Disusun Oleh :
Nama :
NIM :
PROGRAM STUDI
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan
kesempatan emas ini kepada saya selaku penyusun makalah berjudul
“Mengenal Kebudayaan Kota Berirama, Purworejo” sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan baik. Tak lupa juga, rasa terima kasih yang setulus-
tulusnya yang saya persembahkan kepada Ibu saya dan seluruh pihak yang
telah membantu saya dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan melalui kata pengantar ini,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Akhir kata,
cukup sekian dan terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I.....................................................................................................................................................................
BAB II...................................................................................................................................................................
BAB III...............................................................................................................................................................
2.1 Simpulan……………………………………………………………………………………………...26
2.2 Saran…………………………………………………………………………………………………...26
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................
Lampiran.........................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
1.5 Pengertian Kebudayaan Identitas Nasional
Indonesia adalah negeri yang luar biasa, negeri yang kaya akan suku
bangsa, bahasa, dan budaya. Budaya merupakan suatu unsur penting
pembentuk identitas suatu kumpulan orang banyak terlebih suatu
bangsa. Kepribadian suatu bangsa akan tercermin melalui budayanya. Secara
etimologi kebudayaan berasal kata “budaya” semantara dalam buku
sanseskerta , kata kebudayaan berasal dari kata “Bodhya” yang berarti akal
budi. Menurut seorang Antropolog Inggris , EM B Tylor Kebudayan adalah
kompleks keseluruhan yang meliputi
pengetahuan ,kepercayaan,kesenian,hukum ,moral,kebiasaan,kebiasaan,serta
lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Budaya bisa didefinisikan secara luas yaitu adat istiadat atau
kebiasaan yang dilakukan baik itu dalam sehari-hari ataupun kebiasaan dari
sejak zaman dahulu sampai sekarang. Arah pembinaan kebudayaan sebagai
identitas nasional Indonesia harus berpijak pada dasar filsafat bangsa yaitu
Pancasila, artinya bentuk-bentuk kebudayaan sebagai pengejawantahan
pribadi manusia Indonesia harus menunjukkan nilai·nilai esensial dari
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara. Sartollo'Kartodirdjo berpendapat
bahwa permulaan kehidupan bangsa Indonesia dalam kerangka kebudayaan
Nasional yang berdasarkan Pancasil adaIah proses yang timbal balik antara
yang ideal dan yang aktual, antara "das sollen" dan "das Sein", juga antara
"kebenaran ideal" dengan realitas sebagai polaritas dan kelakuan individu
antara kelembagaan dan interaksi sosial, dan lain sebagainya. Kebudayaan
Nasional, juga harus dilaksanakan berdasar Pancasila sehingga mewujudkan
kesatuan yang koheren dan "berjiwa" Pancasila 'beserta norma-norma moral
yang ideal dalam kehidupan sehari-hari. Pembinaan kebudayaan sebagai
identitas asional Indonesia relevan dengan Pancasila'terutama terletak pada
sila kedua, 'meskipun tetap dalam hubungannya dengan sila-sila yang
lain. Rumusan isi arti Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, ialah
kesesuaian sifat dan keadaan dengan hakikat manusia sebagai makhluk
bersusun majemuk atau monopluralis dari unsur-unsur jiwa raga, akal rasa
kehendak, dan sifat perseorangan, sifat makhluk sosial dan berkedudukan
sebagai pribadi berdiri sendiri dan kedudukan sebagai makhluk Tuhan.
Kesemua unsur tersebut merupakan suatu kesatuan atau keutuhan dalam
diri manusia yang penjelmaannya akan terwujud dalam setiap perbuatan dan
tindakan manusia (Notonagoro, 1980, P.6
8 R. Moeritno 1945-1949
Wongsonegoro
9 M. Soerardjo 1949-1956
Sastrodiprojo
12 Slamet 1960-1966
Soetohardjono
1995-2000
A. Pertanian
Aktivitas ekonomi kota Purworejo bergantung pada sektor pertanian,
di antaranya padi, jagung, ubi kayu dan hasil palawija lain. Sentra tanaman
padi di Kecamatan Ngombol, Purwodadi dan Banyuurip. Jagung terutama
dihasilkan di Kecamatan Bruno. Ubi kayu sebagian besar dihasilkan di
Kecamatan Pituruh.Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, Purworejo menjadi salah
satu sentra penghasil rempah-rempah ,yaitu: kapulaga, kemukus, temulawak,
kencur, kunyit dan jahe yang sekarang merupakan komoditas biofarmaka
binaan Direktorat Jenderal Hortikultura. Selain untuk bumbu penyedap
masakan, juga untuk bahan baku jamu. Empon-empon yang paling banyak
dihasilkan Purworejo adalah kapulaga. Sentra produksi di Kecamatan
Kaligesing, Loano dan Bener. Konsumen tanaman empon-empon adalah
perajin jamu gendong, pengusaha industri jamu jawa dan rumah makan.
B. Perkebunan
C. Peternakan
Di bidang peternakan, ternak yang menjadi khas Purworejo
adalah kambing peranakan etawa (PE), yakni kambing dari India yang
memiliki postur tinggi besar. Peternakaan kambing PE terutama di
Kecamatan Kaligesing. Sisanya dari Kecamatan Purworejo, Bruno, dan Kemiri.
Di Kecamatan Kaligesing, kambing itu dikawinkan dengan kambing lokal,
sehingga tercipta kambing PE ras Kaligesing. Bagi sebagian besar peternak di
Purworejo, memiliki kambing ini merupakan kebanggaan tersendiri, ibarat
memiliki mobil mewah. Setiap tahun ribuah kambing dipasarkan ke luar
Purworejo, termasuk ke Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Trenggalek), Sumatra
(Bengkulu, Jambi), Riau dan Kalimantan(Banjarmasin), bahkan pada 2005 -
2006 pernah ekspor ke Malaysia.
D. Peternakan
E. Industri
A. Tari Dolalak
Menurut sejarahnya, Tari Dolalak terinspirasi dari perilaku serdadu
Belanda pada saat beristirahat di camp peristirahatan mereka. Pada saat
beristirahat, para serdadu Belanda itu melakukan pesta dengan minum –
minuman keras dan berdansa. Aktivitas tersebut lalu di tiru oleh orang
pribumi dan terciptalah gerakan yang sederhana dan berulan-ulang. Sekitar
tahun 1940, masyarakat pada saat itu membuat sebuah tarian yang di
kembangkan sebagai misi keagamaan dan politik untuk memerangi pasukan
Belanda. Syair lagunya pun bersifat agama, yakni agama Islam dengan
menggunakan bahasa Arab. Tarian ini awalnya hanya di pentaskan pada acara
tertentu seperti syukuran, sunatan, dan hajatan. Tari ini biasanya di
pentaskan pada malam hari semalam suntuk untuk memeriahkan
acara. Seiring dengan perkembangan jaman, mulai banyak modifikasi dan
tarian ini diberi nama Tari Dolalak. Penamaan “Dolalak” pada Tari Dolalak ini
berasal dari not “do” dan “La” karena tarian ini diringi dengan nada tersebut.
Musik yang mengiringi tarian dolalak merupakan musik yang berasal dari
lantunan syair dan pantun Jawa.
Ini dilakukan agar lebih menarik dan telepas dari budaya Belanda yang
masih merekat pada tari sehingga bisa tercipta ciri khasnya tersendiri.
Pengembangan tari dolalak pada saat itu dimulai dari musik pengiring, lagu
yang di bawakan, gerakan tari dan kostum yang digunakan. Dalam
perkembangannya, Tari Dolalak mempunyai ragam sesuai dengan daerah
asalnya, diantaranya seperti gaya kaligesingan, mlaranan, banyuuripan dan
sejiwanan. Dalam pertunjukannya, Tari Dolalak bisa dimainkan dengan
berkelompok, berpasangan, dan tari tunggal. Gerakan dalam tarian ini
merupakan gerak keprajuritan yang di dominasi dengan gerakan yang
kompak dan dinamis. Yang menjadi ciri khas dari Tari Dolalak adalah gerakan
“kirig“, yaitu gerakan bahu yang cepat pada saat tertentu. Gerakan dalam Tari
Dolalak ini mempunyai istilah yang bermacam - macam. Pada gerakan kaki
mempunyai istilah seperti adeg, tanjak, hayog, sered, mancad, jinjit, sepak
dan lain – lain. Pada gerakan tangan mempunyai istilah seperti ngruji,
teweng, gregem, bapangan, wolak walik, tangkisan dan lain – lain. Pada
gerakan badan mempunyai istilah seperti ogek, entrag dan geblag. Pada
gerakan leher mempunyai istilah seperti tolehan, lilingan dan coklekan. Lalu
pada gerakan bahu seperti kirig dan kedher. Pada pertunjukan tarian tunggal
Dolalak biasanya di warnai dengan keadaan trance para penari, yaitu keadaan
dimana penari mengalami kesurupan karena sudah larut dalam gerakan tari
dan iringan musiknya. Keadaan trance tersebut sering menimbulkan tingkah
lucu para penari dan membuat masyarakat tertarik dengan tontonan
tersebut. Dalam pertunjukannya, Tari Dolalak juga didampingi oleh dukun
yang bertugas menyembuhkan penari yang kesurupan dan melakukan ritual
lainnya.
B. Bedug Pendowo
a). Sejarah
b).Pemindahan
a. Geblek
Geblek adalah nama salah satu makanan khas Purworejo. Makanan ini
terbuat dari tepung singkong yang dibentuk bulat lalu digoreng. Geblek
benar-benar nikmat terlebih dipadukan dengan sambal pecel maupun sambal
lainnya ,seperti sambal kecap. Makanan berwarna putih dan tampak seperti
cireng ini dapat kamu temukan di pasar-pasar tradisional Purworejo, seperti
Pasar Baledono dan Pasar Jenar. Pertama kali menyantapnya, akan terasa
sensasi gurih dari geblek dan rasa pedas manis dari sambal pecel. Tak hanya
di Purworejo, geblek juga biasa ditemui di wilayah Kulon Progo, Yogyakarta.
b. Clorot
Hidangan Purworejo satu ini berupa kue yang terbuat dari bahan
utama yaitu tepung beras dan gula merah. Clorot biasa dibungkus dengan
daun kelapa atau janur dan berbentuk kerucut. Makanan ini tidak hanya
digemari oleh orang Purworejo melainkan wisatawan yang berkunjung.
Biasanya, wisatawan akan menjadikan celorot sebagai oleh-oleh khas
Purworejo.Rasa manis dan tekstur kenyal yang ada pada clorot menciptakan
cita rasa khas di lidah para penikmatnya. Proses pembuatan clorot dimulai
dari gula merah, garam, pandan, yang dicampur dengan air santan, lalu
dimasak sembari diaduk merata. Kemudian, tuangkan campuran santan ke
wadah yang berisi tepung beras, aduk hingga merata. Setelah itu, tuangkan
adonan ke dalam bungkus terbuat dari daun kelapa atau janur yang sudah
dibentuk mengerucut. Lalu clorot dikukus hingga matang dan dapat
dinikmati. Hidangan ini akan terasa nikmat bila disajikan selagi hangat. Jika
kamu baru pertama menyantap clorot, ada cara-caranya. Kamu harus
menekan bagian bawah kerucut memakai jari, lalu setelah isinya keluar, kamu
baru bisa menyantapnya. Sama seperti geblek, clorot juga mudah ditemukan
di pasar-pasar tradisional Purworejo, salah satunya di daerah Grabag,
Purworejo.
c. Kue Lompong
Kue yang satu ini terbuat dari tepung ketan. Makanan ini juga biasa
ditemukan hanya di daerah sekitar Purworejo, termasuk Kutoarjo ,salah satu
kecamatan di kota Purworejo. Nama unik yang tersemat dalam kue ini
berasal dari daun talas kering atau lompong yang dulunya dijadikan bahan
pewarna hitam pada kue. Meski dulu lompong terkenal karena dijadikan
bahan pewarna, uniknya kue lompong malah tidak menggunakan pewarna
dalam membuatnya. Kini penjual banyak yang menggunakan damen atau
pohon padi kering. Rasa dari kue lompong ini manis seperti kue mochi.
Terlebih dengan tekstur kenyal yang dimilikinya. Perpaduan manis dan gurih
menjadikan kue ini cocok disantap selagi hangat. Meski begitu, diakui bahwa
kue ini termasuk langka di Purworejo. Wisatawan bisa menemuinya di salah
satu tempat yang masih bertahan, yaitu Kelurahan Pangenrejo, Pangen
Jurutengah, dan sebagian Kledung Kradenan. Kue ini juga hanya bertahan
selama satu minggu di luar kulkas, maka jika terasa mengeras, bisa dilunakan
dengan cara dikukus ulang untuk dikonsumsi kembali.
d. Sate Winong
Sate khas Purworejo ini tampak seperti sate kambing pada umumnya.
Sate ini diberi nama sate winong karena letaknya yang berada di Desa
Winong, Kecamatan Kemiri, Kabupaten Purworejo. Hal yang membuatnya
berbeda adalah penggunaan kecap asli buatan pemilik warung dengan
tambahan bumbu lainnya. Ketika dihidangkan, tampilan sate ini berbeda
dengan sate kambing lainnya karena ada tambahan daun jeruk yang diiris
tipis-tipis hingga tampak seperti helai rumput. Ada juga potongan bawang
merah yang banyak, diiris dalam potongan besar. Jika menyukai rasa pedas,
pemilik warung biasanya menyediakan semangkuk sambal kecap. Kecap ini
terbuat dari bahan baku gula merah yang diolah dengan bawang putih,
bawang merah, jahe, lengkuas, dan daun serai.
e. Manggis
Buah manggis ini paling banyak berasal dari Kec. Kaligesing Kab.
Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Manggis ini mempunyai ciri-ciri tinggi
pohon 10-15 meter, lebar 3-4 meter, warna batang kecoklatan, kedudukan
daun mendatar ujung dan melengkung ke bawah, warna benang sari putih
kekuningan, bentuk buah warna kulit buah merah tua sampai dengan ungu,
warna daging buah putih, sifat buah kenyal dan mudah dibuka, bobot buah
100-125 gram per buah, jumlah siung/buah : 4-8 siung, rasa daging buah
manis keasaman (segar). Masa panen antara bulan januari sampai dengan
maret. Disaat masa panen pengiriman ke luar daerah dapat mencapai tujuh
ton perharinya.
Manfaat buah manggis sangat fenomenal dan sampai saat ini ia
disebut ratu buah karena khasiatnya yang memang super sekali. Manggis
dapat mengobati dan mencegah berbagai penyakit berbahay seperti kanker,
ini lah yang menjadikannya buah buah super luar biasa. Hasil penelitian yang
dilakukan mengungkapkan bahwa buah manggis dan kulit buahnya kaya
dengan 40 lebih zat xanthones yang merupakan salah satu antioksida yang
sangat bermanfaat di dunia. Manfaat maggis tidak hanya memiliki zat super
‘xanthones’, dalam buahnya terkandung juga polikasanida, bahan antikulat
dan antibakteri. Perlu diketahui xanthones adalah salah satu komponen aktif
yang utama dari buah manggis.
f. Dawet Ireng
Minuman satu ini tampak seperti es cendol yang biasa kita minum.
Namun, berbeda dengan cendol, dawet ireng berwarna hitam. Hal ini sesuai
dengan namanya, yaitu ireng yang dalam bahasa Jawa berarti hitam.
Minuman ini berasal dari daerah Butuh, Purworejo, Jawa Tengah. Dawet
berwarna hitam itu diperoleh dari abu bakar jerami yang bercampur dengan
air sehingga menghasilkan air warna hitam. Air ini yang lalu digunakan untuk
mewarnai dawet. Dalam proses pembuatannya, dawet memiliki keunikan
tersendiri. Jumlah dawet lebih banyak dibanding kuahnya yang berupa
santan air gula.Tak hanya itu, santan juga biasa diperas langsung dari
bungkusan serabut kelapa. Sama seperti cendol, dawet ireng dibuat dari
bahan-bahan yaitu tepung sagu, santan kelapa gula Jawa, dan daun pandan.
Minuman ini biasa disajikan menggunakan mangkuk dan diberi es untuk
menambah kesegaran. Kamu bisa menemukan penjualnya di setiap sudut
Purworejo.
BAB III
SIMPULAN
2.1 Simpulan
2.2 Saran
Kebudayaan sebagai identitas nasional harus dilestarikan dan dijaga.
Di tengah arus perubahan dan pengaruh budaya barat, tidak menutup
kemungkinan kebudayaan-kebudayaan sebagai identitas bangsa, lambat laun
akan ditinggalkan masyarakat. Karena itu, perlu kiranya dilakukan
pelestarian oleh seluruh komponen masyarakat khususnya seluruh
masyarakat kota Purworejo. Apalagi dalam era globalisasi saat ini,
kebudayaan yang kurang sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa, seringkali
menggerus kebudayaan lokal yang ada dan telah lama berkembang di kota
Purworejo. Banyak kebudayaan lokal yang tidak mampu menjadi tuan rumah
di tengah persaingan kebudayaan yang berkembang pada masa kini. Dengan
melihat fakta-fakta itu, sudah menjadi tanggung jawab dan kewajiban semua
masyarakat kota Purworejo, untuk terus menjadikan kebudayaan menjadi
sesuatu yang membanggakan dan perlu dijaga juga dilestarikan.
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 3 : Geblek
Lampiran 4 : Clorot
Lampiran 5 : Dawet Ireng