. Kaum moderat
memiliki argumen bahwa pada usia-usia awal kehamilan aborsi dapat dilakukan demi ‘kepentingan
dan keselamatan’ ibu yang tentunya juga dibatasi dengan procedural dan berbagai pertimbangan
aborsi itu sendiri. Pengecualian juga dapat terjadi pada usia kehamilan yang terakhir pun dapat
dilakukan untuk menyelamatkan wanita dari kematian atau cacat permanen. Tentu pandangan yang
terakhir ini secara garis besar banyak diikuti oleh berbagai negara di belahan dunia, termasuk pula
Indonesia.
Dengan melihat sudut pandang aborsi kaitannya moral di Indonesia, suatu tindakan aborsi
disini tentu dapat dikatakan sebagai suatu fenomena sosial yang buruk apabila aborsi dilakukan
dengan mengabaikan hak serta norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Pun di dalam
masyarakat sendiri norma tertinggi yang dijadikan sebagai dasar adalah Pancasila, yang mana
didasarkan pada prinsip ketuhanan. Ketika berbicara ketuhanan, tentu kembali lagi pada pokok
permasalahan agama yang secara garis besarnya seluruh agama apapun sepakat bahwa Tindakan
aborsi adalah haram hukumnya. Namun terkadang, suatu hal yang haram tersebut dapat menjadi
halal apabila terdapat kegentingan yang menyelimuti serta berbagai pertimbangan. Suatu tindakan
yang keji jika aborsi dilakukan tanpa adannya pertimbangan yang telah disebut sebelumnya atau
yang tertera dalam UU Kesehatan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aborsi secara garis besar dapat dikatakan sebagai pengakhiran kehamilan yang ada
di dalam kandungan sang ibu. Pun dalam prakteknya masih banyak menuai kontroversi.
Mengingat banyaknya kontroversi sebagai akibat dari aborsi ini, kemudian dapat ditelaah
dari berbagai sudut pandang. Dalam hukum nasional di Indonesia, aborsi sangat dilarang
baik di dalam KUHP maupun peraturan perundang-undangan. Namun, disisi lain terdapat
suatu pengecualian yang kemudian diatur di dalam pasal 76 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Kemudian aborsi yang kemudian dikaitkan dengan pandangan agama bahwa sejatinya
tindakan tersebut sangat dilarang atau bahkan dilarang. Namun, akan berbeda bila menilik dari sisi
agama Islam sebagaimana disebutkan dalam Fatwa MUI, bahwa aborsi dapat dilakukan apabila
terdapat pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Terakhir dalam pandangan moral, suatu tindakan aborsi disini tentu dapat dikatakan
sebagai suatu fenomena sosial yang buruk apabila aborsi dilakukan dengan mengabaikan hak serta
norma-norma yang ada di dalam masyarakat atau dilakukan tanpa adanya pertimbangan. Kemudian
dalam perkembangannya berkaitan dengan moral, terdapat tiga kelompok yang memiliki
pandangan berbeda diantaranya yaitu pandangan konservatif, liberal dan moderat.
Daftar Pustaka
Resmini, W. (2010). Pandangan Norma Agama Dan Norma Hukum Tentang Aborsi. Ganec
Swara, 4(2), 114–122.
Romli, D. (2011). Aborsi Dalam Perspektif Hukum Positif Dan Hukum Islam ( Suatu Kajian
Komparatif ). AL-‘ADALAH, 10(2).