Anda di halaman 1dari 61

MAKALAH FUNGSI DAN KEDUDUKAN PANCASILA

DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh :

ELYANA SIMARMATA

212411007

PROGRAM STUDI D3-METROLOGI DAN INSTRUMENTASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa oleh karena kasih serta
anugerah-Nya sehingga pembuatan makalah dengan judul “ FUNGSI DAN KEDUDUKAN
PANCASILA DIDALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA “ ini dapat
terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dengan dosen
pengajar Bapak Dr. Roy Fachraby Ginting, SH,M.Hum.

Tak ada gading yang tak retak, maka penulis menyadari bahwa makalah ini tentunya
masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu atas saran dari berbagai pihak sangat diharapkan
yang bersifat membangun dan berguna untuk pembenahan dan penyempurnaan serta
memotivasi penulis dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya.

Akhirnya pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Roy
Fachraby Ginting, SH,M.Hum begitu juga kepada Ibu Dr. (Cand) Rosdiana Tarigan, SH, M.Kn
sebagai asisten dosen yang tak pernah bosan dan sikap sabarnya dalam memberikan pengajaran
kepada penulis dan rekan-rekan mahasiswa yang banyak membantu dan mendukung penulisan
karya ilmiah ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 07 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara .............................................................................

2.2 Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa .........................................................................

2.3 Pancasila Sebagai Filsafat .......................................................................................

2.4 Pancasila Sebagai Sistem Etika Berbangsa dan Bernegara ....................................

2.5 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa .........................................................

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................

3.2 Saran .......................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

RIWAYAT HIDUP PENULIS ...........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan suku,
budaya, adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan unik yang menjadikan ciri khas daerah
nusantara itu sendiri dan membedakan kita dengan negara lain. Menurut sensus Badan
Pusat Statistik tahun 2010, tercatat bahwa ada 1.340 suku bangsa tanah air dengan
memiliki 300 kelompok etnik. Ini menandakan bahwa adat/kebiasaan yang dilakukan
setiap masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke berbeda-beda.
Adat/kebiasaan ini sudah ada dari zaman kerajaan-kerajaan kuno yang ada di Indonesia.
Nenek moyang kita terdahulu pun telah mewariskan kepada anak-cucunya hingga kepada
kita saat ini. Oleh sebab itu, adat/kebiasaan ini harus dapat kita jaga dan kita lestarikan
untuk anak-cucu kita dimasa depan kelak. Walaupun begitu, adat/kebiasaan yang beragam
ini bukan menjadi penghalang antara satu suku bangsa dengan suku bangsa lain untuk
dapat berinteraksi melainkan menjadi suatu keunikan tersendiri untuk saling melengkapi.
Para pahlawan kita dari ujung timur sampai ke ujung barat telah rela berkorban didalam
memperjuangkan hak dan kebebasan setiap orang. Mereka rela berjuang hanya dengan
bermodalkan bambu runcing didalam melawan penjajah, tapi bukan hanya itu saja
semangat dan tekad mereka untuk bersatu melawan penjajah patut kita tiru untuk
melindungi segenap tanah air dan bangsa kita, tidak peduli baik dari golongan muda
ataupun golongan tua semua bersatu padu melawan tanpa melihat perbedaan suku bangsa.
Maka dari itu, disinilah peran kedudukan dan fungsi pancasila itu dimulai. Sebenarnya,
jika kita melihat butir-butir yang terkandung didalam pancasila itu sendiri merupakan hasil
rangkuman dari adat/kebiasaan kita terdahulu yang kemudian dipadukan untuk menjadi
dasar sebuah negara agar semua komponen yang terdapat di dalam identitas nasional
haruslah berlandaskan pancasila itu sendiri. Dilansir dari Ketetapan MPR No.
II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa menyebutkan bahwa terdapat lima asas
didalam pancasila yang kemudian dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan. Pancasila
terlahir dari sejarah panjang Bangsa Indonesia. Landasan idiil bangsa dan negara,
merupakan cita-cita luhur yang sudah lama diimpikan oleh bangsa dan seluruh rakyat
Indonesia. Oleh sebab itu harus ada dasar yang mencerminkan kepribadian mengakar dari
seluruh rakyat Indonesia. Pancasila juga memiliki kedudukan dan fungsi yang penting bagi
Indonesia, antara lain sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengatur segala
tingkah laku dan Tindakan warga negara Indonesia, justru sebagai pemersatu bangsa
Indonesia. Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa adalah sebuah
rasionalitas kita sebagai bangsa yang majemuk, multi agama, multi bahasa, multi budaya,
dan multi ras yang tergambar dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika agar menjadi bangsa
yang bersatu, adil dan makmur.
Dengan memahami kedudukan pancasila dalam bangsa ini, akan lebih mengutakan rasa
patriotisme karena jika kita mencermati isi, kedudukan, dan fungsi pancasila maka kita
akan menemukan suatu aturan baku dan tertib yang apabila dilakukan akan membuat
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang aman, nyaman dan tentram. Oleh karena itu
Pendidikan tentang pancasila, terutama kedudukan dan fungsinya dalam bangsa ini perlu
lebih ditingkatkan supaya jiwa pancasila benar-benar tertanam dalam diri penerus bangsa
Indonesia supaya tujuan bangsa ini dapat terlaksana dengan baik.
Setiap Negara memiliki identitas nasional yang berbeda-beda. Hal ini sama saja seperti
manusia, memiliki identitas yang berbeda setiap individunya. Identitas ini tentunya
berguna untuk membedakan setiap negara.
Identitas ini bisa disebut sebagai sifat atau jati diri yang melekat pada sesuatu. Identitas
Nasional ini merupakan hal buatan karena identitas nasional ini dibuat, dan disepakati oleh
warga dari suatu bangsa sebagai identitasnya.
Identitas suatu negara merupakan suatu hal sekunder karena identitas nasional hadir
setelah identitas suatu bangsa mempunyai identitas yang berbeda-beda. Untuk memahami
identitas nasional bangsa Indonesia, simak tulisan di bawah ini.
Istilah natie atau nation mulai tidak asing pada tahun 1835. Nation yang memiliki arti
bangsa atau nasional, nasionalisme, atau paham kebangsaan. Istilah bangsa ini memiliki
arti masyarakat yang bentuknya terwujud dalam sejarah dan memiliki unsur-unsur satu
kesatuan bahasa, satu kesatuan daerah, satu kesatuan ekonomi, satu kesatuan hubungan
ekonomi, satu kesatuan jiwa.
Syarat mutlak adanya sebuah bangsa adalah persetujuan bersama yang mengandung
keinginan untuk hidup bersama dan bersedia untuk berkorban demi mencapai tujuan. Jika
warga dari suatu bangsa rela mengorbankan jiwa raganya demi eksistensi bangsanya, maka
bangsa tersebut akan tetap bersatu.
Dalam segi sosiologis, bangsa adalah persekutuan hidup pada masyarakat yang
awalnya berdiri sendiri namun akhirnya merasa kesatuan ras, bahasa, keyakinan dan
budaya. Dari segi politis, bangsa adalah masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan
mereka patuh pada kedaulatan negara, dan kedaulatan negara itu merupakan kekuasaan
tertinggi. Dalam kata lain, mereka terikat oleh kekuasaan politik.
Integrasi Nasional mencerminkan bentuk komposisi dari satu proses persatuan dari
pengumpulan individu berbagai daerah yang beragam. Contoh sederhana dari integrasi
nasional yang bisa kita temui adalah upacara bendera. Negara Indonesia dengan
keragaman suku dan budaya dari Sabang sampai Merauke membuat
masyarakatnya heterogen. Integrasi nasional diperlukan untuk menyatukan perbedaan-
perbedaan ini.Konsep integrasi nasional adalah koalisi negara- negara yang menempati
wilayah tertentu dalam suatu Negara yang berdaulat.
Secara umum, integrasi nasional mencerminkan komposisi dari kesatuan proses
berkumpulnya individu-individu dari berbagai daerah yang berbeda dan beragam.
Konstitusi adalah semua ketentuan dan aturan dasar tentang ketatanegaraan di dalamnya
terdapat perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM) dan mengatur mengenai distribusi
kekuasaan dalam penyelenggaraan suatu negara. Penyusunan UUD, norma dan nilai-nilai
dalam praktek dalam penyelenggaraan negara mempengaruhi rumusan naskah, ini yang
menjadi latar belakang sosiologis, filosofi, politis dan sejarah ketentuan undang-undang
dasar.
Konstitusi adalah hukum yang tinggi dan paling fundamental karena landasan otoritas
perundang-undangan lainnya yang sesuai dengan prinsip hukum yang berlaku umum agar
peraturan yang tingkatannya berada di bawah undang-undang dasar agar dapat berlaku dan
dilaksanakan dengan serta tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar.
Konstitusionalisme mengatur pelaksanaan rule of law (supremasi hukum) antara
hubungan pemerintah dengan individu. Konstitusi menghadirkan keadaan yang dapat
membentuk rasa akan keamanan dan kenyamanan karena adanya peraturan batasan
terhadap wewenang pemerintah, yang telah ditentukan terlebih duhulu agar
penyelenggaraan negara dan pemerintah tidak sewenang-wenang dan tidak menyeleweng
dari aturan aturan yang sudah di sepakati sebelumnya.
Pada dasarnya paham tentang konstitusonalisme merupakan prinsip yang dapat
membatasi kekuasaan. Konstitusionalisme mengatur dua hubungan yang saling berkaitan
satu sama lain yaitu hubungan antara pemerintah dengan warga negara dan hubungan antar
lembaga pemerintahan yang satu dengan lemabaga pemerintah lainnya jadi sifatnya
adalah mengatur. Era reformasi memberi harapan untuk mengalami perubahan
penyelenggaraan negara yang lebh demokratis, transparan dan memiliki akuntabilitas
tinggi dan terwujudnya good governance, adanya kebebasan berpendapat, menjunjung
tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, kejujuran, tanggung jawab, persamaan dan
persaudaraan. Hal itu menjadikan kekuasaan dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan
pemerintahan suatu negara dapat dibatasi dan dikendalikan dengan aturan aturan yang
sudah dibuat.
Maka paham konstitusionalisme dalam suatu negara meruapakan konsep yang harus
ada. Tetapi warna negara Indonesia masih saja menyepelekan UUD 1945. Terbukti mereka
tidak menghiraukan hukum dengan melanggar, melakukan penyimpangan-penyimpangan
hukum. Maka, adanya sosialisasi pengetahuan tentang UUD 1945 harus dipelajari sejak
dini yang nantinya akan ikut meneruskan memimpin negeri ini dan harus mengerti tentang
hal yang berkaitan dengan hal hal yang bersifat kenegaraan.
Berdasarkan uraian di atas hal ini menarik untuk dilakukan pembahasan dalam kelas
diskusi dengan tema nilai dan norma konstitusioanal Undang-Undang 1945. Secara umum
konstitusi merupakan Undang-Udang Dasar yang merupakan bentuk terjemahan, istilah
constituio menjadi Undang-Undang Dasar. Konstitusionalisme adalah paham yang perlu
dijaga melalui pembentukan konstitusi . sedangkan konstitusi merupakan hukum dasar
yang dijadikan pedoman dalam menjalankan pemerintahan suatu negara. Tujuan konstitusi
yaitu membatasi tindakan yang sewenang-wenang, menjamin hak-hak rakyat dan
menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. UUD 1945 adalah hukum dasar yang
tertulis. Ketentuan yang terkandung dalam UUD 1945 memiliki makna dan hakikat
sebagai hukum dasar. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pengaturan tentang hak asasi
manusia yang diatur dalam BAB XA terdiri dari 10 pasal yaitu 28A sampai 28J. UUD
1945 memuat norma-norma, kaidah-kaidah yang harus dilaksanakan dan ditaati oleh
semua komponen negara yang berfungsi sebagai hukum yang tertinggi yang menjadi
pedoman hukum bagi setiap peraturan perundang undangan di bawahnya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas tergambar pentingnya untuk terus menjaga moral dan harga
diri bangsa dengan mengamalkan pancasila. Apalagi dimasa sekarang ini, era globalisasi
yang dapat mempengaruhi kepribadian masyarakat khususnya generasi muda bangsa.

Secara terperinci, yang menjadi pokok permasalahan tersebut di atas dijadikan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa itu pancasila?

2. Apa saja kedudukan dan fungsi pancasila serta pengamalannya?


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila sebagai dasar negara artinya Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan
kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang-undangan yang dibuat dan berlaku
di Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan hukum yang berlaku harus bersumber pada
Pancasila. Baik yang tertulis (UUD) maupun yang tak tertulis (konvensi). Sebagai dasar
negara, secara hukum Pancasila memiliki kekuatan mengikat semua Warga negaranya.
Pengertian mengikat ialah bahwa ketentuan mengenai pembuatan segala
peraturan dan hukum untuk bersumber pada Pancasila bersifat wajib dan imperatif
(memaksa). Dengan kata lain, tidak boleh ada satu pun peraturan atau hukum di
Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila. Kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara tercantum dengan jelas dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.
Rangkaian kalimat dalam Pembukaan UUD 1945 yang menyatakan hal itu adalah
sebagai berikut :
“Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada: Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

1. Sejarah Pancasila

Secara etimologi, Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta dan merupakan


gabungan dari dua kata, yakni panca ‘lima’ dan sila ‘dasar”. Istilah Pancasila
diprakarsai oleh Soekarno Sejak Sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945 untuk memberi
nama atas lima prinsip dasar negara. Sebelum dirumuskan dan diberi sebutan, konsep
Pancasila sudah dirancang sejak hari pertama sidang BPUPKI yang pertama. Pada 29
Mei 1945, Mohammad Yamin mengemukakan lima sila yang terdiri atas peri
kebangsaan, peri kemanusiaan, peri Ketuhanan, peri kerakyatan, dan kesejahteraan
rakyat. Pada hari ketiga sidang pertama BPUPKI, tepatnya pada 31 Mei 1945, Soepomo
juga mengemukakan lima dasar negara, yakni persatuan, kekeluargaan, keseimbangan
lahir dan batin, musyawarah, dan keadilan rakyat. Keesokan harinya, pada hari
keempat, Soekarno mengemukakan usulannya akan lima dasar negara, yakni
kebangsaan Indonesia, internasionalisme atau perikemanusiaan, mufakat atau
demokrasi, kesejahteraan sosial, dan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelima prinsip ini
diberi nama Pancasila.

Dikemukakan Soekarno, apabila Pancasila sebagai dasar negara tidak dapat


disetujui semuanya, sila tersebut dapat dipersingkat menjadi Trisila (sosio
nasionalisme, sosio demokrasi, dan Ketuhanan). Kemudian, jika Trisila juga tidak
disetujui, dapat dipersingkat lagi menjadi Ekasila, yakni gotong-royong. Setelah semua
usulan disampaikan, dibentuklah panitia kecil yang beranggotakan delapan orang.
Anggota tersebut meliputi Soekarno, Moh Hatta, Sutarjo, A. Wachid Hasyim, Ki Bagus
Hadikusumo, Otto Iskandar, Mohammad Yamin, dan A. A. Maramis.

Tugas dari delapan panitia ini adalah untuk menampung dan mengidentifikasi
usulan anggota BPUPKI. Berdasarkan usulan yang diterima, ternyata ada perbedaan
usulan yang cukup besar. Golongan Islam menghendaki agar negara diselenggarakan
berdasarkan syariat Islam, sedangkan golongan nasionalis menghendaki negara tidak
diselenggarakan berdasarkan hukum agama tertentu. Untuk mengatasi perbedaan
tersebut, dibentuklah panitia kecil baru yang beranggotakan sembilan orang dan dikenal
dengan sebutan Panitia Sembilan. Kesembilan anggota panitia ini berasal dari golongan
Islam dan nasionalis, yakni Soekarno, Moh Hatta, Mohammad Yamin, A. A. Maramis,
Ahamd Soebardjo, Abikusno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Wachid Hasyim,
dan Agus Salim.

Dalam sidang Panitia Sembilan pada 22 Juni 1945, tercapai kesepakatan dasar
yang populer dengan nama “Piagam Jakarta” dan kemudian tertuang dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945, yakni sebagai berikut:

• Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya;

• Kemanusiaan yang adil dan beradab;

• Persatuan Indonesia;

• Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan; dan
• Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam sidang BPUPKI Kedua (10 Juli 1945–16 Juli 1945) tercapai kesepakatan bahwa
dasar negara yang digunakan adalah Pancasila sebagaimana tertuang dalam Piagam
Jakarta. Selain perihal Pancasila sebagai negara, sidang BPUPKI yang kedua juga
menyepakati pemerintahan negara republik, wilayah yang disepakati, dan pembentukan
tiga panitia kecil (perancang UUD, ekonomi dan keuangan, dan pembela tanah air).
Dalam sidang PPKI pada 18 Agustus 1945, ditetapkan bahwa sila pertama Pancasila
diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Frasa “syariat Islam” dan sejumlah
ketentuan untuk menjalankannya dihapuskan.

Perubahan ini dilakukan demi kepentingan bangsa dan negara yang beraneka ragam
suku dan agama. Perubahan sila pertama dianggap mencerminkan toleransi yang tinggi
di Indonesia juga persatuan dan kesatuan bangsa. Selain perubahan sila pertama, sidang
PPKI ini juga menghasilkan tiga keputusan penting, yakni mengesahkan UUD negara,
memilih presiden dan wakil presiden, dan memutuskan bahwa untuk sementara waktu
presiden akan dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) hingga
dibentuknya MPR/DPR.

2. Makna Masing-Masing Sila dalam Pancasila

Kelima sila dalam hubungan Pancasila sebagai dasar negara tentu memiliki
makna tersendiri. Disarikan dari pancasila susunan Tim Pusdiklat Pengembangan
Sumber Daya Manusia, berikut makna dari tiap-tiap sila dalam Pancasila.

Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Nilai Ketuhanan menjadi sumber pokok nilai kehidupan bangsa. Ketentuan pasal 29
ayat (1) UUD 1945 menerangkan bahwa negara berdasarkan Ketuhanan yang Maha
Esa. Kemudian, Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menerangkan bahwa negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.

Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila kedua menyimpulkan cita-cita kemanusiaanbyang adil dan beradab memenuhi


seluruh hakikat manusia. Sebagaimana rumusan sila kedua, setiap warga negara
Indonesia mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Setiap warga negara dijamin hak
dan kebebasannya yang menyangkut hubungan dengan Tuhan, orang seorangan,
negara, masyarakat, dan menyangkut pula kemerdekaan untuk berpendapat dan
pekerjaan serta penghidupan yang layak.

Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Persatuan mengandung pengertian bersatunya bermacam corak dan beraneka ragam


menjadi satu kebulatan. Persatuan Indonesia mencakup persatuan dalam arti ideologis,
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan keamanan. Persatuan Indonesia
merupakan persatuan bangsa yang didorong untuk mencapai kehidupan kebangsaan
yang bebas dalam wadah negara kesatuan yang merdeka dan berdaulat.

Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


permusyawaratan perwakilan

Sila keempat menandakan Indonesia menganut dua macam demokrasi, yakni


demokrasi langsung dan tidak langsung (demokrasi perwakilan). Hikmat kebijaksanaan
berarti penggunaan pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu mempertimbangkan
persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat, dan dilaksanakan dengan sabar,
jujur, dan bertanggung jawab serta didorong oleh itikad baik.

Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Sila kelima berarti keadilan untuk semua rakyat, setiap warga negara mendapat
perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
Keadilan sosial mencakup pula pengertian adil dan makmur.

Keadilan sosial juga mengandung arti tercapainya keseimbangan antara kehidupan


pribadi dan kehidupan masyarakat. Sila kelima ini adalah tujuan bangsa Indonesia
dalam bernegara, yakni menghasilkan tata masyarakat adil makmur berdasarkan
Pancasila sebagai dasar negara.

3. Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara

Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara terletak pada kedudukannya sebagai


sumber dari segala sumber hukum di negara Indonesia. Sebagai sumber dari segala
sumber hukum, nilai-nilai Pancasila menjadi pandangan hidup, kesadaran, cita-cita
hukum, serta cita-cita moral. Hal ini berlaku dalam segala bidang kehidupan. Nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara terkandung di dalam Pembukaan UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945 yang memuat nilai-nilai Pancasila mengandung empat pokok
pikiran.
Keempat pokok pikiran itu merupakan penjabaran dari sila-sila Pancasila sebagai
berikut :
1. Pokok pikiran pertama menyebutkan bahwa negara Indonesia adalah negara
persatuan, yakni negara yang melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia, mengatasi perseorangan dan golongan. Hal ini merupakan penjabaran
sila ketiga.
2. Pokok pikiran kedua menyebutkan bahwa negara hendak mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Pokok pikiran ketiga menyebutkan bahwa negara berkedaulatan rakyat berdasarkan
atas kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini menunjukkan
bahwa negara Indonesia adalah negara demokrasi. Hal ini merupakan penjabaran
sila keempat.
4. Pokok pikiran kedua menyebutkan bahwa negara hendak mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pokok pikiran ini mengandung pengertian bahwa negara Indonesia menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan agama dalam pergaulan hidup bermasyarakat dan
bernegara. Hal ini merupakan penjabaran sila pertama dan kedua. Empat pokok pikiran
itu merupakan dasar fundamental dalam pendirian negara. Lebih lanjut keempatnya
diwujudkan dalam bentuk pasal-pasal UUD 1945. Dari pasal-pasal UUD 1945 ini
kemudian dijabarkan lagi ke bawah dalam bentuk berbagai peraturan perundang-
undangan. Dengan begitu, pelaksanaan atau perwujudan nilai-nilai Pancasila dalam
berbagai peraturan tidak langsung dilakukan dari setiap sila Pancasila.
Akan tetapi, hal itu dilakukan melalui pasal-pasal yang terdapat di dalam UUD
1945. Dengan kata lain, pada saat pemerintah dan DPR membuat berbagai peraturan
perundang-undangan, mereka tidak langsung merujuk pada sila-sila Pancasila, tetapi
cukup hanya mengacu pada pasal-pasal UUD 1945. Mengapa demikian? Karena pasal-
pasal UUD 1945 sendiri hakikatnya sudah merupakan penjabaran nilai-nilai Pancasila
dalam bentuk yang lebih terperinci dan operasional.

4. Alasan Pancasila Dijadikan Sebagai Dasar Negara

1. Sangat mendasari kehidupan bangsa Indonesia


2. Sangat sesuai dengan adat istiadat bangsa Indonesia
3. Pancasila merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian bangsa
4. Negara Indonesia adalah Negara Pancasila

5. Makna Pancasila Sebagai Dasar Negara

1. Pancasila menjadi sebuah landasan berdirinya negara Indonesia


2. Pancasila berperan sebagai landasan dan dasar bagi pelaksanaan pemerintahan
3. Pancasila sebagai kaidah dasar Negara yang bersifat mengikat.
4. Pancasila juga sebagai cita hukum

Makna Pancasila sebagai Dasar Negara tentu harus dipahami karena pancasila
merupakan salah satu elemen paling penting dalam negara kita ini. Pancasila adalah
suatu ideologi yang dipegang erat bangsa Indonesia. Istilah Pancasila diperkenalkan
oleh sosok Bung Karno saat sidang BPUPKI 1. Pancasila kemudian menjadi sebuah
landasan berdirinya negara Indonesia.

Indonesia memiliki dasar negara yang sangat kuat sebagai filosofi bangsa, dimana
Indonesia memiliki pancasila sebagai dasar negara. Pengertian pancasila sebagai dasar
negara diperoleh dari alinea keempat pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang
dalam Momerandum DPR-GR 9 juni 1966 yang menandaskan pancasila sebagai
pandangan hidup bangsa yang telah di murnikan dan di padatkan oleh PPKI atas nama
rakyat indonesia menjadi dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR
disahkan pula oleh MPRS dengan ketetapan No.XX/MPRS/1966. Ketetapan MPR
No.V/MPR/1973 dan ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan
pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertip hukum di
Indonesia. Pancasila memiliki sifat dasar yang pertama dan utama yakni sebagai dasar
negara (philosophische grondslaag)Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar negara
pada tanggal 18 agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai penjelmaan
kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.

6. Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Negara

Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberikan kekuatan


serta membimbing dalam mengejar kehidupan lahir batin yang baik. Pancasila
merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa Indonesia, yang telah diuji
kebenaran dan kesaktiannya, sehingga tidak ada satu kekuatanpun yang mampu
memisahkan pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar
negara dan landasan idil bangsa Indonesia pada zaman reformasi telah menyelamatkan
bangsa dari ancaman disintegrasi selama lebih dari puluhan tahun. Sejarah
implementasi pancasila memang tidak menunjukkan garis lurus bukan dalam
pengertian keabsahan substansial, tetapi dalam konteks implementasinya. Tantangan
terhadap pancasila sebagai kristalisasi pandangan politik berbangsa dan bernegara
bukan hanya berasal dari faktor domestik, tetapi juga faktor internasional. Saat ini
pengimplementasian pancasila sangat dibutuhkan oleh masyarakat, karena di dalam
pancasila terkandung nilai-nilai luhur bangsa indonesia yang sesuai dengan kepribadian
bangsa. Implementasi pancasila dalam kehidupan bermasyarakat pada hakikatnya
merupakan suatu realisasi praktis untuk mencapai tujuan bangsa.

Pancasila sebagai dasar negara merupakan konsepsi yang telah disusun


sedemikian rupa. Pancasila merupakan representasi warga negara dan tujuan dalam
bernegara. Secara luas, makna Pancasila sebagai dasar negara adalah Pancasila
digunakan sebagai dasar oleh negara dalam mengatur pemerintahan dan
penyelenggaraan negara. Selain itu, arti Pancasila sebagai dasar negara juga dapat
dimaknai dengan dijadikannya Pancasila sebagai pedoman dan prinsip dasar dalam
kehidupan.

KBBI mendefinisikan Pancasila sebagai dasar negara serta falsafah bangsa dan
negara Republik Indonesia yang terdiri atas lima sila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha
Esa, (2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan (5)
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Terkait kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara, diterangkan M. Syamsudin dkk. dalam Pendidikan Pancasila:
Menempatkan Pancasila dalam Konteks Keislaman dan Keindonesiaan, kedudukan
atau fungsi Pancasila sebagai dasar negara dapat ditinjau dari berbagai aspek, yakni
aspek historis, kultural, yuridis, dan filosofis.

Secara historis, Pancasila dirumuskan dengan tujuan untuk dipakai sebagai


dasar negara Indonesia Merdeka. Dalam prosesnya, segala perumusan Pancasila
sebagai dasar negara ini digali dan didasarkan dari nilai-nilai pandangan hidup
masyarakat Indonesia dan dituangkan menjadi kesatuan sebagai pandangan hidup
bangsa. Secara kultural, pancasila sebagai dasar negara merupakan sebuah hasil budaya
bangsa. Oleh karenanya, Pancasila haruslah diwariskan kepada generasi muda melalui
pendidikan. Jika tidak diwariskan, negara dan bangsa akan kehilangan kultur yang
penting. Penting untuk diingat bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki
kepedulian kepada pewarisan budaya luhur bangsanya. Secara yuridis, Pancasila
sebagai dasar negara tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Sehubungan dengan itu,
Pancasila memiliki kekuatan yang mengikat. Seluruh tatanan hidup bernegara yang
bertentangan dengan Pancasila dinyatakan tidak berlaku dan harus dicabut.

Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu


masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi juga
digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas , misalnya partai
politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan
kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif.
Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang
beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia
yang beragama lain.
Tenggang rasa adalah sikap menghargai dan menghormati perasaan orang lain serta
dapat menempatkan diri pada situasi yang dialami orang lain sehingga dapat ikut
merasakannya. Secara sederhana, tenggang rasa adalah sikap kita dalam menyikapi perbedaan
sehingga tidak menyakiti atau menyinggung orang lain. Sikap tenggang rasa adalah sikap yang
memiliki nilai moral baik. Di sisi lain, sikap tenggang rasa merupakan satu di antara dari butir-
butir Pancasila. Tepatnya pada sila kedua, yaitu "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab".

Bahasa Indonesia adalah jati diri bangsa. Menggunakan bahasa Indonesia berarti memiliki jiwa
nasionalisme yang tingggi kepada NKRI melalui bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa
Indonesia harus dilakukan gerakan secara nasional karena dengan bahasa Indonesia telah
memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Hal ini selaras dengan salah satu butir
isi sumpah pemuda 1928 “…kami putra dan putri Indonesia, berbahasa satu bahasa Indonesia”.
Bahasa memiliki fungsi utama sebagai alat komunikasi antarindividu, kelompok, dan
organisasi sosial dalam berbagai konteks kehidupan. Hal ini dapat dilihat pemanfaatan bahasa
Indonesia di 33 provinsi yang ada di Indonesia ternyata telah berdampak positif sebagai alat
pemersatu antarwilayah dan antarsuku yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Kita sebagai warga negara Indonesia harus cinta kepada bahasa Indonesia. Cinta terhadap
bahasa Indonesia artinya harus mengenal, memahami, mencintai, dan menggunakan bahasa
Indonesia sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta
dengam menggunakan EYD yang tepat.
2.2 Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Pancasila sebagai ideologi negara berarti Pancasila dijadikan pedoman oleh masyarakat
Indonesia dalam menjalankan kehidupannya. Nilai-nilai yang terkandung dalam kelima
asas Pancasila menjadi landasan masyarakat dalam bersosialisasi, kehidupan beragama, hak
asasi manusia, dan bekerja sama.

1. Pengertian Ideologi

Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari 2 kata, idea dan logos.
Idea berarti ide, gagasan, buah pikir, atau konsep. Sedangkan logos berarti hasil pemikiran.
Jadi berdasarkan bahasa, ideologi adalah ilmu yang mencakup ilmu kajian asal mula, juga
hakikat buah pikir atau gagasan. Ideologi juga disebut a system of ideas yang akan mengatur
seluruh hasil pemikiran tentang kehidupan, lalu melengkapinya dengan berbagai sarana juga
kebijakan serta strategi, dimana tujuan yang ingin dicapai disesuaikan dengan kenyataan nilai-
nilai yang ada dalam filsafat yang menjadi sumbernya.

Berarti dapat disimpulkan bahwa ideologi merupakan hasil pemikiran yang isinya
mencakup nilai-nilai tertentu demi mencapai sebuah tujuan tertentu yang ingin dicapai.
Ideologi disebut juga sebagai identitas dari sebuah negara. Karena ideologi sebenarnya
memiliki fungsi yang sangat penting untuk sebuah negara, dimana ideologi digunakan sebagai
sebuah hal yang memperkuat identitas sebuah masyarakat negara.

2. Fungsi Ideologi

Seperti halnya kartu identitas yang umumnya dimiliki setiap orang sebagai tanda
pengenal, ideologi juga dapat digunakan sebagai tanda pengenal dari sebuah bangsa. Selain itu,
ideologi memiliki fungsi lainnya, yaitu fungsi kognitif dan orientasi dasar. Sebagai fungsi
kognitif berarti ideologi dapat dijadikan sebuah landasan bagi suatu bangsa dalam
berkehidupan dunia.

Fungsi orientasi dasar berarti ideologi merupakan hal yang dapat dijadikan sumber
wawasan dan makna bagi rakyat, juga dapat menjadi pembimbing bagi rakyatnya dalam
mencapai tujuan. Ideologi memiliki kedudukan yang sentral bagi setiap bangsa. Hal tersebut
disebabkan ideologi peranannya mencakup berbagai hal dan menjadi pedoman bagi
masyarakat dalam mencapai tujuannya.
Peran lain yang dimiliki ideologi adalah sebagai alat dalam pencegahan terjadinya berbagai
konflik dalam masyarakat. Tentunya hal ini dengan tujuan agar masyarakat dapat tetap hidup
dalam rasa tentram sekaligus memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Ideologi juga memiliki
peranan sebagai pemersatu bangsa. Karena pada dasarnya tiap bangsa di dunia memiliki
keberagaman suku, bahasa, adat, budaya, dan agama.

3. Kedudukan Pancasila dalam Kehidupan Bernegara

Berikut adalah kedudukan pancasila dalam kehidupan bernegara sebagai berikut :

1. Sebagai jiwa bangsa Indonesia


2. Sebagai ciri dari pribadi bangsa Indonesia
3. Sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia
4. Sebagai dasar negara
5. Sebagai sumber dari segala hukum
6. Sebagai perjanjian yang luhur ketika Negara Indonesia didirikan

4. Sebagai Tujuan atau Cita-Cita Bangsa

Kedudukan ini jelas menyatakan bahwa Pancasila merupakan pedoman bagi


masyarakat Indonesia dalam menjalankan aktivitas kehidupan bernegara. Pancasila adalah
petunjuk dalam kehidupan bernegara bagi masyarakat. Layaknya arah yang tidak pasti dari
kapal tanpa kompas, demikian juga negara akan tanpa arah bila tidak ada Pancasila. Selain itu,
Pancasila juga memiliki nilai sejarah karena proses pembentukannya sebagai hasil dari
perjanjian para wakil golongan ketika mendirikan negara Indonesia. Berdasarkan kedudukan
dan fungsinya yang ternyata begitu penting, maka Pancasila harus dapat dijaga keluhurannya
oleh setiap warga negara.

5. Peran Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Peran Pancasila sebagai ideologi negara memberi bimbingan kepada masyarakat


Indonesia dalam menentukan sikap dan tingkah laku. Nilai-nilai yang terkandung dalam kelima
asas Pancasila dijadikan patokan aturan oleh bangsa ini dalam berbuat di kehidupan
bermasyarakat serta bernegara. Kedudukan nilai-nilai yang terkandung dalam kelima asas
Pancasila adalah sebagai aturan tentang moral, oleh karena itu pelaksanaannya juga harus
berdasarkan pada keyakinan dan kesadaran penggunanya. Apabila aturan Pancasila sebagai
ideologi negara dilanggar, maka hukumannya adalah berupa sanksi moral dan sosial.
Mereka yang melanggar dan tidak berpedoman pada nilai-nilai Pancasila tidak akan
terkena sanksi hukum. Ada baiknya mereka merasa malu dengan segala sikap dan tingkah
lakunya yang melanggar norma Pancasila. Pancasila sebagai ideologi negara mengalami
beberapa masa perkembangan. Seperti halnya Pancasila di masa orde lama, Pancasila di masa
orde baru, dan Pancasila di era reformasi. Berbagai pihak dan para ahli sepakat apabila ideologi
Pancasila merupakan kumpulan gagasan yang disepakati bersama, dan merupakan ciri khas
bangsa Indonesia. Hasil kesepakatan yang menyatakan Pancasila sebagai ideologi negara ini
yang harus dipertahankan dan dipraktikkan dalam kehidupan bernegara yang berbeda-beda
suku bangsa ini.

6. Makna Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Adapun makna Pancasila sebagai ideologi negara adalah sebagai berikut ini : Nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila dijadikan acuan dalam mencapai cita-cita yang berkaitan
dengan aktivitas kehidupan bernegara. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah nilai yang
berupa kesepakatan bersama, dan menjadi sarana pemersatu bangsa. Pancasila sebagai ideologi
negara sekaligus menjadi tujuan atau cita-cita terwujudnya kehidupan bernegara tertuang
dalam ketetapan MPR tentang visi Indonesia di masa depan, yaitu :

1. Visi ideal, merupakan cita-cita luhur bangsa Indonesia seperti yang tercantum dalam
UUD 1945.
2. Visi antara, merupakan visi bangsa Indonesia hingga tahun 2020.
3. Visi lima tahunan, seperti yang telah tercantum dalam GBHN.

7. Ideologi Pancasila

Ideologi merupakan gabungan dua kata yaitu idea dan logos. Idea berarti gagasan,
konsep dan pengertian dasar, dan cita-cita, sedangkan logos berarti ilmu atau pengetahuan.
Jadi, ideologi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang ide-ide atau ajaran tentang
pengertian-pengertian dasar. Pancasila merupakan salah satu ideologi dunia yang dianut oleh
bangsa Indonesia,. Nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi pancasila dianggap
merefleksikan kultur,nilai dan kepercayaan masyarakat Indonesia sehingga pancasila
dipandang sesuai jika diterapkan sebagai ideologi resmi negara Indonesia

Nilai-nilai dan cita-citanya bersumber dari kekayaan budaya itu sendiri. Artinya nilai-
nilai yang terkandung di dalamnya bukan nilai-nilai impor yang datang dari luar. Ideologi
terbuka tumbuh dan berkembang dari dalam jiwa-jiwa masyarakat lokal nasional yang murni
kemunculanya pun dapat diterima oleh segenap golongan masyarakat

1. Landasan historis. Secara historis pancasila dirumuskan dengan tujuan untuk


digunakan sebagasi dasar negara Indonesia merdeka. Dasar yang dimaksud
merupakan pengakuan pancasila sebagai dasar negara yang dijadikan sebagai
falsafah Negara dalam proses perumusannya berasal dari nilai-niali pandangan
hidup masyarakat Indonesia yang dituangkan dan dilembagakan menjadi
pandangan hidup dan dasar negara.
2. Landasan kultural. Pancasila digali dari bumi Indonesia dan diserap dari nilai-nilai
yang berkembang dalam kehidupan masayarakat Indonesia yang beraneka ragam.
Praktik nilai tersebut dapat dilihat dari berbagai suku, budaya, agama, dan ras yang
terbagi terhadap masyarakat Indonesia. Dalam mempraktekkan nilai-nilai tersebut
terdapat perbedaan pada berbagai kelompok masyarakat yang berbeda skedar nilai
praktisnya, namun nilai dasarnya tetap sama. Bangsa yang besar adalah bangsa yang
peduli akan pewarisan budaya luhur bangsanya
3. Landasan filosofis. Secara intrinsik nilai-nilai pancasila berwujud dan bersifat
filosofis. Dalam hal ini, pendidikan pancasila secara filosofis sangatlah logis dan
strategis sebagai landasan untuk mengkaji, mengembangkan, melaksanakan dan
mengamankan nilai-nilai filosofis bangsa. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila
yang bersifat abstrak akan lebih memiliki peluang untuk dikonkritkan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Secara konkret, nilai-nilai pancasila tersebut
nantinya akan menciptakan norma etik dan norma hukum bernegara.
4. Landasan Yuridis. Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan
hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang
telah ada, yang akan dirubah atau akan dicabut guna menjamin kepastian hukum
yang berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk
Peraturan Perudang-undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu antara
lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak harmonis atau
tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dan Undang-undang sehingga
daya berlakunya lemah,peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau
peraturannya memang sama sekali belum ada.
5. Landasan Sosiologis. Landasan sosilogis merupakan pertimbangan atau alasan
yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut
fakta emperis mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dan
Negara

8. Pancasila Sebagai Ideologi

Pancasila sebagai idelogi terbuka artinya pancasila mengadung nilai dasar yang selalu
relevan sepanjang zaman. Negara tanpa dasar negara berarti negara tersebut tidak mempunyai
arah dan tujuan yang jelas, dan memudahkan timbulnya kekacauan. Dasar negara sebagai
pedoman hidup bernegara mencakup cita-cita negara, tujuan negara, norma bernegara.

9. Fungsi dan Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa

Pancasila sebagai ideologi bangsa berfungsi sebagai landasan untuk memahami dan
menafsirkan dunia dan kejadian kejadiannya dalam alam sekitarnya. Ideologi ini membantu
suatu negara dalam membuka wawasan yang memberikan makna dan menunjukkan tujuan
dalam kehidupan ber-Negara. Pancasila merupakan ideology terbuka. Ideologi terbuka adalah
ideologi yang menjadi pandangan suatu bangsa.
Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung tiga nilai yaitu :

1. Nilai dasar yaitu nilai yang tidak berubah sepanjang zaman. Nilai dasar mencakup
hakikat kelima sila Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan
dan Keadilan.
2. Nilai instrumen yaitu nilai yang bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman.
Nilai instrumental mencakup arahan, kebijakan, strategi, sasaran dan lembaga yang
melaksanakannya.
3. Nilai Praksis yaitu nilai yang dilaksanakan secara nyata. Nilai Praksis digunakan untuk
kehidupan Bernegara.

Kedudukan Pancasila sebagai ideologi Negara tercantum dalam pembukaan UUD


1945 alinea keempat yang berbunyi, “… Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang- Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam
suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasarkan
kepada Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaran/perwakilann, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.

10. Fungsi Utama Ideologi dalam Masyarakat

1. Sebagai tujuan atau cita cita yang hendak dicapai secara bersama oleh
masyarakat.
2. Sebagai pemersatu masyarakat dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian
konflik yang terjadi dalam masyarakat.

11. Butir-Butir Pengamalan Pancasila

Berdasarkan Ketetapan MPR no. II/MPR/1978 telah menetapkan dasar-dasar


pengamalan setiap sila dalam Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepecayaannya
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
a. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara
sesama manusia warga Negara dan mencintai sesame
b. Mengembangkan sikap tegang rasa dan tidak semena-mena terhadap orang lain.
c. Menjungjung tinggi nilai kemanusiaan dan gemar melakukan kegiatan
kemanusiaan
d. Berani membela kebenaran dan keadilan
e. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia,
karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerja dengan
bangsa lain.
3. Persatuan Indonesia
a. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan
negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
b. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara dan cinta tanah air dan
bangsa
c. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia
d. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber Bhineka
Tunggal Ika
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambl keputusan untuk kepentingan
bersama
d. Musyawarah untuik mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan
e. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil
musyawarah
f. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur
g. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral
kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjungjung tinggi harkat dan martabat
mansusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan – perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap
dan suasana kekeluargaan dan gotong royong
b. Bersikap adil, suka bekerja keras dan menghargai karya orang lain.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
d. Menghormati hak-hak orang lain dan suka memberi pertolongan kepada orang
lain
e. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain
f. Tidak bersikap boros, tidak bergaya hidup mewah, dan tidak melakukan
perbuatan yang merugikan kepentingan umum
g. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan
social
Maka, dari itu pentingnya pancasila sebagai ideologi bagi suatu bangsa adalah sebagai
pemersatu keseragaman, ataupun keanekaragaman bangsa serta ideologi juga untuk
membangkitkan semangat, kesadaran akan kemerdekaan, dan kehormatan suatu bangsa. Dan
juga, sebagai cita-cita suatu bangsa.

Peran pancasila sebagai ideologi negara dapat diimplementasikan seperti yang ada pada
gambar dimana para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) melakukan sidang Bersama
untuk saling berdiskusi dan bermusyawarah agar tercapai mufakat Bersama yang dimana ini
merupakan implementasi dari sila ke-empat pancasila yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.
Peran pancasila sebagai ideologi negara dapat diimplementasikan seperti yang ada pada
gambar dimana para relawan memberikan bantuannya kepada orang yang kurang mampu yang
dimana ini merupakan implementasi dari sila ke-2 pancasila yaitu Kemanusiaan yang adil dan
beradab.

Bangga saat mengenakan pakaian batik merupakan sikap yang sesuai dengan nilai sila yang
berlambang pohon beringin. Bangga saat mengenakan pakaian batik merupakan sikap yang
sesuai dengan sila persatuan Indonesia.

Pancasila sebagai ideologi nasional fungsinya identik dengan Pancasila sebagai ideologi negara
yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, tetapi titik berat nasionalnya adalah pada
kebangsaan. Pancasila sebagai ideologi nasional mencerminkan seperangkat nilai terpadu
dalam kehidupan politik bangsa Indonesia. Pancasila menjadi tata nilai yang digunakan sebagai
acuan di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Bangsa Indonesia sepakat
bahwa Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan titik temu, rujukan bersama,
kesepakatan bersama, dan nilai integratif bagi bangsa Indonesia. Kesepakatan inilah yang
dipertahankan dan dikembangkan dalam kehidupan bangsa Indonesia yang plural atau
memiliki keanekaragaman dalam banyak aspek kehidupan. Dengan demikian, makna yang
terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi nasional adalah: Nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila menjadi cita-cita normatif penyelenggaraan negara. Nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati bersama. Oleh karena itu,
Pancasila menjadi salah satu sarana pemersatu masyarakat Indonesia.
2.3 Pancasila Sebagai Filsafat

Pancasila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu Panca yang artinya lima dan Sila yang
artinya asas atau dasar. Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang mempunyai lima
sila, ibarat suatu bangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan diatas suatu pondasi
atau dasar yang dinamakan Pancasila yang terdiri dari lima dasar atau lima asas. Adapun
pengertian Pancasila menurut para ahli, menurut Notonegoro Pancasila merupakan dasar
falsafah Negara Indonesia, dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan dasar falsafah dan
ideologi negara yang diharapkan dapat menjadi pandangan hidup Bangsa Indonesia sebagai
dasar pemersatu, lambing persatuan dan kesatuan serta pertahanan Bangsa dan Negara
Indonesia. Selain menjadi dasar negara, sebagai etika, dan sebagai pandangan hidup, pancasila
juga sebagai sistem filsafat. Sebelumnya, filsafat berasal dari Bahasa Yunani “philein” yang
berarti cinta dan “Sophia” yang berarti kebijaksanaan. Jadi, filsafat menurut asal katanya
berarti cinta dan kebijaksanaan, atau mencintai kebenaran/ pengetahuan. Secara sederhana,
filsafat dapat diartikan sebagai keinginan yang sungguh-sungguh untuk mencari kebenaran
yang sejati. Terdapat beberapa pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya
sebagaimana yang dikemukakan Titus, Smith & Nolan sebagai berikut:

1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. (Arti informal)
2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang
sangat dijunjung tinggi. (Arti formal)
3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (Arti komprehensif)
4) Flsafat adalah analisa logis dari Bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. (Arti
analisis linguistik)
5) Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (Arti actual-fundamental)

Jadi, pancasila merupakan filsafat negara yang lahir collective ideologie (cita-cita bersama)
dari seluruh bangsa Indonesia. Dikatakan sebagai filsafat, karena pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa dengan mendalam yang dilakukan oleh para pendiri bangsa Indonesia,
kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat.

Filsafat Pancasila memiliki arti nilai nilai Pancasila sebagai dasar Negara dan
pandangan hidup bangsa. Ir.Soekarno sejak awal menyebut Pancasila sebagai sebuah
fundamen filsafat yang artinya, sejak awal Pancasila memang dirancang untuk dijadikan sistem
mendasar bagi kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila merupakan sistem filsafat karena
memenuhi ciri ciri berpikir kefilsafatan, yaitu:

1. Bersifat Koheren, artinya berhubungan satu sama lain secara runtut, tidak
mengandung pernyataan yang saling bertentangan. Nilai nilai Pancasila tidak
bertentangan, bahkan saling melengkapi.
2. Bersifat Menyeluruh, yakni mencakup segala hal yang terdapat dalam kehidupan
manusia. Pancasila mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat
Indonesia.
3. Bersifat mendasar, artinya suatu bentuk perenungan mendalam yang sampai ke inti
permasalahan sehingga menemukan aspek yang sangat fundamental. Pancasila
dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
4. Bersifat spekulatif, artinya buah pikir hasil perenungan berdasarkan penalaran
logis. Pancasila merupakan buah pikir dari tokoh tokoh kenegaraan yang kemudian
dibuktikan kebenarannya melalui rangkaian diskusi dan dialog panjang dalam
sidang BPUPKI dan PPKI.

Pancasila sebagai dasar negara artinya Pancasila menjadi sumber nilai, norma, dan
kaidah bagi segala peraturan hukum dan perundang udangan yang dibuat dan berlaku di
Indonesia. Hal itu berarti peraturan dan hukum yang berlaku harus bersumber pada Pancasila.
Baik yang tertulis (UUD) maupun tak tertulis (Konvensi). Sebagai dasar negara, secara hukum
Pancasila memiliki kekuatan mengikat semua warga negaranya. Yang artinya bahwa ketentuan
mengenai pembuatan segala peraturan dan hukum untuk bersumber pada Pancasila bersifat
wajib dan imperatif (memaksa). Dengan kata lain, tidak boleh ada satupun peraturan atau
hukum di Indonesia yang bertentangan dengan Pancasila karena sudah menjadi kesepakatan
nasional sebagai sumber dari segala sumber hukum yang bersifat tetap dan tidak dapat diubah
ubah lagi.

1. Karakteristik Pancasila Sebagai Filsafat

Sebagai filsafat, pancasila mempunyai karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda
dengan filsafat lainnya, diantaranya:

a. Sila-sila pancasila merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Dengan pengertian
lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah, maka
itu bukan pancasila.
b. Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak bertentangan antara satu dengan yang
lain.

c. Susunan pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh dapat dapat digambarkan
sebagai berikut

● Sila 1, meliputi, mendasari, dan menjiwai: sila 2, 3, 4, dan 5.

● Sila 2, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, serta mendasari dan menjiwai sila 3,4, dan
5,

● Sila 3, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, serta mendasari dan menjiwai; sila 4
dan 5.

● Sila 4, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, dan 3, serta mendasari dan menjiwai
sila 5.

● Sila 5, diliputi, didasari, dan dijiwai sila 1, 2, 3, dan 4. d. Pancasila sebagai suatu
substansi, artinya unsur asli/permanen/primer.

d. Pancasila sebagai suatu substansi, artinya unsur asli/permanen/primer.

e. Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-unsurnya berasal dari dirinya
sendiri.

f. Pancasila sebagai suatu realitas, artinya ada dalam diri manusia Indonesia dan
masyarakatnya, sebagai suatu kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh, hidup, dan
berkembang dalam kehidupan sehari-hari.

2. Prinsip-Prinsip

Pancasila ditinjau dari Kausalitas Aristoteles dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Kausa
Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan materi/bahan, dalam hal ini Pancasila
digali dari nilai-nilai sosial budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri. 2) Kausa
Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya, Pancasila yang ada dalam
pembukaan UUD '45 memenuhi syarat formal (kebenaran formal); 3) Kausa Efisiensi,
maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi
dasar negara Indonesia merdeka; serta 4) Kausa Finalis. maksudnya berhubungan dengan
tujuannya, yaitu tujuan diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.

Inti atau esensi sila-sila Pancasila meliputi:


❖ Tuhan, yaitu sebagai kausa prima.

❖ Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;atu, yaitu kesatuan memiliki

kepribadian sendiri

❖ Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan bergotong royong.

❖ Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya

3. Hakikat

Hakikat nilai-nilai pancasila dijadikan pangkal tolak permasalahannya yang berwujud


konsep pengalaman dengan bersifat objektif dan subjektif. Pengamalan secara objektif adalah
pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan (berupa pasal-pasal UUD,
ketetapan MPR, Undang-Undang Organik, dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya.
Pengamalan secara subjektif adalah pengamalan yang dilakukan oleh manusia individu, baik
sebagai pribadi, warga bermasyarakat, ataupun sebagai pemegang kekuasaan. Dengan uraian
yang merupakan penjabaran dari syarat-syarat filsafat yang ternyata cocok diterapkan kepada
Pancasila, ini menunjukkan dan mengukuhkan bahwa Pancasila benar-benar suatu sistem
filsafat. Yaitu Sistem Filsafat Bangsa Indonesia, nama Indonesia ini ditambahkan karena objek
materialnya seperti telah diutarakan di muka adalah dari bangsa Indonesia sendiri. Yaitu digali
dari buminya Indonesia, dari nenek moyang kita sejak lama, dari khasanah kehidupannya, dari
kebiasaannya, adat istiadatnya, kebudayaannya, serta kepercayaan dan agama-agamanya.

4. Pancasila Sebagai Suatu Filsafat

Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh the founding father kita, yang dituangkan dalam suatu
sistem. Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat
dari Pancasila. Pancasila sebagai sesuatu yang ada, maka dapat dikaji secara filsafat (ingat
objek material filsafat adalah segala yang ada), dan untuk mengetahui bahwa Pancasila sebagai
sistem filsafat, maka perlu dijabarkan tentang syarat-syarat filsafat terhadap Pancasila tersebut,
jika syarat-syarat sistem filsafat cocok pada Pancasila, maka Pancasila merupakan sistem
filsafat, tetapi jika tidak maka bukan sistem filsafat. Sebelum itu pengertian dari sistem itu
sendiri adalah suatu kumpulan atau himpunan dari suatu unsur, komponen, atau variabel yang
terorganisasi, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain dan terpadu. Sistem
mempunyai ciri ciri, yaitu:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian/unsur/elemen/komponen.

2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri.

3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan,

4. Keseluruhannya dimaksudkan untuk mencapai tujuan tertentu (tujuan sistem).

5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks

Dari pengertian serta ciri ciri dari sistem itu sendiri, maka Pancasila sebagai suatu sistem
filsafat juga harus menerapkan hal tersebut sebagai syarat bahwa Pancasila berperan sebagai
suatu sistem filsafat, sehingga memiliki ciri ciri sebagai berikut, yaitu:

1.Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain,
apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan
Pancasila.

2. Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai
berikut:

a. Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5.

b. Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;

c. Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;

d. Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;

e. Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

Dari situlah Pancasila bisa dikatakan sebagai suatu sistem filsafat, dimana Pancasila menjadi
satu kesatuan bagian-bagian (yaitu sila-sila pancasila), tiap sila pancasila mempunyai fungsi
sendiri-sendiri, tiap sila pancasila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan, dan
keseluruhan sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang sistematis (majemuk tunggal).
Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada
umumnya.

5. Objek dari Filsafat Pancasila

Objek dari filsafat Pancasila itu sendiri dibagi menjadi 2, yaitu objek material dan objek formal.
Yang pertama adalah objek material adalah segala yang ada dan mungkin ada. Objek yang
demikian ini dapat digolongkan ke dalam tiga hal, yaitu Tuhan, manusia, dan alam semesta.
Pancasila adalah suatu yang ada, sebagai dasar negara rumusannya jelas yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin dalam permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dari rumusan tersebut maka objek yang didapat adalah: Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil.
Dan dari kelima objek itu dapat dipersempit lagi ke dalam tiga saja, yaitu Tuhan, manusia dan
alam semesta untuk mewakili objek satu, rakyat, dan adil, sebab hal-hal yang bersatu, rakyat
dan keadilan itu berada pada alam semesta itu sendiri. Dengan demikian dari segi objek
material Pancasila dapat diterima. Kedua yaitu objek formal, yaitu hakikat dari segala sesuatu
yang ada itu sendiri. Melihat dari kelima objek kelima sila Pancasila itu, semuanya tersusun
atas kata dasar dengan tambahan awalan ke/per dan akhiran an.

Menurut ilmu bahasa, jika suatu kata dasar diberi awalan ke atau per dan akhiran an,
maka akan menjadi abstrak (bersifat abstrak) benda kata dasar tersebut, lebih dari itu
menunjukkan sifat hakikat dari bendanya. Misalnya kemanusiaan, maknanya adalah hakikat
abstrak dari manusia itu sendiri, yang mutlak, tetap dan tidak berubah. Demikian juga dalam
sila-sila Pancasila yang lainnya, yaitu KeTuhanan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Khusus untuk persatuan, awalan per menunjukkan suatu proses menuju ke awalan ke yang
nantinya diharapkan menjadi kesatuan juga. Dengan analisis penjabaran ini, maka Pancasila
memenuhi syarat juga dalam hal objek formalnya.

Pancasila sebagai sistem filsafat dapat dimaknai sebagai hasil pemikiran manusia Indonesia
secara mendalam, sistematis, dan menyeluruh tentang kenyataan. Maka, sebagai sistem filsafat,
Pancasila berarti refleksi kritis dan rasional sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa
dengan tujuan mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.
Adapun pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat ini dapat dilakukan dengan
cara deduktif dan induktif, sebagaimana dijelaskan oleh Dosen Unikom Sylvia Octa Putri
dalam Pancasila sebagai Sistem Filsafat. Cara deduktif berarti dengan mencari hakikat
Pancasila serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan
yang komprehensif. Cara induktif berarti dengan mengamati gejala-gejala sosial budaya
masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti serta makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Melalui cara-cara tersebut, filsafat Pancasila sebagai hasil perenungan memberi pengetahuan
dan pengertian ilmiah, yaitu tentang hakikat dari Pancasila. Yang mana, semua unsur tersebut
menduduki dan menjalankan fungsinya secara mutlak. Artinya, fungsinya tidak dapat
digantikan oleh unsur yang lain. Inti isi masing-masing sila Pancasila sendiri merupakan
penjelmaan atau realisasi yang sesuai dengan unsur-unsur hakikat manusia, sehingga setiap sila
menempati kedudukan dan menjalankan fungsinya secara mutlak dalam susunan kesatuan
Pancasila. Lebih lanjut, filsafat Pancasila sebagai hasil pemikiran juga dapat dimaknai sebagai
pedoman hidup sehari-hari (way of life atau weltanschauung). Pancasila merupakan
pencerminan pandangan bangsa Indonesia dalam menghadapi realitas. Melalui kelima silanya,
yaitu:

1) Ketuhanan yang Maha Esa;

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab;

3) Persatuan Indonesia;

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,


dan;

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,

Pancasila sebagai sistem filsafat mencerminkan pandangan bangsa, dengan inti ajaran pada
masing-masing sila sebagai berikut: Tuhan, yaitu sebagai kausa prima Manusia, yaitu makhluk
individu dan makhluk sosial Satu, yaitu kesatuan yang memiliki kepribadian sendiri Rakyat,
yaitu unsur mutlak negara yang menjunjung nilai kerja sama dan gotong royong Adil, yaitu
memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain sesuai haknya Berdasarkan hal tersebut,
ajaran dalam Pancasila mencakup wawasan filsafat yang meliputi bidang atau aspek ontologi
(keberadaan), epistemologi (pengetahuan), dan aksiologi (nilai-nilai).

Dengan demikian, Pancasila sebagai sistem filsafat adalah suatu kesatuan yang saling
berkaitan, bahkan saling berkualifikasi antara satu sila dengan sila lainnya sehingga
membentuk suatu struktur yang menyeluruh untuk tujuan tertentu.
Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila yaitu tentang hubungan manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia, dan dengan
masyarakat bangsa

Gambar diatas menjelaskan bagaimana Bung Karno beserta pahlawan revolusi lainnya
berdiskusi dan berbincang secara mendalam untuk membahas dasar negara dengan sebuah
pemikiran yang luas dan bijaksana.
Sama halnya dengan presiden kita saat ini yang sedang berpidato didepan khalayak ramai
dalam menyampaikan pokok pemikiran yang berlandaskan pancasila.

Bermusyawarah dalam mencapai hasil yang mufakat memang diperlukan landasan yang tepat.
Maka dari itu, dengan menempatkan pancasila sebagai filsafat negara menjadikan setiap orang
baik jajaran pemerintahan ataupun masyarakat biasa haruslah memiliki pemikiran yang
mendalam agar tercapailah sebuah keputusan yang bijak.
2.4 Pancasila Sebagai Sistem Etika Berbangsa dan Bernegara

Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang artinya
watak kesusilaan atau adat. Istilah etiket identik dengan moral yang berasal dari bahasa Latin,
mos yang jamaknya mores, yang juga berarti adat atau cara hidup. Moral atau moralitas
digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan etika digunakan untuk mengkaji
sistem nilai yang ada.

Etika pada umumnya dimengerti sebagai pemikiran filosofis mengenai segala sesuatu
yang dianggap baik atau buruk dalam perilaku manusia. Keseluruhan perilaku manusia dengan
norma dan prinsip-prinsip yang mengaturnya itu kerapkali disebut moralitas atau etika
(Sastrapratedja, 2002: 81). Etika selalu terkait dengan masalah nilai sehingga perbincangan
tentang etika, pada umumnya membicarakan tentang masalah nilai (baik atau buruk). Apakah
yang Anda ketahui tentang nilai? Frondizi menerangkan bahwa nilai merupakan kualitas yang
tidak real karena nilai itu tidak ada untuk dirinya sendiri, nilai membutuhkan pengemban untuk
berada (2001:7). Misalnya, nilai kejujuran melekat pada sikap dan kepribadian seseorang.

1. Pengertian

a. Etika merupakan hal yang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan


berbangsa dan bernegara, karena dengan memiliki etika maka kita mampu menjalankan
kehidupan bernegara dengan baik sebagai masyarakat yang mempunyai perilaku
yang baik, kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi ke
generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama maknanya dengan moral.

b. Menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena dengan memiliki etika


maka kita mampu menjalankan kehidupan bernegara dengan baik sebagai masyarakat
yang mempunyai perilaku yang baik, kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan
diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama
maknanya dengan moral.

c. Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realita
sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya juga
nilai-nilai yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa pun dan kapan pun. Etika
Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.

2. Macam-Macam Nilai (Prof. Dr. Notonegoro)


Unsur-unsur nilai Macam-macam Nilai (Prof. Dr. Notonegoro)

1) Hirarki nilai
2) Nilai kebenaran
3) Nilai keindahan
4) Nilai moral/kebaikan
5) Berharga (kebenaran)
6) Indah (estetika)
7) Baik (moral/etika)
8) Religius (agama)
9) Nilai material

3. Bagaimana Pancasila Menjadi Sistem Etika?

a. Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia,
juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau
panduan kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku.
Pancasila sebagai sistem etika, dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi
moralitas dalam diri setiap individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan
sikap spiritualitas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mahasiswa sebagai peserta didik termasuk anggota masyarakat ilmiah-akademik
yang memerlukan sistem etika yang orisinal dan komprehensif agar dapat mewarnai
setiap keputusan yang diambilnya dalam profesi ilmiah. Sebab keputusan ilmiah
yang diambil tanpa pertimbangan moralitas, dapat menjadi bumerang bagi dunia
ilmiah itu sendiri sehingga menjadikan dunia ilmiah itu hampa nilai (value –free)
b. Anda sebagai mahasiswa berkedudukan sebagai makhluk individu dan sosial
sehingga setiap keputusan yang diambil tidak hanya terkait dengan diri sendiri,
tetapi juga berimplikasi dalam kehidupan sosial dan lingkungan. Pancasila sebagai
sistem etika merupakan moral guidance yang dapat diaktualisasikan ke dalam
tindakan konkrit, yang melibatkan berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, sila-
sila Pancasila perlu diaktualisasikan lebih lanjut ke dalam putusan tindakan
sehingga mampu mencerminkan pribadi yang saleh, utuh, dan berwawasan moral-
akademis. Dengan demikian, mahasiswa dapat mengembangkan karakter yang
Pancasilais melalui berbagai sikap yang positif, seperti jujur, disiplin, tanggung
jawab, mandiri, dan lainnya.
4. Aliran-Aliran Etika

Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika keutamaan,
teleologis, deontologis.

a. Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori yang mempelajari keutamaan
(virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan manusia itu baik atau buruk.
Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada keberadaan manusia,
lebih menekankan pada What should I be?, atau “saya harus menjadi orang yang
bagaimana?”. Beberapa watak yang terkandung dalam nilai keutamaan adalah
baik hati, ksatriya, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati, bernalar,
percaya diri, penguasaan diri, sadar, suka bekerja bersama, berani, santun, jujur,
terampil, adil, setia, ugahari (bersahaja), disiplin, mandiri, bijaksana, peduli,
191 dan toleran (Mudhofir, 2009: 216--219). Orang yang memelihara
metabolisme tubuh untuk mendapatkan kesehatan yang prima juga dapat
dikatakan sebagai bentuk penguasaan diri dan disiplin, sebagaimana nasihat
Hippocrates berikut ini.
b. Etika teleologis adalah teori yang menyatakan bahwa hasil dari tindakan moral
menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan dan dilawankan dengan
kewajiban. Seseorang yang mungkin berniat sangat baik atau mengikuti asas-
asas moral yang tertinggi, akan tetapi hasil tindakan moral itu berbahaya atau
jelek, maka tindakan tersebut dinilai secara moral sebagai tindakan yang tidak
etis. Etika teleologis ini menganggap nilai moral dari suatu tindakan dinilai
berdasarkan pada efektivitas tindakan tersebut dalam mencapai tujuannya. Etika
teleologis ini juga menganggap bahwa di dalamnya kebenaran dan kesalahan
suatu tindakan dinilai berdasarkan tujuan akhir yang diinginkan (Mudhofir,
2009: 214). Aliran-aliran etika teleologis, meliputi eudaemonisme, hedonisme,
utilitarianisme.
c. Etika deontologis adalah teori etis yang bersangkutan dengan kewajiban moral
sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan tujuan atau akibat.
Kewajiban moral bertalian dengan kewajiban yang seharusnya, kebenaran
moral atau kelayakan, kepatutan. Kewajiban moral mengandung kemestian
untuk melakukan tindakan. Pertimbangan tentang kewajiban moral lebih
diutamakan daripada pertimbangan tentang nilai moral. Konsep-konsep nilai
moral (yang baik) dapat didefinisikan berdasarkan pada kewajiban moral atau
kelayakan rasional yang tidak dapat diturunkan dalam arti tidak dapat dianalisis
(Mudhofir, 2009: 141).

5. Etika Pancasila

Setelah Anda mendapat gambaran tentang pengertian etika dan aliran etika, maka
selanjutnya perlu dirumuskan pengertian etika Pancasila, dan aliran yang lebih sesuai dengan
etika Pancasila. Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila
untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut membentuk perilaku manusia
Indonesia dalam semua aspek kehidupannya yaitu :

1. Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang


mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang
dianutnya.
2. Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia
lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan
antarsesama.
3. Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan (mitsein),
cinta tanah air.
4. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap menghargai orang lain,
mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan kehendak kepada orang
lain.
5. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas nasib orang lain, kesediaan
membantu kesulitan orang lain.

Etika Pancasila itu lebih dekat pada pengertian etika keutamaan atau etika kebajikan,
meskipun corak kedua mainstream yang lain, deontologis dan teleologis termuat pula di
dalamnya. Namun, etika keutamaan lebih dominan karena etika Pancasila tercermin dalam
empat tabiat saleh, yaitu kebijaksanaan, kesederhanaan, keteguhan, dan keadilan.
Kebijaksanaan artinya melaksanakan suatu tindakan yang didorong oleh kehendak yang tertuju
pada kebaikan serta atas dasar kesatuan akal – rasa – kehendak yang berupa kepercayaan yang
tertuju pada kenyataan mutlak (Tuhan) dengan memelihara nilai-nilai hidup kemanusiaan dan
nilai-nilai hidup religius. Kesederhaaan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui
batas dalam hal kenikmatan. Keteguhan artinya membatasi diri dalam arti tidak melampaui
batas dalam menghindari penderitaan. Keadilan artinya memberikan sebagai rasa wajib kepada
diri sendiri dan manusia lain, serta terhadap Tuhan terkait dengan segala sesuatu yang telah
menjadi haknya (Mudhofir, 2009: 386).

1. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan problem yang dihadapi
bangsa Indonesia sebagai berikut :
a. Banyaknya kasus korupsi yang melanda negara Indonesia sehingga dapat
melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga dapat
merusak semangat toleransi dalam kehidupan antar umat beragama, dan
meluluhlantakkan semangat persatuan atau mengancam disintegrasi bangsa.
c. Masih terjadinya pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan
bernegara, seperti: kasus penyerbuan Lembaga Pemasyarakatan Cebongan
Yogyakarta, pada 2013 yang lalu.
d. Kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin masih menandai
kehidupan masyarakat Indonesia.
e. Ketidakadilan hukum yang masih mewarnai proses peradilan di Indonesia,
seperti putusan bebas bersyarat atas pengedar narkoba asal Australia Schapell
Corby. Kesemuanya itu memperlihatkan pentingnya dan mendesaknya peran
dan kedudukan Pancasila sebagai sistem etika karena dapat menjadi tuntunan
atau sebagai Leading Principle bagi warga negara untuk berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila.

Etika Pancasila diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sebab
berisikan tuntunan nilai-nilai moral yang hidup. Namun, diperlukan kajian kritis-rasional
terhadap nilai-nilai moral yang hidup tersebut 195 agar tidak terjebak ke dalam pandangan
yang bersifat mitos. Misalnya, korupsi terjadi lantaran seorang pejabat diberi hadiah oleh
seseorang yang memerlukan bantuan atau jasa si pejabat agar urusannya lancar. Si pejabat
menerima hadiah tanpa memikirkan alasan orang tersebut memberikan hadiah.

Demikian pula halnya dengan masyarakat yang menerima sesuatu dalam konteks politik
sehingga dapat dikategorikan sebagai bentuk suap.

2. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila sebagai Sistem


Etika
a. Sumber historis
Pada zaman Orde Lama, Pancasila sebagai sistem etika masih berbentuk
sebagai Philosofische Grondslag atau Weltanschauung. Artinya, nilai-nilai
Pancasila belum ditegaskan ke dalam sistem etika, tetapi nilai-nilai moral telah
terdapat pandangan hidup masyarakat. Masyarakat dalam masa orde lama telah
mengenal nilai-nilai kemandirian bangsa yang oleh Presiden Soekarno disebut
dengan istilah berdikari (berdiri di atas kaki sendiri). Pada zaman Orde Baru,
Pancasila sebagai sistem etika disosialisasikan melalui penataran P-4 dan
diinstitusionalkan dalam wadah BP-7. Ada banyak butir Pancasila yang dijabarkan
dari kelima sila Pancasila sebagai hasil temuan dari para peneliti BP-7.
b. Sumber sosiologis
Dalam kehidupan masyarakat berbagai etnik di Indonesia. Misalnya, orang
Minangkabau dalam hal bermusyawarah memakai prinsip “bulat air oleh pembuluh,
bulat kata oleh mufakat”. Masih banyak lagi mutiara kearifan lokal yang bertebaran
di bumi Indonesia ini sehingga memerlukan penelitian yang mendalam masyarakat
berbagai etnik di Indonesia.
c. Sumber politis
Sumber politis Pancasila sebagai sistem etika terdapat dalam norma-norma
dasar (Grundnorm) sebagai sumber penyusunan berbagai peraturan
perundanganundangan di Indonesia. Hans Kelsen mengatakan bahwa teori hukum
itu suatu norma yang berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh
kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan
semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah kedudukannya, akan
semakin konkrit norma tersebut (Kaelan, 2011: 487). Pancasila sebagai sistem etika
merupakan norma tertinggi (Grundnorm) yang sifatnya abstrak, sedangkan
perundang-undangan merupakan norma yang ada di bawahnya bersifat konkrit.
Etika politik mengatur masalah perilaku politikus, berhubungan juga dengan
praktik institusi sosial, hukum, komunitas, struktur-struktur sosial, politik,
ekonomi. Etika politik memiliki 3 dimensi, yaitu tujuan, sarana, dan aksi politik itu
sendiri. Dimensi tujuan terumuskan dalam upaya mencapai kesejahteraan
masyarakat dan hidup damai yang didasarkan pada kebebasan dan keadilan.
Dimensi sarana memungkinkan pencapaian tujuan yang meliputi sistem dan
prinsip-prinsip dasar pengorganisasian praktik penyelenggaraan negara dan yang
mendasari instituisi-institusi sosial. Dimensi aksi politik berkaitan dengan pelaku
pemegang peran sebagai pihak yang menentukan rasionalitas politik. Rasionalitas
politik terdiri atas rasionalitas tindakan dan keutamaan. Tindakan politik dinamakan
rasional bila pelaku mempunyai orientasi situasi dan paham permasalahan
(Haryatmoko, 2003: 25 – 28).
3. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai
Sistem Etika
a. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Sistem Etika
1. Beberapa argumen tentang dinamika Pancasila sebagai sistem etika dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dapat diuraikan sebagai berikut
:
Pada zaman Orde Lama, pemilu diselenggarakan dengan semangat
demokrasi yang diikuti banyak partai politik, tetapi dimenangkan empat
partai politik, yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Muslimin
Indonesia (PARMUSI), Partai Nahdhatul Ulama (PNU), dan Partai
Komunis Indonesia (PKI). Tidak dapat dikatakan bahwa pemerintahan di
zaman Orde Lama POLITIK 208 mengikuti sistem etika Pancasila, bahkan
ada tudingan dari pihak Orde Baru bahwa pemilihan umum pada zaman
Orde Lama dianggap terlalu liberal karena pemerintahan Soekarno
menganut sistem demokrasi terpimpin, yang cenderung otoriter.

Pada zaman Orde Baru sistem etika Pancasila diletakkan dalam bentuk penataran P-4. Pada
zaman Orde Baru itu pula muncul konsep manusia Indonesia seutuhnya sebagai cerminan
manusia yang berperilaku dan berakhlak mulia sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Manusia
Indonesia seutuhnya dalam pandangan Orde Baru, artinya manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, yang secara kodrati bersifat monodualistik, yaitu makhluk rohani
sekaligus makhluk jasmani, dan makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia sebagai
makhluk pribadi memiliki emosi yang memiliki pengertian, kasih sayang, harga diri,
pengakuan, dan tanggapan emosional dari manusia lain dalam kebersamaan hidup. Manusia
sebagai mahluk sosial, memiliki tuntutan kebutuhan yang makin maju dan sejahtera. Tuntutan
tersebut hanya dapat terpenuhi melalui kerjasama dengan orang lain, baik langsung maupun
tidak langsung. Oleh karena itulah, sifat kodrat manusia sebagai mahluk individu dan sosial
harus dikembangkan secara selaras, serasi, dan seimbang (Martodihardjo, 1993: 171).

Sistem etika Pancasila pada era reformasi tenggelam dalam eforia demokrasi. Namun seiring
dengan perjalanan waktu, disadari bahwa demokrasi tanpa dilandasi sistem etika politik akan
menjurus pada penyalahgunaan kekuasaan, serta machiavelisme (menghalalkan segala cara
untuk mencapi tujuan). Sofian Effendi, Rektor Universitas Gadjah Mada dalam sambutan
pembukaan Simposium Nasional Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma 209 Ilmu
Pengetahuan dan Pembangunan Nasional (2006: xiv) mengatakan sebagai berikut. “Bahwa
moral bangsa semakin hari semakin merosot dan semakin hanyut dalam arus konsumerisme,
hedonisme, eksklusivisme, dan ketamakan karena bangsa Indonesia tidak mengembangkan
blueprint yang berakar pada sila Ketuhanan Yang Maha Esa”.

2. Argumen tentang Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika

Apakah Anda mengetahui bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem


etika apa saja yang muncul dalam kehidupan bangsa Indonesia? Hal-hal berikut
ini dapat menggambarkan beberapa bentuk tantangan terhadap sistem etika
Pancasila.

a. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Lama


berupa sikap otoriter dalam pemerintahan sebagaimana yang tercermin
dalam penyelenggaraan negara yang menerapkan sistem demokrasi
terpimpin. Hal tersebut tidak sesuai dengan sistem etika Pancasila yang
lebih menonjolkan semangat musyawarah untuk mufakat.
b. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada zaman Orde Baru
terkait dengan masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang
merugikan penyelenggaraan negara. Hal tersebut tidak sesuai dengan
keadilan sosial karena nepotisme, kolusi, dan korupsi hanya
menguntungkan segelintir orang atau kelompok tertentu.
c. Tantangan terhadap sistem etika Pancasila pada era Reformasi berupa
eforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan norma-norma moral.
Misalnya, munculnya anarkisme yang memaksakan kehendak dengan
mengatasnamakan kebebasan berdemokrasi.
4. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
1. Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika

Hakikat Pancasila sebagai sistem etika terletak pada hal-hal sebagai berikut :

(a) Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa
Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral. Artinya, setiap perilaku warga
negara harus didasarkan atas nilai-nilai moral yang bersumber pada norma
agama. Setiap prinsip moral yang berlandaskan pada norma agama, maka
prinsip tersebut memiliki kekuatan (force) untuk dilaksanakan oleh pengikut
pengikutnya.

(b) Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan
dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa. Tindakan
kemanusiaan yang mengandung implikasi moral diungkapkan dengan cara dan
sikap yang adil dan beradab sehingga menjamin tata pergaulan antarmanusia
dan antarmakhluk yang bersendikan nilai-nilai kemanusiaan yang tertinggi,
yaitu kebajikan dan kearifan hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan
untuk hidup bersama sebagai warga bangsa yang mementingkan masalah
bangsa di atas kepentingan individu atau kelompok. Sistem etika yang
berlandaskan pada semangat kebersamaan, solidaritas sosial akan melahirkan
kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai yang bersifat memecah belah
bangsa.

(c) Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai
warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan individu
atau kelompok. Sistem etika yang berlandaskan pada semangat kebersamaan,
solidaritas sosial akan melahirkan kekuatan untuk menghadapi penetrasi nilai
yang bersifat memecah belah bangsa.

(d) Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat.
Artinya, menghargai diri sendiri sama halnya dengan menghargai orang lain.

(e) Hakikat sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan
perwujudan dari sistem etika yang tidak menekankan pada kewajiban semata
(deontologis) atau menekankan pada tujuan belaka (teleologis), tetapi lebih
menonjolkan keutamaan (Virtue ethics) yang terkandung dalam nilai keadilan
itu sendiri.

2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika


Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan Pancasila sebagai sistem
etika meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Meletakkan sila-sila Pancasila sebagai sistem etika berarti menempatkan
Pancasila sebagai sumber moral dan inspirasi bagi penentu sikap, tindakan,
dan keputusan yang diambil setiap warga negara.
b. Pancasila sebagai sistem etika memberi guidance bagi setiap warga negara
sehingga memiliki orientasi yang jelas dalam tata pergaulan baik lokal,
nasional, regional, maupun internasional.
c. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi dasar analisis bagi berbagai
kebijakan yang dibuat oleh penyelenggara negara sehingga tidak keluar dari
semangat negara 212 kebangsaan yang berjiwa Pancasilais.
d. Pancasila sebagai sistem etika dapat menjadi filter untuk menyaring
pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan masyarakat sebagai
dampak globalisasi yang memengaruhi pemikiran warga negara.

Gambar diatas menjelaskan bagaimana fungsi dan kedudukan pancasila sebagai etika. Sikap
untuk menghormati orang yang lebih tua sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Indonesia dari
Sabang sampai Merauke. Etika baik ini haruslah terus tertanam dalam jiwa berbangsa dan
bernegara agar tidak luntur di masa depan yang akan datang.
Gambar selanjutnya adalah menghargai budaya dan keberagaman suku lain. Setiap suku, adat-
istiadat yang ada di Indonesia memiliki tradisi masing-masing yang unik. Oleh sebab itu,
sebagai masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pancasila sebagai etika berbangsa dan
bernegara haruslah kita hargai.

Menghargai dan mendengarkan pendapat orang lain juga merupakan salah satu contoh
menerapkan pancasila sebagai etika dalam berbangsa dan bernegara yang patut dilestarikan.
2.5 Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

1. Arti Pandangan Hidup Suatu Bangsa

Sejak tanggal 28 Oktober 1928 kita telah menjadi satu bangsa, artinya satu kesatuan dari
berbagai ragam latar belakang sosial budaya, agama dan keturunan yang bertekad untuk
membangun satu tatanan hidup berbangsa dan bernegara. Setiap bangsa mempunyasi cita-cita
untuk masa depan dan menghadapi masalah bersama dalam mencapai cita-cita bersama. Cita-
cita kita sebagai bangsa Indonesia tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, yakni mewujudkan
suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur materil dan spirituan berdasarkan Pancasila.
Seperti halnya keluarga, suatu bangsa yang bertekad mencapai cita-cita bersama memerlukan
suatu pandangan hidup. Tanpa pandangn hidup, suatu bangsa akan terombang ambing. Dengan
pandangan hidup suatu bangsa dapat secara jelas mengetahui arah yang dicapai. Dengan
pandangan hidup, suatu bangsa akan : dengan mudah memandang persoalan-pesoalan yang
dihadapi; dengan mudah mencari pemecahan masalah-masalah yang dihadapi; memiliki
pedoman dan pegangan; dan membangun dirinya. Dengan uraian di atas jelaslah betapa
pentingnya pandangan hidup suatu bangsa. Pertanyaan berikut yang secara wajar muncul pada
diri kita sendiri “ apakah pandangan hidup itu sesungguhnya?”. Pandangan hidup suatu bangsa
adalah :

a. Cita-cita bangsa;

b. Pikiran-pikiran yang mendalam;

c. Gagasan mengenai wujud kehidupan yang lebih baik.

Jadi pandangan hidup suatu bangsa adalah inti sari (kristalisasi) dari nilai-nilai yang dimiliki
bangsa itu dan diyakini kebenaranya, yang berdasarkan pengalaman sejarah dan yang telah
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkanya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Dalam pandangan hidup terkandung konsep dasar mengenai kehidupan yang dicitacitakan oleh
sesuatu bangsa, terkandung pikiran yang dianggap baik. Oleh karena itu pandangan hidup suatu
bangsa merupakan masalah yang sangat asasi bagi kekokohan dan kelestarian suatu bangsa.
Negara Republik Indonesia memang tergolong muda dalam barisan Negara-negara lain di
dunia. Tetapi bangsa Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaan yang tua, melalui
gemilangnya Kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram. Kemudian mengalami penderitaan
penjajahan sepanjang tiga setengah abad, sampai akhirnya bangsa Indonesia
memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 Agustus 1945. Sejarah perjuangan bangsa
Indonesia untuk merebut kembali kemerdekaan nasionalnya sama tuanya dengan sejarah
penjajahan itu sendiri. Bangsa Indonesia lahir menurut cara dan jalan yang ditempuhnya sendiri
yang merupakan hasil antara proses sejarah di masa lampau, tantangan perjuangan dan cita-
cita hidup di masa yang akan datang, yang secara keseluruhan membentuk kepribadianya
sendiri. Oleh karena itu bangsa Indonesia lahir dengan kepribadianya sendiri, yang bersamaan
dengan lahirnya bangsa dan Negara itu, kepribadian itu ditekankan sebagai pandangan hidup
dan dasar Negara Pancasila. Bangsa Indonesia lahir dengan kekuatan sendiri, maka percaya
pada diri sendiri juga merupakan salah satu ciri kepribadian bangsa Indonesia. Kare\na itulah,
Pancasila bukan lahir secara mendadak pada tahun 1945, melainkan telah melalui proses yang
panjang, dimatangkan oleh sejarah perjungan bangsa kita sendiri, dengan melihat pengalaman
bangsa-bangsa lain, dengan diilhami oleh bangsa kita dan gagasan-gagasan besar bangsa kita
sendiri. Karena pancasila sudah merupakan pandangan hidup yang berakar dalam kepribadian
bangsa, maka ia diterima sebagai Dasar Negara yang mengatur hidup ketatanegaraan. Hal ini
tampak dalam sejarah bahwa meskipun dituangkan dalam rumusan yang agak berbeda, namun
dalam tiga buah UUD yang pernah kita miliki yaitu dalam pembukaan UUD 1945, Mukadimah
Konstitusi Republik Indonesia Serikat dan UUD sementara Republik Indonesia tahun 1950
pancasila itu tetap tercantum di dalamnya. Pancasila yang selalu dikukuhkan dalam kehidupan
konstitusional kita, Pancasila selalu menjadi pegangan bersama pada saat terjadi krisis nasional
dan ancaman terhadap eksistensi bangsa kita, merupakan bukti sejarah bahwa Pancasila
memang selalu dikehendaki oleh bangsa Indonesia sebagai dasar kerohanian bangsa,
dikehendaki sebagai Dasar Negara.

3. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Manusia yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Kuasa, dikodratkan hidup secara
berkelompok. Kelompok manusia itu akan selalu mengalami perubahan dan perkembangan.
Perkembangan manusia dari yang mengelompok sampai pada suatu keadaan dimana mereka
itu terjalin ikatan hubungan yang kuat dan serasi. Ini adalah pertanda adanya kelompok
manusia dengan ciri-ciri kelompok tertentu, yang membedakan mereka dengan kelompok-
kelompok manusia lainya. Kelopmok ini membesar dan menjadi suku-suku bangsa. Tiap suku
bangsa dibedakan oleh perbedaan nilai-nilai dan moral yang mereka patuhi bersama.
Berdasarkan hal ini kita dapat menyebutkan adanya kelompok suku bangsa Minangkabau,
Batak, Jawa, Flores, Sunda, Madura, dan lain sebagainya. Semua suku itu adalah modal dasar
terbentuknya kesadaran berbangsa dan adanya bangsa Indonesia yang kita miliki adalah bagian
dari bangsa itu sekarang ini. Kelompok-kelompok manusia tersebut dikatakan suku bangsa,
karena mempunyai tujuan hidup. Tujuan hidup kelompok ini akan membedakan mereka
dengan kelompok suku bangsa lain di Nusantara. Jadi kita kenal dengan pandangan hidup suku
Jawa, Sunda, Batak, Flores, Madura, dan lain-lain sebagainya. Pandangan hidup merupakan
wawasan atau cara pandang mereka untuk memenuhi kehidupan di dunia dan bekal di hari
akhir. Bangsa Indonesia yang terdiri dari suku bangsa tersebut, meyakini adanya kehidupan di
dunia dan hari akhir. Berdasarkan hal tersebut kita menemukan persamaan pandangan hidup di
antara suku-suku bangsa di tanah air ini, ialah keyakinan mereka adanya dua dunia kehidupan.
Inilah yang menyatukan pandangan hidup bangsa Indonesia, walaupun mereka terdiri atas
berbagai suku yang berbeda. Bangsa Indonesia yang terikat oleh keyakinan Kepada Tuhan
yang Maha Kuasa dan kuatnya tradisi sebagai norma dan nilai kehidupan dalam masyarakat
adalah tali persamaan pandangan hidup antara berbagai suku bangsa di Nusantara ini.
Pandangan hidup kita berbangsa dan bernegara tersimpul dalam falsafah kita Pancasila.
Pancasila memberikan pancaran dan arah untuk setiap orang Indonesia tentang masa depan
yang ditempuhnya. Inilah pandangan hidup bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam
kelima Sila Pancasila.

4. Penjabaran Nilai-Nilai Pancasila

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Dengan adanya dasar Ketuhanan maka Indonesia mengakui dan percaya pada adanya
Tuhan. Tuhan Yang Maha Esa, yang menjadi sebab adanya manusia dan alam semesta serta
segala hidup dan kehidupan di dalamnya. Dasar ini menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
Indonesia untuk memeluk agamanya/kepercayaanya, sebagaimana tercantum dalam pasal 29
UUD 1945. Hal ini berarti bahwa, Negara Indonesia yang terdiri atas beribu-ribu pulau dengan
lebih kurang 200 lebih juta penduduk yang menganut beberapa agama, menghendaki semua
itu hidup tentram, rukun dan saling menghormati.Denga demikian semua agama diakui di
Negara Republik Indonesia, dapat bergerak dan berkembang secara leluasa. Sila pertama
pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” terdiri dari dua pengertian pokok yaitu
pengertian tentang Ketuhanan dan tentang Yang Maha Esa.

• Ketuhanan

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan yakni Allah, zat Yang Maha Esa, pencipta segala
kejadian termasuk pencipta semua makhluk. Oleh karena itu Tuhan sering disebut juga “sebab
yang pertama” yang tidak disebabkan lagi. Alam beserta kekayaanya seperti sumber-sumber
minyak bumi, batubara, air dan lain-lainya merupakan ciptaanya. Demikian dengan makhluk
hidup merupakan cipataan Tuhan juga.

• Yang Maha Esa

Yang maha Esa berarti yang maha satu atau maha tunggal dan tidak ada yang
mempersekutukan-Nya. Dia esa dalam zat-Nya, esa dalam sifat-Nya, esa dalam perbuatan-
Nya. Oleh kaena adanya kekhususanya itu, maka tidak ada yang menyamainya dan Dia maha
sempurna. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa kita bangsa
Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta beserta
isinya, baik benda mati maupun makhluk hidup.

2. Sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Internasionalisme ataupun peri kemanusiaan adalah penting sekali bagi kehidupan


sesuatu bangsa dalam Negara yang merdeka dalam hubunganya dengan bangsa-bangsa lain.
Manusia adalah makhluk Tuhan, dan Tuhan tidak mengadakan perbedaan antara sesama
manusia. Pandangan demikian menimbulkan pandangan yang luas, tidak terikat oleh batas-
batas Negara atau bangsa sendiri, melainkan Negara harus selalu membuka pintu bagi
persahabatan dunia atas dasar persamaan derajat. Manusia mempunyai hak-hak yang sama,
oleh karena itu tidaklah dibenarkan manusia yang satu menguasai manusia yang lain, atau
bangsa yang satu menguasai bangsa yang lain. Berhubung dengan hal itu maka tidak
membenarkan adanya penjajahan di atas bumi, karena hal yang demikian bertentangan dengan
peri kemanusiaan serta hak setiap bangsa menentukan nasibnya sendiri. Sesungguhnhya
manusia itu dilahirkan mempunyai hak yang tidak dapat dirampas dan dihilangkan. Hak-hak
itu harus dihormati oleh siapapun. Golongan manusia yang berkuasa tidaklah diperkenankan
memaksakan kehendaknya yang bertentangan dengan hak seseorang. Sila Kemanusiaan Yang
Adil Dan beradab mengandung beberapa pengertian pokok diantarnya:

• Kemanusiaan

Kemanusiaan berasal dari kata amnesia, uang merupakan makhluk ciptaan tuhan Yang
Maha Esa. Oleh Tuhan manusia di karunia jasmani dan rohani, yang keduanya merupakan satu
kesatuan serasi, yang sering disebut pribadi manusia.

• Adil
Adil mengandung arti obyektif atau sesuai dengan adanya, misalnya kita memberikan
sesuatu kepada orang lain, karena memang sesuatu itu merupakan haknya. Jadi, kita tidak
subyektif, tidak berat sebelah, tidak pilih kasih.

• Beradab

Beradab berasal dari kata adab yang secara bebas berearti budaya. Dengan demikian
beradab berarti berbudaya. Manusia yang beradab berarti manusia yang tingkah lakunya selalu
dijiwai oleh nilai-nilai kebudayaan. Niali-niali budaya tidak lain ialah hal-hal yang luhur, yang
dijunjung tinggi oleh manusia, yang karena luhurnya itu dijadikan pedoman, ukuran, atau
tuntunan untuk diikuti. Kalau sesuai berarti baik, kalau tidak sesuai berarti tidak baik.

3. Sila Persatuan Indonesia

Dengan dasar kebangsaan (nasionalisme) dimaksudkan bahwa bangsa Indonesia


seluruhnya harus memupuk persatuan yang erat antara sesama warga, tanpa membeda-bedakan
suku atau golongan serta berdasarkan satu tekad yang bulat dan satu cita-cita bersama. Prinsip
kebangsaan itu merupakan ikatan yang erat antara golongan dan suku bangsa. Paham
kebangsaan kita adalah satu dasar kebangsaan yang menuju kepada persaudaraan dunia, yang
menghendaki bangsa-bangsa itu saling hormat-menghormati dan harga-menghargai. Paham
kebangsaan yang dianut oleh bangsa Indonesia adalah:

a. Ke dalam, menggalang seluruh kepentingan rakyat dengan tidak membedakan suku atau
golongan

b. Ke luar; tidak mengagungkan bangsa sendiri, namun dengan berdiri tegak atas dasar
kebangsaan sendiri juga menuju kea rah hidup berdampingan secara damai, berdasar atas
persamaan derajat antar bangsa serta berdaya upaya untuk melaksanakan terciptanya
perdamaian dunia yang kekal; dan abadi, serta membina kerja sama untuk kesejahteraan umat
manusia. Sila Persatuan Indonesia mengandung beberapa pengertian di antaranya:

• Persatuan

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh, tidak pecah belah, persatuan
mengandung pengertian disatukanya berbagai macam corak yang beraneka ragam menjadi satu
kebulatan. Dengan perkataan lain, hal-hal yang beraneka ragam itu setelah disatukan menjadi
sesuatu hal yang serasi, utuh dan tidak saling bertentangan antar yang satu dengan yang lain.
• Indonesia

Yang dimaksud dengan Indonesia ialah dalam pengertian geografis dan bangsa yang
mendiami wilayah Indonesia.

4. Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

Dasar mufakat, kerakyatan atau demokrasi menunjukan bahwa Negara Indonesia


menganut paham demokrasi. Paham demokrasi berarti bahwa kekuasaan tertinggi (kedaulatan)
untuk mengatur Negara dan rakyat terletak di tangan seluruh rakyat. Dalam UUD 1945
menyatakan bahwa “kedaulatan adalah di tangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Perwakilan”. Demokrasi Indonesia seperti yang tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 adalah demokrasi yang tercantum dalam pancasila sebagai sila ke
empat dan dinamakan demokrasi pancasila. Asas demokrasi di Indonesia ialah demokrasi
berdasarkan pancasila yang meliputi bidang-bidang politik, sosial dan ekonomi, serta yang
dalam penyelesaian masalah-masalah nasional berusaha sejauh mungkin menmpuh jalan
permusyawaratan untuk mencapai mufakat. Hakikat dari musyawarah untuk mufakat dalam
kemurnianya adalah suatu tata cara khas yang bersumber pada inti paham kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksaan dalam permusywaratan/ perwakilan untuk merumuskan dan
atau memutuskan sesuatu hal berdasrkan kehendak rakyat, dengan jalan mengemukakan
hikmat kebijaksanaan yang tiada lain dari pada pikiran (rasio) yang sehat yang mengungkapkan
dan mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat sebagaimana yang
menjadi tujuan pemebentukan pemerintah negara termaksud dalam alinea ke empat
Pembukaan UUD 1945. Oleh semua wakil/utusan yang mencerminkan penjelmaan seluruh
rakyat, untuk mencapai keputusan berdasarkan kebulatan pendapat yang diitikadkan untuk
dilaksanakan secara jujur dan bertanggung jawab. Keputusan berdasrakan mufakat adalah sah
apabila diambil dalam rapat yang dihadiri oleh lebih dari separuh anggota yang hadir. Sila
Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratn/Perwakilan
mengandung beberapa pengertian diantaranya:

• Kerakyatan

Kerakyatan berasal dari kata rakyat yang berarti sekelompok manusia yang mendiami suatu
wilayah tertentu. Kerakyatan berarti suatu prinsip yang mengakui bahwa kekuasaan tertinggi
berada di tangan rakyat. Kerakyatan disebut juga kedaulatan rakyat, artinya rakyat yang
berdaulat, berkuasa. Hal ini disebut juga demokrasi yang berarti rakyat yang memerintah.
• Hikmat Kebijaksanaan

Hikmat Kebijaksanaan berarti suatu sikap yang dilandasi dengan penggunaan pikiran yang
sehat dengan selalu mempertimbangkan persatuan dan kesataun bangsa. Kepentingan rakyat
akan dijamin dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta didorong oleh iktikad baik sesuai
dengan hati nurani yang murni.

• Permusyawaratan

Permusyawaratan berarti suatu tata cara yang khas Indonesia untuk merumuskan dan atau
memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapai keputusan
berdasarkan mufakat. Pelaksanaan dari kebenaran ini memerlukan semangat mengutamakan
kepentingan nasional daripada kepentingan daerah, golongan dan pribadi. Hal ini memerlukan
pula iktikd yang baik dan ikhlas, dilandasi oleh pikiran yang sehat serta ditopang oleh
kesadaran bahwa kepentingan bangsa dan Negara mengalahkan kepentingan yang lain.

• Perwakilan

Perwakilan berarti suatu tata cara untuk mengusahakan ikut sertanya rakyat mengambil
bagian dalam urusan Negara. Bentuk keikutsertaan itu ialah badan-badan perwakilan, baik di
pusat seperti MPR dan DPR maupun di daerah yang berwujud DPRD. Keanggotaan badan-
badan perwakilan itu ditentukan melalui suatu pemilihan yang bersifat langsung, umum, bebas
dan rahasia.

5. Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam pidato 1 Juni 1945 ditegaskan bahwa prinsip kesejahteraan adalah prinsip tidak
adanya kemiskinan di alam Indonesia Merdeka. Keadilan sosial adalah sifat masyarakat adil
dan makmur, kebahagiaan buat semua orang, tidak ada penghisapan, tidak ada penindasan, dan
penghinaan, semuanya bahagia, cukup sandang dan pangan. Sila ini secara bulat berarti bahwa
setiap rakyat Indonesia mendapat perlakuan yang adil dalam bidan hukum, politik, ekonomi,
sosial budaya dan pertahanan keamanan. Sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945
pengertian keadilan mencakup pula pengertian adil dan makmur Sila Keadilan Sosial Bagi
Seluruh Rakyat Indonesia mengandung beberapa pengertian diantaranya:

• Keadilan Sosial

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan
baik materil maupun spiritual. Hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi orang yang
kaya saja, tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat, tetapi untuk
rakayta biasa pula.

• Seluruh Rakyat Indonesia

Seluruh rakyat Indonesia berarti bahwa setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia baik
yang berdiam di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang
berada di Negara lain.

5. Upaya Menjaga Nilai – Nilai Luhur Pancasila

Nilai – nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan suatu cerminan dari
kehidupan masyarakat Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah menjadi bagian
yang tak terpisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi penerus
bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai tersebut. Untuk dapat hal tersebut maka perlu adanya
berbagai upaya yang didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Upaya – uapaya tersebut
antara lain :

1. Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata pelajaran khusus pancasila pada
setiap satuan pendidikan bahkan sampai ke perguruan tingg;

2. Lebih memasyarakatkan pancasila;

3. Menerapkan nilai – nilai tersebut dalam kehidupan sehari – hari;

4. Memberikan sanksi kepada pihak – pihak yang melakukan pelanggaran terhadap pancasila;
5. Menolak dengan tegas paham – paham yang bertentangan dengan pancasila
Siapa yang tidak mengenal artis-artis hebat tanah air Indonesia ini. Mereka melanjutkan
Pendidikan mereka diluar negeri dengan tepat waktu lalu Kembali ke negara asalnya yaitu
Indonesia untuk menerapkan ilmu yang mereka dapatkan dari luar negeri. Ini merupakan salah
satu contoh penerapan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dimana sejauh apapun kita
menuntut ilmu tetaplah Kembali ke negeri sendiri.

Memberikan sanksi tegas bagi para pelanggar norma-norma yang telah disepakati bersama
yang berlandaskan pancasila. Para pelanggar ini harus diberi hukuman yang dapat memberikan
efek jera sehingga kedepannya dia tidak akan berbuat demikian lagi dan masyarakat yang lain
tidak menirunya.
Tolak radikalisme dan terorisme yang dimana dapat merusak pandangan hidup bangsa dan
negara. Setiap orang harus memiliki rasa cinta tanah air dan bela negara yang kuat agar dapat
terhindar dari paham-paham radikalisme tersebut.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang tidak
bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah.
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Dan filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam
suatu sistem yang tepat, dimana pancasila memiliki hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi
lima sesuai dengan kelima sila-silanya tersebut. Adapun yang mendasari Pancasila adalah dasar
Ontologist (Hakikat Manusia), dasar Epistemologis (Pengetahuan), dasar Aksiologis
(Pengamalan Nilai-Nilainya)

Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia sebagai pedoman
bagi segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila terdiri atas lima sila yang mengandung nilai-nilai di dalamnya, nilai-nilai tersebut
diwujudkan sebagai pengamalan dalam kehidupan masyarakat. Seiring dengan arus globalisasi
penerapan nilai-nilai Pancasila kian memudar ditengah-tengah masyarakat, sehingga Pancasila
tidak mampu lagi menjadi pandangan bagi masyarakat Indonesia, hal ini juga meliputi para
generasi muda Indonesia. Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan
membawa perubahan yang lebih baik bagi bangsa ini dengan berpedoman pada Pancasila, akan
tetapi para pemuda saat ini kian jauh dari nilai- nilai Pancasila.

Pancasila adalah dasar negara Indonesia dan sudah sepatutnya menjadi dasar kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh masyarakat indonesia, nilai-nilai Pancasila merupakan
cakupan dari nilai, norma, dan moral yang harusnya mampu diamalkan oleh seluruh
masyarakat Indonesia, sebab apabila Bangsa Indonesia mampu mengamalkan nilai-nilai
tersebut maka degradasi moral dan kebiadaban masyarakat dapat diminimalisir, secara tidak
langsung juga akan mengurangi kriminalitas di Indonesia, meningkatkan keamanan dan
kesejahteraan bangsa Indonesia.
Kedudukan pancasila dalam sistem hukum Indonesia merupakan sumber dari segala
sumber hukum atau sumber tertib hukum sehingga pancasila dijadikan nilai dasar bagi
penyusunan norma hukum di Indonesia. Fungsi Pancasila dalam Sistem Hukum Indonesia
tercermin dari 5 (lima) sila yang ada dalam pancasila, dimana hal tersebut tercermin dalam
kehidupan bermasyarakat untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, sesuai dengan cita
- cita dan tujuan bangsa Indonesia.

3.2 Saran

• Karena Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa, maka sikap bangsa Indonesia
pun harus menunjukkan sikap yang saling menghormati satu sama lain, tepo seliro dan
tenggang rasa sebagai wujud dari ke-5 sila yang terdapat dalam pancasila.
• Perwujudan sikap bangsa Indonesia dalam penerapan hukum, adanya sikap tidak ada
pandang bulu dan menjauhi sikap diskriminasi, sehingga penegakan hokum dapat
tercapai sesuai aturan-aturan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Dwiyatmi, Sri Harini, dkk, 2012, Pendidikan Kewarganegaraan, ed. Sri Harini
Dwiyatmi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Cet. I
Erwin, Muhammad, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan Republik Indonesia,
Bandung: PT. Refika Aditama, Cet. I
B. Internet
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/20494/mod_resource/content/2/B
AB%20I%20PENGANTAR%20PENDIDIKAN%20PANCASILA.pdf

https://www.suara.com/news/2021/05/27/073131/sejarah-lahirnya-pancasila-
sebagai-dasar-negara-indonesia-yang-sah?page=all

https://id.wikipedia.org/wiki/Lahirnya_Pancasila

https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Elyana Simarmata


Nim : 212411007
Jurusan : DIII - Metrologi dan Instrumentasi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Semester : (III) Tiga
Tahun ajaran : 2022/2023
Tanggal lahir : 15 Juni 2003
Tempat lahir : Melati Kebun
Kewarganegaraan : WNI
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Melati II. Kec Perbaungan
Riwayat Pendidikan :
1) Taman Kanak-Kanak (TK)
TK Swasta Methodist El-Shadday Perbaungan (2007-2009)

2) Sekolah Dasar (SD)


SD Swasta Methodist El-Shadday Perbaungan (2009-2015)

3) Sekolah Menengah Pertama (SMP)


SMP Negeri 2 Perbaungan (2015-2018)

4) Sekolah Menengah Atas (SMA)


SMA Swasta RK Serdang Murni Lubuk Pakam (2018-2021)

5) Universitas
Universitas Sumatera Utara (2021-sekarang)
Riwayat pekerjaan : -
Nama orang tua
a. Ayah : Marojahan Simarmata
Pekerjaan : Petani
b. Ibu : Nurhayani Siburian
Pekerjaan : Pegawai Honorer

Anda mungkin juga menyukai