Anda di halaman 1dari 10

PENGEMBANGAN POTENSI DESA BERDASARKAN KONSEPS

KEARIFAN LOKAL MELALUI TARI OREK-OREK


(STUDI KASUS : DESA PUNJULHARJO, REMBANG)

Reza Aditya Pratama


Fakultas Hukum Jurusan Ilmu Hukum, Universitas Diponegoro
pratamareza18@gmail.com

ABSTRAK
Budaya menjadi salah satu potensi penting dalam suatu wilayah. Adapun yang
dimaksud kebudayaan disini memiliki akar kata ‘budaya’. Budaya sendiri berasal
dari Bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari kata
buddhi yang berarti akal atau budi (Soekamto, 2012). Kebudayaan kemudian
diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan akal atau budi (Soekamto,
2012). Sejatinya, budaya dipelajari dalam berbagai macam disiplin ilmu atau
bersifat interdisipliner, khususnya dalam rumpun ilmu sosial dan humaniora.
Budaya sering menjadi akar dalam penciptaan berbagai macam hal. Tidak
terkecuali dalam penciptaan hukum dan kearifan lokal daerah. Pun hukum yang
dimaksudkan adalah yang tercantum dalam konsepsi The Living Law atau hukum
yang hidup dalam masyarakat. Hukum yang hidup dalam masyarakat ini tentu akan
menciptakan suatu norma dan kebiasaan baik tertulis maupun tidak tertulis di dalam
suatu daerah yang kemudian disebut sebagai kearifan lokal. Berdasarkan konsepsi
hukum yang hidup dalam masyarakat dan kearifan lokal yang terdapat dalam suatu
wilayah tersebut, maka akan menciptakan suatu bentuk keanekaragaman yang
kemudian dapat dinikmati. Keanekaragaman yang tercipta sebagai hasil dari
konsepsi diatas kemudian disebut sebagai seni. Seni merupakan suatu hasil
pemikiran manusia akan suatu hasil karya yang bermutu dan memiliki nilai estetika.
Salah satu hal yang akan diangkat dalam artikel ini akan difokuskan pada seni tari
yang sesuai dengan konsepsi living law atau kearifan lokal daerah setempat. Tari
menjadi salah satu unsur seni yang memiliki nilai estetika tinggi.

Kata Kunci : Living Law, Potensi, Kearifan Lokal, Tari


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Desa Punjulharjo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Rembang,
Kabupaten Rembang. Desa ini sejatinya memiliki potensi yang sangat beragam. Mulai dari
keindahan alamnya yang berupa pantai dan terumbu karang, hingga kearifan lokal
masyarakatnya. Maka dari itu, Desa Punjulharjo ini menjadi salah satu Desa Wisata yang
banyak di kunjungi di Kabupaten Rembang. Adanya konsepsi desa wisata ini, kemudian
memunculkan berbagai macam permasalahan yang ada di desa mengingat bukan hanya
warga setempat yang menginjakkan kaki di Desa Punjulharjo melainkan wisatawan dari
berbagai daerah.
Desa Punjulharjo sebagai desa wisata tentu saja memiliki potensi gesekan antara apa yang
disebut dengan hukum yang hidup di dalam masyarakat atau biasa yang disebut the living
law dan berbagai macam budaya lain. Pun yang dimaksudkan living law disini adalah
sebagai lawan hukum perundang-undangan. Hal tersebut dilihat dari kearifan lokal
masyarakat yang begitu agamis mengingat mayoritas bahkan hampir semua penduduknya
beragama islam. Segala sesuatu hal yang berkaitan dengan desa harus didasarakan pada
kaidah dan hukum Islam.
Berdasarkan konsepsi diatas, kemudian akan dikolaborasikan dengan potensi yang ada di
dalam Desa Punjulharjo dengan tujuan penguatan dan pengembangan Desa Wisata dengan
mengguanakan potensi seni hasil dari kebudayaan. Maka dari itu, dalam artikel ini berusaha
menyesuaikan tentang seni apa yang sesuai dengan living law atau kearifan lokal desa.
Adapun kesenian yang diangkat dan diharapkan dapat terlaksana secara berkelanjutan
adalah seni tari, lebih tepatnya Tari Orek-Orek. Kemudian, selanjutnya sebagai
perwujuadan pengembangan potensi melalui bidang seni tersebut dilakukan sosialisasi dan
pelatihan Tari Orek-Orek. Adanya Tari Orek-Orek ini kemudian diharapkan dapat menjadi
suatu kebanggan Desa Punjulharjo dan dapat menarik pengunjung untuk berkunjung di
Desa Punjulharjo sebagai atraksi dari konsepsi desa wisata.

1.2 Tujuan dan Sasaran


1.2.1 Tujuan
Tujuan pelaksanaan adalah untuk mengenalkan potensi Tari Orek-Orek kepada pemuda
Desa Punjulharjo sehingga nantinya potensi Tari Orek-Orek ini dapat dijadikan sebagai
salah satu atraksi Desa Punjulharjo sebagai Desa Wisata.

1.2.2 Sasaran
Sasaran KKN Tematik Universitas Diponegoro di Desa Punjulharjo ini diantaranya Warga
Desa Punjulharjo, Perangkat Desa Punjulharjo, BUMDes Abimantrana, Karang Taruna
Catur Eka Bhakti, Pengurus Organisasi Lainnya.
Sasaran yang diambil berdasarkan artikel ini adalah Pemuda Desa Punjulharjo, Karang
Taruna Catur Eka Bhakti Desa Punjulharjo.
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penulisan artikel ilmiah ini adalah sebagai
berikut :
a. Pendahuluan
Bagian ini berisi latar belakang permasalahan, isu perencanaan yang berkembang,
ulasan pengabdian yang pernah dilakukan sebelumnya yang relevan, dan solusi
yang ditawarkan.
b. Metode Kegiatan
Bagian ini berisi tentang metode, lokasi, dan sasaran kegiatan dalam pelaksanaan
program KKN Tematik Universitas Diponegoro.
c. Hasil dan Pembahasan
Bagian ini berisi hasil dan pembahasan dari kegiatan program monodisiplin KKN
Tematik Universitas Diponegoro.
d. Kesimpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari kegiatan program monodisiplin KKN
Tematik Universitas Diponegoro.
e. Ucapan Terima Kasih
f. Daftar Pustaka
2. METODE KEGIATAN

2.1 Metode
Metode yang digunakan dalam menentukan pembuatan dan penentuan pengembangan
potensi sebagai mana dibahas dalam artikel ini adalah metode pendekatan secara kualitatif.
Data diperoleh melalui observasi potensi wilayah dengan mengacu pada gambaran umum
wilayah, wawancara, dan pengambilan dokumentasi. Metode kualitatif tersebut kemudian
dipadukan dengan pendekatan interdisipliner yang mana memiliki arti bahwa dalam
menentukan pembahasan dan penentuan solusi tidak hanya menggunakan satu disiplin
ilmu, melainkan lebih dari satu disiplin ilmu.

2.2 Lokasi
Lokasi dilakukan pengembangan potensi daerah secara khusus dan KKN Tematik
Universitas Diponegoro secara luasnya dilaksanakan di Desa Punjulharjo, Kecamatan
Rembang, Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

1.2 Sasaran
Sasaran KKN Tematik Universitas Diponegoro di Desa Punjulharjo ini diantaranya Warga
Desa Punjulharjo, Perangkat Desa Punjulharjo, BUMDes Abimantrana, Karang Taruna
Catur Eka Bhakti, Pengurus Organisasi Lainnya.
Sasaran yang diambil berdasarkan artikel ini adalah Pemuda Desa Punjulharjo, Karang
Taruna Catur Eka Bhakti Desa Punjulharjo.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum


Desa Punjulharjo merupakan salah satu Desa yang cukup strategis mengingat letaknya
yang berada di wilayah pantai utara Pulau Jawa atau biasa disebut Pantura. Berdasarkan
letaknya yang begitu strategis, tentu saja mendatangkan berbagai macam keuntungan atau
berkah tersendiri bagi masyarakat Desa tersebut. Sarana dan prasarananya pun cukup
memadahi dengan aksesbilitas yang cukup mudah. Dengan ditopang berbagai kelebihan
tersebut, kemudian Desa Punjulharjo memiliki inisiasi untuk menjadikan sebagai desa
wisata.
Berbicara mengenai sarana dan aksebilitas yang begitu mudah terjangkau maka kurang
lengkap jika tidak membahas mengenai potensi apa saja yang terdapat di Desa Punjulharjo.
Desa Punjulharjo ini memiliki berbagai macam potensi yang beragam mulai dari keindahan
alam, situs sejarah, hingga kehidupan masyarakatnya. Keindahan alam Desa Punjulharjo
dapat dilihat dari daerah pantainya. Pantai di Desa Punjulharjo sudah dikelola sedemikian
rupa hingga menjadi salah satu tempat wisata popular di Kabupaten Rembang. Karang Jahe
Beach atau biasa disebut KJB, merupakan nama dari pantai yang dimaksud. Pantai tersebut
memiliki berbagai macam potensi keindahan alam yang sejatinya sudah cukup maksimal
untuk dinikmati mengingat banyaknya pengunjung yang datang setiap waktunya. Selain
itu, di des aini juga terdapat salah satu situs peninggalan bersejarah yaitu Situs Perahu
Kuno. Perahu Kuno ini diketahui sudah ada sejak jaman kerajaan dan kebetulannya
ditemukan di Desa Punjulharjo ini. Namun, saat ini Situs Perahu Kuno ini masih dikelola
oleh Balai Cagar Budaya Jawa Tengah belum sepenuhnya dikelola oleh Desa. Kemudian
yang terakhir yaitu potensi yang sangat jarang disorot oleh kebanyakan masyarakat, yaitu
potensi kehidupan masyarakatnya yang di dalamnya mencangkup mata pencaharian,
kearifan lokal, hingga kesenian desa.
Kemudian yang akan diangkat oleh penulis dalam artikel ini adalah potensi yang berkaitan
dengan potensi kesenian. Kesenian yang dimaksudkan adalah seni tari mengingat daya
atraksi dari tari yang memiliki nilai estetika dan akan meningkatkan potensi Desa
Punjulharjo sebagai konsepsi desa wisata apabila dikolaborasikan dengan berbagai macam
potensi lainnya.
Pun sejatinya tidak semua tari dapat diterima oleh masyarakat Desa Punjulharjo. Hal
tersebut disebabkan akan adanya kearifan lokal yang dijunjung tinggi di Desa. Kearifan
lokal tersebut secara tidak langsung akan membentuk suatu konsepsi hukum. Hukum yang
dimaksudkan adalah hukum yang hidup di dalam masyarakat atau biasa yang disebut
dengan living law.
Berdasarkan konsepsi tersebut akan timbul kategori bentuk tari yang dapat diterima dan
tidak. Penulis berusaha wawancara dengan berbagai pelaku seni khususnya tari di Desa
Punjulharo. Maka kemudian diketemukan tari yang kemudian dapat disebut Tari Orek-
Orek. Dasar pengangkatan dan pengembanagn potensi Tari Orek-Orek ini adalah jiwa dari
Tari Orek-Orek ini tidak bertentangan dengan kearifan lokal Desa Punjulharjo.
3.2 Dasar Tari
Tari adalah suatu bentuk pernyataan imajinatif yang tertuang melalui kesatuan simbol-
simbol gerak, ruang, dan waktu (Bambang Pudjasworo, 1982:61). Tari dalam
perwujudannya senantiasa harus dihayati sebagai bentuk kemanunggalan dari suatu pola
imajinatif gerak, ruang, dan waktu yang dapat dilihat dengan kasat mata. Bentuk
kemanunggalan antara pola imajinatif dengan pola kasat mata itu dapat dikatakan bahwa
tari merupakan suatu bentuk pernyataan ekspresi (jiwani), bentuk pernyataan ilusi, dan
sekaligus merupakan bentuk pernyataan rasional manusia. Gerak, ruang, dan waktu
dihadirkan sebagai sebuah satu kesatuan yang utuh yang mewakilinya. Konsep dasar
dalam tari secara universal adalah gerak, ruang, dan waktu.

3.3 Tari Orek-Orek dan Pengembangannya dalam Masyarakat Desa Punjulharjo


Tari Orek-Orek ini merupakan kesenian tradisional berupa tari pergaulan yang merupakan
perpaduan tari dan nyanyian dengan penyajian yang harmonis dan mempunyai ciri khas
tertentu. Tari Orek-Orek ini sejatinya merupakan Tari Khas dari Kabupaten Rembang
yang hampir punah. Adapun ciri khasnya antara lain memiliki gerak yang sederhana,
iringan yang komunikatif, dan bentuk penampilannya luwes sesuai dengan kebutuhan.
Inilah yang kemudian menjadikan tarian ini menarik dan mudah untuk dipelajari,
disajikan, dan diterima oleh segenap lapisan masyarakat.
Tari Orek-Orek bersifat tarian rakyat. Bentuk penyajian Tari Orek-Orek ini bisa tunggal,
pasangan maupun massal sesuai kebutuhan. Namun biasanya penarinya terdiri atas putri-
putra yang berjumlah genap dan saling berpasangan satu sama lain. Selain itu dalam
tariannya penari mengikuti pola atau bentuk teater. Jadi, dapat dibilang Tari Orek-Orek
ini merupakan tontonan dengan unsur hiburan yang lengkap. Mulai dari musik, gerak tari,
drama dan nyanyian dengan pesan yang disampaikan melalui tembang atau lagu. Adapun
dari sisi alur cerita, biasanya cerita yang dibawakan dalam tari ini sama dengan cerita
ketoprak seperti legenda, sejarah, dan lain-lain. Hal tersebut menjadikan tari orek-orek
mempunyai ciri khas yang berbeda dari yang lain.
Mengingat sekarang kurangnya penerus akan seni Tari Orek-Orek ini, maka salah satu
solusi untuk melestarikan sekaligus mengembangkan potensi Desa Wisata adalah
memberikan pencerdasan terakait Tari Orek-Orek tersebut di pemuda Desa Punjulharjo.
Harapannya, warga Desa Punjulharjo memiliki niat untuk berlatih dengan giat. Dengan
begitu, secara tidak langsung mereka ikut melestarikan Tari Orek-Orek dari jurang
kepunahan. Selain itu, adanya pencerdasan dan pelatihan Tari Orek-Orek ini diharapkan
dapat berjalan berkelanjutan sehingga dapat dikolaborasikan dengan potensi wisata yang
ada di Desa Punjulharjo.
3.4 Dokumentasi

Dari Dokumentasi di atas dapat dilihat para pemuda dengan antusiasnya berlatih dan
memperagakan gerak Tari Orek-Orek. Harapannya para pemuda dapat ikut nggulawentah
budaya daerahnya masing-masing.
4. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Desa Punjulharjo merupakan salah satu Desa yang cukup strategis mengingat letaknya
yang berada di wilayah pantai utara Pulau Jawa atau biasa disebut Pantura. Berdasarkan
letaknya yang begitu strategis, tentu saja mendatangkan berbagai macam keuntungan atau
berkah tersendiri bagi masyarakat Desa tersebut. Salah satu berkahnya adalah menjadikan
Desa Punjulharjo sebagai desa wisata.
Adanya status desa wisata tersbut kemudian terdapat banyak potensi lain yang dapat
dijadikan sebagai pengembangan desa wisata untuk lebih baik lagi yaitu melalui seni tari.
Adapun seni tari yang diangkat sejatinya harus sesuai dengan konsepsi living law atau
kearifan lokal desa. Tari yang diangkat adalah Tari Orek-Orek.
Dengan melihat potensi tersebut, kemudian diadakan pencerdasan dan pelatihan Tari Orek-
Orek kepada pemuda Desa Punjulharjo. Harapannya dengan adanya pencerdasan dan
pelatihan ini mendatangkan niat baik bagi pemuda desa untuk melestarikan sekaligus
menjadi salah satu nilai plus akan atraksi penunjang Desa Wisata Punjulharjo.

4.2 Saran
Perlu adanya pelatihan berkelanjutan akan Tari Orek-Orek di Desa Punjulharjo untuk
melestarikan kesenian dan juga meningkatkan atraksi untuk penunjang Desa WIsata
Punjulharjo
UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dihaturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmat sehingga
acara dapat terlaksana dengan baik. Selanjutnya, ucapan terima kasih kepada dosen
pembimbing KKN yang telah membantu mengarahkan program kerja. Tidak lupa ucapan
secara khusus untuk Ibu Rina Anggaraningrum dan tim yang telah menjadi pemateri dan
instruktur tari. Terakhir ucapan terima kasih untuk teman-teman pemuda Desa Punjulharjo
yang telah ikut meramaikan acara dan antusias untuk mengikuti pelatihan Tari Orek-Orek.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pudjasworo, Bambang. 1982. Dasar-dasar Pengetahuan Gerak Tari Alus Gaya


Yogyakarta. Akademi Seni Tari Indonesia Yogyakarta,
Yogyakarta.
2. Rahardjo, Satjipto. 1980. Hukum dan Masyarakat. Penerbit Angkasa Bandung,
Bandung.

Anda mungkin juga menyukai