Anda di halaman 1dari 3

Penjelasasan GKPD itu apa ?

(setelah mas Alaris)

Gerakan Keamanan Pangan Desa atau disingkat GKPD merupakan kegiatan yang ada di Balai Pom
Manokwari dalam melaksanakan pengawasan kemanan pangan di desa-desa yang ada di wilayah papua
Barat.

Dalam pelaksanaan kegiatan GKPD (Gerakan Kemananan Pangan Desa) terdapat beberapa tahapan yang
harus dilalui. Tahapan tersebut antara lain:

1. Advokasi Kelembagaan Desa

Kegiatan ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan dalam menjalin kemitraan dengan
lintas sektor di daerah yang mana tujuannya untuk sinkronisasi komunikasi dua arah antara
stakeholder terkait (seperti BAPPEDA, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas
Kesehatan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas KUMKM, Dinas Perindustrian,
dll yang ada di tingkat propinsi atau kabupaten/kota) dengan komunitas desa mengenai
program Desa Pangan Aman.

2. Pengadaan Paket Kemanan Pangan, seperti Rapid Test Kit, informasi spt banner, spanduk,
serta materi mengenai prinsip keamanan pangan.

3. Pelatihan Kader Keamanan Pangan Desa (KKPD)

Pelatihan kader keamanan pangan desa atau biasa disingkat (KKPD) merupakan kegiatan untuk
membekali kader yang sudah terpilih tentang keamanan pangan yang nantinya kader tersebut
dapat mendampingi komunitas desanya dalam menerapkan prinsip keamanan pangan. Kadernya
itu dipilih dari perwakilan komunitasnya, seperti :

● Komunitas keluarga (kadernya terdiri dari Ibu PKK/Pengurus Posyandu/Ibu Rumah


Tangga): 5 orang.
● Komunitas sekolah (kadernya Guru/pembina Pramuka/Pembina UKS) : 5 orang
● Komunitas masyarakat (kadernya Karang Taruna/Remaja Putra/Putri/Kader Pembangunan
Manusia): 5 orang.

4. Bimbingan Teknik Komunitas

Setelah melatih KKPD selanjutnya adalah melakukan pelatihan / bimbingan terhadap komunitas
yang ada di desa, seperti komunitas yg saya sebutkan di atas :

 Komunitas Keluarga : Ibu Rumah Tangga/Ibu Hamil/Ibu Menyusui/Ibu yang memiliki


balita/anak stunting: 10 orang,
 Komunitas Remaja : Remaja Putra dan Putri (17-21 tahun): 8 orang,
 Komunitas Sekolah (Guru/Penjaja Kantin/Siswa): 8 orang
 Komunitas Pelaku usaha pangan olahan/IRTP: 8 orang,
 Komunitas Pelaku usaha pangan siap saji (PKL/warung makan): 8 orang,
 Komunitas Ritel (toko/warung klontong/minimarket): 8 orang.

Dengan adanya bimtek komunitas ini diharapkan dapat meningkatkan kemandirian masyarakat
dalam menangani permasalahan keamanan pangan di lingkungannya, seperti ibu rumah tangga
dapat menyiapkan dan mengolah pangan sesuai dengan prinsip keamanan pangan, anak-anak
remaja mampu memilih dan membeli pangan jajanan yang aman, bermutu dan bergizi, penyedia
pangan (ritel, Pedagang Kaki Lima, IRTP dll) dapat menyediakan pangan yang aman untuk
dikonsumsi.

5. Fasilitasi Keamanan Pangan

Kegiatan bimbingan teknis yang dilakukan harus diikuti dengan kegiatan fasilitasi
keamanan pangan kepada komunitas desa, kegiatannya itu berupa pendampingan
yang dilakukan oleh kader di setiap komunitasnya dan penyediaan sarana yang
mendukung dalam rangka penerapan kemanan pangan di desa, seperti dapur rumah
tangga, posyandu, kantin, warung, dan irtp yang memadai.
Sekaligus pada tahap ini, BPOM juga mendukung komunitas Usaha Pangan Desa
untuk dibina dan didukung supaya produk yang dihasikan terjamin aman. Outputnya
berupa rekomendasi MD (Makan dalam) / SPP-IRT (Sertifikat Produksi Pangan dan
atau Sertifikat Hygiene Sanitasi untuk pelaku usaha pangan yang telah memenuhi
ketentuan. Rekomendasi ini dapat diberikan di tahun berjalan atau tahun berikutnya.

6. Intensifikasi Pengawasan Keamanan Pangan


Agar tingkat keberhasilan program bisa optimal, maka perlu didukung dengan intensifikasi
pengawasan keamanan pangan yang mana kegiatannya berupa pengambilan sampel dan
pengujian sampel. Hasil pengujian sampel ini dapat dijadikan sebagai salah satu indikator /
tolak ukur keberhasilan program keamanan pangan di suatu desa. Kegiatan ini dilaksanakan
dengan cara melakukan uji produk pangan menggunakan rapid test kit dengan mobiling
(Mobil keliling) BB/BPOM serta pengamatan terhadap label produk olahan. Kegiatan ini
dilakukan sebanyak dua kali pre dan post intervensi.

7. Monitoring dan Evaluasi


Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui kemajuan dan dampak pelaksanaan
program. Monitoring diperlukan untuk melakukan tindakan perbaikan agar pelaksanaan
program pada tahun berikutnya dapat berjalan lebih baik. Sedangkan evaluasi dilakukan untuk
mengetahui dampak dan/atau pencapaian target pelaksanaan program serta untuk melihat
kelebihan dan kekurangan dari program tersebut.
Secara umum tujuan monitoring dan evaluasi (Monev) adalah untuk memastikan hal-hal
yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik dan untuk mengetahui hasil serta dampak
dari program tersebut. Monev ini perlu dilakukan ditingkat daerah agar setiap daerah
mengetahui kemajuan, capaian target serta kendala pada pelaksanaan program. Hasil dari
monev tersebut diharapkan dapat dijadikan acuan oleh masing-masing daerah untuk
melaksanakan dan melakukan perbaikan pada program Desa Pangan Aman di tahun
berikutnya.

8. Pengawalan Desa yang sudah di intervensi pada tahun sebelumnya.


Badan POM telah menginisiasi program ini sejak tahun 2014 dengan melakukan intervensi
keamanan pangan kepada masyarakat (ibu rumah tangga, PKK, kelompok pemuda/karang
taruna, dan komunitas sekolah (guru, anak sekolah/pramuka) dan Usaha Pangan Desa
(ritel/warung/koperasi desa, industri rumah tangga pangan, pedagang kreatif lapangan, wisata
kuliner dan pasar desa). Intervensi dilakukan untuk membentuk Desa Pangan Aman (Desa
PAMAN).
Roadmap Program Desa PAMAN dilaksanakan dari tahun 2015 sampai 2019 dan dilanjutkan
pada tahun 2020 sampai 2024. Pelaksanaan program keamanan pangan harus dilakukan
secara berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengawalan terhadap desa/kelurahan
yang sudah diintervensi untuk memastikan keberlanjutan program gkpd di desa.. Tujuan
kegiatan pengawalan ini adalah yang pertama:
1. Memastikan bahwa desa yang diintervensi melaksanakan program keamanan pangan secara
berkelanjutan.
2. Mengetahui tindak lanjut dari rencana program keamanan pangan yang disusun oleh desa.
3. Menjaga kompetensi Kader Keamanan Pangan Desa yang telah dilatih.
4. Mengidentifikasi permasalahan di desa dalam menjaga keamanan pangan dan memberikan
saran untuk penuntasan masalah yang ada.

Anda mungkin juga menyukai