DISUSUN OLEH
NAMA : CELLY LIANI
JURUSAN : ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
SARAN
Sejalan dengan kesimpulan di atas, Semua pihak harus bersama-sama terus
melestarikan reyog ponorogo ini sebagai sebuah pertunjukan dan tontonan
yang bisa disaksikan oleh generasi-generasi muda pada masa mendatang.
Karena didalam setiap pertunjukan selalu ada pesan-pesan moral, nilai-
nilai pendidikan,cerita dan sejarah.Jika kita mencermati secara kritis
kemajuan yang dicapai oleh bangsa-bangsa lain seperti Jepang, Cina dan
India misalanya, itu tidak lepas dari kehebatan mereka dalam mengkaji
kearifan lokalnya, maka dari itu seharusnya pemerintah mengoptimalkan
pembelajaran kearifan lokalnya sehingga bisa menjadi negara yang maju
dengan kebudayaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Gatot Soemantri, 1994. Mengenal Potensi dan Dinamika Ponorogo.
Ponorogo: Pemda Tk. II Ponorogo.Jero Wajik. Festival Seni dan Budaya
Tahun 2005 - 2006. Jakarta: Depbudpar. Koentjaraningrat, 1990.
Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Mawar Kusumo.
“Kearifan Tradisional Perlu Dilestarikan”, dalam Harian Kompas,Tahun
2007.Sigit dkk., 1997/1998. Pengembangan Jaringan Ekonomi diKawasan
Wisata NTB. Jakarta: Ditjen Kebudayaan, Depdikbud. B. Suryosubroto.
2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Husaini Usman. 2004. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara Wilson, Ian Douglas (1999) ‘Reyog Ponorogo: Spirituality,
Sexuality and Power in a Javanese Performance Tradition’, Intersections:
Gender and Sexuality in Asia and the Pacific, Vol 2 Sugiarti, dan Trisakti
Handayani. Kajian Kontemporer Ilmu Budaya Dasar. Malang: UMM
Press. 1999. Rochaeti, E. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. 2006.